• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ALOKASI WAKTU RUSA TIMOR DI PULAU PEUCANG DAN PULAU PANAITAN

TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

5 PERBANDINGAN ALOKASI WAKTU RUSA TIMOR DI PULAU PEUCANG DAN PULAU PANAITAN

TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Pendahuluan

Rusa timor yang saat ini hidup di Pulau Panaitan (± 17 500 Ha) merupakan hasil reintroduksi dari Pulau Peucang (± 450 Ha), yang dilakukan pada tahun 1978

s/d 1982 sejumlah 16 individu (3♂: 13♀). Kegiatan ini dimaksudkan untuk

membangun kembali populasi rusa timor setelah tidak diketemukan lagi pada tahun 1920 (Hoogerwerf 1970). Introduksi merupakan suatu sarana konservasi jenis (Griffith et al. 1989) dan sudah banyak dilakukan pada berbagai jenis satwa dan lokasi (Fischer dan Lindenmayer 2000).

Introduksi dianggap berhasil apabila mampu menghasilkan populasi yang lestari (Griffith et al. 1989). Saat ini, rusa timor di Pulau Panaitan masih dapat ditemukan dan bahkan telah menyebar di pulau ini dengan ukuran tubuh yang lebih besar dibanding dengan rusa timor di Pulau Peucang. Perubahan yang terjadi pada morfologi, perilaku dan demografi dalam proses ekologi dan evolusi kolonisasi populasi pulau disebut sindrom pulau (Blondel 2000) yang didorong oleh perbedaan ukuran pulau dan isolasi (Adler dan Levins 1994).

Pulau Panaitan dengan ukuran yang jauh lebih besar dibanding dengan Pulau Peucang tentunya akan memberikan kondisi ekologi yang berbeda yang akan mempengaruhi morfologi, perilaku dan demografi rusa timor. Keberhasilan satwa untuk bertahan hidup dan bereproduksi tergantung pada perilakunya dan perilaku yang berbeda merefleksikan ekologi yang berbeda (Krebs dan Davies 1990). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan alokasi waktu rusa timor di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.

Metode Penelitian Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Desember 2013, di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan, Taman Nasional Ujung Kulon. Peta lokasi penelitian sebagaimana pada Gambar 5.1.

Metode Pengamatan Perilaku

Pengamatan perilaku rusa dilakukan dengan menggunakan metode focal animal sampling (Altmann 1974) yaitu dengan mengikuti individu target dan mencatat aktivitas dan durasinya mulai pukul 08.00 s/d 16.00 WIB. Apabila individu target yang diikuti menghilang, segera diganti dengan individu lain satu kelas. Pengamatan di Pulau Peucang dilakukan terhadap 16 individu rusa selama 16 hari yang setara dengan 7200 menit dan di Pulau Panaitan dilakukan pengamatan terhadap 24 individu selama 24 hari yang setara dengan 7200 menit. Pengamatan dibagi ke dalam 3 periode yaitu: pagi (08.00-12.00), siang (12.00-13.00) dan sore hari (13.00-16.00).

31

Gambar 5.1 Peta Lokasi Penelitian

Rusa diklasifikasikan ke dalam 5 kelas yaitu anak, jantan muda, betina muda, jantan dewasa dan betina dewasa. Penentuan kriteria umur berdasarkan ukuran tubuh dan perilaku masing-masing kelas umur (Yuliawati 2011). Kelas umur anak ditandai dengan ukuran tubuh yang masih kecil dengan bulu-bulu yang masih halus, masih dalam asuhan induknya sehingga selalu berada di dekat induknya. Kelas umur muda dicirikan dengan ukuran tubuh sedang (lebih besar dari anak), beraktivitas dalam kelompok satu kelas umur. Pada jantan muda dicirikan dengan mulai tumbuhnya ranggah tunggal. Kelas umur dewasa dicirikan dengan ukuran tubuh besar. Pada jantan dewasa ditandai dengan ranggah yang telah berkembang dan pada betina dewasa biasanya diikuti anaknya. Untuk menandai satwa target dengan menggunakan ciri-ciri khusus yang terdapat pada satwa misalnya bentuk ranggah pada jantan muda, ada yang masih berbentuk bulatan ada juga yang sudah tumbuh memanjang tetapi masih tunggal. Pada jantan dewasa, dengan menggunakan bentuk ranggah, meskipun semuanya bercabang 3 tetapi ada yang tumbuh lurus ke atas dan ada yang agak ke belakang. Untuk mengamati anak dilakukan bersamaan dengan pengamatan induknya karena keberadaan anak selalu berdekatan dengan induknya.

