• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Komoditas Pertanian Unggulan versi Pemerintah

dengan Hasil Penelitian.

Seringkali terdapat perbedaan antara komoditas unggulan yang di programkan oleh Pemerintah Daerah dengan hasil penelitian. Maka untuk lebih mempertajam hasil analisis yang telah dilakukan berikut ini adalah tabel perbandingan tentang komoditas pertanian unggulan versi Pemerintah Daerah Kabupaten Batang dengan komoditas pertanian unggulan hasil penelitian. Perbandingan komoditas unggulan yang ada selengkapnya pada Tabel 24.

Tabel 24. Perbandingan Komoditas Pertanian Unggulan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Batang dengan Hasil Penelitian

Komoditas Unggulan Subsektor Pertanian

Pemerintah Daerah Hasil Penelitian

Tanaman Bahan Makanan Padi sawah, Ubi jalar, Bawang merah, Bawang daun, Pisang, Melinjo

Padi sawah, Ubi kayu,

Ubi jalar , Bawang merah, Melinjo, Mangga, Jambu air, Pisang

Perkebunan Kopi arabika, Teh,

Kakao, Nila, Kunyit, Tebu, Kapulogo

Kakao, Cengkeh, Kopi arabika, Kopi Robusta, Kelapa dalam, Kencur

Peternakan Kerbau, Ayam ras

Pedaging, Mentog, Itik

dan Kelinci

Kerbau, Itik, Mentog , Kelinci, Sapi Potong dan Kambing

Kehutanan Sengon dan Jati Mahoni bulat, Sengon

Bulat, Jati olahan

Perikanan Ikan Tembang/Jui, Ikan

Kadalan, Bandeng, Ikan Lele, Ikan Wader

Ikan Wader, Ikan Lele

dan Ikan Belut

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan, dan Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2006.

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan komoditas pertanian unggulan versi Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah dinas dan dari hasil penelitian. Perbedaan tersebut ada pada semua subsektor pertanian yang ada di Kabupaten Batang. Pada subsektor tanaman bahan makanan pemerintah daerah mengunggulkan komoditas padi sawah, ubi jalar, bawang merah, bawang daun, pisang, dan melinjo. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa komoditas unggulan dari subsektor tanaman bahan makanan adalah padi sawah, ubi kayu, ubi jalar , bawang merah, melinjo, mangga, jambu air dan pisang. Kriteria komoditas yang dijadikan unggulan di tiap subsektornya,pada hasil penelitian berdasarkan pada nilai LQ komoditas (LQ>1) dan komoditas tersebut diunggulkan di beberapa kecamatan. Sementara komoditas pertanian unggulan versi Pemerintah Daerah, diperoleh berdasarkan pada data yang tersedia di tiap-tiap dinas di Kabupaten Batang.

Berdasarkan keterangan yang ada dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Batang, komoditas unggulan yang ada ditetapkan hanya berdasarkan jumlah produksinya yang paling besar atau paling banyak diusahakan dari berbagai komoditas yang ada di Kabupaten Batang. Sedangkan pada penelitian kali ini menggunakan kriteria nilai produksi kemudian baru dicari nilai LQ-nya. Jumlah produksi komoditas pertanian yang tinggi belum tentu nilainya tinggi dan dapat mengekspor hasilnya keluar daerah. Dapat dimungkinkan produksi tinggi tapi nilainya rendah atau produksi tinggi tetapi permintaan juga tinggi sehingga hanya mampu mencukupi kebutuhan didaerahnya, dan belum dapat melakukan ekspor ke luar daerah. Jadi ada komoditas unggulan yang sama antara versi Pemerintah Daerah dengan hasil penelitian dan ada pula yang berbeda.

Subsektor lain yang juga terdapat perbedaan mengenai komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan yaitu subsektor peternakan. Untuk subsektor peternakan pemerintah daerah menentukan komoditas kerbau, ayam ras pedaging, mentog, itik dan kelinci. Sedangkan komoditas unggulan yang ditetapkan dari hasil penelitian adalah komoditas kerbau,itik, mentog, kelinci, sapi potong dan kambing. Penentuan komoditas unggulan antara Pemerintah Daerah dengan hasil penelitian, menggunakan analisa yang hampir sama, yaitu dengan menghitung banyaknya populasi yang ada di setiap kecamatan. Pada perhitungan/ analisa yang digunakan Pemerintah Daerah, dengan mengkomparasikan jumlah populasi ternak di tingkat kabupaten dengan di tingkat propinsi. Sedangkan analisa yang dipakai penulis, dengan mengkomparasikan populasi ternak yang ada di setiap kecamatan dengan total populasi ternak di Kabupaten Batang. Meskipun ada perbedaan pada tingkat komparasinya, namun hasil penentuan komoditas pada subsektor peternakan tidak berbeda jauh. Analisa yang berbeda, terdapat pada tingkat komparasinya. Pada penentuan komoditas unggulan di subsektor kehutanan, terdapat perbedaan juga. Pemerintah Daerah menetapkan komoditas sengon dan jati sebagai komoditas unggulan dengan melihat pada peluang investasi kayu setiap tahunnya, yang akan dijadikan sebagai pemasukan pendapatan di

Kabupaten Batang. Sedangkan pada penelitian kali ini dengan menggunakan harga jual di pasar dan jumlah produksinya. Sedangkan dari hasil penelitian menunjukkan adanya tiga komoditas kayu, berupa sengon, mahoni dan jati sebagai komoditas unggulan dari subsektor kehutanan.

Subsektor terakhir yang terdapat perbedaan mengenai komoditas pertanian unggulan yang ada yaitu sub sekor perikanan. Pemerintah Daerah menetapkan komoditas ikan tembang/jui, ikan kadalan, ikan bandeng, ikan lele dan ikan wader sebagai komoditas dari subsektor perikanan pada tahun 2006. Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa komoditas ikan wader, ikan lele dan ikan belut sebagai komoditas unggulan dengan berdasarkan pada penentuan nilai produksi kemudian dicari nilai LQ dari masing-masing komoditas kemudian ditetapkan komoditas yang diunggulkan.

Perbedaan hasil dalam penentuan komoditas pertanian unggulan yang ada juga dimungkinkan karena adanya pembatasan dalam penelitian kali ini di mana ada asumsi-asumsi yang ditetapkan yang sebenarnya hal tersebut berbeda dengan keadaan empiris di lapang. Misalnya saja tentang pola pemintaan yang ada dan biaya produksi yang terjadi yang dalam penelitian ini dianggap sama padahal sebenarnya berbeda. Selain itu juga biasanya pemerintah daerah dapat menentukan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan karena komoditas tersebut harganya sedang tinggi atau banyak yang membutuhkan. Jadi penetapannya dapat berdasarkan trend pasar yang ada dan dapat berubah sewaktu-waktu. Untuk lebih baiknya pemerintah daerah dapat memadukan kedua perbedaan tersebut untuk menentukan komoditas yang benar-benar unggulan dari kedua sudut pandang yaitu hasil dari penelitian dan hasil dari pemerintah daerah sehingga didapatkan informasi yang akurat dan dapat dijadikan dasar bagi pengambilan kebijakan pembangunan di sektor pertanian.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait