• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Analisis Data

4.4.3 Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

4.4.3.1Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Setelah dilaksankan tindakan siklus I dan II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik. Berikut tabel perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II.

Tabel 4.15

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan II

Nilai Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jmlh Presentase Jmlh Presentase Jmlh Presentase

< 70 Tidak

Tuntas 21 80,76% 4 15,38%

1 3,8%

≥ 70 Tuntas 5 19,24% 22 84,62% 25 96,2%

Total 26 100 26 100 26 100

Berdasarkan data diatas, diketahui pada kondisi awal siswa yang tidak tuntas sebanyak 21 dengan presentase 80,76%, sedangkan siswa yang tuntas di kondisi awal sebanyak 5 orang saja dengan presentase 19,24%, berdasarkan hasil tersebut rata-rata kelas adalah 60,47, setelah dilakukan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan project based learning hasil belajar siswa pada siklus I meningkat dari kondisi awal, siswa yang tidak tuntas di pembelajaran siklus I sebanyak 4 siswa dengan presentase 15,38% sedangkan yang tuntas berjumlah 22

No. Kegiatan Pembelajaran Keterangan Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Aktivitas Guru

4. Kegiatan pendahuluan Baik Baik Baik

5. Kegiatan inti Baik Baik Baik

6. Kegiatan penutup Cukup Baik Baik Aktivitas Siswa

4. Kegiatan pendahuluan Baik Baik Baik

5. Kegiatan inti Cukup Baik Baik

siswa dengan presentase 84,62% dan rata-rata kelas meningkat menjadi 75,2, selanjutnya setelah dilakukan perbaikan menngajar di siklus II didapatkan data hasil belajar siswa dengan jumlah siswa yang tuntas 25 anak mencapai presentase 96,2% dan jumlah anak yang tidak tuntas 1 siswa dengan presentase 3,8% sehingga rata-rata kelas menjadi 81,74.

4.4.3.2Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan II

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran siklus I dan siklus II, berkut ini perbandingan hasil observasi siklus I dan Siklus II:

Tabel 4.16

Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran IPA dengan Menerapkan Pendekatan Project Based Learning

Berdasarkan data pada tabel 4.16, dapat diketahui adanya kegiatan pada pertemuan siklus I yang masih dinilai cukup dilaksanakan oleh penulis dan siswa. Pada pertemuan pertama siklus I, aktivitas guru pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti masuk dalam kriteria cukup. Namun dalam pelaksanaan kegiatan penutup, aktivitas penulis sudah dinilai baik. Pada pertemuan kedua siklus I, kegiatan penulis pada kegiatan pendahuluan, dinilai baik. Dalam pertemuan ketiga siklus I dan pertemuan selama siklus II, kegiatan penulis selama pembelajaran dilaksanakan dengan baik. Baik dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti maupun kegiatan penutup. Ini menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan

No. Kegiatan Pembelajaran

Keterangan Siklus I Keterangan Siklus II

1 2 3 1 2 3

Aktivitas Guru 1. Kegiatan

pendahuluan Cukup Baik Baik Baik Baik Baik 2. Kegiatan inti Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik 3. Kegiatan

penutup Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Aktivitas Siswa

1. Kegiatan

pendahuluan Cukup Baik Baik Baik Baik Baik 2. Kegiatan inti Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik 3. Kegiatan

pada aktivitas yang dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tahap-tahap pendekatan project based learning, terdapat pada kegiatan inti. Dalam pelaksanaan kegiatan inti, baik dalam siklus I maupun siklus II, penulis sudah melaksanakan dengan baik.

