• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Frame Detik.com dan Kompas.com Tabel 17.

MAIN FRAME KOMPAS.COM Analisis:

4.2.3 Perbandingan Frame Detik.com dan Kompas.com Tabel 17.

Perbandingan frame detik.com dan kompas.com

Detik.com Kompas.com Frame Penyebab munculnya NII

adalah bukan karena kesalahan intelejen atau pemerintah semata. Namun di sisi lain pemerintah terkesan membiarkan NII.

Penyebab munculnya NII adalah murni kesalahan pemerintah baik dalam mengantisipasinya maupun menyelesaikannya.

Problem Identification

Kembali muncul dan mencuatnya NII.

Kembali muncul dan eksisnya NII.

Causal Interpretation

Bukan kesalahan pemerintah dan Intel semata.

Kesalahan Intel dan lambatnya penanganan dari pemerintah. Moral Evaluation Membahayakan keutuhan

bangsa Indonesia

Membahayakan keutuhan dan stabilitas bangsa Indonesia Treatment

Recommendation

Peran aktif masyarakat dalam mencegah terorisme.

Peran aktif masyarakat dan peningkatan kerja instansi negara terkait.

Jika ditarik ke dimensi yang lebih luas, yakni seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu, maka terlihat bahwa masing-masing media memiliki frame sendiri dalam menyeleksi isu tertentu dan menonjolkannya sehingga lebih diperhatikan dan dimaknai.

Detik.com lebih memilih isu yang mendukung instansi pemerintah dalam hal ini khususnya BIN, dengan mengedepankan pernyataan-pernyataan dari narasumber-narasumber yang mendukung wacana, bagaimana wartawan menulis petikan hasil wawancara dengan narasumber, bagaimana wartawan menulis interpretasi terhadap realitas wacana itu sendiri. Termasuk juga terlihat dari

bagaimana pemilihan kata untuk judul dan penambahan ilustrasi gambar untuk melengkapi berita. Dari aspek-aspek tersebut di atas, terlihat bahwa detik.com memilih untuk memberi penekanan/penonjolan terhadap isu yang terkesan tidak berpihak. Secara jurnalistik, detik.com bisa dikatakan lebih berimbang dalam memberitakan peristiwa ini tidak serta merta kesalahan Intel ataupun pemerintah, tetapi detik.com ingin pembacanya melihat dari sejarah dan latar belakang NII itu sendiri.

Sementara itu, kompas.com memiliki frame sendiri. Kompas.com lebih memilih isu yang mengarah pada pernyataan atau wacana yang terkesan menyudutkan dan menyalahkan pemerintah atas munculnya NII. Terlihat dari pemilihan kata untuk judul, pemilihan narasumber yang mendukung wacana tersebut.

Pembentukan frame sebagaimana di atas tentunya tak lepas dari pengaruh ideologi masing-masing media. Ideologi media terwujud dalam bentuk pandangan-pandangan, nilai-nilai dan norma-norma tertentu yang berlaku dan mempengaruhi sistem kerja redaksional di media tersebut. Kompas.com misalnya, mengusung visi keterbukaan dan meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama ras dan golongan. Sehingga berita-berita yang dihasilkan lebih melawan semua gerakan seperti NII yang mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan) melainkan peranan dalam beberapa fungsi. Gatekeeper bisa juga menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya

informasi yang lain. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi pentapisan informasi atau pemalang pintu ini (Nurudin, 2003 : 110).

Menurut Fishman, ada kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita dilihat, salah satunya adalah pandangan seleksi berita (selectivity of news) seringkali melahirkan teori seperti gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang diberitakan dan mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil yang ada di luar diri wartawan. Realitas yang riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah dalam sebuah berita (Eriyanto, 2004 : 100).

Benar bahwa media harus bekerja secara objektif, berimbang dan netral di bawah kaedah-kaedah jurnalistik. Bisa jadi secara kaedah jurnalistik suatu pemberitaan sudah dikatakan benar. Tapi ternyata selalu ada celah bagi media untuk secara halus menyisipkan ideologi dan tendensinya tersebut secara tidak sadar hadir dalam suatu berita.

Sebagaimana pemahaman dalam paradigm konstruktivis bahwa berita adalah hasil konstruksi wartawan dan media terhadap realitas sosial di mana selalu

melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana realitas itu dipahami dan dimaknai leh wartawan.

Cara pandang media dan jurnalis detik.com dan kompas.com sesungguhnya pun dipengaruhi oleh ideologi dan nilai-nilai tertentu. Detik.com memandang bahwa bukan hanya pemerintah yang disalahkan tapi masyarakat harus lebih obyektif dalam melihatnya. Sementara kompas.com memandang NII adalah “dosa” pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab penuh atas munculnya NII. Berita-berita kompas.com lebih mengarah kepada wacana-wacana yang menyudutkan pemerintah. Sehingga beritanya kemudian cenderung kontra terhadap media detik.com.

Berita bukanlah representasi dari realitas. Berita yang kita baca dan lihat pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik. Pemilihan fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai pada penyuntingan merupakan prses konstruksi yang dilakukan oleh wartawan.

Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber yang lain; menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar disbanding tokoh yang lain; liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain; tidak berimbang dan secara nyata memihak suatu kelompok, tidaklah dianggap sebagai sekedar kekeliruan yang dilakukan oleh wartawan, tetapi memang seperti itulah praktik yang dijalankan oleh wartawan. Memang seperti itulah konstruksi wartawan terhadap realitas yang hendak dia beritakan.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis atas berita-berita munculnya NII di detik.com dan kompas.com sebagaimana dipaparkan di bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

1. Problem Identification (Pendefinisian Masalah). Detik.com dan kompas.com hampir sama dalam mendefinisikan masalah. Detik.com dan Kompas.com hampir sama memandang munculnya NII sebagai awal persoalan ini terjadi. Masalah inilah yang akhirnya nanti menimbulkan berbagai macam kontroversi.

2. Causal Interpretation (Memperkirakan Penyebab Masalah). Dalam pemberitaan detik.com, yang menyebabkan munculnya NII adalah tidak serta merta kesalahan pemerintah. Detik.cm mengajak pembacanya agar lebih obyektif dalam melihat suatu permasalahan. Sedangkan pada kompas.com penyebab munculnya NII adalah murni karena kesalahan pemerintah dalam mengantisipasi maupun dalam menanganinya. Seakan- akan ada politik tersendiri yang di’bawa’ oleh pemerintah.

3. Moral Evaluation (Membuat Pilihan Moral). Kompas.com membuat beberapa keputusan moral, yaitu NII akan mengancam keutuhan bangsa Indonesia karena mengatasnamakan suatu agama tertentu serta

dikhawatirkannya terjadi distrust atau ketidakpercayaan publik terhadap instansti negara. Sedangkan pada detik.com mengatakan bahwa NII akan merugikan dan menghancurkan bangsa Indonesia.

4. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian). Akhirnya, berdasarkan berita-beritanya dapat disimpulkan bahwa kompas.com dan detik.com menekankan penyelesaian yaitu dengan meningkatkan kinerja intelejen serta peran aktif masyarakat dalam menyikapi masalah tersebut agar masalah ini tidak berlarut-larut.

5. Frame Detik.com menjelaskan bahwa munculnya NII tidak hanya disebabkan oleh kelalaian pemerintah dalam mengantisipasi munculnya NII, tapi juga harus dilihat sejarah dan latar belakang NII itu sendiri. Sedangkan Kompas.com menjelaskan bahwa munculnya NII adalah murni kesalahan pihak pemerintah dalam mengantisipasi maupun menangani kasus tersebut.

5.2 Saran

Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar para calon peneliti peka dalam mencari permasalahan yang hendak diteliti. Dalam melakukan analisis framing, pilihlah berita-berita atau isu-isu sensitive yang berdampak luas di masyarakat. Dalam meneliti frame berita, hendaklah peneliti menggunakan paradigm kritis, agar penelitiannya dapat mengikutsertakan konteks ruang waktu,

sosial politik di mana berita itu dibuat, sehingga hasil penelitian menjadi lebih komprehensif.

Bagi masyarakat luas, konsumen media massa, hendaklah kita bisa lebih kritis dalam mengkonsumsi berita maupun inrformasi dari media. Media sesungguhnya tak sekedar menyampaikan, melainkan juga mengarahkan. Sebagai konsumen yang cerdas kita seharusnya kritis dan tak mudah dipengaruhi oleh media. Melainkan sebaliknya mampu mengontrol media agar media dapat terus menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi dan corong kebenaran.

Effendy, Onong Uchana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Eriyanto, 2005, Analisis Framing Konstruksi, Idelogi dan Politik Media, Yogyakarta, LKIS. Junaedhi, Kurniawan, 1991, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta, Erlangga.

Mc.Quail, Dennis, 1996, Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Gelora Aksara Utama. Nurudin, 2003, Komunikasi Massa, Malang, Cespur.

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Sumadiria, Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia, Bandung, Simbiosa Rekatama Media. Birowo, M. Antonius, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, Yogyakarta.

Septiawan Santana, 2005, Jurnalisme Kontemporer, Yayasan Obor Indonesia.

NON BUKU : http://id.wikipedia.org/wiki/Detik.com 26/04/11 13:43 http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas 26/04/11 12:16 http://www.kompas.com 26/04/11 19:52 , 27/04/11 23:21 , 28/04/11 15:30 http://www. detik.com 26/04/11 19:58 , 27/04/11 00:10 , 28/04/11 14:12 http://id.wikipedia.org/wiki/NII 27/04/11 17:55

Dokumen terkait