• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi. Oleh: Isnaini Rohayati NIM K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi. Oleh: Isnaini Rohayati NIM K"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP

Skripsi

Oleh: Isnaini Rohayati

NIM K2308094

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)

commit to user

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP

Oleh: Isnaini Rohayati

NIM K2308094

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(3)
(4)
(5)
(6)

commit to user

ABSTRAK

Isnaini Rohayati. PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA

TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP. Skripsi, Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2012.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun.

Penelitian ini merupakan penelitian dasar. Penelitian dilakukan di Surakarta dan di Girimarto dengan melibatkan responden siswa kelas VIII A, B, C, E, F dan G SMP Negeri 2 Girimarto tahun ajaran 2011 / 2012. Tes yang disusun berupa tes formatif Fisika materi Cahaya. Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan penelaahan soal dan teknik kuantitatif dengan analisis butir tes pilihan ganda meliputi daya beda, tingkat kesukaran, efektivitas distraktor, dan reliabilitas soal.

Hasil penelitian berupa hasil telaah kualitatif oleh ahli dan hasil analisis kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti. Dari telaah kualitatif diperoleh soal – soal yang harus direvisi karena pilihan jawaban tidak alfabetis, kalimat tidak efektif dan materi tidak sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Hasil uji lapangan I menunjukkan hasil sebagai berikut ; paket A : terdapat 6 soal kategori sukar, 24 soal kategori sedang dan 10 soal yang sulit, Dari segi daya pembeda, terdapat 5 soal berdaya beda negative, 5 soal jelek, 5 soal cukup, 13 soal baik dan 12 soal sangat baik. Untuk soal paket B, terdapat 13 soal sukar, 23 soal sedang dan 4 soal mudah. Dari segi daya pembeda, terdapat 12 soal ditolak, 1 soal jelek, 4 soal cukup, 15 soal baik dan10 soal sangat baik.

Dari Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa Tes yang telah disusun yaitu “Tes Formatif Fisika SMP Materi Cahaya, Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tes berupa tes objektif bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang berjumlah 50 soal. Alokasi waktu pengerjaan tes selama 90 menit. Tes yang telah disusun dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan kunci jawaban. Adapun karakteristik tes yang telah disusun adalah dari soal paket A, terdapat 25% soal kategori mudah, 60% soal sedang dan 15% soal sukar. Dari segi daya pembeda, soal dengan daya beda sangat baik, baik dan cukup sebanyak 75%. Sedangkan ditinjau dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 85% soal dengan 3 distraktor dengan baik. Soal paket B, terdapat 10% soal mudah, 57,5% soal sedang dan 32,5% soal sukar. Dari segi daya beda, Soal dengan daya beda sangat baik, baik dan cukup sebanyak 67,5%.Sedangkan dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 85% soal dengan tiga distraktor berfungsi dan dengan baik. Instrumen tes akhir, terdapat 22% soal mudah, 54% soal sedang dan 24% soal sukar. Soal dengan daya beda sangat baik ,baik dan cukup sebanyak 74%. Dari aspek keefektifan distraktor diperoleh hasil 68% soal dengan tiga distraktor yang sudah berfungsi dengan baik. Dari keriga paket tes, tes yang memiliki kualitas dan karakteristik terbaik adalah tes terakhir.

(7)

commit to user

vi

MOTTO

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al Insyirah : 6-8 )

Untuk Istana 10 Cinta, yang Belum Nyata Akan Menadi Nyata Jika Diusahakan (Penulis)

Penjamkan Mata, Sebut Nama Sepuluh Orang yang Dicinta, Niscaya Api Semangat Itu Akan Tetap Menyala Meski Badai Menerpa (Penulis)

(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Istana 10 cinta

2. Omnya ultramen kecil 3. Kel.Besar Censi

(9)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penyusunan Instrumen Tes Formatif Fisika untuk SMP”.

Banyak kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sukarmin, S. Pd, M. Si, Ph. D. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M. Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Drs. Surantoro, M. Si. Selaku Koordinator Skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun Skripsi. 5. Ibu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II yang telah

membimbing penulis sehingga penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. 7. Segenap Dosen Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

8. Bapak Basuki, S.Pd. Selaku kepala SMP Negeri 2 Girimarto yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Eko Purwanto, S, Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 2 Girimarto yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu untuk terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.

(10)

commit to user

Semoga amal kebaikan semua pihak yang tersebut di atas mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan informasi dan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan.

Surakarta, September 2012 Penulis

(11)

commit to user

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 2

C. Pembatasan Masalah 2

D. Perumusan Masalah 3

E. Tujuan Penelitian 3

F. Manfaat Penelitian 3

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 3

BAB II.LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 4

1. Pembelajaran Sains 4

2. Hasil Belajar 4

3. Penilaian Pembelajaran Fisika 7

4. Prosedur Penyusunan Tes 14

5. Analisis Hasil Tes 14

6. Penelitian yang Relevan 20

(12)

commit to user

C. Pertanyan Penelitian 22

BAB III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 24

1. Tempat Penelitian 24

2. Waktu Penelitian 24

B. Metode Penelitian 25

C. Prosedur Penyusunan 25

1. Melakukan Analisis Kurikulum 25

2. Menetapkan Tujuan Tes 25

3. Membuat Kisi – Kisi 25

4. Menulis Instrumen 25

5. Melakukan Telaah Instrumen Secara Teoritis 25

6. Melakukan Uji Coba Dan Analisis Item Hasil Uji Coba Tes

26

7. Merevisi Instrumen Tes 26

D. Subjek Penelitian 26

E. Data dan Teknik Pengambilan data 26

1. Data 26

2. Teknik Pengambilan Data 27

F. Teknik Analisis Data 27

1. Reliabilitas 27

2. Taraf Kesukaran 28

3. Daya Pembeda 28

4. Efektifitas Distraktor 30

BAB IV.HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 31

1. Hasil Telaah Instrumen Secara Deskriptif 31

2. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN dan SPSS

33

3. Analisis Hasil Uji Coba II Menggunakan ITEMAN dan SPSS

(13)

commit to user

xii

4. Produk Akhir 36

B. Pembahasan 37

1. Analisis Kurikulum 37

2. Penetapan Tujuan Tes 37

3. Penyusunan Kisi – Kisi 38

4. Penulisan Instrumen 38

5. Telaah Kualitatif 38

6. Uji Coba 39

7. Analisis Item Hasil Uji Coba I 39

8. Pengambilan Keputusan 53

9. Uji Coba dan Analisis Hasil Uji Coba II 55

BAB V.KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan 114

B. Keterbatasan Penelitian 115

C. Saran 115

DAFTAR PUSTAKA 117

(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Daya Beda Butir Tabel 3.1. Waktu Penelitian

Tabel 3.2. Klasifikasi Daya Beda Butir Soal Tabel 4.2. Rangkuman Telaah Secara Teoritis Tabel 4.3. Rangkuman Tingkat Kesukaran Tabel 4.4. Rangkuman Daya Beda Paket A Tabel 4.5 Rangkuman Tingkat Kesukaran Tabel 4.6 Rangkuman Daya Beda Pake Soal B

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN Paket A dan B Tabel 4.8. Tingkat Kesukaran Item

Tabel 4.9 Daya Pembeda Item

Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Analisis ITEMAN

Tabel 4.11. Persentase Taraf Kesukaran Soal Paket A dan B Tabel 4.12. Kriteria Daya Pembeda Soal

Tabel 4.13. Perbandingan Persentase Daya Pembeda Paket Soal A dan B Tabel 4. 14. Klasifikasi Distraktor Soal Paket A

Tabel 4.15. Klasifikasi Distraktor Soal Paket B

Tabel 4.16. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 1 Tabel 4.17. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 2 Tabel 4.18. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 7 Tabel 4.19. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 9 Tabel 4.20. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 11 Tabel 4.21. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 12 Tabel 4.22. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 20 Tabel 4.23. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 23 Tabel 4.24. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 24 Tabel 4.25. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 25

(15)

commit to user

xiv

Tabel 4.26. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 26 Tabel 4.27. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 27 Tabel 4.28. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 28 Tabel 4.29. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 29 Tabel 4.30. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 30 Tabel 4.31. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 31 Tabel 4.32. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 32 Tabel 4.33. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 37 Tabel 4.34. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 38 Tabel 4.35. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 39 Tabel 4.36 Rangkuman Analisis ITEMAN Paket A dan B Tabel 4.37. Pemilihan Soal

Tabel 4.38 Kriteria Pengambilan Keputusan

Tabel 4.39 Persentase Taraf Kesukaran Soal Paket A, B, dan Soal Akhir Tabel 4.40. Persentase Daya Pembeda Soal Paket A, B dan Soal Akhir Tabel 4.41. Efektifitas Distraktor

(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

Gambar 4.1a. Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket A Gambar 4.1b. Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket B Gambar 4.2a Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket A

Gambar 4.2b Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket B Gambar 4.5a. Diagram Distribusi Skor

(17)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Analisis Deskriptif Instrumen

Lampiran 2 Hasil Analisis ITEMAN uji I

Lampiran 3 Pengambilan Keputusan

Lampiran 4 Hasil Analisis Kurikulum, SK dan KD

Lampiran 5 Kisi –Kisi Tes

Lampiran 6 Instrumen Tes Uji I

Lampiran 7 Hasil Analisis SPSS Paket A dan B

Lampiran 8 Hasil Analisis SPSS Paket A dan B

Lampiran 9 Instrumen Uji II

Lampiran 10 Hasil ITEMAN Uji II

Lampiran 11 Hasil SPSS Uji II

Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal

Lampiran 13 Lembar Telaah Kualitatif

Lampiran 14 Perbandingan Item A dan B ynag Belum Seimbang

Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 16 Soal Pra Validasi

Lampiran 17 Distraktor Soal A dan B

Lampiran 18 Distraktor Uji II

(18)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, pendidik dan peserta memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat. Peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok yang menjalankan pendidikan, sedangkan pendidik adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan membina peserta didik baik individu maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dari dua unsur tersebut, dapat dikatakan bahwa anak didik dan guru mempunyai hubungan saling membutuhkan. Dalam hal ini peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Interaksi edukatif yang terjadi di dalam kelas misalnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terlepas dari interaksi antara pendidik dan peserta didik, dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang dan diakhiri dengan evaluasi (penilaian).

Penilaian merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sri Yamtinah : 2009).

Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan tes. Tes merupakan suatu cara efektif yang biasa digunakan oleh guru untuk menafsirkan kemampuan siswa secara tidak langsung. Peranan tes dalam penilaian sangatlah penting, karena kualitas tes yang baik akan memberikan gambaran kemampuan siswa secara akurat sehingga guru dapat menggunakan informasi balikan dari siswa untuk mengambil keputusan dengan tepat.

Terlepas dari esensi dan urgensi tes sebagai suatu metode untuk menilai, fakta yang didapatkan di sekolah adalah guru tidak mempersiapkan rancangan tesnya dengan maksimal , kebanyakan soal tes diambil dari LKS atau buku

(19)

commit to user

pegangan guru. Selain itu, soal tes yang digunakan tidak diketahui standardisasinya. Kenyataan ini tidak sesuai dengan Permendiknas No 16 tahun 2007 mengenai kualifikasi akademik dan Standart Kompetensi Guru khususnya kompetensi pertama yang berbunyi “memahami prinsip – prinsip penilaian dan evaluasi proses serta hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu” dan kompetensi keempat “mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Jika instrumen yang digunakan guru untuk menilai hanya diambil dari LKS atau buku pegangan dan soal tidak diketahui standardisasinya, bisa jadi soal yang digunakan terlalu susah atau terlalu mudah, sehingga hasil tes tidak memberikan gambaran yang representatif tentang kompetensi siswa yang telah atau belum dimiliki oleh siswa.

Apabila tes sudah dipersiapkan dengan optimal dan instrumen yang berkualitas baik,maka informasi yang diperoleh dari hasil tes dapat menunjukkan sejauh mana kompetensi yang ditetapkan telah tercapai. Sehingga informasi

tersebut dapat dijadikan balikan untuk meningkatkan kualitas dan

menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun skripsi berjudul PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FORMATIF TERSTANDAR UNTUK BIDANG STUDI FISIKA SMP.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Instrumen tes yang digunakan oleh guru diambil dari LKS dan buku

pegangan

2. Tes yang digunakan oleh guru belum diteliti standardisasinya.

C. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan permasalahan ini lebih mendalam dan cakupannya tidak terlalu luas maka permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi sebagai berikut :

(20)

1. Tes yang disusun merupakan tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya.

2. Jenis tagihan yang akan dibuat berupa tes tertulis berbentuk soal pilihan ganda khusus untuk mengukur aspek kognitif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui karakteristik instrumen tes formatif Fisika SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Memberikan informasi tentang instrumen tes formatif fisika untuk SMP

2. Memberikan informasi tentang cara penyusunan instrumen tes yang baik

3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi ilmiah untuk

penelitian lebih lanjut.

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Penelitian ini memiliki keterbatasan dan asumsi sebagai berikut :

1. Instrumen tes yang telah disusun diasumsikan layak untuk diteskan karena tes disusun berdasarkan prosedur dan memenuhi kriteria penyusunan tes.

2. Bentuk soal pilihan ganda memungkinkan peserta tes untuk menebak

(21)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Sains

Pada tingkat SD dan SMP, Fisika diajarkan secara terpadu dengan aspek Biologi dan aspek Kimia dalam mata pelajaran IPA. Fisika bersama – sama Biologi, Kimia serta Astronomi tercakup dalam kelompok ilmu – ilmu alam (natural science) atau secara singkat disebut science. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi sains atau ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

”Sains pada dasarnya merupakan abstraksi dari aturan atau hukum alam yang disederhanakan. Fisika maupun sains bekerja dengan landasan beberapa asumsi bahwa objek – objek empiris mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan kesemuanya jalin menjalin mengikuti pola – pola tertentu”. (Suriasumantri ,1892:7).

Tujuan dasar setiap ilmu termasuk Fisika adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas yang dapat diandalkan (Suriasumantri ,1982:19). Tujuan utama dari IPA dan Fisika yakni, mengamati, menghayati dan memanfaatkan gejala – gejala alam yang melibatkan zat atau materi dan energi. Fisika sebagai ilmu dasar juga memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika dalam mengkaji objek – objek telaahnya yang berupa benda – benda serta peristiwa – peristiwa alam menggunakan prosedur baku yang biasa disebut dengan metode atau proses ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian hasil belajar fisika seharusnya dapat mencerminkan karakteristik keilmuan tersebut.

2. Hasil Belajar

Sebuah proses dijalankan tentu saja memiliki tujuan. Sebagaimana dengan proses belajar belajar Fisika. Mundilarto (2010:7) berpendapat bahwa

(22)

”hasil belajar fisika berupa perilaku (behavioral objective) dan kompetensi yang bukan perilaku (nonbehavioral objectives)”.

Benjamin Bloom ”mengelompokkan hasil belajar siswa dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”. (Suharsini Arikunto , 1999 ; 117), lebih lanjut disarikan dari pendapat Sri Yamtinah mengenai komponen dari Taksonomi Bloom sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif a) Pengetahuan

Ranah pengetahuan merupakan ranah yang menuntut siswa untu dapat mengingat kembali ide, gagasan dan hal – hal yang telah disampaikan tanpa harus memahaminya. Kata kerja operasionalnya adalah menyebutkan, menunjukkan, mendefinisikan kembali.

b) Pemahaman

Ranah pemahaman menuntut siswa untuk memahami segala sesuatu meliputi ide, gagasan dan hal lain yang telah diperoleh. Kata kerja yang biasa digunakan yakni membedakan, mengubah, menyajikan, menjelaskan, memberi contoh.

c) Aplikasi

Ranah aplikasi merupakan ranah yang menuntut siswa untuk dapat menentukan dan memilih suatu ide, gagasan, hukum dan hal – hal yang telah disampaikan untuk diaplikasikan pada hal yang baru. Kata kerja operasional yang digunakan antara lain menggunakan, menerapkan, menghubungkan,

memilih, mengembangkan, memilih, mengorganisasikan, dan

mengklasifikasikan

d) Sintesis

Ranah sintesis menuntut siswa untuk menggabungkan atau

mengorganisasikan hal – hal yang telah diterima menjadi sesuatu yang baru. Kata kerja operasional yang digunakan antara lain menghubungkan, menghasilkan, menggabungkan, mengorganisasikan, menyimpulkan dan mengembangkan.

(23)

commit to user

e) Analisis

Ranah ini menuntut menganalisis bagian – bagian, faktor penyebab atau membuat kelompok hal – hal yang telah diterima. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, mengkategorikan dan menganalisis.

f) Evaluasi

Ranah evaluasi menuntut siswa untuk dapat menggabungkan semua aspek untuk menyelesaikan masalah. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah menafsirkan, mempertimbangkan, mengargumentasikan dan menaksir. Andreson dan Krathwohl melakukan revisi taksonomi Bloom untuk ranah kognitif, revisi tersebut kemudian disebut dengan Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. Adapun komponen – komponennya sebagai berikut:

(1)Mengingat(remembering) yakni mengenal kembali pengetahuan yang telah dihimpun dalam memori. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk mengenal kembali pengetahuan – pengetahuan yang telah diperoleh,(2) memahami (understanding) yakni membangun arti dari berbagai jenis materi, ditandai dengan kemampuan menginterpretasi,

memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan, (3) menerapkan (applying) yaitu melakukan atau menggunakan suatu prosedur melalui pelaksanaan atau penerapan pengetahuan. Menerapkan berkaitan dan mengacu pada situasi dimana materi yang telah dipelajari digunakan untuk menghasilkan produk seperti model, penjelasan dan simulasi, keempat, menganalisis (analyzing) yakni mengurai materi atau konsep ke dalam bagian – bagian, mengkaji hubungan antar bagian untuk mempelajari struktur atau tujuan secara keseluruhan. Kegiatan mental yang tercakup di dalamnya adalah

membedakan,mengorganisasi dan mengidentifikasi,(5) mengevaluasi

(evaluating) Membuat kebijakan berdasarkan pada kriteria atau standar melalui pengamatan dan peninjauan, (6) menciptakan (creating) yaitu kegiatan mengkombinasikan elemen – elemen untuk membentuk bangun keseluruhan yang logis dan fungsional. Mengorganisasi ulang elemen – elemen ke dalam pola atau struktur yang baru melalui proses pembangkitan, perencanaan, atau produksi ( Mundilarto ,2010 : 9).

2) Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. (Sri Yamtinah ,2009:25). Penilaian ranah afektif dilakukan melalui pengamatan langsung dan terus – menerus. Ranah afektif menurut

(24)

Krathwohl meliputi menerima (receiving), menanggapi (responding), menilai

(valuing), mengorganisasi (organization), dan membentuk watak

(characterization).

3) Ranah psikomotik

burhubungan dengan erta dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian – bagiannya. Anita harrow mengemukakan garis besar taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan refleks, dasar – dasar gerakan, perceptual abilities, physical abilities, skilled movement, dan nondiscoursive communication (Arikunto, 1987:122).

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang ingin diamati yaitu hasil belajar pada ranah kognitif dengan komponen penyusun aspek sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

3. Penilaian Pembelajaran Fisika a. Pengukuran, Evaluasi dan Penilaian

Ada dua istilah yang terkait dengan konsep penilaian (assessment), yaitu pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). (Djemari Mardaphi, 2007:1). Menurut Griffin dan Nix “pengukuran, asesmen dan evaluasi adalah hirarki”. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment) sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku (Djemari Mardapi, 2008:1).

Mundilarto mendefinisikan penilaian sebagai proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan profil kemampuan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum (2012:14). Penilaian didefinisikan pula sebagai rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

(25)

commit to user

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sri Yamtinah , 2009: 1).

Pengukuran adalah proses penetapan angka tehadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Dalam bidang pendidikan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes atau non tes yang pada umumnya digunakan untuk mengukur perilaku peserta didik.

Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manaat atau kegunaan suatu objek. Evaluasi biasanya dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan. Oleh karena itu, dalam evaluasi diperlukan indikator – indikator keberhasian sebagai tolok ukur pencapaian tujuan. Evaluasi dapat dipandang sebagai suatu siklus yang mencakup empat tahap berikut, persiapan, penilaian, evaluasi dan refleksi.

Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan kesahihah, objektifitas, adil, keterpaduan, keterbukaan, kesinambungan, aturan criteria dan akuntabilitas (Yamtinah, 2009:4).

Sebuah penilaian pembelajaran dilakukan dengan beberapa tujuan. Menurut Mundilarto, penilaian bertujuan untuk “mengetahui tingkat kompetensi peserta didik, mengukur perumbuhan dan perkembangan, mendiagnosis kesulitan belajar, mengetahui hasil proses belajar mengajar, mengetahui pencapaian kurikulum, mendorong guru untuk mengajar lebih baik, sebagai upaya meningkatkan akuntabilitas lembaga dan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan “(2010 : 16).

Untuk mendapatkan informasi mengenai ukuran kemampuan peserta didik maka diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur yang dipakai dalam bidang evaluasi biasanya berupa tes dan non tes. Istilah tes, pengukuran dan evaluasi merupakan istilah yang umum dijumpai dalam kegiatan evaluasi. Djemari berpendapat bahwa ”tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan atau keterampilan seseorang secara tidak langsung, yakni melalui respon orang tersebut terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan”(2008 :67).

(26)

Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1990 :51) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan – atran yang sudah ditentukan.

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat ukur untuk menaksirkan kemampuan seseorang (peserta didik). Selain itu tes juga dapat digunakan sebagai suatu metode untuk melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.

Bentuk tes yang biasa digunakan ada beberapa macam tergantung penggunaan. ”Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tes objektif dan tes non objektif” (Djemari Mardapi, 2008: 69). Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar- salah, dan uraian objektif.

1) Tes objektif (Pilihan Ganda)

Multiple choice atau pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. (Suharsini arikunto , 1999:168).

Dalam Journal of Education yang dituliskan oleh Aidan O’Dwyer (2006:2) disebutkan bahwa ” Multiple – choice questions are an efficient means of knowledge assessment (particularly in well defined subjects that do not cange with time. They are used assessment methodology”. Bentuk pertanyaan pilihan ganda merupakan sarana yang efisien dalam penilaian ( khususnya untuk mata pelajaran yang tidak berubah dengan waktu). Bentuk tes pilihan ganda dapat banyak digunakan dalam metodologi penilaian.

Menurut Suke Silverius, bentuk tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif, dapat dibuat banyak ragam bentuk, dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas, dapat diskor dengan sangat objektif, dan ruang lingkup bahan yang ditanyakan dangat luas. ( Isti Nafah, 2010:10).

(27)

commit to user

Dalam penulisan butir soal tentu terdapat beberapa kaidah yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan penulisan soal yang berbentuk pilihan ganda. Beberapa kaidah yang harus dipenuhi dalam penulisan soal tes pilihan ganda antara lain :

Soal harus sesuai dengan indikator, pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya masalah yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tida menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda – beda bagi setiap peserta didik dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor, bahasa yang digunakan harus komunikastif sehingga mudah dimengerti peserta didik, kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, Bahasa Indonesia yang digunakan harus baku, rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pertanyaan yang diperlukan saja, letak jawaban benar ditentukan secara acak, pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar, pokok soal tidak boleh menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang bersifat negatif ganda, pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi, panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, pilihan jawaban tidak boleh menggunakan pernyataan ” semua jawaban benar’ atau ’ semua jawaban salah ”, pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan besar kecilnya, pilihan jawaban tidak boleh mengulang kata atau frase yang sama yang bukan merupakan satu kesatuan, gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, setiap soal harus mempunyai satu jawaban benar, butir soal tidak boleh bergantung pada jawaban soal sebelumnya (Mundilarto, 2010 : 53).

Sebagaimana dalam penskoran instrumen tes yang lain, ada beberapa kaidah penskoran yang harus dipenuhi. Untuk memeriksa jawaban siswa pada instrumen tes yang berbentuk objektif tidaklah sukar, karena dengan sangat mudah dapat digunakan skor benar = 1 dan skor salah – 0. Namun untuk menentukan jumlahan skor secara keseluruhan, dapat digunakan beberapa pedoman penskoran berikut:

a) Menggunakan faktor koreksi

Faktor koreksi dimaksudkan untuk menghindari atau meminimalisasi terjadinya guessing (tebakan) dalam menjawab soal sehingga diberikan denda. Jika penskoran menggunakan faktor koreksi, maka rumus yang harus digunakan adalah

(28)

dengan

S : jumlah jawaban benar

B ; jumlah jawaban salah

b) Tanpa Faktor Koreksi

Jika penyusun soal tidak memberikan denda, maka rumus yang digunakan adalah

skor=B ...(2.2) dimana

B : jumlah jawaban benar.

Jika dalam penskoran digunakan bobot, maka rumus penskoran menjadi skor = B x bobot ...(2.3)

2) Bentuk Benar Salah

Menurut Djemari ”Tes benar salah adalah tes yang terdiri atas sejumlah pernyataan yang bernilai benar dan salah” (2008 :71). Tes benar salah memiliki kelebihan antara lain ”dapat mencakup bahan yang luas, mudah menyusunnya, dapat digunakan berkali – kali, dapat dilihat secara cepat dan objektif dan petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti” (Arikunto : 1987:166)

3) Bentuk Uraian Objetif

Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan dalam sains dan matematika dengan alasan hanya terdapat satu kunci jawaban (Mardapi , 2008:72). Sebagaimana tes bentuk benar salah, tes bentuk uraian objektif ini memiliki prosedur pengerjaan tertentu yang relatif mudah dan terdapat poin pada setiap langkahnya. Akan tetapi bentuk tes ini memiliki kelemahan yakni kerumitan dalam penskoran.

Terkait dengan penelitian ini, bentuk tes yang akan disusun adalah bentuk tes pilihan ganda. Pemilihan bentuk tes pilihan ganda ini didasarkan pada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh bentuk tes pilihan ganda antara lain dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berfikir dalam ranah kognitif, dapat dibuat banyak ragam bentuk, dapat digunakan pada semua jenjang

(29)

commit to user

sekolah dan kelas, dapat diskor dengan sangat objektif, dan ruang lingkup bahan yang ditanyakan dangat luas

b. Macam Tes Berdasarkan Tujuan

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari suatu tes, maka tes dapat

dibedakan menjadi empat, yakni tes penempatan, tes diagnostik, tes sumatin dan tes formatif.

1) Tes penempatan

Tes penempatan dilaksanakan di awal dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi yang telah dimiiki oleh peserta didik

2) Tes diagnostik

Anas Sudijono menyatakan bahwa ”tes sumatif merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan”(2005:70).