Untuk hasil observasi terhadap aktivitas siswa, pada pertemuan pertama, ada kegiatan yang dinilai cukup. Nilai cukup, ada pada pelaksanaan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada pertemuan kedua kegiatan pendahuluan dan inti sudah baik tetapi kegiatan penutup dalam penilaian cukup. Pada pertemuan ketiga semua aspek terlihat baik, partisipasi siswa sangat aktif dan mendukung kegiatan pembelajaran.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi kondisi awal pada pembelajaran mata pelajaran IPA kelas IV di SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga. Didapatkan hasil belajar siswa yang kurang optimal. Sebagian besar siswa, dengan jumlah 21 siswa dari 26 siswa memeroleh nilai hasil belajar tidak tuntas KKM, yaitu dibawah 70.

Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa 21 siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA rendah, Sedangkan ke-5 siswa lainnya sudah berhasil meskipun tidak diberikan tindakan, karena ke-5 siswa tersebut sudah mempunyai daya tangkap yang tinggi di banding dengan 21 siswa lainnya. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 60,47. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70) hanya 5 siswa dengan presentase 19,24% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 21 dengan presentase 80,76% . Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 80 sedangkan nilai terendahnya adalah 40.

Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat

menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan teori karena ke-5 siswa ini memang mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan temannya yang lain, sedangkan 21 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru, sehingga diperlukan tindakan sesuai dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional konkrit (7- 11 th). Siswa akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata, sehingga siswa lebih bersemangat dan atusias dalam belajar.

Menurut Asan (2005:22) Project Based Learning adalah suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang akti sebagai peneliti. Bagi guru mengetahui penerapan pembelajaran dengan pendekatan Project based learning dapat memberikan variasi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Bagi siswa dapat memudahkan dalam memahami materi ajar karena adanya perancangan proyek, siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian tindakan kelas ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Veronica Yasinta Nugraeni (2012:1) dalam penelitianya yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Metematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui Project Based Learning dengan Pendekatan Kontekstual di SD Negeri 01 Gandulan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Setelah penelitian menggunakan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning pada siklus I mengalami peningkatan hasil belajar pada siswa dilihat dari hasil tes formatif yang diperoleh 5 siswa (23,8%) belum tuntas dan 16 siswa (76,2%) sudah tuntas dengan KKM. Setelah siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum memenuhi KKM dan 19 siswa (90,5%) siswa sudah memenuhi KKM.

Hal yang menjadi persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dilaksanakannya penelitian dengan menerapkan project based learning pada mata pelajaran IPA. Penelitian lain, juga dilaksanakan guna

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Penelitian yang telah dilaksankan oleh Veronica Yasinta Nugraeni menunjukkan keberhasilan, melalui penerapan project based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal yang menjadi pembeda dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh penulis dengan penelitian terdahulu, adalah pembelajaran yang menerapkan project based learning dikemas dengan lebih menyenangkan bagi siswa SD yaitu dengan cara pemberian reword pada kelompok yang menghasilkan produk yang baik dan mudah dipahami. Hal ini membangun situasi kompetisi pada setiap kelompok. Kompetisi yang dibangun antarsiswa memberikan pengaruh positif terhadap kerja sama siswa dalam kelompok untuk menghasilkan produk yang maksimal. Dalam kegiatan perancangan proyek siswa nampak bekerja sama dengan baik.

Pembelajaran dengan project based learning lebih memberikan pengalaman belajar siswa secara langsung sehingga daya tangkap materi pembelajaran akan lebih cepat terserap. Hal ini menjadikan siswa lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Siswa berusaha menemukan sendiri informasi yang harus dipelajari, dan bersama teman satu kelompoknya merancang proyek yang akan dilakukan untuk menghasilkan produk. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan project based learning, menjadikan siswa tertantang dan tumbuh antusias yang tibggi dalam mengikuti pembelajaran. Suasana yang tercipta dalam pembelajaran adalah susana kerja sama oleh siswa dengan kelompok kerjanya dalam perancangan proyek yang dilakukan. Kerja sama yang dilaksanakan siswa, dirasakan oleh siswa menyenangkan karena siswa dapat belajar bersama teman-temannya dan belajar tidak hanya dari guru dan buku saja. Rasa senang siswa dalam pembelajaran memberi pengaruh baik pada hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dengan menerapkan