Pola aktivitas rusa dibagi ke dalam 6 kategori yaitu makan, bergerak, istirahat, perawatan, anti predator dan aktivitas lain-lain. Aktivitas makan meliputi mencari makan, memasukkan makanan dan mengunyah, memamah biak, minum dan minum susu induknya. Aktivitas bergerak meliputi berjalan dan berlari. Perilaku istirahat meliputi berdiri diam, duduk diam dan tidur. Aktivitas perawatan meliputi menjilati diri sendiri, menggaruk diri sendiri menggunakan kakinya dan menjilati individu lain dan dijilati oleh individu lain. Aktivitas anti predator meliputi berdiri mengamati hal-hal yang mencurigakan, postur waspada

32

(kepala tegak dan pandangan lurus ke arah yang dianggap sebagai sumber bahaya) dan mengeluarkan signal alarm. Aktivitas lain-lain meliputi buang air kecil, buang air besar, bermain, berkelahi, berkubang, display (menggosokkan kepala atau ranggah pada vegetasi dan menghias ranggah dengan vegetasi) dan aktivitas seksual (Sharaichandra and Gadgil 1980; Xu et al. 2012). Untuk mempermudah pengamatan perilaku rusa ini digunakan alat bantu binokuler.

Analisis Statistik

Persentase masing-masing jenis aktivitas dari masing-masing individu dihitung. Tes Mann Whitney U digunakan untuk menguji perbedaan alokasi waktu untuk setiap jenis aktivitas masing-masing kelas umur rusa timor pada kedua pulau. Proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan program

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16.0. Hasil Dan Pembahasan

Prosentase alokasi waktu anak rusa di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan dari pagi hingga sore hari dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan 5.2. Anak rusa di Pulau Peucang menghabiskan lebih banyak waktu untuk aktivitas perawatan daripada anak rusa di Pulau Panaitan pada pagi hari dan siang hari, sementara pada aktivitas lainnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan (Tabel 5.1 s/d Tabel 5.2). Hal ini berkaitan dengan penggunaan habitat oleh anak rusa di kedua pulau tersebut. Anak rusa di Pulau Peucang tinggal di hutan pada pagi dan siang hari, dan pada sore hari berpindah ke padang rumput. Anak rusa ini dapat memaksimalkan waktu untuk makan di padang rumput pada sore hingga malam hari dan dilanjutkan pada awal pagi, sehingga anak rusa ini dapat meningkatkan waktunya untuk melakukan kegiatan lain seperti untuk perawatan pada pagi dan siang hari.

Gambar 5.2 Alokasi waktu anak rusa di Pulau Peucang

Gambar 5.3 Alokasi waktu anak rusa di Pulau Panaitan

Sementara anak rusa di Pulau Panaitan tinggal di hutan sepanjang hari, anak rusa akan mengunjungi padang rumput (halaman Kantor Resort Legon Butun yang ditumbuhi rumput) ketika tidak terdapat manusia yang sedang beraktivitas disini. Penemuan ini sama dengan perilaku zebra yang menghindari padang

33 rumput ketika singa hadir di padang rumput tersebut (Fischhoff et al. 2007). Sebagai tambahan, satwa yang hidup dengan sumber daya yang berlimpah akan lebih ekstrim dalam merespon gangguan dibandingkan dengan satwa yang hidup dengan sumber daya terbatas (Beale dan Monaghan 2004). Sepertinya hal ini juga terjadi pada rusa timor di Pulau Panaitan, rusa timor menghindari padang rumput ketika manusia hadir disana. Mereka dapat menemukan pakan di lokasi lain karena sumber daya di pulau ini lebih melimpah dengan kepadatan rusa yang lebih rendah. Anak rusa di kedua pulau ini memberikan respon yang berbeda terhadap kehadiran manusia seperti yang dilaporkan dalam perilaku satwa oleh Beale dan Monaghan (2004).

Tabel 5.1 Hasil uji perbedaan alokasi waktu rusa timor di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan periode pagi hari.

Kelas Umur

Pola Aktivitas (rata-rata±SD) makan bergerak istirahat perawatan anti

predator Lain-lain Anak Peucang 51.66±19.81 14.34±12.24 25.36±13.35 3.89±0.85 4.60±3.02 0.17±0.04 Panaitan 60.66±22.67 15.86±5.26 16.95±14.37 1.63±1.06 4,80±3.66 0.10±0.07 Signifikan NS NS NS * NS NS Betina muda Peucang 65.95±13.64 8.29±6.72 15.78±17.49 2.97±3.55 4.85±2.03 2.17±2.98 Panaitan 66.86±7.44 8.74±9.57 19.09±5.75 2.05±2.05 3.15±2.41 0.11±0.08 Signifikan NS NS NS NS NS NS Jantan Muda Peucang 50.79±9.95 17.00±8.85 12.69±8.03 8.17±6.83 8.08±9.31 3.26±4.10 Panaitan 63.89±24.34 11.32±4.61 12.47±13.36 6.17±8.60 5.06±4.23 1.09±0.65 Signifikan NS NS NS NS NS NS Betina dewasa Peucang 70.99±8.90 11.23±11.30 9.30±8.45 2.59±1.32 5.80±3.46 0.08±0.07 Panaitan 85.75±7.68 4.39±2.97 3.83±2.71 1.88±1.94 3.99±0.96 0.14±0.08 Signifikan NS NS NS NS NS NS Jantan Dewasa Peucang 68.30±9.35 11.73±4.92 4.37±2.43 2.26±2.86 10.45±7.5 2.90±4.02 Panaitan 63.67±5.99 5.72±2.72 19.75±2.41 5.18±4.7 5.53±2.51 0.14±0.20 Signifikan NS NS * NS NS NS * = Signifikan NS = tidak signifikan

Gambar 5.4 Alokasi waktu betina muda di Pulau Peucang

Gambar 5.5 Alokasi waktu betina muda di Pulau Panaitan Rusa betina muda di Pulau Peucang menghabiskan waktu lebih banyak untuk bergerak dan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk perawatan dari pada

34

rusa betina muda di Pulau Panaitan pada siang hari. Rusa betina muda di Pulau Peucang perlu berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mencari makan dalam rangka memenuhi kebutuhan pakannya seperti yang terjadi pada rusa di Texas selatan yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari makan selama musim kering yang panjang (Fulbright dan Wiemers 2011). Disaat rusa betina muda di Pulau Peucang ini meningkatkan waktunya untuk bergerak, akan dibarengi dengan penurunan waktunya untuk perawatan.

Pada sore hari, rusa betina muda di Pulau Peucang menghabiskan lebih banyak waktu untuk aktivitas anti predator daripada di Pulau Panaitan. Alokasi waktu rusa betina muda untuk aktivitas lainnya tidak berbeda secara signifikan (Tabel 5.1 s/d 5.3). Pada sore hari rusa betina muda di Pulau Peucang masih berada di dalam hutan. Rusa betina muda ini akan bersikap waspada dengan kehadiran pengunjung yang melintasi hutan menuju Karangcopong untuk menikmati matahari tenggelam. Selain itu, rusa betina muda ini juga akan bersikap waspada ketika mendengar suara dari binatang lain seperti dari kera individu panjang, babi hutan atau kijang. Meskipun rusa betina muda di Pulau Panaitan juga berada di hutan pada sore hari, akan tetapi frekuensi berperilaku anti predator lebih rendah karena di Pulau Panaitan tidak terdapat pengunjung yang melintasi hutan.

Tabel 5.2 Hasil uji perbedaan alokasi waktu rusa timor di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan periode siang hari