3) Tes sumatif

Tes sumatif dilakukan pada akhir semester, hasilnya digunakan untuk menentukan kebehasilan belajar peserta didik.

4) Tes Formatif

Formatif berasal dari kata form. Secara umum tes ini berfungsi untuk memperoleh informasi atau masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya (Winarno Surachman, 1995 : 8).

Tes formatif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) dilakukan pada akhir setiap satuan pelajaran, 2) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran pada setiap satuan pelajaran sudah tercapai, 3) berfungsi memberikan umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar, 4) dilakukan dengan mempergunakan tes hasil belajar, kuesioner ataupun cara lain yang sesuai, 5) peserta didik dinilai berhasil jika mencapai taraf penguasaan minimal 70 % dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Mundilarto, 2010 : 49).

Tes formatif juga memberikan manfaat baik kepada siswa, guru maupun program itu sendiri.

(30)

a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh

b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa

c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan – kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan mana yang belum dikuasainya

d) Sebagai diagnosis. Dengan mengetahui hasil tes formatif siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan yang mesih dirasakan sulit. Setelah siswa mengetahui kelemahannya dengan cepat dapat memperbaiki diri.

Manfaat bagi guru

a) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.

b) Mengetahui bagian – bagian mana dari bahan pelajaran yang berlum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain.

c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

Manfaat bagi program

Setelah diadakan tes formatif maka akan diperoleh hasil, dari hasil tersebut maka akan diketahui ;

a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.

b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan – pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan

c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.

d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

(Arikunto :36)

Anas Sudijono (1995 : 74) berpendapat mengenai tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah tes formatif, antara lain:

a) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.

b) Jika ada bagian – bagian yang belum dikuasai maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian – bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.

4. Prosedur Penyusunan Tes

Penyusunan instrumen tes melalui beberapa tahapan, yakni ”(1) melakukan analisis kurikulum, (2) menetapkan tujuan tes, (3) membuat kisi – kisi,

(31)

commit to user

(4) menulis instrumen tes, (5) melakukan telaah instrumen secara teoritis, (6) melakukan uji coba dan analisis item hasil uji coba tes, dan (7) merevisi instrumen tes” (Estina Ekawati ,2011:20).

(32)

5. Analisis Hasil Tes

Analisis hasil tes dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis hasil tes dilakukan untuk melihat secara tidak langsung kaualitas dari tes yang telas disusun.

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan penelaahan pada tes yang telah dibuat. Telaah tes secara kualitatif dilakukan terhadap aspek materi, konstruksi dan bahasa. Djemari (2008 : 137) memberikan definisi mengenai aspek materi, konstruksi dan bahasa sebagai berikut ”Aspek materi berkaitang dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berfikir yang terlibat. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, baik bentuk objektif maupun yang non objektif. Aspek bahasa terkait dengan kekomunikatifan / kejelasan hal yang ditanyakan.

b. Analisis Kuantitatif 1) Validitas

Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Valid dapat diartikan sebagai sahih, sehingga validitas dapat diartikan sebagai kesahihan. Walaupun istilah ”tepat” belum tentu mencakup semua arti yang tersirat dalam kata ”valid” dan kata ”tepat” kadang – kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata ’tepat” dalam menerangkan kata ”valid” dapat memperjelas apa yang dimaksud.

Ada beberapa macam validitas, antara lain validitas logis dan validitas empiris

a) Validitas logis

Validitas logis dalam konteks instrumen memiliki arti sebagai kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kevalidan tersebut terpenuhi jika instrumen telah disusun dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.

Ada dua macam komponen dallam validitas logis, yakni validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk ada

(33)

commit to user

kondisi bahwa sebuah instrumen yang telah disusun sesuai dengan materi

pelajaran yang akan dievaluasi. Sedangkan validitas konstruk sebuah

instrumen tercapai jika instrumen yang disusun berdasarkan konstruk kejiawaan yang seharusnya dievaluasi.

b) Validitas empiris

Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan memiliki validitas empirik apabila secara tepat dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diukur melalui tes tersebut Untuk mengetahui validitas empirik paket soal yang telah diujikan dilakukan dengan menghitung daya ketepatan bandingan (concurrent validity). Validitas empiris dapat dihitung dengan dua metode berdasarkan jenis datanya, jika data yang dimiliki salah satunya adalah data dikotomi maka rumus yang digunakan adalah korelasi point biserial. Rumusan koefisien point biserial adalah

= [ ] ...(2.4) (Nonoh Siti Aminah, 2012 :9) dengan

r : koefisien biseral

Mi : mean skor X dari seluruh subjek yang mendapat angka 1 pada

variabel dikotomi

Mx : mean skor dari seluruh subjek

Sx : deviasi standar skor X

P : proporsi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi

2) Reliabilitas

Sebuah tes dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali – kali. Dengan kata lain jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan ang sama dalam kelompoknya.

(34)

Jika dihubungkan denganvaliditas, maka validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan. Dengan kata lain, reliabilitas tes adalah tingkat atau derajat konsisten item bersangkutan, yaitu berkenaan dengan pertanyaan apakah suatu item atau alat ukur teliti dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Item dikatakan reliabel jika selalu memberi hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Indeks reliabilitas dapat ditentukan dengan beberapa metode, antara lain:

a) Teknik ulangan tes

Teknik ini dapat dilaksanakan dengan menyelenggarakan tes sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Tujuan dari pengulangan tes ini adalah untuk mengetahui tingkat stabilitas atau ketetapan hasil tes, antara tes yang pertama dan tes yang kedua. Teknik ini memiliki kelemahan pada sulitnya membuat kondisi penyelenggaraan tes yang benar – benar sama.

b) Teknik bentuk paralel

Teknik bentuk paralel dilaksanakan dengan memberikan tes yang seimbang untuk subjek tes yang sama. Kelemahan dari teknik ini adalah pada sulitnya membuat tes yang benar – benar seimbang.

c) Teknik Konsistenasi Internal

Mengenai teknik konsistensi internal, Syaifuddin mengemukakan bahwa pendekatan konsistensi internal dimaksudkan untuk menghindari masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan bentuk paralel. Pendekatan konsistensi internal, hanya memerlukan satu kali tes kepada sekelompok individu, pendekatan ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi(1997:63).

Berkaitan dengan penelitian ini, koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan teknik konsistensi internal metode koefisien alpha. Nilai koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan bantuan software Microcat ITEMAN 3,0.