project based learning ini, dilaksankan dengan menyajikan project based learning

kedalam kegiatan pembelajaran dengan langkah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pelaksanaan project based learning dilakukan pada langkah kegiatan inti, yang dilaksankan dengan EEK (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi). Penulis melaksanakan kegiatan eksplorasi dengan memberi kesempatan siswa

menggali informasi, melalui kegiatan tanya jawab berdasarkan pengalaman siswa masing-masing. Pada kegiatan elaborasi, siswa bersama kelompok kerja melaksanakan rancangan proyek yang akan dilakukannya dan hasil akhir berupa produk dari materi yang sudah ditetapkan. Untuk menumbuhkan kreatifitas dan situasi kompetisi, setiap kelompok siswa dimotivasi untuk menghasilkan produk yang baik dan hasil laporan yang jelas. Kegiatan terakhir setiap kelompok kerja mempresentasikan hasil produk dan laporan kepada kelompok lain.

Hasil belajar siswa pada siklus I, menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hasil belajar siswa yang mencapai kriteria tuntas KKM pada siklus I sebanyak 84,62%. Adapun rata-rata kelas hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 75,20. Presentase pencapaian hasil belajar yang tuntas KKM, menunjukkan keberhasilan pelaksanaan tindakan siklus I, karena memenuhi indikator ketuntasan siklus I yang ditetapkan. Yaitu sebanyak 80% siswa di kelas IV mencapai nilai KKM. Pelakasanaan pembelajaran yang dilakasnakan penulis dan siswa pada siklus I sudah dilaksanakan dengan baik. Siswa yang aktif, sudah merata dilakukan oleh kebanyakan siswa.

Kegiatan pembelajran siklus II terlihat siswa terasa lebih menyenangkan. Siswa menjadi lebih kreatif dan aktif dalam perancangan produk. Hasil belajar siswa yang tuntas KKM pada siklus II mencapai presentase sebesar 96,2%. Presentase ini menunjukkan keberhasilan pembelajaran siklus II, karena telah tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan pada siklus II. Pembelajaran siklus II akan dikatakan berhasil jika siswa yang mencapai KKM sebanyak 85%. Maka, presentase pencapaian kegiatan siklus II menunjukkan, tindakan di siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II bahwa pembelajaran dengan pendekatan project based learning berupa, memberikan pembelajaran dengan perancangan proyek, memecaahkan masalah dengan dibuatnya kelompok kerja, menggunakan alat dan bahan yang baik dan benar sesuai dengan tujuan pembelajaran, membentuk kelompok kerja, dan mengadakan kompetisi, dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA

siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015, karena pembelajaran dengan pendekatan project based learning melatih siswa belajar dengan melibatkan kreat, ifitas siswa dalam merancang suatu proyek. Situasi ini mendukung efektivitas proses pembelajaran dan dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang kegiatan yang siswa kerjakan saat proses pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan penelitian tindakan kelas yang telah dituliskan, maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan implikasi praktis dari penelitian tindakan kelas ini. Adapun implikasi teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

a. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah mendukung teori tentang pendekatan project based learning yang diterapkan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Implikasi Praktis

Implikasi praktis yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah berkenaan dengan sekolah, guru, dan siswa. Adapun implikasi praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sekolah dapat menambah koleksi perpustakaan serta menyediakan referensi bagi guru tentang penelitian tindakan kelas.

2. Guru memeroleh pengalaman dalam menerapkan dan mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan project based learning pada mata pelajaran IPA.

3. Siswa dapat belajar secara aktif, kreatif dan menyenangkan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan project based learning,

serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran IPA.

4. Penulis dapat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan project based learning dengan mengembangkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan, untuk pembelajaran yang lebih bermutu.

Dokumen terkait