BAB III
KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan
identifikasi masalahnya (Hidayat, 2010). Peran adalah menyatakan apa yang
sebenarnya seseorang lakukan dalam posisi tertentu sebagai respon terhadap
harapan peran (Friedman, 1998). Kerangka konsep dalam penelitian ini
memberikan gambaran tentang peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya melayu dan mandailing di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai
Skema 3.1 gambaran tentang peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya melayu dan mandailing di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai
tengah kabupaten Labuhanbatu.
3.2 Definisi konseptual dan operasional 3.2.1 Definisi konseptual
Peran keluarga merupakan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu
(Mubarak, dkk 2006).
3.2.2 Definisi operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
5.Memberikan
motivasi pada
lansia
Hal-hal yang dilakukan
keluarga dalam
membangkitkan
semangat lansia,
memotivasi lansia
dalam bentuk kegiatan
positif yang bermanfaat
kuesioner yang
terdiri dari 5
pernyataan
0=Kurang yaitu 0-18
1=Cukup yaitu :
19-37
2=Baik yaitu 38-56
3=Sangat baik yaitu
57-75
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti,
sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif. Nursalam (2009) memaparkan bahwa penelitian deskriptif
merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan
peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya melayu dan mandailing di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai
tengah kabupaten labuhanbatu.
4.2 Populasi, sampel dan tehnik sampling 4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh
keluarga dengan lansia berbudaya melayu dan mandailing yang berdomisili di
kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten labuhanbatu dengan
jumlah populasi sebanyak 620 orang. Budaya melayu sebanyak 520 orang dan
mandailing sebanyak 100 orang.
4.2.2 Sampel dan tekhnik sampling
Menurut Arikunto (2010), untuk pengambilan sampel jika subjeknya kurang
dari 100, maka lebih baik diambil semua populasi. Namun apabila populasi
atau 20-25% atau lebih. Jumlah sampel pada penelitian ini diambil masing-masing
sebanyak 10% dari semua populasi yaitu masing-masing sebanyak 31 orang.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan kriteria di kehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2009). Adapun kriteria
responden adalah sebagai berikut:
1) Keluarga yang mempunyai lansia
2) Bersedia jadi responden.
4.3 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah
kabupaten labuhanbatu dengan pertimbangan bahwa di kelurahan labuhanbilik
kecamatan panai tengah labuhanbatu tersebut terdapat banyak lansia dengan usia
60 tahun keatas, dan tinggal bersama dengan keluarga. Selain itu belum pernah
dilakukan penelitian tentang peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya melayu dan mandailing. Penelitian ini dilakukan mulai 01-15 Oktober
2015.
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi
dengan mengajukan permohonan izin kepada komisi etik, persetujuan dari pihak
institusi fakultas keperawatan universitas Sumatera utara dan instansi tempat
penelitian serta subjek dalam penelitian ini harus menyatakan kesediaannya
persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika
penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik angket berupa kuesioner yang dibagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner berisi pertanyaan yang berkaitan dengan
data demografi responden yang meliputi: nama inisial, usia, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, jumlah anggota keluarga, hubungan keluarga dengan lansia, riwayat
penyakit lansia, dan lama penyakit.
Bagian kedua yaitu kuesioner peran keluarga dalam merawat lansia
menurut budaya melayu dan mandailing. Pengukuran peran keluarga dalam
merawat lansia menurut budaya melayu dan mandailing ini digunakan instrument
skala Likert yaitu kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih
responden dengan memberi tanda cheklist pada jawaban yang tersedia sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya dengan nilai kurang (0), cukup (1), baik (2),
sangat baik (3).
Dalam skala likert telah diadopsi 25 pernyataan,responden akan memilih
salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Instrumen penelitian yang
menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist dengan
selalu dengan pilihan jawaban dengan menggunakan angka dan untuk setiap
pernyataan yang paling tinggi diberi skor 3 untuk kemudian setiap skor yang
terkumpul dijumlahkan untuk mengetahui adanya peran keluarga dalam
perawatan lansia. Adapun skala ukur yang digunakan yaitu skala ordinal.
4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.6.1. Validitas
Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen
untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2005). Sebuah instrumen
dikatakan valid, bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner yang diadopsi dari penelitian Lestari (2012) dan
dimodifikasi sendiri oleh peneliti. Uji validitas kuesioner dalam instrument
penelitian ini telah dilakukan oleh ahli Keperawatan Komunitas Departemen
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Lufthiani S.Kep.Ns,
M.Kes.
4.6.2 Reliabilitas
Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian,
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji reliabilitas instrumen bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara
konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang
sampel yang sama.
Kuesioner penelitian ini telah diuji dengan reliabilitas internal yang
diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan (Arikunto,
2010). instrument terdiri dari 25 pernyataan atau dengan jumlah butir pernyataan
ganjil. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden
yang memenuhi kriteria seperti responden sebanyak 30 orang (Arikunto, 2010).
Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrumen yang baru reliabel bila
koefisiennya 0,7 atau lebih diperoleh dengan komputerisasi. Hasil dalam Uji
reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,72. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kuesioner peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya melayu dan mandailing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara :
1.) Mendapat izin dari dosen pembimbing 2.) Mengajukan surat permohonan izin
melakukan penelitian dengan mengurus etichal cleareance di institusi Fakultas
Keperawatan USU 3.) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian
ke Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu 4.)
Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian
5.) Menjelaskan kepada responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian 6.)
Meminta persetujuan responden untuk menjadi responden dengan
menandatangani inform consent 7.) Mengidentifikasi peran keluarga dengan
dibantu oleh peneliti 9.) Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang
telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis.
4.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 4.8.1 Pengolahan data
Setelah data terkumpul tahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Adapun
yang harus dilakukan (Hidayat, 2010) yaitu :
a. Editing yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan.
Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Coding (pengkodean) adalah data yang telah didapatkan akan diberi kode
sesuai dengan sub variabel yang diteliti agar lebih mudah dalam pengecekan
kembali jika terdapat kesalahan.
c. Entering adalah proses pengimputan data ke dalam master tabel yang sudah
dianggap benar.
4.8.2 Analisis data
Data demografi dan data peran keluarga dalam merawat lansia yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisis serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase. Analisa data bila setelah semua data terkumpul melalui
melalui beberapa tahap dimulai dari editing untuk menambah kelengkapan data,
kemudian memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya
memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dan teknik
dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi. Nilai terendah yang mungkin di
capai adalah 0 dan nilai tertinggi 75 P = Rentang kelas
Banyak kelas
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai
terendah. Rentang kelas sebesar 18 dan banyak kelas 4 yaitu sangat baik, baik,
cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 18 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah
kelas pertama, maka pengetahuan keluarga dikategorikan atas kelas interval
sebagai berikut: Sangat baik:57-75 Baik: 38-56, Cukup: 19-37, Kurang: 0-18
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2
minggu pada tanggal 01-15 Oktober 2015 di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan
Panai Tengah Labuhanbatu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak
62 responden. 31 orang budaya melayu, dan 31 orang budaya mandailing.
5.1.1 Karakteristik Responden Budaya Melayu
Karakteristik responden terdiri atas usia, jenis kelamin, agama, suku,
pekerjaan responden, jumlah anggota keluarga, hubungan responden dengan
lansia, riwayat penyakit lansia, lama penyakit. Hasil penelitian yang didapat,
mayoritas hubungan responden dengan lansia adalah anak (77,4%) mayoritas
berusia 36-45 tahun (67,7%). Rata-rata berjenis kelamin wanita (93,5%), dan
kebanyakan pekerjaan responden adalah sebagai petani (38,7%). Jumlah anggota
keluarga terbanyak >5 orang (51,6%). Adapun agama yang dianut mayoritas
adalah islam (100 %). Riwayat penyakit yang diderita lansia kebanyakan
Remathoid artritis (38,7%), dan lama penyakit yang diderita 1-10 tahun (64,5%),
Tabel 5.1.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Berbudaya Melayu di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhanbatu(N=31)
5.1.2 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu
a. Kuesioner
Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi tertinggi
peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu di Kelurahan
Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015
berada pada kategori baik yaitu 96,8% dengan jumlah responden yang
menilai sebanyak 30 dari 31 orang responden.
Tabel 5.1.2
Distribusi frekuensi peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu
Kategori peran keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang 0 0
Cukup 1 3,2
Baik 30 96,8
Sangat baik 0 0
Total 31 100 %
5.1.1 Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu 1. Perawatan Fisik Lansia
Dari komponen perawatan fisik lansia yang dilakukan oleh keluarga yaitu
sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan selalu menyiapkan makanan yang
bernutrisi untuk lansia, 21 orang (67,7%) mengatakan selalu mengingatkan
lansia untuk istirahat/tidur dan 18 orang (58,1%) mengatakan sering membantu
dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri/mandi, serta 17 orang
melakukan latihan fisik seperti berolah raga sedangkan sebanyak 12 orang
(38,7%) mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan fisik lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Menyiapkan makanan yang bernutrisi 0 0 1 3,2 14 45,2 16 51,6 untuk lansia
2. Mengingatkan lansia untuk istirahat / 0 0 2 6,5 8 25,8 21 67,7 tidur.
3. Membantu dan mengingatkan lansia 2 6,5 5 16,1 18 58,1 6 19,4 untuk membersihkan diri / mandi
4. Mempertahankan kekuatan fisik lansia 3 9,7 17 54,8 9 29,0 2 6,5 dengan cara melakukan latihan fisik
seperti berolah raga
5. Memeriksakan kesehatan lansia secara 1 3,2 7 22,6 12 38,7 11 35,5 teratur
2. Mempertahankan Status Mental Lansia
Dari komponen mempertahankan status mental lansia yang dilakukan
keluarga yaitu sebanyak 17 orang (54,5%) mengatakan selalu memberikan
kesempatan dan waktu untuk mendengarkan setiap keluhan lansia, mayoritas 25
orang (80,6 %) mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit,
sedih, dll, dan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan sering menjaga perasaan
lansia baik dalam berbicara maupun tingkah laku, serta sebanyak 11 orang
(35,5%) mengatakan jarang melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada
dikeluarga, sedangkan sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam mempertahankan status
mental pada lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Memberikan kesempatan dan waktu 0 0 1 3,2 13 41,9 17 54,5 untuk mendengarkan setiap keluhan
lansia
2. Keluarga selalu memperhatikan 0 0 2 6,5 4 12,9 25 80,6 keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll
3. Menjaga perasaan lansia baik dalam 0 0 5 16,1 14 45,2 12 38,7 berbicara maupun tingkah laku.
4. Melibatkan lansia dalam acara-acara 0 0 11 35,5 10 32,3 10 32,3 yang ada dikeluarga
5. Mendengarkan nasehat lansia. 0 0 0 0 12 38,7 19 61,3
3. Perawatan Sosial dan Ekonomi
Dari komponen perawatan sosial dan ekonomi yang dilakukan keluarga
yaitu sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan jarang memfasilitasi lansia
berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol, dan sebanyak 15 orang
(48,4%) mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan
kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll), serta sebanyak 13 orang (41,9%)
mengatakan jarang membantu semua keperluan lansia sehari-hari (seperti cek
kesehatan, memberi uang saku, membelikan baju dll), mayoritas 22 orang
(71,0%) mengatakan jarang memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal
jalan-jalan, menonton televisi/mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain).
Sedangkan 13 orang (41,9%) mengatakan jarang dan ada juga yang sering
membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya (seperti
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan sosial
(seperti tongkat, kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll)
4. Perawatan Spiritual
Dari komponen perawatan spritual lansia yang dilakukan keluarga yaitu
sebanyak 21 orang (67,7%) mengatakan jarang menemani lansia pergi ke
tempat ibadah, sebanyak 15 (48,4%) mengatakan jarang menyiapkan
perlengkapan ibadah lansia dan sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan sering
memfasilitasi lansia dalam beribadah seperti pengajian dan penyantunan anak
yatim atau fakir miskin, serta 14 orang (45,2%) mengatakan sering dan selalu
orang (48,4%) mengatakan sering mengingatkan lansia untuk beribadah setiap
hari.
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan spritual pada
lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Menemani lansia pergi ke 0 0 21 67,7 8 25,8 2 6,5 tempat ibadah.
2. Menyiapkan perlengkapan ibadah 2 6,5 15 48,4 9 29,0 5 16,1 lansia
3. Memfasilitasi lansia dalam beribadah 1 3,2 12 38,7 15 48,4 3 9,7 seperti pengajian dan penyantunan
anak yatim atau fakir miskin.
4. Menjaga ketenangan lingkungan 0 0 3 9,7 14 45,2 14 45,2 saat lansia mengerjakan ibadah.
5. Mengingatkan lansia untuk beribadah 1 3,2 5 16,1 15 48,4 10 32,3 setiap hari
5. Memberikan Motivasi pada Lansia
Dari komponen memberikan motivasi pada lansia yang dilakukan keluarga
yaitu sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan jarang mendukung lansia
melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya, sebanyak
15 orang (48,4%) mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia
kegiatan yang mengisi hari-harinya seperti berkebun, beternak, dll, dan 17
orang (54,8%) mengatakan sering memberikan kepercayaan terhadap lansia
dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll, serta
pasangan kembali, sedangkan mayoritas 26 orang (83,9%) mengatakan selalu
membantu lansia menyelesaikan masalahnya.
Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memberikan motivasi
pada lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Mendukung lansia melakukan 4 12,9 17 54,8 8 25,8 2 6,5 aktivitas fisik yang disukai
dalam batas kemampuannya
2. Mendukung dan memberikan lansia 0 0 15 48,4 13 41,9 3 9,7 kegiatan yang mengisi hari-harinya,
seperti berkebun, beternak, dll
3. Memberikan kepercayaan terhadap 1 3,2 13 41,9 17 54,8 0 0 lansia dalam melakukan suatu
kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll
4. Mendukung lansia untuk memiliki 7 22,6 22 71,0 2 6,5 0 0 pasangan kembali
5. Membantu lansia menyelesaikan 0 0 1 3,2 4 12,9 26 83,9 masalahnya
5.3 Karakteristik Responden Budaya Mandailing
Hasil penelitian yang didapat, mayoritas hubungan responden dengan
lansia adalah anak (74,2%) mayoritas berusia 36-45 tahun (61,3%). Rata-rata
berjenis kelamin wanita (80,6%), dan kebanyakan pekerjaan responden adalah
sebagai petani (45,2%). Jumlah anggota keluarga terbanyak adalah > 5 orang
(58,1%). Adapun agama yang dianut mayoritas adalah islam (100 %) . Riwayat
penyakit yang diderita lansia kebanyakan hipertensi (38,7%) dan lama penyakit
Tabel 5.1.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Berbudaya Mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai
Tengah Kabupaten Labuhanbatu(N=31)
5.1.2 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Mandailing
b. Kuesioner
Hasil analisa data penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa
distribusi frekuensi tertinggi peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan panai Tengah
Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 berada pada kategori baik yaitu 74,2%
dengan jumlah responden yang menilai sebanyak 23 dari 31 orang responden.
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi peran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya mandailing
Kategori peran keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang 0 0
Cukup 4 12,9
Baik 23 74,2
Sangat baik 4 12,9
Total 31 100 %
5.1.1 Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Mandailing 1. Perawatan Fisik Lansia
Dari komponen memberikan perawatan fisik lansia yang dilakukan
keluarga yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan sering menyiapkan
makanan yang bernutrisi untuk lansia, sebanyak 13 orang (41,9%) mengatakan
jarang mengingatkan lansia untuk istirahat//tidur, dan sebanyak 18 orang
(58,1%) sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan
kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga,
sedangkan sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan sering memeriksakan
kesehatan lansia secara teratur.
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan fisik lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Menyiapkan makanan yang bernutrisi 0 0 0 0 16 51,6 15 48,4 untuk lansia
2. Mengingatkan lansia untuk istirahat / 0 0 6 19,4 12 38,7 13 41,9 tidur.
3. Membantu dan mengingatkan lansia 0 0 6 19,4 18 58,1 7 22,6 untuk membersihkan diri / mandi
4. Mempertahankan kekuatan fisik lansia 0 0 20 64,5 10 32,3 1 3,2 dengan cara melakukan latihan fisik
seperti berolah raga
5. Memeriksakan kesehatan lansia secara 0 0 4 12,9 15 48,4 12 38,7 teratur
2. Mempertahankan Status Mental Lansia
Dari komponen mempertahankan status mental lansia yang dilakukan
keluarga yaitu sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu memberikan
kesempatan dan waktu mendengarkan setiap keluhan lansia, sebanyak 19 orang
(61,3%) mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih,
dll, dan sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan selalu menjaga perasaan lansia
baik dalam berbicara maupun tingkah laku, mayoritas 16 orang (51,6%)
mengatakan sering melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga,
sedangkan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan sering dan selalu
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam mempertahankan status
mental pada lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Memberikan kesempatan dan waktu 0 0 4 12,9 8 25,8 19 61,3 mendengarkan setiap keluhan
lansia
2. Keluarga selalu memperhatikan 0 0 3 9,7 9 29,0 19 61,3 keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll
3. Menjaga perasaan lansia baik dalam 0 0 6 19,4 8 25,8 17 54,8 berbicara maupun tingkah laku.
4. Melibatkan lansia dalam acara-acara 0 0 7 22,6 16 51,6 8 25,8 yang ada dikeluarga
5. Mendengarkan nasehat lansia. 0 0 3 9,7 14 45,2 14 45,2
3. Perawatan Sosial dan Ekonomi
Dari komponen perawatan sosial dan ekonomi yang dilakukan keluarga
yaitu sebanyak 13 orang (41,9%) mengatakan jarang dan ada juga yang sering
memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol,
sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk
mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll), dan sebanyak 15
orang (48,4%) mengatakan sering membantu semua keperluan lansia
sehari-hari (seperti cek kesehatan, memberi uang saku, membelikan baju dll), serta
sebanyak 21 orang (67,7%) mengatakan jarang memfasilitasi lansia untuk
berekreasi (misal jalan-jalan, menonton televisi/mendengarkan radio, atau
hiburan-hiburan lain), sedangkan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan
sering membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan sosial
(seperti tongkat, kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll)
4. Perawatan Spiritual
Dari komponen perawatan spritual lansia yang dilakukan keluarga yaitu
sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan jarang menemani lansia pergi ke
tempat ibadah, mayoritas 16 orang (51,6%) mengatakan jarang menyiapkan
perlengkapan ibadah lansia, dan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan
sering memfasilitasi lansia dalam beribadah seperti pengajian dan penyantunan
anak yatim atau fakir miskin, serta sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan
sedangkan sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan sering mengingatkan
lansia untuk beribadah setiap hari.
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan spritual pada
lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Menemani lansia pergi ke 2 6,5 15 48,4 10 32,3 4 12,9 tempat ibadah.
2. Menyiapkan perlengkapan ibadah 0 0 16 51,6 10 32,3 5 16,1 lansia
3. Memfasilitasi lansia dalam beribadah 0 0 12 38,7 14 45,2 5 16,1 seperti pengajian dan penyantunan
anak yatim atau fakir miskin.
4. Menjaga ketenangan lingkungan 0 0 2 6,5 12 38,7 17 54,8 saat lansia mengerjakan ibadah.
5. Mengingatkan lansia untuk beribadah 0 0 5 16,1 17 54,8 9 29,0 setiap hari
5. Memberikan Motivasi pada Lansia
Dari komponen memberikan motivasi pada lansia yang dilakukan keluarga
yaitu sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan jarang mendukung lansia
melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya, mayoritas
19 orang (61,3%) mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia
kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll, dan
sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan jarang dan sering memberikan
kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong
royong, musyawarah,dll, serta sebanyak 21 orang (67,7%) mengatakan jarang
orang (74,2%) mengatakan sering dan selalu membantu lansia menyelesaikan
masalahnya.
Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memberikan motivasi
pada lansia
No Pernyataan TP JR SR SL
F % F % F % F %
1. Mendukung lansia melakukan 1 3,2 15 48,4 14 45,2 1 3,2 aktivitas fisik yang disukai
dalam batas kemampuannya
2. Mendukung dan memberikan lansia 1 3,2 19 61,3 9 29,0 2 6,5 kegiatan yang mengisi hari-harinya,
seperti berkebun, beternak, dll
3. Memberikan kepercayaan terhadap 1 3,2 14 45,2 14 45,2 2 6,5 lansia dalam melakukan suatu
kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll
4. Mendukung lansia untuk memiliki 7 22,6 21 67,7 3 9,7 0 0 pasangan kembali
2. Pembahasan
Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya
melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhanbatu, terlihat bahwa keluarga dengan budaya melayu dan
mandailing dalam kategori peran baik yaitu 30 responden (96,8%) berbudaya
melayu dan 23 responden (74,2%) berbudaya mandailing. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Adrian W (2012) peran keluarga dalam perawatan
lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor, terlihat bahwa
keluarga dalam kategori peran baik 32 responden (52,46%).
Peneliti berasumsi bahwa mayoritas responden berada dalam kategori
peran yang baik, karena mayoritas lansia tinggal bersama anak kandungnya
(77,4%) berbudaya melayu dan (74,2%) berbudaya mandailing. Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian conell (2003) bahwa merawat lansia dirumah
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan peran pemberi asuhan yaitu keluarga.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena keluarga yang memiliki budaya
berbeda-beda. Sebaliknya hasil penelitian center for population and policy studies
Universitas Gadjah Mada/UGM (1999) menggambarkan bahwa merawat orang
tua merupakan suatu kewajiban dan perwujudan bakti anak. Hal ini dapat terjadi
karena penelitian dilakukan di daerah yang mempunyai karakteristik budaya yang
hampir sama yaitu seperti mayoritas budaya melayu yang dilakukan oleh peneliti.
Anak wanita biasanya lebih berperan dalam perawatan lansia daripada
pria, karena pria biasanya memiliki tanggung jawab penuh mencari nafkah
sesuai dengan pernyataan hasil penelitian Wiyono dkk (2008) bahwa pemberi
asuhan dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tetapi wanita secara
tradisional diasumsikan dan diterima mempunyai peran sebagai pemberi asuhan
secara alamiah. Selain itu, perawatan keluarga juga mungkin dipengaruhi oleh
budaya yang ada di keluarga masing-masing. Berkaitan dengan budaya melayu
yang sejalan dengan pendapat Dja’far (2008) bahwa budaya melayu dikenal
dengan tingkah lakunya lemah lembut, ramah-tamah, mengutamakan
sopansantun, dan menghormati orang yang lebih tua dan tamu-tamu. Begitu juga
dengan budaya mandailing yang sejalan dengan pendapat Loebis (1998) bahwa
budaya mandailing juga memiliki sikap yang ramah, rajin, dan selalu
merendahkan diri.
Pada lansia akan timbul penurunan fungsi tubuh sehingga timbul
masalah-masalah fisik pada lansia. Penyakit yang diderita lansia di Kelurahan
Labuhanbilik berbudaya melayu kebanyakan adalah remathoid artritis yang
dikenal dengan istilah rematik (38,7%). Dan lama menderita penyakit 1-10 tahun
(64,5%). Sedangkan berbudaya mandailing mayoritas adalah hipertensi (38,7%).