Persamaan matematis untuk mencari koefisien alpha 20 adalah

= 1 ( ) ... (2.5) keterangan:

(35)

commit to user

K ; banyaknya item dalam tes

: varians skor tes

P : proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu banyaknya angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut

(Syaifuddin Azwar, 1992 :83) Kriteria :

0,00 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 < 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 < 0,60 : reliabilitas cukup 0,60 < 0,80 : reliabilitas tinggi 0,80 < 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

(Suharsimi Arikunto,2005 : 100)

3) Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah :

P=B

JS ... (2.6) ( Suharsimi Arikunto, 2001 : 208 ) dengan

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab benar

JS : jumlah siswa peserta tes Klasifikasi soal :

Soal dengan p 1,00 sampai 0,30, soal kategori sukar Soal dengan p 0,30 sampai 0,70, soal kategori sedang Soal dengan p 0,70 sampai 1,00, soal kategori mudah

4) Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu butir soal membedakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya pembeda butir soal ditentukan menggunakan

(36)

dua kelompok ujung, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group). Biasanya kedua kelompok ditentukan sebanyak 27% dari jumlah peserta tes yang medapatkan skor tinggi kelompok atas dan 27% dari jumlah peserta tes yang mendapat skor rendah sebagai kelompok bawah. Daya pembeda butir sal ditetapkan sebagai :

ULI=Ru-Rl

f ...(2.7) dengan

ULI : daya pembeda butir soal (Upper Lower Index)

Ru : Jumlah subjek kelompok atas yang menjawab benar soal

Rl : jumlah subjek kelompok bawah yang menjawab benar soal

f : jumlah subjek tiap – tiap kelompok

Daya pembeda dapat pula dihitung dengan mencari nilai korelasi point biserial dan nilai korelasi Biserial. Secara matematis nilainya dinyatakan dengan:

rpb is= Mp-Mt ST p 1 -p= Mp-Mt ST p q ...(2.8) keterangan:

p : jumlah peserta tes yang menjawab benar

Mp : mean skor tes dari peserta tes yang menjawab benar

Mt : mean skor total

ST : varians total

Dan nilai korelasi Biserial dinyatakan dengan persamaan rbis=

Mp-Mt

ST

p

y ...(2.9) Nilai korelasi Biserial selalu lebih rendah dibanding dengan korelasi point biserial. Klasifikasi daya beda butir soal adalah sebagai berikut

Tabel 2.1. Klasifikasi Daya Beda Butir

Nilai p Klasifikasi Interpretasi

Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya bedanya lemah sekali

(jelek)

0,20 – 0,40 Satisfactory Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang

(37)

commit to user

0,40 – 0,70 Good Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang

baik

0,70 – 1,00 Excellent Butir yang bersangkutan telah memiliki daya beda yang

baik sekali

Bertanda negatif - Butir yang bersangkutan telah memiliki daya bedanya

negatif (jelek sekali)

Sebagai tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item, item soal dikelompokkan menurut klasifikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (1995 : 389) berikut:

1. Butir – butir soal yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir – butir item tersebut dapat dipakai.

2. Butir – butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua kemungkinan tindak lanjut, yaitu :

a) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.

b) Dibuang dan tidak digunakan lagi.

5) Efektifitas Distraktor

Analisis efektifitas pengecoh atau analisis distribusi jawaban

dimaksudkan untuk mengetahui apakah alternatif jawaban yang tersedia sudah berfungsi dengan baik atau belum. Berdasarkan hasil analisis distribusi jawaban tes, dapat diketahui jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar, alternatif jawaban atau pengecoh (distraktor) mana yang kesalahannya terlalu mencolok sehingga tidak ada daya tarik bagi peserta tes, dan alternatif jawaban atau pengecoh yang telah berfungsi dengan baik. Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila jumlah pemilihnya paling sedikit 2% dari jumlah peserta tes.

6. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang bertema evaluasi kh tes formatif telah dilaksanakan sebelumnya, antara lain:

a. Isti Nafah (2010 : 5) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh Perbedaan Bentuk Tes dalam Evaluasi hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Kemampuan Bahasa Indonesia”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa pada

(38)

evaluasi hasil belajar Fisika, penggunaan tes pilihan ganda lebih efektif daripada penggunaan tes esai.

b. Supardi U.S (2008) dalam penelitian berjudul ”Pengaruh bentuk tes Formatif san Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika”, hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang terbiasa diberi tes formatif berbentuk pilihan ganda lebih tinggi dari siswa yang biasa diberi tes formatif bentuk essay.

c. Elvin Yusliana (2008) dalam penelitian berjudul ”Analisis Kualitatif Tes Fisika Semester I Kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Kabupaten Sleman Menggunakan Pendekatan teori Tes Klasik dan Teori Respon Butir”, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah tingkat konsistensi analisis soal dengan menggunakan teori tes klasik dan teori respon butir tes Fisika semester I kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik kabupaten Sleman pada tahun pelajaran 2007/2008 menunjukkan nilai yang rendah.

B. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen tes formatif yang telah disusun. Produk akhir yang dihasilkan berupa soal tes formatif materi cahaya. Aspek yang diukur melalui instrumen tes formatif yang berbentuk soal pilihan ganda ini adalah aspek kognitif siswa. Hal mendasar yang melatarbelakangi penelitian ini adalah urgensi tes dalam mengetahui tingkat kemampuan siswa dan kenyataan di lapangan bahwa sebagian guru belum melakukan penyusunan instrumen tes sendiri dan menganalisis instrumen yang telah dibuat sesuai dengan standar.

Sebuah instrumen yang baik, seharusnya dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan dan kompetensi siswa. Siswa dinilai mampu jika memenuhi standar kelulusan minimal yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui kemampuan tersebut guru menggunakan instrumen tes untuk diujikan kepada siswa. Soal yang digunakan seharusnya sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut, tidak kurang atau lebih. Jadi soal yang diteskan dibuat sendiri oleh guru dan disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai

(39)

commit to user

oleh siswa karena kualitas instrumen juga menentukan kualitas pengambilan keputusan.

Untuk mengetahui kualitas instrumen tes yang telah disusun maka dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan oleh ahli dan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program ITEMAN dan analisis butir soal yang lain yang meliputi analisis mengenai reliabilitas, daya pembeda, taraf kesukaran, efektifitas distraktor.

Dengan disusunnya instrumen tes formatif yang baik diharapkan dapat menjadi sarana pengumpul informasi mengenai pembelajaran secara keseluruhan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

(40)

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah karakteristik instrumen tes formtif Fisika untuk SMP kelas VIII materi Cahaya yang telah disusun?

Revisi instrumen tes Penyusunan instrumen tes

Validasi instrumen oleh pakar

Produk akhir instrumen tes Validasi lapangan

Revisi instrumen

Analisis hasil

Analisis Kebutuhan Pengumpulan referensi materi

(41)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Girimarto kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian antara bulan Januari – Juni 2012, adapun rinciannya dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

Tahapan Bulan ke-

I II III IV V VI

1. Persiapan penelitian a. Pengajuan judul

b. Permohonan pembimbing c. Pembuatan proposal penelitian d. Permohonan perijinan kepada

lembaga terkait 2. Pelaksanaan penelitian

a. Pembuatan instrument b. Konsultasi instrument c. Uji coba instrument 3. Penyelesaian

a. Analisis data

b. Konsultasi dengan pembimbing c. Penyusunan laporan

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dasar. “Penelitian dasar adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan

(42)

teori ilmiah atau prinsip dasar suatu disiplin ilmu yang lebih baik daripada hanya memecahkan persoalan praktis” ( Nonoh Siti A, 2002:1).

