commit to user B. Pembahasan
4) Perbandingan Hasil Analisis ITEMAN Paket A dan B
Instrumen tes formatif fisika pokok bahasan cahaya telah dibuat dalam dua paket soal, yakni paket A dan B. Untuk melihat tingkat kesetaraan soal, maka dilakukan pembandingan hasil analisis ITEMAN setiap item soal dengan meninjau aspek taraf kesukaran dan daya pembeda. Soal dapat dikatakan seimbang jika nilai koefisien prop.corect dan daya pembeda tidak berbeda jauh. Dari 80 soal paket A dan B terdapat 21 soal yang tidak seimbang, berdasarkan nilai prop.corect dan rbis hasil analisis ITEMAN diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.16. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 1
Soal No 1 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,936 0,277
Daya pembeda 0,104 0,246
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal A lebih mudah jika dibanding soal B. Namun daya pembeda soal B lebih bagus daripada daya pembeda soal A, walaupun nilai koefisien daya pembeda soal B masuk dalam kategori satisfactory. Tabel 4.17. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 2
Soal No 2 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,872 0,362
Daya pembeda 0,435 0,259
Peserta tes yang mengerjakan dengan benar soal paket A lebih banyak jka dibandingkan soal no 2 paket B. Dapat dikatakan soal nomor 2 paket A lebih mudah daripada soal nomor 2 paket B.Walaupun demikian, soal nomor 2 paket B masih termasuk dalam kategori sedang. Ditinjau dari koefisien daya pembeda, paket soal B termasuk dalam kategori direvisi karena nilai p<0,3. Secara kualitatif dapat ditafsirkan bahwa beberapa peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh jawaban, sebaliknya peserta tes yang termasuk kelas bawah memilih kunci jawaban.
Tabel 4.17. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 3
Soal No 3 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,894 -0,364
Daya pembeda 0,283 -0,269
Soal nomor 3 paket soal A termasuk dalam kategori mudah dan memiliki daya beda yang rendah. Namun jika dibanding soal nomor 3 paket B, soal paket A
commit to user
lebih baik karena soal B ditolak dari segi tingkat kesukaran dan daya pembeda. Dapat pula dikatakan soal nomor 3 paket A dan B tidak seimbang.
Tabel 4.18. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 7
Soal No 7 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,809 0,957
Daya pembeda 0,214 0,131
Soal nomor 7 paket A dan B dapat dikatakan seimbang. Ditinjau dari tingkat kesukaran item, soal pada paket A dan B termasuk dalam kategori mudah. Begitu pula dengan nilai daya pembeda, kedua soal termasuk dalam kategori direvisi.
Tabel 4.19. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 9
Soal No 9 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,085 0,149
Daya pembeda 0,187 -0,203
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 9 paket A lebih sukar jika dibandingkan soal paket B. Namun berdasarkan kriteria pengelompokan taraf kesukaran item, kedua soal termasuk dalam kategori sukar. Kedua soal tergolong sukar karena peserta tes yang menjawab benar pada setiap item soal belum mencapai 30% dari jumlah peserta tes. Jika ditinjau dari segi daya pembeda, soal paket B lebih jelek daripada soal paket A karena daya pembeda soal nomor 9 paket B ditolak. Tanda negatif pada koefisien daya pembeda menunjukkan bahwa ada peserta tes dari kelas atas yang memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban, sedangkan peserta tes dari kelas bawah memilih jawaban yang tepat.
Tabel 4.20. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 11
Soal No 11 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,596 0,553
Daya pembeda 0,444 -0,011
Soal nomor 11 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik daripada soal paket B. Kedua soal termasuk dalam kategori sedang, namun nilai daya beda kedua soal berbeda. Daya beda soal paket A termasuk kategori good, sedangkan daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan efektifitas pengecoh, ada kemungkinan pilihan jawaban soal nomor 11 paket B membingungkan sehingga ada peserta tes kelas atas yang mengerjakan paket soal tersebut memilih pengecoh sebagai jawaban.
commit to user
Tabel 4.21. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 12
Soal No 12 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,638 0,723
Daya pembeda 0,632 -0,005
Soal nomor 12 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik daripada soal paket B. Dilihat dari taraf kesukaran, soal paket A termasuk soal yang sedang namun soal paket B termasuk dalam kategori mudah. Daya beda soal paket A termasuk kategori good, sedangkan daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan efektifitas pengecoh, ada kemungkinan pilihan jawaban soal nomor 12 paket B membingungkan sehingga ada 5% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban.