Dan lama menderita penyakit 11-20 tahun (71%). Keluarga berperan baik dengan
lansia karena mengetahui penyakit yang diderita lansia serta lama penyakit yang
telah di derita. Hal ini juga diperlihatkan pada pernyataan keluarga sering
memeriksakan kesehatan lansia secara teratur (38,7%) berbudaya melayu dan
1. Perawatan Fisik Lansia
Hasil penelitian peran keluarga terhadap perawatan fisik lansia berbudaya
melayu menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan selalu
menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia, 21 orang (67,7%) mengatakan
selalu mengingatkan lansia untuk istirahat/tidur dan 18 orang (58,1%) mengatakan
sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri / mandi,
serta 17 orang (54,8%) mengatakan jarang mempertahankan kekuatan fisik lansia
dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga sedangkan sebanyak 12
orang (38,7%) mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuswardani (2009)
terdapat 56 lansia yang melakukan olahraga secara teratur dan terdapat 28,3%
lansia yang keluarganya melakukan olahraga secara bersama-sama. Peneliti
berasumsi bahwa pekerjaan responden juga sangat berpengaruh yaitu sebagian
besar responden adalah sebagai buruh/petani (38,7%), yang menyebabkan
responden jarang dirumah dari pagi sampai petang. Walaupun responden yang
bekerja setiap hari pulang ke rumah, tetapi itu hanya untuk makan dan istirahat
saja, dan setelah itu pergi lagi ke sawah/ladang. Sehingga sebagian besar
responden jarang atau bahkan tidak pernah mengajarkan lansia untuk melakukan
latihan fisik seperti berolahraga.
Sedangkan hasil penelitian dari keluarga yang berbudaya mandailing
menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan sering menyiapkan
makanan yang bernutrisi untuk lansia, sebanyak 13 orang (41,9%) mengatakan
sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri/mandi, serta
20 orang (64,5%) mengatakan jarang mempertahankan kekuatan fisik lansia
dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga, sedangkan sebanyak 15
orang (48,4%) mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.
Hal ini juga terjadi karena keluarga terlalu sibuk bekerja diluar rumah.
2. Mempertahankan Status Mental Lansia
Hasil penelitian peran keluarga dalam mempertahankan status mental
lansia berbudaya melayu menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang (61,3%)
mengatakan selalu memberikan kesempatan dan waktu mendengarkan setiap
keluhan lansia, sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu memperhatikan
keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll, dan sebanyak 17 orang (54,8%)
mengatakan selalu menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara maupun tingkah
laku, mayoritas 16 orang (51,6%) mengatakan sering melibatkan lansia dalam
acara-acara yang ada dikeluarga, sedangkan sebanyak 14 orang (45,2%)
mengatakan sering dan selalu mendengarkan nasehat lansia. Hal ini juga
dipengaruhi dari kebiasaan budaya melayu yang kental terhadap sistem
kekeluargaan.
Sedangkan hasil penelitian dari keluarga yang berbudaya mandailing
menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu memberikan
kesempatan dan waktu mendengarkan setiap keluhan lansia, sebanyak 19 orang
(61,3%) mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll,
dan sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan selalu menjaga perasaan lansia baik
sering melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga, sedangkan
sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan sering dan selalu mendengarkan nasehat
lansia. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kuswardani (2009)
menyebutkan bahwa lansia lebih mempercayakan keluarga sebagai sosok yang
bisa berbagi cerita mengenai masalah yang dirasakannya, keluarga biasanya lebih
senang mendengarkan orang tuanya menceritakan kehidupan masa lalu atau
bernostalgia dan lebih menghargai kekuatan serta kemampuan lansia.
3. Perawatan Sosial dan Ekonomi Lansia
Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan sosial dan ekonomi
lansia menunjukkan bahwa sebanyak 14 orang (45,2%) berbudaya melayu dan 13
orang (41,9%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang dan ada juga sebagian
kecil sering memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk
mengobrol. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih kurang berperan dalam
perawatan sosial lansia, jika dilihat dari kondisi desa tersebut bahwa keluarga
masih merasa lansia dapat melakukan hal tersebut sendiri, karena sebagian besar
rumah-rumah yang ditempati oleh lansia berdekatan dengan tetangga dan kerabat
lain, sehingga lansia masih bisa berjalan sendiri mendatangi teman-teman
sebayanya untuk berkumpul dan mengobrol bersama. Sedangkan sebanyak 15
orang (48,4%) berbudaya melayu dan 17 orang (54,8%) berbudaya mandailing
mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya
(seperti yasinan, arisan, dll), serta sebanyak 13 orang (41,9%) berbudaya melayu
dan 15 orang (48,4%) berbudaya mandailing mengatakan jarang dan sering
uang saku, membelikan baju dll). Serta mayoritas 22 orang (41,9%) berbudaya
melayu dan 21 orang (45,2%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang
memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal jalan-jalan, menonton
televisi/mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain). Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Setiti (2007), bahwa keluarga memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para lansia untuk melakukan rekreasi misal jalan-jalan
pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang
untuk mengetahui dunia luar seperti menonton televisi, dan membaca surat kabar
atau majalah. Dilihat bahwa di desa tersebut jarang ada kegiatan khusus untuk
lansia, jika dilihat dari sistem keluarga bahwa sebagian besar lansia jarang
berkumpul dan berekreasi bersama lansia, dikarenakan juga faktor kesibukan
bekerja dan lansia juga terlihat lebih suka melakukan kegiatan yang lain seperti
membersihkan rumah, memasak, menyapu halaman, membaca ayat-ayat al-qur’an
dan sebagainya. Serta sebanyak 13 orang (41,9%) berbudaya melayu dan 14 orang
(45,2%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang dan ada juga yang sering
membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya (seperti tongkat,
kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll), dilihat bahwa sebagian keluarga ada
yang mampu membelikan alat bantu untuk kesehatan lansia, dan sebagian ada
juga yang tidak mampu membelikan alat bantu untuk kesehatan lansia, jika dilihat
dari kondisi keluarga di desa tersebut penyebabnya ialah faktor ekonomi yang
tidak mencukupi, karena rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai
4. Perawatan Spritual
Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan spritual lansia
menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (67,7%) berbudaya melayu, dan 15 orang
(48,4%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang menemani lansia pergi ke
tempat ibadah, serta sebanyak 15 (48,4%) berbudaya melayu dan 16 orang
(51,6%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang menyiapkan perlengkapan
ibadah lansia. Sebanyak 15 orang (48,4%) berbudaya melayu dan 14 orang
(45,2%) berbudaya mandailing mengatakan sering memfasilitasi lansia dalam
beribadah seperti pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin. Serta
14 orang (45,2%) berbudaya melayu dan 17 orang (54,8%) berbudaya mandailing
mengatakan selalu dan sering menjaga ketenangan lingkungan saat lansia
mengerjakan ibadah, sedangkan 15 orang (48,4%) berbudaya melayu dan 17
orang (54,8%) berbudaya mandailing mengatakan sering mengingatkan lansia
untuk beribadah setiap hari.
Jika dilihat dari kondisi desa tersebut, sebagian besar lansia sudah rutin
mengerjakan ibadah yang dilakukan di rumah masing-masing, dan keluarga
sendiri sering sibuk dengan urusannya masing-masing serta tidak ada kebiasaan
mengerjakan ibadah bersama-bersama, sehingga lansia jarang ditemani keluarga
untuk pergi ke tempat ibadah. Dan umumnya perlengkapan ibadah sudah di
letakkan di tempat yang nyaman dan terjangkau bagi lansia untuk beribadah, jadi
dengan sendirinya jika lansia ingin beribadah, lansia tersebut akan mengambil dan
memakainya sendiri tanpa dibantu keluarga. Hanya saja keluarga akan
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2012) menyatakan
bahwa spiritual seseorang yang berada pada rentan usia lansia mengalami spiritual
yang semakin mendalam atau dapat dikatakan seorang lansia umumnya memiliki
spiritualitas yang tinggi, karena apabila seseorang telah memasuki usia yang
lanjut, ia cenderung lebih ingin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dan
juga bisa mulai menerima adanya perubahan dalam kehidupan dan aktivitas
sehari-hari serta adanya takdir berupa kematian yang melanda diri sendiri, saudara
atau sahabat dari lansia. Dan dilihat dari data demografi menunjukkan bahwa
semua responden beragama islam (100%).
5. Memberikan Motivasi pada Lansia
Hasil penelitian peran keluarga dalam memberikan motivasi pada lansia
menunjukkan sebanyak 17 orang (54,8%) berbudaya melayu dan 15 orang
(48,4%) berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung lansia melakukan
aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya. Sebanyak 15 orang
(48,4%) berbudaya melayu dan 19 orang (61,3%) berbudaya mandailing
mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia kegiatan yang mengisi
hari-harinya seperti berkebun, beternak, dll, dan 17 orang (54,8%) berbudaya
melayu dan 14 orang (45,2%) berbudaya mandailing mengatakan jarang dan
sering memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan
seperti gotong royong, musyawarah,dll, serta 22 orang (71,0%) berbudaya melayu
dan 21 orang (67,7%) berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung
berbudaya melayu dan 23 orang (74,2%) berbudaya mandailing mengatakan
sering dan selalu membantu lansia menyelesaikan masalahnya.
Jika dilihat dari kondisi desa tersebut sebagian besar keluarga tidak sempat
untuk mengajarkan kepada lansia hal-hal yang bisa dilakukan sesuai
kemampuannya, karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Berkaitan dalam
hal keluarga jarang mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali, yaitu
menurut alasan yang dikemukakan oleh beberapa keluarga tersebut bahwa mereka
masih merasa tabu atau malu bila ingin mempertahankan kehidupan seksualnya
kembali, dan sikap keluarga yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya yang ada, juga sebagian besar lansia ditemukan memang terbiasa
hidup sendiri tanpa pasangan, terutama lansia wanita. Lansia menganggap bahwa
mengalami penurunan baik dari fisik, kesehatan dan daya ingat, dianggap kejadian
yang wajar ketika seseorang sudah tua/lanjut usia. Penyesuaian diri terhadap
berbagai perubahan aspek kehidupan ini menyebabkan lansia mampu menerima
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan terhadap 62 orang responden (keluarga), 31 orang
berbudaya melayu dan 31 orang berbudaya mandailing di Kelurahan Labuhanbilik
Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015. Hasil penelitian
ini menggambarkan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya
melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhanbatu.
Peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu yaitu baik
sebanyak 30 responden (96,8%), selebihnya peran keluarga cukup sebanyak 1
responden (3,2%). Sedangkan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut
budaya mandailing yaitu baik sebanyak 23 responden (74,2%). selebihnya peran
keluarga cukup sebanyak 4 responden (12,9%), dan sangat baik 4 responden
(12,9%).
6.2 Rekomendasi
1. Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi
pengetahuan tentang keperawatan komunitas mengenai peran keluarga dalam
perawatan lansia menurut budaya yang ada, karena aspek penting dalam
perawatan lansia sangat dipengaruhi oleh keluarga sendiri dan terkait tentang
budaya yang ada didalam keluarga tersebut. Peneliti juga menyarankan agar
lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan sehingga
perawatan keluarga terhadap lansia bisa lebih sangat baik lagi.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat
komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai peran keluarga
dalam merawat lansia yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup
lansia.
3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai evidence base bagi
penelitian selanjutnya terkait dengan peran keluarga dalam perawatan lansia
menurut budaya melayu dan mandailing. Penelitian lanjutan terkait dengan peran
keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan lansia sebagai responden agar hasil
peran keluarga lebih benar tanpa ada yang di rekayasa dan jumlah sampel yang
2.1 Peran keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu dan Mandailing
Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia No. Responden : ...
1. Kuesioner Data Demografi
Petunjuk pengisian : Saudara/i diharapkan akan menjawab setiap pernyataan
dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang tersedia. Tiap satu
pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat
ditanyakan pada peneliti.
1. Nama inisial :
2. Usia : 17-25 tahun 36-45 tahun
26-35 tahun 46-55 tahun
3. Jenis kelamin : Wanita Pria
4. Agama : Islam
Kristen
5. Suku : Mandailing
Melayu
6. Pekerjaan Responden : PNS /TNI /POLRI Buruh/ petani
Pensiunan PNS/ TNI/ Polri Tidak bekerja
Pegawai swasta/ Wiraswasta
3 orang > 5 orang
4 orang
8. Hubungan responden dengan lansia: Anak Adik
Menantu Cucu
Lain-lain
9. Riwayat Penyakit lansia: Hipertensi Jantung Koroner
Remathoid Artritis Diabetes Mellitus
Lain-lain :...
Kuesioner Perawatan lansia oleh keluarga
Petunjuk pengisian : Berikan tanda checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang
tersedia di bawah ini sesuai dengan perawatan yang Saudara/i berikan kapada
lanjut usia. Dimana, TP : tidak pernah, JR : jarang, SL : selalu, SR : sering
Berikut ini adalah perawatan keluarga yang saya berikan kepada lansia:
Pernyataan TP JR SR SL
1.
2.
Perawatan Fisik Lansia
- Menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia
- Mengingatkan lansia untuk istirahat / tidur.
- Membantu dan mengingatkan lansia untuk
membersihkan diri / mandi
- Mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan
cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga
- Memeriksakan kesehatan lansia secara teratur
Mempertahankan Status Mental Lansia
- Memberikan kesempatan dan waktu untuk
mendengarkan setiap keluhan lansia
- Keluarga selalu memperhatikan keadaan lansia
seperti sakit, sedih, dll
- Menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara
maupun tingkah laku.
- Melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada
3.
4.
- Mendengarkan nasehat lansia.
Perawatan Sosial dan Ekonomi
- Memfasilitasi lansia berkumpul dengan
teman sebayanya untuk mengobrol.
- Memfasilitasi lansia untuk mengikuti
kegiatan kelompoknya (seperti yasinan,
arisan, dll.)
- Membantu semua keperluan lansia
sehari-hari (seperti cek kesehatan,
memberi uang saku, membelikan baju
dll)
- Memfasilitasi lansia untuk berekreasi
(misal jalan-jalan, menonton televisi/
mendengarkan radio, atau
hiburan-hiburan lain).
- Membelikan lansia alat bantu kesehatan
untuk kebutuhan fisiknya (seperti
tongkat, kursi roda, kaca mata, alat
pendengaran, dll)
Perawatan Spiritual
- Menemani lansia pergi ke tempat
ibadah.
5.
lansia.
- Memfasilitasi lansia dalam beribadah
seperti pengajian dan penyantunan
anak yatim atau fakir miskin.
- Menjaga ketenangan lingkungan saat
lansia mengerjakan ibadah.
- Mengingatkan lansia untuk beribadah
setiap hari
Memberikan Motivasi pada Lansia
- Mendukung lansia melakukan aktivitas fisik
yang disukai dalam batas kemampuannya
- Mendukung dan memberikan lansia kegiatan
yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun,
beternak, dll
- Memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam
melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong,
musyawarah, dll
- Mendukung lansia untuk memiliki pasangan
kembali