• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Perawatan Kerusakan

Perawatan kerusakan peralatan Batching Plant Operation pada kondisi riil perusahaan dalam 1 tahun memerlukan waktu selama 86 jam didapat dari penjumlahan waktu total perawatan mesin Selco, Holzma dan Rover. Selain itu, memerlukan biaya perawatan sebesar Rp. 38.840.695,- dengan 12 bulan masa kerja selama 1 tahun.

Tabel. 4.20 Jumlah waktu pemeliharaan Corective

No NAMA MESIN Pemeliharaan Corective

Jam / Tahun

1 Selco 37

2 Holzma 23

3 Rover 26

Jumlah 86

4.4.1 Perencanaan Penjadwalan Pencegahan Menggunakan Metode Markov Chain

Perawatan pencegahan peralatan Batching Plant Operation selama 1 tahun memerlukan waktu sebagai berikut :

∑ Biaya Perawatan Pencegahan

∑ Biaya Perawatan Kerusakan

Rp. . 22.387.695,- Rp. 38.840.695,- = 49,57 ≈ 50 jam

Jadi perawatan pencegahan membutuhkan waktu selama 50 jam dan membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp. 22.387.695,- .Dengan penjadwalan perawatan sebagai berikut :

a. Perencanaan Perawatan Pencegahan Menggunakan Metode Markov Chain

untuk item Selco :

X ∑ Waktu Perawatan Kerusakan

=

X 86 jam =

Waktu Kerusakan Tiap Item ∑ Waktu Perawatan Kerusakan 37 jam

86 jam

= 21,51 ≈ 22 jam

Jadi perawatan pencegahan dilakukan setiap : 22 jam

86 jam

b. Perencanaan Perawatan Pencegahan Menggunakan Metode Markov Chain

untuk item Holzma :

23 jam 86 jam

= 13,37 jam ≈ 13 jam

Jadi perawatan pencegahan dilakukan setiap : 13 jam

86 jam

c. Perencanaan Perawatan Pencegahan Menggunakan Metode Markov Chain

untuk item Rover :

26 jam 86 jam

= 15,12 jam ≈ 15 jam

X ∑ Waktu Perawatan Kerusakan

= X 50 jam = X 12 bulan = 3,06 ≈ 3 bulan X 50 jam X 12 bulan = 1,81 ≈ 2 bulan = = X 50 jam = =

Jadi perawatan pencegahan dilakukan setiap : 15 jam

86 jam

4.5 Analisa dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan dari data-data yang ada, maka akan dapat diketahui bahwa :

1. Dari kondisi riil perusahaan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeliharaan yang didasarkan atas biaya down time corective dan biaya down time preventive pada periode Januari 2009– Desember 2009 adalah sebesar Rp. 38.840.695,- dengan biaya pemeliharaan selama setahun untuk masing-masing item, yang sesuai dengan tabel dibawah ini :

Tabel. 4.21 Biaya Pemeliharaan Kondisi Riil perusahaan dan metode Markov Chain periode Januari 2009 –Desember 2009.

Jenis Peralatan BPO Biaya Pemeliharaan Kondisi rill perusahaan Rata – rata waktu kerusakan Biaya Pemeliharaan Menggunakan metode Markov Chain Perencanaan Perawatan

Selco Rp. 20.133.087,5,- 25 hari Rp. 11.155.637,5,- Dilakukan setiap 3 bulan

Holzma Rp. 11.837.237,5,- 23 hari Rp. 8.692.562,5,- Dilakukan setiap 2 bulan

Rover Rp. 6.870.370,- 21 hari Rp. 2.539.745,- Dilakukan setiap 2 bulan Jumlah Rp.38.840.695,- Rp. 22.387.945,-

X 12 bulan = 2,0 9≈ 2 bulan

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah total biaya pemeliharaan kondisi rill perusahaan sebesar Rp. 38.840.695,- terdiri dari biaya pemeliharaan mesin Selco sebesar Rp. 20.133.087,5,-, mesin Holzma sebesar Rp. 11.837.237,5,- , dan mesin Rover sebesar Rp. 6.870.370,-.

Kemudian dapat diketahui pula waktu rata – rata kerusakan mesin yaitu, pada mesin Selco sebanyak 25 hari, mesin Holzma sebanyak 23 hari, dan mesin Rover sebanyak 21 hari.

Dari tabel di atas dapat diketahui total biaya dengan metode Markov Chain sebesar Rp. 22.387.945,- terdiri dari pemeliharaan mesin Selco sebesar Rp. 11.155.637,5 ,- dengan perencanaan perawatan setiap 3 bulan sekali, mesin Holzma sebesar Rp. 8.692.562,5,- dengan perencanaan perawatan setiap 2 bulan sekali, mesin Rover sebesar Rp. 2.539.745,- dengan perencanaan perawatan setiap 2 bulan sekali.

2. Setelah melakukan perhitungan dan pembahasan dari data di atas, metode

Markov Chain memang benar-benar dapat diterapkan untuk menekan biaya pemeliharaan yang didasarkan atas biaya down time corrective dan down time preventive pada PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA , untuk meminimumkan biaya pemeliharaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pemeliharaan mesin yang dapat mengurangi biaya pemeliharaan yang dilakukan perusahaan berdasarkan biaya down time corective dan biaya down time preventive sebagai berikut :

1. Perencanaan perawatan peralatan Batching Plant Operation berdasarkan perhitungan perawatan pencegahan, sebagai berikut:

a. Perawatan pencegahan terhadap item Selco dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kerusakan.

b. Perawatan pencegahan terhadap item Holzma dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kerusakan.

c. Perawatan pencegahan terhadap item Rover dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kerusakan.

2. Kondisi Rill biaya perawatan perusahaan adalah sebesar Rp.220.327.340,- dan setelah menggunakan metode Markov Chain menjadi Rp.113.033.946,- sehingga terjadi penghematan sebesar Rp. 107.293.394 atau presentase sebesar (51,30%). Hal ini membuktikan bahwa metode Markov Chain memang dapat dipakai untuk meminimumkan biaya perawatan peralatan di perusahaan.

5.2 Saran

Berdasarkan atas kesimpulan dari hasil pengumpulan dan pengolahan data maka perlu disampaikannya berapa saran untuk perusahaan, antar lain :

1. Alangkah baiknya perusahaan menggunakan pemeliharaan terhadap peralatan

Batching Plant Operation menggunakan mrtode Markov Chain untuk melakukan penghematan dengan menekan biaya perawatan seminimum mungkin.

2. Apabila ada mesin yang mengalami kerusakan ringan, sedang dan berat hendaknya langsung diperbaiki tanpa menunggu jadwal pemeliharaan supaya dapat mengurangi biaya perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Corder Anthony, Teknik Manajemen Pemeliharaan. Erlangga, Jakarta,1992 .

Eny Ariyani, Penelitian Operasional, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur, Surabaya, 2008.

Galih Chrissetyo, Jurnal, Analisis kebijakkan Manajemen Pemeliharaan dan Peremajaan Mesin dengan Menggunakan Metode Markov Chain dan Therbog'h Model di Drum Plant Area PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2006.

Lieberman Hillier, Operations Research, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.

R. Faizal Fitrohny 9932010306, Perencanaan Pemeliharaan Peralatan Batching Plant Operation Dengan Metode Markov Chain Guna Meminimumkan Biaya Perawatan Di PT. Merak Jaya Beton – Surabaya.

Supandi, Manajemen Perawatan Industri, Ganeca Exacta, Bandung 2001.

Umar Said Zainuri - 0632015007. Penjadwalan Pemeliharaan BATCHING PLANT OPERATION Dengan Metode MARKOV CHAIN Guna Meminimumkan Biaya Pemeliharaan Di P.T SARI BUMI – GRESIK

Yuliana, Nani Kurniati, Jurnal, Penentuan Interval Perawatan Berdasarkan Nilaimtbf Dan Analisis Availabilitas Standby System Dengan Metode Continous Time Markov Chain Di Sistem Karbamat Unit Urea K-1 Pt. Pupuk Kaltim Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: uly ajah21@yahoo.com ;

Didik Wahjudi, Jurnal,Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem, Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin – Universitas Kristen Petra

Lampiran A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat PT. Philips Ralin Electronics Surabaya

Sejarah keberadaan Philips di Indonesia di mulai pada tahun 1941 dengan nama NV Philips Fabricage And Handelmaatschapij yang berlokasi di jalan Ngangel 121, Surabaya. Perusahaan ini memproduksi lampu pijar dengan menggunakan SU Machine yaitu mesin untuk membuat lampu pijar.

Pada tahun 1947, NV Philips Fabricage And Handelmaatschapij memiliki SU Machine yang kedua di Surabaya. Pada tahun 1949 didirikan assembling plant di jalan Banten, Bandung yang memproduksi alat telekomunikasi militer Holandia Receiver. Pada tahun 1951 didirikan sebuah assembling plant untuk radio receiver di Surabaya yang kemudian pada tahun 1955 dipindahkan ke Kiara Condong, Bandung.

Adanya pertikaian antara Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat, menyebabkan NV Philips diambil alih dan dikelola oleh Departemen Perindustrian berdasarkan PP No. 126/1961 dan dialihkan menjadi perusahaan negara dengan nama PN Ralin.

Pada tahun 1964 pertikaian antara Belanda selesai, sehingga NV Philips Gloelampenfabricaken dengan pemerintah Indonesia menandatangani Technical Agreement. Termasuk didalamnya mendirikan pabrik-pabrik baru dan unit produksi tambahan di Bandung dan Surabaya.

Pada tahun 1967 pemerintah Indonesia dengan NV Philips menandatangani suatu perjanjian Basic Agreement yang mencangkup pendirian uasaha patungan untuk memproduksi dan memasarkan poduk-produk dan alat-alat listrik maupun elektronika.

Pada tanggal 15 Februari 1968, berdasarkan UU PMA No. 1/1967, dalam persetujuan tersebut didirikan PT. Philips Ralin Elektronic yang merupakan perusahaan patungan dengan permodalan senagai berikut :

1. Pemerintah RI sebesar Nfl 10 juta atau 40 % 2. N.V Philips sebesar Nfl 15 juta atau 60%

Pada tahun 1969 didirikan PT Philips Development Cooperation yang merupakan suatu perusahaan konsultasi untuk perencanaan instalansi dan pemeliharaan alat-alat listrik atau elektronik professional di bidang medis, Industri telekomunikasi,perlampuan dan sebagainya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Jawa Timur yang menyatakan bahwa daerah Ngagel telah beralih fungsi menjadi daerah perkantoran, perdagangan, hotel dan perumahan. Maka pada tahun 1995 PT. Philips Ralin Electronics dipindahkan ke Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), tepatnya di Jalan Berber Industri I Kav. 5-19, Sidoarjo. PT. Philips Ralin Electronics mempunyai visi “Meraih dan Mempertahankan Standar “Terbaik di Kelas” dan secara terus menerus memuaskan para customer terhadap produk-produk perlampuan dengan memberikan kualitas layanan yang sempurna dan secara khusus fokus pada kualitas produk, kecepatan dan biaya yang kompetitif.

PT. Philips Ralin Electronics (PRE) terdiri dari dua departemen (factory), yaitu Lamp Factory (LF) dan Lamp Components Factory (LCF). Lacf memproduksi berbagai komponen lampu dari kaca sedangkab LF merupakan proses pembuatan dan penggabungan berbagai komponen lampu, sampai menjadi lampu hingga pengepakan. LF terbagi menjadi dua pabrik yaitu GLS dan VTL.

GLS memproduksi bola lampu sedangkan VTL (Vertical Tubular Lamp) memproduksi lampu neon.

2. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi dan misi perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Visi

Meraih dan mempertahankan standart “TERBAIK DI KELAS”

didalam budaya TQM yang dibangun secara terus menerus.

Terbaik di kelas berarti terbaik di “Industri Perlampuan Dunia” yang berkaitan dengan Top Level Goals Philips Lighting Surabaya melalui tekad perusahaan :

1. Mutu

Perusahaan bertekad untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mengelola kebutuhan dan harapan pelanggan.

2. Biaya

Perusahaan bertekad untuk mencapai produk dan biaya operasi yang bersaing.