Kelas Umur Pola Aktivitas (rata-rata±SD)

makan bergerak istirahat perawatan anti predator Lain-lain

Anak Peucang 23.02±20.35 6.51±8.46 25.54±18.09 3.37±2.25 1.56±1.42 0.00±0.00 Panaitan 68.45±26.06 19.57±22.19 4.17±4.78 0.04±0.06 7.44±4.24 0.33±0.46 Signifikan NS NS NS * NS NS Betina Muda Peucang 79.98±11.72 8.23±3.02 9.61±7.74 0.13±0.18 1.98±1.64 0.07±0.09 Panaitan 71.37±9.13 2.30±1.76 13.30±14.96 12.8±12.75 0.19±0.27 0.00±0.00 Signifikan NS * NS * NS NS Jantan Muda Peucang 52.99±37.53 4.89±6.92 7.33±8.47 22.38±28.62 0.02±0.02 12.4±17.54 Panaitan 56.44±28.83 9.53±7.26 22.55±31.20 5.00±7.07 6.40±4.95 0.08±0.12 Signifikan NS NS NS NS NS NS Betina Dewasa Peucang 40.42±12.29 0.84±1.19 12.67±16.61 4.11±2.77 1.85±2.13 0.11±0.15 Panaitan 40.27±8.80 4.32±5.88 12.23±12.16 1.62±2.13 1.49±1.97 0.07±0.10 Signifikan NS NS NS NS NS NS Jantan Dewasa Peucang 28.45±9.22 7.57±3.78 19.28±14.5 2.10±2.92 2.52±2.35 0.07±0.10 Panaitan 40.11±12.39 7.45±8.80 1.27±1.79 9.13±8.60 2.05±2.89 0.00±0.00 Signifikan NS NS NS NS NS NS * = Signifikan NS = tidak signifikan

Rusa jantan muda di Pulau Peucang menghabiskan lebih sedikit waktunya untuk aktivitas anti predator daripada di Pulau Panaitan pada sore hari. Alokasi waktu rusa jantan muda untuk aktivitas lainnya tidak berbeda secara signifikan (Tabel 5.1 s/d Tabel 5.3). Pada sore hari, rusa jantan muda di Pulau Peucang mulai berpindah ke padang rumput dan tinggal di padang rumput hingga awal pagi hari. Lokasi padang rumput ini dikelilingi oleh penginapan, restoran dan kantor resort pengelolaan taman nasional, sehingga kehadiran manusia selalu ada disini. Rusa jantan muda ini telah terbiasa dengan kehadiran manusia (Griffiths dan Schaik 1993). Selain itu, kehadiran predator di padang rumput ini sangat jarang, dan predator juga menghindari kehadiran manusia. Penemuan ini juga

35 mengindikasikan bahwa rusa jantan muda mengubah habitat yang digunakan untuk menghindari predasi seperti yang dilaporkan pada zebra (Fischhoff et al.

2007).

Gambar 5.6 Alokasi waktu jantan muda di Pulau Peucang

Gambar 5.7 Alokasi waktu jantan muda di Pulau Panaitan Tabel 5.3 Hasil uji perbedaan alokasi waktu rusa timor di Pulau Peucang dan

Pulau Panaitan periode sore hari

Kelas Umur

Pola Aktivitas (rata-rata±SD) makan bergerak istirahat perawatan anti

predator Lain- lain Anak Peucang 40.76±23.32 13.13±6.8 41.46±20.32 1.52±0.89 3.06±1.98 0.08±0.11 Panaitan 52.28±23.63 13.81±7.85 28.35±20.67 0.87±0.62 4.70±2.14 0.00±0.00 Signifikan NS NS NS NS NS NS Betina Muda Peucang 73.69±14.06 10.15±6.04 5.01±3.95 3.51±4.52 7.39±1.89 0.26±0.19 Panaitan 72.64±21.85 4.64±5.05 20.08±16.82 1.49±1.96 1.04±1.07 0.10±0.08 Signifikan NS NS NS NS * NS Jantan Muda Peucang 59.81±29.47 9.95±9.76 17.08±14.67 9.84±6.97 0.58±0.54 2.74±3.80 Panaitan 56.61±36.10 7.97±5.63 26.10±25.37 2.05±2.87 6.06±0.89 1.21±1.50 Signifikan NS NS NS NS * NS Betina Dewasa Peucang 69.57±11.75 1.78±1.41 20.89±7.81 2.21±1.94 5.45±4.30 0.09±0.07 Panaitan 67.87±13.74 6.76±3.33 16.86±12.34 0.04±0.03 8.12±4.95 0.35±0.07 Signifikan NS NS NS * NS * Jantan Dewasa Peucang 52.51±27.62 21.72±13.29 3.77±2.69 5.35±6.59 7.74±7.53 8.91±12.52 Panaitan 46.79±22.30 9.60±6.16 20.47±15.82 10.19±14.09 7.95±2.65 5.00±7.07 Signifikan NS NS NS NS NS NS * = Signifikan NS = tidak signifikan