C. Prosedur Penyusunan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun instrumen tes formatif Fisika untuk SMP kelas VIII untuk materi Cahaya. Adapun tahapan penyusunan instrumen tes dalam penelitian ini adalah

1. Melakukan analisis kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat dan menelaah kembali kurikulum yang telah ada berkaitan dengan tujuan tes yang telah ditetapkan. Instrumen yang disusun seharusnya sesuai dengan indikator pencapaian suatu KD (Kompetensi Dasar) yang terdapat dalam Standar isi (SI).

2. Menetapkan tujuan tes

Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan tujuan. Ada empat macam tes berdasarkan tujuannya, yaitu : (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes formatif dan (d) tes sumatif

3. Membuat kisi – kisi

Kisi – kisi tes merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal – soal (meliputi SK – KD, materi, indikator dan bentuk soal yang akan dibuat.

4. Menulis Instrumen

Penulisan instrumen tes berdasar pada indikator yang telah dituliskan pada kisi –kisi tes dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal.

5. Melakukan telaah instrumen secara teoritis

Telaah instrumen secara teoritis dilakukan untuk melihat kesahihan instrumen dari segi materi, konstruksi dan bahasa. Telaah instrumen secara teoritis dilakukan oleh ahli atau pakar, teman sejawat atau oleh penulis soal. Dalam penelitian ini, proses telaah instrumen secara teoritis dilakukan oleh dosen pembimbing, dosen ahli materi dan guru kelas (validasi ahli).

6. Melakukan uji coba dan analisis item hasil uji coba tes

Langkah ini diperlukan untuk memperoleh data empiris tentang kualitas tes yang telah disusun. Ujicoba dapat dilakukan ke sebagian siswa sehingga dari

(43)

commit to user

hasil ujicoba ini diperoleh data yang digunakan sebagai dasar analisis reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, efektifitas pengecoh dan daya beda.

7. Merevisi instrumen tes

Dari hasil analisis item tes hasil uji coba kemudian dilakukan perbaikan untuk soal yang masih belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Setelah butir soal melewati semua tahap maka langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen tes.

(Estina Ekawati : 2011).

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A, B, C, E, F dan G SMP Negeri 2 Girimarto tahun pelajaran 2011 / 2012.

E. Data dan Teknik Pengambilan data 1. Data

Data dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.

a. Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil penelaahan butir tes oleh ahli. b. Data kuantitatif

Data yang dikumpulkan berupa hasil tes formatif. Datta uantitatif selanjutnya dianalisis untuk reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan keefektifan distraktor.

2. Teknik Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

a. Instrumen non tes berupa lembar telaah kualitatif. Lembar telaah kualitatif digunakan dalam penelaahan butir soal dari tinjauan materi, konstruksi dan bahasa.

(44)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan untuk menganalisis butir soal yang telah disusun secara deskriptif. Penelaahan dilakukan meliputi aspek materi, konstruksi dan bahasa.Dalam penelaahan soal digunakan lembar telaah untuk mempermudah prosedur pelaksaan. Format lembar penelaahan soal dapat dilihat pada lampiran 1.

Adapun analisis kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis validitas, tingkat kesukaran item soal, daya pembeda dan efektifitas disktraktor.

1. Reliabilitas

Koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan teknik konsistensi internal metode koefisien alpha. Nilai koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan bantuan software Microcat ITEMAN 3,0.

Persamaan matamatis untuk mencari koefisien alpha adalah

KR20= k

1-k

1-p(1-p)

sx2

keterangan:

K ; banyaknya item dalam tes

: varians skor tes

P : proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu

banyaknya angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut

(Syaifuddin Azwar, 1992 :83)

Kriteria :

0,00 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 < 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 < 0,60 : reliabilitas cukup 0,60 < 0,80 : reliabilitas tinggi

0,80 < 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

(45)

commit to user

2. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah :

P= B

JS

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 208 ) dengan

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

JS = jumlah siswa peserta tes

Klasifikasi soal :

1,00 0,29 ; soal kategori sukar

0,30 0,69 ; soal kategori sedang

0,70 1,00 ; soal kategori mudah

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal dapat dihitung dengan mencari nilai korelasi point biserial dan nilai korelasi biserial. Secara matematis nilainya dinyatakan dengan: rpb is= Mp-Mt ST p 1-p= Mp-Mt ST p q keterangan:

p : jumlah peserta tes yang menjawab benar

Mp : mean skor tes dari peserta tes yang menjawab benar

Mt : mean skor total

ST : varians total

Dan nilai korelasi biserial dinyatakan dengan persamaan rbis=

Mp-Mt ST

p y

Nilai korelasi Biserial selalu lebih rendah dibanding dengan korelasi Point Biserial. Klasifikasi daya beda butir soal adalah sebagai berikut

(46)

Tabel 3.2. Klasifikasi Daya Beda Butir Soal

Nilai p Klasifikasi Interpretasi

Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan

daya bedanya lemah sekali (jelek)

0,20 p 0,39 Satisfactory Butir yang bersangkutan elah

memiliki daya beda yang

cukup

0,40 0,69 Good Butir yang bersangkutan elah

memiliki daya beda yang baik

0,69 1,00 Excellent Butir yang bersangkutan elah

memiliki daya beda yang baik sekali

Bertanda negatif - Butir yang bersangkutan elah

memiliki daya bedanya negatif (jelek sekali)

Sebagai tindak lanjut dari penganalisisan mengenai daya pembeda item, item soal dikelompokkan dengan criteria sebagaimana dinyatakan oleh Anas Sudijono (1996 :389) berikut :

a. Butir – butir soal yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam buku bank soal tes hasil belajar. Butir – butir item tersebut dapat dipakai. b. Butir – butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada dua

kemungkinan tindak lanjut, yaitu :

1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.

2) Dibuang dan tidak digunakan lagi.

4. Efektifitas Distraktor

Berdasarkan hasil analisis distribusi jawaban tes, dapat diketahui hal – hal berikut :

a. Jumlah peserta tes yang menjawab soal dengan benar

b. Alternatif jawaban atau pengecoh (distraktor) mana yang kesalahannya terlalu mencolok sehingga tidak ada daya tarik bagi peserta tes

c. Alternatif jawaban atau pengecoh yang telah berfungsi dengan baik.

Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila jumlah pemilihnya paling sedikit 2% dari jumlah peserta tes.