3. Pengiriman

Perusahaan bertekad untuk mengirimkam produk dengan kecepatan dan kehandalan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

4. Lingkungan, kesehatan dan keselamatan

Perusahaan bertekad untuk mengoptimalkan kegiatan operasi dan meningkatkan kualitas hidup.

Tekad perusahaan mencerminkan kebutuhan dan harapan stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemasok dan masyarakat). Tekad perusahaan ditinjau ulang dan dievaluasi dengan dibandingkan dengan organisasi lain untuk mengetahui dan mengakui posisi perusahaan sebagai yang terbaik di kelas.

b. Misi

Memuaskan pelanggan terhadap produk perlampuan perusahaan dengan memberikan layanan yang sempurna dan secara khusus memusatkan perhatian pada mutu, biaya dan kecepatan dalam satu lingkungan yang sehat dan aman.

c. THE PHILIPS WAY (4 D’S)

Kepanjangan dari 4D’S adalah 4 cara untuk mencapai visi dan misi perusahaan

1. Dahulukan Kepuasan Pelanggan

“Memuaskan pelanggan dengan mengantisipasi dan melampaui keinginan mereka, dalam hal ini menciptakan kepemimpinan pasar yang berkelanjutan”.

2. Dirikanlah Ketepatan Janji

“Berjuang mencapai kesempurnaan bisnis, bersikap cermat dalam memenuhi komitmen perusahaan”.

“Membangun inspirasi dan mendorong satu sama lain untuk menggunakan kreatifitas dan talenta kewirausahaan dan untuk memaksimalkan potensi perusahaan”.

4. Dukunglah Satu Sama Lain

“Bekerja sebagai satu kesatuan Philips dalam sebuah lingkungan keterbukaan dan saling mempercayai untuk memobilisasi keahlian kolektif dan kesatuan mitra bisnis perusahaan”.

3. Kebijakan Perusahaan

Kebijakan perusahaan terdiri dari 2 macam, yaitu :

a. Kebijakan Mutu

Pendekatan Philips Lighting Surabay terhadap Mutu secara total adalah sebagai berikut :

1. Kesempurnaan Bisnis

Perusahaan bertujuan untuk menjadi salah satu perusahaan terbaik di Dunia. Terbaik sebagai rekan bisnis, sebagai tempat bekerja dan tempat melakukan innvestasi.

a. Customer sangat puas akan kualitas produk dan pelayanan Philips. b. Karyawan dapat membina dan memanfaatkan semua potensinya. c. Suplier suka bekerja sama dengan kita karena bersama-sama

menghasilkan nilai lebih.

d. Dalam ruang lingkup yang lebih besar, kita memberikan kontribusi atas kualitas hidup.

Untuk mencapai tujuan, kita akan mencapai kesempurnaan dalam setiap hal berdasarkan model PBE (Philips Business Excellence).

2. Melalui kecepatan

Penilaian terbaik dari customer atas produk dan pelayanan akan diperoleh melalui kinerja kelas dunia atas proses bisnis. Prestasi proses yang sempurna dihasilkan oleh perbaikan yang sistematis baik secara bertahap maupun melalui terobosan. Untuk meraih prestasi yang sempurna, perusahaan akan mempercepat kecepatan belajar.

3. Kerjasama tim

Keahlian dan pengetahuan adalah dasar bagi kesempurnaan. Perusahaan mengoptimalkan bakat perusahaan secraa penuh dengan cara bekerja sama dalam tim dan belajar dari praktek-praktek terbaik dari dalam dan luar. Komunikasi yang terbuka baik didalam maupun antar tim departemen, bisnis dan divisi akan mengoptimalkan segenap kemampuan kita

b. Kebijakan lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan

Philips Lighting Surabaya, suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi lampu dan komponen lampu. Beroperasi di Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) menyadari bahwa perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagian integral dari kegitan bisnis dan industri yang seimbang dengan pertumbuhan ekonomi, ekologi yang berkelanjutan dan masalah pengendalian.