Rusa jantan muda di Pulau Panaitan tinggal di dalam hutan pada sore hari. Rusa jantan muda ini akan bersikap waspada ketika mendengar panggilan tanda bahaya dari satwa lain seperti dari kijang, seperti yang dilaporkan pada zebra (Fischhoff et al. 2007). Satwa dapat memperoleh informasi mengenai resiko predasi dengan menguping pada panggilan tanda bahaya dari jenis lain (Morand-Ferron et al. 2010). Suara gaduh monyet berkelahi, suara dahan atau cabang pohon yang jatuh dan gemuruh angin juga dapat menyebabkan rusa jantan muda ini bersikap waspada. Pada tupai tanah, suara gemuruh angin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu untuk waspada (Fairbanks dan Dobson 2007).

36

Aktivitas anti predator juga terkait dengan ukuran kelompok, tingkat kewaspadaan individu akan menurun seiring dengan meningkatnya ukuran kelompok (Roberts 1996). Pada sore hari, rusa jantan muda di Pulau Panaitan tinggal sendiri di dalam hutan, sementara rusa jantan muda di Pulau Peucang tinggal di padang rumput dan jumlah rusa yang berada di padang rumput di Pulau Peucang dapat mencapai 35 individu. Mekanisme pengaruh ukuran kelompok telah dikemukakan oleh Roberts (1996); Fairbanks dan Dobson (2007); Pays et al. (2007); Li dan Jiang (2008); Michelena dan Deneubourg (2011) dan Li et al. (2012).

Pada sore hari, rusa betina dewasa di Pulau Peucang menghabiskan lebih banyak waktunya untuk perawatan dan menghabiskan lebih sedikit waktunya untuk aktivitas lain-lain dari pada rusa betina dewasa di Pulau Panaitan. Alokasi waktu rusa betina untuk aktivitas lainnya tidak berbeda secara signifikan (Tabel 5.1 s/d 5.3). Rusa betina dewasa di Pulau Peucang menghabiskan lebih sedikit waktu untuk aktivitas lain-lain di sore hari. Hal ini berkaitan dengan habitat yang digunakan oleh rusa betina dewasa ini. Pada sore hari, rusa betina dewasa di Pulau Peucang megunjungi padang rumput, sementara rusa betina dewasa di Pulau Panaitan tinggal di hutan. Frekuensi buang air kecil dan buang air besar rusa betina dewasa di padang rumput lebih rendah dari pada di hutan. Buang air besar dan buang air kecil merupakan salah satu bentuk penandaan (Decima dan Black 2000) yang berfungsi untuk komunikasi (Gomes et al. 2013), sebagai sinyal kondisi kesehatan (Zala et al. 2004), sinyal untuk teritori dan pasangan (Roberts 2012). Dalam waktu yang bersamaan, rusa betina dewasa di Pulau Peucang meningkatkan waktunya untuk perawatan dari pada di Pulau Panaitan di sore hari. Rusa betina dewasa dan anaknya di Pulau Peucang tinggal di padang rumput mulai sore hari hingga awal pagi (pukul 05.00 WIB) meskipun banyak pengunjung yang tinggal di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka telah terbiasa dengan kehadiran manusia (Griffiths dan Schaik 1993).

Gambar 5.8 Alokasi waktu betina dewasa di Pulau Peucang

Gambar 5.9 Alokasi waktu betina dewasa di Pulau Panaitan Rusa jantan dewasa di Pulau Peucang menghabiskan lebih sedikit waktunya untuk istirahat daripada rusa jantan dewasa di Pulau Panaitan pada pagi hari. Alokasi waktu untuk aktivitas lainnnya tidak berbeda secara signifikan (Tabel 5.1 s/d Tabel 5.3). Rusa jantan dewasa di Pulau Panaitan mencari makan di pantai

37 pada pagi hari. Mereka makan vegetasi pantai seperti daun butun (Barringtonia asiatica Kurz), daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) dan daun ketapang (Terminalia catappa L.). Setelah makan, rusa jantan dewasa duduk sambil memamah biak di pasir di bawah vegetasi pantai. Selain makan vegetasi pantai mereka juga minum air laut. Salah satu fungsi garam mineral adalah untuk membentuk ranggah (Semiadi dan Nugraha 2004). Mereka duduk di pantai ini hingga sebelum siang. Di pulau ini sangat jarang sekali terdapat pengunjung yang mengunjungi pantai di pagi hari. Pada siang hari, rusa jantan dewasa mencari makan di dalam hutan untuk menghindari suhu yang tinggi di pantai. Hal ini mengindikasikan bahwa tenperatur mempengaruhi aktivitas rusa seperti yang dilaporkan oleh Beier dan McCullough (1990) pada rusa individu putih.

