• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Gizi Masyarakat

Bab IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

D. Perbaikan Gizi Masyarakat

Permasalahan gizi masyarakat merupakan salah satu isu kesehatan masyarakat yang menyita perhatian sektor kesehatan. Status gizi juga merupakan salah satu penentukondisi derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui Dinas Kesehatanmelakukan upaya perbaikan gizi masyarakat dalam rangka merespon permasalahan giziyang sering ditemukan seperti anemia gizi besi, kekurangan vitamin A, dan gangguanakibat kekurangan yodium.

1. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe)

Salah satu permasalahan gizi masyarakat adalah anemia gizi, yaitu suatu kondisi ketikakadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Rendahnya kadar Hb ini terjadi karena kekurangan asupan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan komponen Hb terutama zat besi (Fe). Sebagian besar anemia yang ditemukan di Sulawesi Tengah adalah anemia gizi besi yaitu anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Dalam rangka penanggulangan

| Profil Kesehatan Profinsi Sulteng 2013 114

permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Pemberian tablet besi ini diintegrasikan dengan pelayanan kunjungan ibu hamil (antenatal care).

Cakupan pemberian tablet Fe di Sulawesi Tengah pada tahun 2013 sebesar 90%. Persentase ini mengalami pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan hal ini dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini hal tersebut . berdasarkan laporan dari masing-masing Kabuapten/Kota dimana persentase Cakupan bumil mendapat Fe (90 Tablet) pada tahun 2012 sebesar 78,2 % menjadi 66,6 %, hal ini disebabkan masih kurangnya dukungan keluarga, kordinasilintas sektor dan lintas program terkait dalam memantau pemberian tablet tamabah darah pada bumil dan penyedian tablet tambah darah ditingkat kabupaten/kota belum tersedia secara memadai.

GAMBAR 4.34

PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) MENURUT KABUPATEN/ KOTA

DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi TengahTahun 2013

Efektivitas upaya pemberian tablet besi juga sangat bergantung pada seberapa besarkepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi yang diberikan. Cakupanpemberian tablet besi yang tinggi bisa tidak berdampak pada penurunan anemia besijika kepatuhan ibu hamil dalam

| Profil Kesehatan Profinsi Sulteng 2013 115

menelan tablet besi masih rendah.Program pemberian tablet besi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan pada ibuhamil (K1-K4) karena diberikan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan ke pelayanankesehatan. Pemberian tablet besi juga menjadi salah satu syarat terpenuhinya kunjunganibu hamil K4. Namun demikian, capaian kunjungan K4 ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 78,4%, yaitu lebih besar dibandingkan dengan capaian pemberian tablet besi pada ibu hamil sebesar 66,64%. Secara ideal, seharusnya capaian dua indikator tersebut sama atautidak jauh berbeda. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada sistem pencatatan danpelaporan serta koordinasi antar pengelola program terkait. Data dan informasi lebihrinci menurut provinsi mengenai pemberian tablet besi pada ibu hamil di tahun 2013. Pada lampiran tabel 32.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Selain anemia gizi besi, kekurangan vitamin A juga menjadi perhatian dalam upayaperbaikan gizi masyarakat. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul Vitamin A dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Vitamin A berperan terhadap penurunan angka kematian, pencegahan kebutaan, serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak.Masalah kekurangan vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat(prevalensi xeropthalmia < 0,5%).

KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah 75%. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi,vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan

| Profil Kesehatan Profinsi Sulteng 2013 116

pertumbuhan anak. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada balita usia 6-59 bulan.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Sulawesi Tengah tahun 2013 mencapai 63,66%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 83,66%. Dengan penurunan ini, maka masih diperlukan upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak,

sweeping pada wilayah yang cakupannya masih rendah dan kampanye

pemberian kapsul vitamin A. Kabupaten dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun 2013 adalah di Kabupaten Sigi sebesar 91,68%, diikuti oleh Poso sebesar 89,72% dan Morowali sebesar 87,19%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Kabupaten Banggai sebesar 60,33%, diikuti oleh Kabupaten Parigi Moutong sebesar 65,03% dan Tolitoli, Bangkep dan Tojo Una Una tidak ada datanya. Berikut cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada Balita (6-59 Bulan) tahun 2013.

GAMBAR 4.35

CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN) MENURUT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SULAWESI

TENGAH TAHUN 2013

| Profil Kesehatan Profinsi Sulteng 2013 117

3. Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan

Untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak, suatu hal yang perlu diperhatikan dengan sunguh-sunguh adalah Pemberian Air Eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan serta dilanjutkan sampai usia 2 tahun sesuai dengan perkembangannya. Kesepakatan global dunia menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif diharapkan mencapai 80 pada tahun 2000. Komitmen lain dapat diliat dari undang-undang RI No.25 tahun 2004 yang mencamtumkan tingkat pencapaian ASI Eksklusif yang harus dicapai yaitu sebesar 80 %. Namun pada kenyataannya Pemberian ASI Eksklusif secara nasional sebesar 30,2 % (Riskesdas 2013) .

Secara rata-rata Persentase cakupan Pemberian ASI Eksklusif Kabupaten/Kota terdapat perbedaan, dimana persentase kabupaten tertinggi cakupan ASI eksklusif pada Kabupaten Morowali (77%) dan cakupan persentase terendah pada Kabupaten TojoUna-Una. (32,1%).

Masih rendahnya persentase Cakupan ASI Eksklusif Provinsi Sulawesi Tengah disebabkan sosial budaya yang sulit dihilangkan pada masyarakat berupa pemberian MP-ASI sedini mungkin, belum adanya sanksi tegas bagi petugas-petugas kesehatan yang memberikan susu formula bagi ibu-ibu melahirkan atau bersalin di Rumah Sakit Pemerintah atau swasta, klinik-klinik bersalin swasta. ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal terutama masih sangat terbatasnya tenaga Konselor ASI, belum adanya Peraturan Daerah tentang pemberian ASI Eksklusif disetiap Kabupaten/Kota serta belum maksimalnya kegiatan edukasi,sosialisasi,advokasi dan pembentukan jejaring kerja dalam mengkampanyekan pemberian ASI Eksklusif maupaun MP-ASI sampai kepenjuru desa – desa dimasing-masing kabupaten/kotaserta belum terbentuknya kelomok pendukung ASI Eksklusif.

| Profil Kesehatan Profinsi Sulteng 2013 118

Dokumen terkait