(47)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Hasil Telaah Instrumen Secara Deskriptif

Telaah instrumen secara teoritis atau deskriptif (Lampiran I) dilakukan untuk melihat keterbacaan instrumen dan untuk validasi isi. Telaah instrumen secara deskriptif dilakukan dengan peninjauan aspek materi, konstruksi dan bahasa. Dalam penelitian ini, telaah instrumen secara deskriptif dilakukan oleh pembimbing, dosen ahli materi dan guru kelas. Hasil telaah deskriptif untuk setiap item soal secara singkat dapat dituliskan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rangkuman Telaah Secara Teoritis

No Rangkuman Telaah Secara Teoritis

Paket A Paket B

1 jawaban ganda dan tidak alfabetis -

2 pertanyaan soal membingungkan

dan boros kata

penulisan kata “kecuali”

seharusnya miring 3 pilihan jawaban tidak alfabetis dan

bermakna ambigu

gambar tidak diberi nomor

4 pilihan jawaban mengulang kata

“sumber cahaya

pilihan jawaban mengulang kata bayangan

5 Pilihan jawaban mengulang kata

“bayangan” dan tidak alfabetis

-

6 gambar tidak diberi nomor soal terlalu panjang, pilihan

jawaban mengulang kata “sudut yang dibentuk oleh”

7 pilihan jawaban mengulang kata

“cahaya akan”

-

8 - -

9 soal berbelit – belit dan tidak sesuai dengan tujuan soal

pilihan jawaban direvisi dengan menghilangkan kata “lebih”.

10 pernyataan soal membingungkan,

pengecoh kurang bagus.

pilihan “berkebalikan” jawaban bermakna ambigu

11 - -

12 pernyataan soal ambigu -

13 pilihan jawaban tidak alfabetis pernyataan soal kurang jelas

14 Gambar kurang jelas dan tidak

diberi nomor.

-

15 - -

16 - -

17 - pernyataan soal tidak efektif

18 - -

(48)

commit to user

19 pernyataan soal kurang jelas -

20 pernyataan soal tidak efektif,

pengecoh kurang bagus.

-

21 ppernyataan soal kurang tepat,

pilihan jawaban tidak alfabetis

pernyataan soal tidak efektif, pengecoh kurang bagus.

22 pernyataan soal terlalu panjang,

pilihan jawaban tidak alfabetis

-

23 - -

24 - pernyataan soal kurang efektif

25 - pernyataan soal tidak efisien

26 Pernyataan terlalu panjang pernyataan soal tidak efisien

27 Pernyataan soal menimbulkan

kebingungan siswa.

pernyataan soal tidak efisien

28 gambar tidak diberi nomor -

29 pernyataan soal tidak baku dan

terlalu panjang

-

30 pernyataan soal terlalu panjang pernyataan soal tidak baku dan

terlalu panjang

31 pernyataan soal kurang

komunikatif, pilihan jawaban tidak alfabetis

-

32 pilihan jawaban mengulang kata

“lensa”

- 33 pernyataan soal tidak efektif,pilihan

jawaban mengulang kata “lensa”.

-

34 pilihan jawaban mengulang kata

“lensa’

pernyataan soal tidak efektif

35 - pilihan jawaban tidak alfabetis

36 - pilihan jawaban tidak alfabetis

37 - -

38 gambar pada pilihan jawaban salah pernyataan soal tidak efisien

39 - -

(49)

commit to user

2. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN dan SPSS a. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan ITEMAN

Setelah instrumen tes ditelaah secara deskriptif, selanjutnya instrumen tersebut diujicobakan pada siswa kelas VIII B, VIII C dan VIII E SMP Negeri 2 Girimarto. Uji coba dilaksanakan pada Rabu, 16 Mei 2012.

Hasil uji coba pertama dianalisis menggunakan program ITEMAN (Lampiran II) dan SPSS. Dari hasil analisis ITEMAN tersebut selanjutnya dibuat tabel rangkuman mengenai tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas.

1) Paket A

Tabel 4.3. Rangkuman Tingkat Kesukaran

Kategori Nomor Soal Jumlah

sukar 9, 24, 25, 29, 30, 38 15 % sedang 4, 5, 6, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 32, 33, 34 , 36, 37, 39 60 % mudah 1, 2, 3, 7, 8, 10, 14, 31, 35, 40 25 % jumlah 40 soal 100%

Tabel 4.4. Rangkuman Daya Beda Paket A

Kategori Nomor Soal Jumlah

poor 1, 9, 24, 31, 38 12,5 % satisfactory 3, 4, 5,7, 8 12,5 % good 2, 6, 10, 11, 12, 14, 17, 20, 26, 35, 36, 37, 40 32,5 % excellent 13, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 30, 33, 34, 39 30 % ditolak 25, 27, 28, 29, 32, 12,5% jumlah 40 100 % 2) Paket B

Tabel 4.5 Rangkuman Tingkat Kesukaran

Kategori Nomor Soal Jumlah

sukar 1, 3, 6, 9, 20, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 37, 38, 32,5 % sedang 2, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 36, 39, 40 57,5 % mudah 7, 8, 12, 35, 10 % jumlah 40 soal 100 %

Gambar

Tabel 4.26.  Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 26  Tabel 4.27.  Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 27  Tabel 4.28
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 2.1. Klasifikasi Daya Beda Butir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian Johan Nawawi (2012), hubungan kepercayaan terhadap pemanfaatan nasabah dalam menggunakan ATM sangat positif, dimana tingkat seseorang akan percaya dalam

Pada pasien dengan dermatitis stasis, dapat kita perhatikan pada bagian betis, karena cedera pada sistem vena karena trauma atau pembedahan adalah faktor umum yang

Sesuai dengan masalah yang diteliti dan hasil-hasil kajiannya, pada akhirnya dapat dis- impulkan: 1) Ada hubungan antara sikap dengan prestasi belajar bahasa Bali mahasiswa baru

Perilaku komunikasi politik untuk keterdedahan pada media massa pemangku kepentingan pemerintah memiliki hubungan sangat nyata, pemangku kepentingan organisasi tani, pengusaha

memahami tentang metode-metode dan algoritma kriptografi yang di peroleh dari berbagai sumber, baik melaului website maupun melalui buku-buku yang membahas

Dalam metode ini penampang sungai dibagi atas beberapa bagian dimana setiap bagian mempunyai jarak yang sama satu sama lainnya seperti terlihat dalam gambar 3.7.. Gambar

Auditor dalam memeriksa laporan keuangan tentunya akan melihat seberapa besar laba yang didapatkan oleh perusahaan tersebut atas asset yang dimiliki, sehing terkadang

Berapa besarnya nilai penjualan surat kabar Waspada di Kota Medan yang diramalkan di masa yang akan datang, yaitu untuk tahun 2008 – 2009 dengan menggunakan Metode Pemulusan