Tabel 4.22. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 20
Soal No 20 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,362 0,106
Daya pembeda 0,597 0,267
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 20 paket A termasuk kategori sedang dan soal paket B termasuk soal yang sukar. Dari segi daya pembeda, soal paket A lebih baik daripada soal paket B. Dapat disimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak seimbang dari segi taraf kesukaran dan daya pembeda.
Tabel 4.23. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 23
Soal No 23 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,447 0,277
Daya pembeda 0,894 -0,155
Soal nomor 23 paket A lebih mudah jika dibandingkan soal paket B. Berdasarkan kriteria pengelompokan taraf kesukaran item, soal A adalah soal yang sedang dan soal paket B adalah soal yang sukar. Jika ditinjau dari segi daya pembeda, soal paket B lebih jelek daripada soal paket A karena daya pembeda soal nomor 9 paket B ditolak. Tanda negatif pada koefisien daya pembeda menunjukkan bahwa ada peserta tes dari kelas atas yang memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban, sedangkan peserta tes dari kelas bawah memilih jawaban yang tepat. Dari tinjauan taraf kesukaran dan daya pembeda, soal A lebih baik daripada soal B.
commit to user
Tabel 4.24. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 24
Soal No 24 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,170 0,234
Daya pembeda 0,166 1,000
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 24 paket A lebih sukar jika dibandingkan soal paket B. Namun berdasarkan kriteria pengelompokan taraf kesukaran item, kedua soal termasuk dalam kategori sukar. Kedua soal tergolong sukar karena peserta tes yang menjawab benar pada setiap item soal belum mencapai 30% dari jumlah peserta tes. Jika ditinjau dari segi daya pembeda, soal paket B dapat dikatakan berfungsi optimal, karena nilai koefisien pembeda bernilai maksimum. Sedangkan nilai daya pembeda soal paket A adalah 0,166, menunjukkan bahwa soal perlu direvisi. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang dari tinjauan taraf kesukaran maupun daya pembeda.
Tabel 4.25. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 25
Soal No 25 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,170 0,000
Daya pembeda -0,346 -9,000
Soal nomor 25 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik daripada soal paket B. Dilihat dari taraf kesukaran, kedua soal termasuk soal yang sukar, namun soal paket B memiliki angka tingkat kesukaran 0,000 artinya soal tersebut sangat sulit karena tidak ada satu peserta tes yang mampu menjawab soal. Jika dilihat dari koefisien daya pembeda, kedua soal termasuk ditolak.
Tabel 4.26. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 26
Soal No 26 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,574 0,128
Daya pembeda 0,455 -0,335
Soal nomor 26 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik daripada soal paket B. Dilihat dari taraf kesukaran, soal paket A termasuk soal yang sedang namun soal paket B termasuk dalam kategori sukar. Daya beda soal paket A termasuk kategori good, sedangkan daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan efektifitas pengecoh, ada kemungkinan pilihan jawaban soal nomor 26 paket B membingungkan sehingga ada 33,5% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban.
commit to user
Tabel 4.27. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 27
Soal No 27 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,362 0,596
Daya pembeda -0,459 0,702
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 27 paket A dan B termasuk soal yang sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket B dapat dikatakan berfungsi optimal, karena nilai koefisien pembeda bernilai maksimum. Sedangkan nilai daya pembeda soal paket A adalah -0,459, menunjukkan bahwa daya pembeda soal no 27 ditolak karena ada 45,9 % peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang dari tinjauan dari daya pembeda.
Tabel 4.28. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 28
Soal No 28 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,532 0,532
Daya pembeda 0,000 -0,290
Soal nomor 28 paket A danB tidak seimbang. Dilihat dari taraf kesukaran, soal paket A dan B termasuk dalam kategori soal yang sedang. Daya beda soal paket A termasuk kategori ditolak karena nilai koefisiennya 0,000, artinya soal tidak mampu membedakan peserta tes kelas atas dan kelas bawah. Daya beda paket B juga termasuk dalam kategori ditolak namun nilai koefisiennya bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa pilihan jawaban soal paket B membingungkan sehingga ada 29% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban.