Karena itu perusahaan bertekad untuk menyediakan tempat dan lingkungan yang sehat dan aman. Untuk pekerja, kontraktor, pemasok, tamu

dan tetangga perusahaan dengan menjalankan perusahaan kami dengan cara yang harmoni dengan komunitas dimana perusahaan berlokasi.

Perusahaan akan mencapai semua tujuan diatas melalui sistem Manajemen Lingkungan dan K3 dengan bertekad :

T : Tentukan dan sediakan sumber daya keuangan dan operasi untuk mendukung aktivitas K3

A : Aspek atau potensi bahaya lingkungan dan K3 beserta resikonya dari semua kegiatan, produk dan servis diidentifikasi, dinilai dan dikendalikan agar bisa mengelola potensi dampak terhadap lingkungan, insiden, kecelakaan atau sakit dikarenakan pekerjaan.

K : Kerjasama dalam menentukan tujuan dan target serta berusaha untuk mencapainya termasuk tinjauan ulang untuk memastikan efektifitasnya.

E : Evaluasi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang ada dan terkait, termasuk juga persyaratan internal Philips untuk memastikan kelengkapan dna kesesuaiannya.

C : Canangkan dan komunikasikan kenijakan ini kepada pekerja dan pihak terkait dengan mempromosikan kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan K3 serta selalu tersedia untuk kalangan terkait.

A : Antusias dalam melakukan perbaikan terus menerus untuk meningkatkan sistem manajemen lingkungan dan K3 beserta pencapaian targetnya.

R : Reaksi terhadap situasi darurat harus direncanakan dan disiapkan dengan menyediakan pelatihan beserta pengujiannya.

E : Eksistensi dan penerapan kebijakan, pencapaian target dan tanggung jawab pekerja sehubungan dnegan lingkungan dan K3 ini, ditinjau ulang secara berkala.

Agar mudah diingat dan mudah dimengerti kata “TAKE CARE” dijadikan singkatan dan simbol selama sosialisasi.

4. Struktur Organisasi

PT. Philips Ralin Electronics, berada di Jalan Berbek Industri Kav. 5-19, Sidoarjo, mempunyai bentuk struktur organisasi seperti gambar dibawah ini :

Gambar Struktur Organisasi PT. Philips Indonesia

Demi kelancaran dan kontinuitas jalannya pabrik, maka sangat penting dibentuk struktur organisasi. Struktur organisasi memberikan wewenang pada setiap bagian perusahaan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan padanya. Selain itu, organisasi juga berkewajiban mengatur sistem dan hubungan struktural antara fungsi–fungsi atau orang–orang dalam hubungan yang1 dengan yang lainnya dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya masing–masing. Struktur organisasi PT. Philips Ralin Electronics didekati dengan Integrated Management

Team (IMT) seperti gambar dibawah ini. Quality of internal partnerships secara langsung berhubungan dengan quality of service untuk external customers.

5. Struktur Organisasi Lamp Components Factory

Struktur organisasi pada Lamp Components Factory terdapat beberapa departemen utama, yaitu :

1. Stem Glass dan Manufacturing

a. Danner Stem Glass yang menangani masalah pembuatan glass tube.

b. ECM, bertanggung jawab terhadap pemotongan tube dengan sistem dingin.

c. CFL, bertanggung jawab terhadap produksi flare tube. 2. Equipment Departemen

a. Electrical Maintenance Departemen, bertanggung jawab terhadap masalah yang berhubungan dengan electrical.

b. Mechanical Maintenance Departemen, bertanggung jawab terhadap masalah yang berhubungan dengan mesin.

c. Plant Utility Depatement, bertanggung jawab terhadap masalah yang berhubungan dengan blower, compressor, energi, listrik, gas O2, H2, SO2

3. Soda Lime Manufacturing dan perawatan gedung.

a. Ribbon Soda Lime, yang menangani masalah pembuatan bola lampu. b. Danner Soda Lime, yang manangani pembuatan glass tube.

c. Batch House Soda Lime, mulai dari persiapan raw material hingga mixing sebelum masuk ke dalam furnace.

d. Furnace Soda Lime, menangani masalah proses peleburan raw material. 4. Proses dan Quality

Departement yang bertujuan terhadap jalannya proses pembuatan dan kualitas produk.

5. Logistic dan Sales

a. Warehouse and Material Control Manager, mengoptimalkan control aliran sesuai dengan yang diinginkan konsumen dan perusahaan.

b. Sodalime Demand Planer and Order Desk, untuk memastikan bahwa sales forecasting, sales order handling, production planning, shipment notification menuju konsumen telah diatur dengan baik.

c. Stem Glass Demand Planer and Order Desk, untuk memastikan bahwa sales forecasting, sales order handling, production planning, shipment notification menuju konsumen telah diatur dengan baik.

d. Shipping Planner, melaksankan aktivitas shipping planner.

e. LCF BOM Planner, untuk memastikan BOM (chemical raw material and packing) yang dipesan dari LCF.

f. Finished product H-H Coordinator, mengawasi dan mengkoordinasi segala kegiatan operasional di warehouse finish product LCF area.

g. Material and Good Control, mengontrol stock and information flow product material and packing dan penerimaan, penanganan, penyimpanan dan pengiriman.

h. Dispatch Coordinator, memimpin pelaksanaan pembuatan product dalam container dan truk.

i. Shipping and Receiving Coordinator, mengkoordinir semua aktivitas administrasi dari shipping dan receiving.

j. Sparepart and Control, menjaga dan mengontrol keluar masuknya sparepart di gudang LCF.

k. Logistic and Sales Administration, melakukan dan membuat record administrasi terhadap semua departemen logistic and sales.

l. Warehouse data and processing operator, melaksanakan aktivitas penarikan dan penataan finish dari produksi.

m. Shipping and Receiving Administration, melaksanakan dan mebuat record atas semua pengiriman.

n. Sparepart store keeping, menjaga dan mengontrol keluar masuknya sparepart di gudang LCF.

o. Shift warehouse operator, melaksanakan aktivitas dan penataan finish produksi untuk ditempatkan dan ditata di area gudang sesuai dengan aturannya.

LAMPIRAN A

PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA

Data Jumlah Peralatan Batching Plant Operation

No NAMA MESIN JUMLAH

1 Selco 4

2 Holzma 3

3 Rover 5

Sumber: PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA – SIDOARJO

Keterangan :

1. Selco adalah mesin yang digunakan untuk memotong partikel board. 2. Holzma adalah mesin yang digunakan untuk melubangi partikel board. 3. Rover adalah mesin yang digunakan untuk milling partikel board.

LAMPIRAN B - 1

Data Peralatan Batching Plant Operation yang mengalami perubahan status.

Data Mesin Selco yang Mengalami Perubahan Status Periode Januari 2009 – Desember 2009.

Bulan Status B/B B/Kr B/Ks B/Kb Kr/Kr Kr/Ks Kr/Kb Ks/Ks Ks/Kb Kb/B JAN 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 FEB 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 MAR 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 APRIL 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 MEI 2 0 0 1 0 0 1 0 0 0 JUNI 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 JULI 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 AGSTS 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 SEPT 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 OKT 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 NOV 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 DES 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0

Sumber: PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA – SIDOARJO

Keterangan : B/B = B/Kr

Kondisi baik ke kondisi baik =

B/Ks

Kondisi baik ke kondisi kerusakan ringan =

B/Kb

Kondisi baik ke kondisi kerusakan sedang =

Kr/Kr

Kondisi baik ke kondisi kerusakan berat =

Kr/Ks

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan ringan =

Kr/Kb

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan sedang =

Ks/Ks

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan berat =

Ks/Kb

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan sedang =

Kb/B =

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan berat Kondisi kerusakan kerusakan berat ke kondisi baik

LAMPIRAN B - 2

Data Mesin Holzma yang Mengalami Perubahan Status Periode Januari 2009 – Desember 2009.

Bulan Status B/B B/Kr B/Ks B/Kb Kr/Kr Kr/Ks Kr/Kb Ks/Ks Ks/Kb Kb/B JAN 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 FEB 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 MAR 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 APRIL 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 MEI 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 JUNI 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 JULI 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 AGSTS 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 SEPT 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 OKT 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 NOV 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 DES 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber: PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA – SIDOARJO Keterangan :

B/B = B/Kr

Kondisi baik ke kondisi baik =

B/Ks

Kondisi baik ke kondisi kerusakan ringan =

B/Kb

Kondisi baik ke kondisi kerusakan sedang =

Kr/Kr

Kondisi baik ke kondisi kerusakan berat =

Kr/Ks

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan ringan =

Kr/Kb

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan sedang =Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan berat

Ks/Ks = Ks/Kb

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan sedang =

Kb/B =

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan berat Kondisi kerusakan kerusakan berat ke kondisi baik

LAMPIRAN B - 3

Data Mesin Rover yang Mengalami Perubahan Status Periode Januari 2009 – Desember 2009.

Bulan Status B/B B/Kr B/Ks B/Kb Kr/Kr Kr/Ks Kr/Kb Ks/Ks Ks/Kb Kb/B JAN 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 FEB 3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 MAR 3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 APRIL 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 MEI 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0 JUNI 3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 JULI 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 AGSTS 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 SEPT 2 1 0 0 0 0 0 1 0 1 OKT 3 0 0 0 1 1 0 0 0 0 NOV 2 0 0 1 1 0 0 1 0 0 DES 3 1 0 0 0 0 0 0 0 1

Keterangan : B/B = B/Kr

Kondisi baik ke kondisi baik =

B/Ks

Kondisi baik ke kondisi kerusakan ringan =

B/Kb

Kondisi baik ke kondisi kerusakan sedang =

Kr/Kr

Kondisi baik ke kondisi kerusakan berat =

Kr/Ks

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan ringan =

Kr/Kb

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan sedang =

Ks/Ks

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan berat =

Ks/Kb

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan sedang =

Kb/B =

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan berat Kondisi kerusakan kerusakan berat ke kondisi baik

LAMPIRAN C – 1

Data Jumlah peralatan yang Berada Pada kondisi 1 ( Baik )

Tabel. Kondisi Baik BULAN JENIS MESIN

Selco Holzma Rover

JAN 3 3 5 FEB 2 3 4 MAR 2 1 4 APRIL 3 2 5 MEI 3 2 4 JUNI 3 2 4 JULI 3 2 4 AGSTS 3 2 3 SEPT 2 3 3 OKT 3 2 3 NOV 3 0 3 DES 3 3 4 JUMLAH 33 25 46

Sumber: PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA – SIDOARJO

Keterangan :

o Jumlah status perubahan Kondisi Baik Bulan Januari’09 sampai Bulan Desember’09 pada Item 1 = 33

o Jumlah status 1perubahan Kondisi Baik Bulan Januari’09 sampai Bulan

Desember’09 pada Item 2 = 25

o Jumlah status perubahan Kondisi Baik Bulan Januari’09 sampai Bulan

LAMPIRAN C- 2

Data Jumlah peralatan yang Berada Pada kondisi 2 ( Kerusakan Ringan )

Tabel. Kondisi Kerusakan Ringan BULAN JENIS MESIN

Selco Holzma Rover

JAN 0 0 0 FEB 1 0 1 MAR 1 1 0 APRIL 0 1 0 MEI 1 0 0 JUNI 1 1 0 JULI 1 1 0 AGSTS 0 0 2 SEPT 0 0 0 OKT 1 1 2 NOV 0 2 1 DES 1 0 0 JUMLAH 7 7 6

Sumber: PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA – SIDOARJO

Keterangan :

o Jumlah status perubahan Kondisi Kerusakan ringan Bulan Januari’09 sampai Bulan Desember’09 pada Item 1 = 7

o Jumlah status perubahan Kerusakan ringan Bulan Januari’09 sampai Bulan

Desember’09 pada Item 2 = 7

o Jumlah status perubahan kerusakan ringan Bulan Januari,09 sampai Bulan

LAMPIRAN C – 3

Data Jumlah peralatan yang Berada Pada kondisi 3 ( Kerusakan Sedang )

Tabel. kondisi Kerusakan Sedang BULAN JENIS MESIN

Selco Holzma Rover

JAN 1 0 0 FEB 1 0 0 MAR 1 1 1 APRIL 1 0 0

Dokumen terkait