Sebaliknya, rusa jantan dewasa di Pulau Peucang mengunjungi pantai dan minum air laut pada awal pagi dan mereka hanya lewat saja (tidak tinggal berlama-lama di pantai). Hal ini berkaitan dengan kehadiran pengunjung di pantai pada pagi hari. Pada pagi hari, rusa jantan dewasa di pulau ini mendedikasikan waktunya untuk makan, bergerak dan berkelahi di dalam hutan. Mereka mencari tunas, daun semai dan pancang, daun yang jatuh, bunga yang jatuh, buah yang jatuh dan jamur. Fenomena diatas mengindikasikan bahwa kehadiran manusia telah mempengaruhi perilaku rusa jantan dewasa di kedua pulau seperti yang dilaporkan pada satwa liar di Ketambe (Griffiths dan Schaik 1993).

Gambar 5.10 Alokasi waktu jantan dewasa di Pulau Peucang

Gambar 5.11 Alokasi waktu jantan dewasa di Pulau Panaitan

Simpulan

Secara umum, alokasi waktu rusa timor di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan hampir sama. Seluruh kelas umur rusa di kedua pulau mengalokasikan waktunya paling banyak untuk makan.Terdapat beberapa perbedaan alokasi waktu pada beberapa aktivitas masing-masing kelas umur yang menunjukkan terdapatnya perbedaan kondisi ekologi rusa timor di Pulau Peucang dan Pulau Panaitan. Perbedaan kondisi ekologi ini dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan kehadiran predator atau manusia. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Kreb dan Davies (1990) dan Blondel (2000).

38

6 PEMBAHASAN UMUM

Bukti Manifestasi Sindrom Pulau

Ukuran pulau menentukan tingkat habitat, ketika area meningkat, predator, kompetitor, dan struktur habitat meningkat dalam keanekaragaman (Adler dan Levins 1994). Hal ini juga ditemukan pada Pulau Peucang maupun Pulau Panaitan. Hasil penelitian pada vegetasi sebagai habitat rusa timor di kedua pulau menunjukkan bahwa hampir seluruh strata vegetasi di kedua pulau mempunyai indeks diversitas yang tinggi, namun karena ukuran Pulau Panaitan lebih besar maka daya dukung Pulau Panaitan lebih besar dibanding Pulau Peucang. Selain itu, tumbuhan pakan di Pulau Panaitan juga lebih beragam, karena lebih beragamnya tipe ekosistem di pulau ini. Sebagai contoh, rusa timor di Pulau Panaitan mengkonsumsi daun dan kecambah pidada (Sonneratia spp.), sementara rusa timor di Pulau Peucang tidak makan tumbuhan pidada karena memang di Pulau Peucang tidak terdapat ekosistem mangrove.

Kompetitor yang hadir di Pulau Peucang lebih kecil baik jumlah jenis (kijang, monyet ekor panjang) maupun jumlah individu (jarang bertemu kijang) bila dibanding dengan kompetitor yang hadir di Pulau Panaitan (kijang, kancil, monyet ekor panjang). Dengan sedikitnya kompetitor memungkinkan rusa timor di Pulau Peucang untuk mengakses sumberdaya terutama pakan menjadi lebih leluasa. Tercukupinya sumberdaya pakan akan meningkatkan ukuran tubuh. Predator di Pulau Peucang juga lebih kecil baik dalam jumlah jenis maupun jumlah individu dibanding Pulau Panaitan. Ketidakhadiran predator memungkinkan populasi pulau untuk meningkatkan kepadatan populasi dan ketika populasi meningkat maka populasi akan menurunkan reproduksi dan meningkatkan ukuran tubuh (Adler dan Levins 1994).

Ukuran tubuh rusa timor di Pulau Panaitan cenderung lebih besar dibanding di Pulau Peucang, meskipun kehadiran predator dan kompetitor di Pulau Peucang lebih kecil. Ukuran populasi rusa timor di Pulau Peucang yang sudah mencapai 0.33 dari daya dukung, sementara populasi rusa timor di Pulau Panaitan mencapai 0.10 dari daya dukung akan berimplikasi pada akses sumber daya. Rusa timor di Pulau Panaitan akan lebih leluasa dalam mengakses sumberdaya dibanding rusa timor di Pulau Peucang. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pakan menjadi faktor penting yang menentukan ukuran tubuh. Hare (2009) menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan pakan akan meningkatkan pertumbuhan individu yang pada akhirnya akan meningkatkan ukuran tubuh.

Ukuran populasi Pulau Peucang lebih kecil dibanding Pulau Panaitan kemungkinan karena rusa timor di Pulau Peucang bermigrasi ke Semenanjung Ujung Kulon hanya berjarak ± 500 m sementara populasi rusa timor di Pulau Panaitan tidak dapat menyeberang ke pulau lain karena jarak dengan pulau lain mencapai ± 10 km. Isolasi mengontrol migrasi ke dan dari pulau (Adler dan Levins 1994).

Kepadatan populasi rusa timor di Pulau Peucang lebih tinggi dibanding Pulau Panaitan, kemungkinan karena jumlah jenis dan kepadatan predator maupun kompetitor di Pulau Peucang lebih kecil dibanding Pulau Panaitan. Adler dan Levins (1994) menyatakan bahwa pulau dengan ukuran yang lebih kecil

39 mempunyai kepadatan populasi yang lebih tinggi, karena absennya predator dan kompetitor.

Ketersediaan sumberdaya mempengaruhi perilaku rusa timor dalam mendirikan wilayah jelajah karena wilayah jelajah menghubungkan pergerakan satwa dengan distribusi sumber daya yang diperlukan untuk bertahan hidup dan reproduksi (Borger et al. 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rusa timor di kedua pulau ini menggunakan ruang yang hampir sama luasannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun Pulau Panaitan mempunyai luasan yang jauh lebih besar dibanding Pulau Peucang, tidak diikuti dengan meningkatnya ukuran wilayah jelajah di pulau ini. Ukuran tubuh rusa timor di Pulau Panaitan yang cenderung lebih besar juga tidak berpengaruh signifikan dalam mendirikan wilayah jelajah. Namun karena Pulau Panaitan mempunyai wilayah yang jauh lebih besar, rusa timor di Pulau Peucang mempunyai wilayah jelajah yang lebih menetap, sementara rusa timor di Pulau Panaitan dapat berpindah-pindah dalam menjelajahi kawasan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya dengan luasan yang tidak berbeda signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa distribusi sumberdaya antara kedua pulau hampir sama dan distribusi sumberdaya menjadi faktor penting dalam pendirian wilayah jelajah bagi rusa timor di kedua pulau tersebut. Selain itu penemuan ini turut membuktikan teori optimal patch use yaitu satwa mampu mengidentifikasi dan mengarahkan upaya mereka untuk mencari makan di lingkungan (patch) yang rata-rata tingkat hasil panen atau keuntungannya lebih tinggi dibanding lingkungan pada umumnya (Brown 1988). Mitchell dan Powell (2012) menjelaskan bahwa dua strategi untuk mengefisienkan wilayah jelajah yaitu maksimalisasi sumberdaya dan minimalisasi area sehingga akan menurunkan energi untuk melakukan perjalanan.

Di Pulau Peucang, rusa timor menggunakan padang rumput sebagai tempat mencari makan, istirahat dan aktivitas sosial. Vegetasi hutan digunakan untuk mencari makan, istirahat, berlindung dan juga aktivitas sosial. Di Pulau Panaitan, rusa timor juga menggunakan padang rumput untuk mencari makan, istirahat dan aktivitas sosial. Berbagai tipe vegetasi hutan (hutan rawa, mangrove, hutan lahan kering) dan semak belukar digunakan untuk berlindung, mencari makan, istirahat dan aktivitas sosial. Selain itu rusa timor di Pulau Panaitan juga mengunjungi pantai untuk minum air laut dan makan vegetasi pantai. Pulau Panaitan yang

Dokumen terkait