Tabel 4.29. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 29
Soal No 29 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,255 0,298
Daya pembeda -0,414 -0,029
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 29 paket A dan B termasuk soal yang sukar. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A dan B termasuk dalam kategori ditolak karena koefisien daya bedanya bernilai negatif. Namun soal paket A lebih jelek daripada soal paket B, karena prosentase peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban lebih banyak jika dibandingkan soal nomor 29 paket soal B. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang.
commit to user
Tabel 4.30. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 30
Soal No 30 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,255 0,277
Daya pembeda 0,747 -0,465
Soal nomor 30 paket A danB tidak seimbang. Dilihat dari taraf kesukaran, soal paket A dan B termasuk dalam kategori soal yang sukar. Daya beda soal paket A termasuk kategori diterima, namun daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak karena koefisien daya pembedanya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan jawaban soal paket B membingungkan sehingga ada 46,5% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban.
Tabel 4.31. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 31
Soal No 31 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,787 0,617
Daya pembeda 0,190 0,440
Soal nomor 31 paket A dan B termasuk soal yang memiliki taraf kesukaran sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A termasuk dalam kategori soal yang direvisi karena nilai koefisien daya pembedanya kurang dari 0,2. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang dari tinjauan daya pembeda soal.
Tabel 4.32. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 32
Soal No 32 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,383 0,660
Daya pembeda -0,025 0,625
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 32 paket A dan B termasuk soal yang sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket B lebih baik dari soal paket A. Koefisien daya pembeda paket soal A bernilai -0,025, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak. Ada kemungkinan bahwa terdapat 2,5% peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket B lebih baik daripada soal paket A.
Tabel 4.33. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 37
Soal No 37 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,447 0,170
commit to user
Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 37 paket A termasuk soal yang sedang dan soal paket B termasuk soal yang sukar. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A lebih baik dari soal paket B. Koefisien daya pembeda paket soal B bernilai -0,096, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat 9,6% peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket A lebih baik daripada soal paket B.
Tabel 4.34. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 38
Soal No 38 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,170 0,426
Daya pembeda 0,000 0,550
Dilihat dari kriteria taraf kesukaran soal nomor 38 paket A termasuk dalam kategori soal yang sukar, sedangkan soal paket B termasuk soal yang sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket B lebih baik dari soal paket A. Koefisien daya pembeda paket soal A bernilai 0,000, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak karena soal tidak mampu membedakan peserta tes kelas atas dan kelas bawah. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket B lebih baik daripada soal paket A. Tabel 4.35. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 39
Soal No 39 Kriteria Paket A Paket B
Taraf kesukaran 0,468 0,085
Daya pembeda 0,783 -0,103
Soal nomor 39 paket A termasuk soal yang sedang, namun soal paket B termasuk soal yang sukar. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A lebih baik dari soal paket B. Koefisien daya pembeda paket soal B bernilai -0,103, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak. Angka daya pembeda -0,103 menunjukkan bahwa terdapat 10,3% peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket A lebih baik daripada soal paket B.
Jika rangkuman analisis ITEMAN kedua paket soal dibandingkan (Tabel 4.35), maka akan diperoleh indentifikasi mengenai beberapa hal, antara lain skor rata – rata tiap paket tes, varian, angka kemiringan, distribusi skor dan koefisien
commit to user
reliabilitas. Nilai skor rata – rata soal paket A (21.000) lebih tinggi dari nilai rata – rata peserta tes paket soal B (17.043). Demikian juga dengan nilai varian, varian A (43.064) lebih tinggi dari varian B (30.722). Nilai varian menunjukkan sebaran skor peserta tes. Jika varian A lebih tinggi, hal ini menunjukkan bahwa rentang nilai antara peserta kelas atas dengan kelas bawah terpaut jauh. Nilai kemiringan menunjukkan distribusi skor peserta tes, kemiringan distribusi skor paket B (0.709) lebih tinggi daripada A (0.418). Tanda positif pada angka kemiringan menunjukkan bahwa sebagian besar skor berada pada skor rendah. Jika dikaitkan dengan nilai puncak distribusi, kedua paket soal memiliki angka puncak distribusi skor negatif. Angka negatif pada nilai puncak distribusi menunjukkan bahwa distribusi skornya landai. Gambaran hasil analisis mengenai distribusi skor dapat pula digambarkan dengan Kurva 4.1.
Tingkat kesahihan atau reliabilitas suatu item tes menggambarkan tingkat konsistensi suatu item sebagai alat ukur. Nilai koefisien reliabilitas bekisar antara 0 sampai 1. Suatu tes dikatakan reliabel jika nilai koefisien reliabilitasnya mendekati 1. Dari analisis hasil ITEMAN, tingkat kesahihan ditunjukkan oleh nilai alpha Ditinjau dari nilai reliabilitas tes, koefisien reliabilitas paket soal A 0,830 (dari nilai alpha), angka ini menunjukkan bahwa tingkat kesahihan tinggi. Sedangkan nilai indeks reliabilitas tes paket soal B sebesar 0,757 menunjukkan bahwa tingkat kesahihan tes tinggi pula. Jika dibandingkan dengan paket soal A, tingkat kesahihan tes paket B lebih rendah 0,073 dari angka kesahihan paket soal A.
Tabel 4.36 Rangkuman Analisis ITEMAN Paket A dan B
Kriteria Paket A Paket B
jumlah soal 40 40
jumlah peserta tes 47 47
skor rata – rata 21.000 17.043
Varian 43.064 30.722
standar deviasi 6.562 5.543
kemiringan distribusi skor 0.418 0.709
puncak distribusi skor -1.227 -0.710
skor terendah 12.000 8.000
skor tertinggi 32.000 29.000
median 18.000 15.000
commit to user
kesalahan pengukuran 2.705 2.732
rata – rata tingkat kesukaran 0.525 0.426
rata – rata daya beda semua soal 0.346 0.295
rata – rata daya pembeda 0.448 0.376
b. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan SPSS
Selain dianalisis menggunakan program ITEMAN, data hasil uji coba juga dianalisis menggunakan program SPPSS 16 untuk mendapatkan deskripsi data dan betuk grafik.
Dari Tabel 5.1 (Lampiran 7) hasil analisis dengan SPSS dapat diketahui bahwa setiap item soal memiliki nilai maksimum 1, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada item soal yang tidak dapat dijawab oleh paling sedikit satu peserta tes. Untuk menunjukkan pola penyebaran skor peserta tes, data hasil uji dibuat dalam bentuk grafik. Pada diagram batang 4.1 terlihat bahwa kebanyakan peserta tes mendapatkan skor 17, sedangkan peserta tes yang mendapatkan skor 16, 21, 24, 25, 29 dan 30 relatif lebih sedikit. Nilai maksimum 32 dan nilai minimum 12. Penyebaran skor tidak merata karena tidak ada peserta tes yang mendapatkan skor tes 14, 20, 23 dan 28. Ketidakteraturan penyebaran skor ini dapat pula dilihat dari kurva 4.2a. Distribusi skor dapat dikatakan normal jika kurva yang terbentuk berdistribusi normal, sedangkan pada gambar 4.2a kurva cenderung miring ke kiri. Kurva ini mengidentifikasikan bahwa soal paket A masuk dalam kategori soal yang sukar.
Dari Tabel 5.2 (Lampiran 8) deskripsi data hasil analisis SPSS 16 terlihat bahwa terdapat skor 0 pada kolom nilai maksimum per item. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu siswa pun yang mampu menjawab item soal nomor 25 dengan benar. Ditinjau dari distribusi skor peserta tes, skor terbanyak yang diperoleh peserta tes adalah 13, sedangkan untuk skor 9,10,17,19,23,26,28 dan 29 relatif rendah. Jika skor digambarkan dalam bentuk kurva, maka akan diperoleh kurva yang miring ke kiri (gambar 4.2b). Dari kurva 4.2b dapat dikatakan bahwa secara umum soal termasuk kategori sukar karena skor terbanyak yang diperoleh peserta tes adalah 13. Jika disesuaikan dengan Standar Kelulusan Minimum, skor
commit to user
peserta tes belum memenuhi karena untuk dapat memenuhi SKM peserta tes harus menjawab benar 28 soal.
(a) (b)
Gambar 4.1(a) Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket A (b) Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket B
(a) (b)
Gambar 4.2(a) Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket A (b) Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket B