• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Produksi dan Konsumsi Daging Kambing dan Daging Domba Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2015

Perbandinganproduksidaging kambing dan daging domba dengan konsumsi daging kambing dan daging domba merupakan hal yang penting diketahui untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah

Sumatera Utara. Dari angka perbandinganproduksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba dapat diketahui bagaimana peningkatan subsektor pternakan di Provinsi Sumatera Utara. Perbandingan produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Daging Kambing Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2015

No Tahun Produksi Daging Kambing (Ton) Konsumsi Daging Kambing (Ton) Rasio (Produksi:Konsumsi) 1 2006 2.336,85 2.402,26 0,97(1:1,02) 2 2007 2.176,90 2.181,84 0,99(1:1,01) 3 2008 2.511,43 2.738,88 0,91(1:1,09) 4 2009 2.562,41 2.782,16 0,92(1:1,08) 5 2010 3.188,99 3.245,55 0,98(1:1,01) 6 2011 3.268,71 3.275,89 0,99(1:1,01) 7 2012 3.352,55 3.303,85 1,01(1:0,98) 8 2013 3.469,81 3.464,83 1,00(1:0,99) 9 2014 3.538,23 3.579,38 0,98(1:1,01) 10 2015 3.546,08 3.484,44 1,01(1:0,98) Total 29.951,96 30.459,08 0,98(1:1,02) Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut diolah, 2017 Keterangan :

Rasio < 1 = Konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi Rasio ≥ 1 = Produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2006. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 65,41 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,97(1:1,02) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2006 lebih

tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2007. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 4,94 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,99(1:01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2007 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2008. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 227,45 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,91(1:1,09) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2008 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2009. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 219,75 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,92(1:1,08) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009konsumsi lebih

tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2009 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2010. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 56,56 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,98(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2010 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2011. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 7,18 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,99(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2011 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 nilai dari produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging kambing pada tahun

2012. Besar surplus produksi daging kambing sebesar 48,7 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 1,01(1:0,98) atau > 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging kambing meningkat dan dapat mencukupi konsumsi daging kambing. Keadaan produksi daging kambing 2012 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging kambing berarti hipotesis 1ditolak.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 nilai dari produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging kambing pada tahun 2013. Besar surplus produksi daging kambing sebesar 4,98 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 1,00(1:0,99) atau > 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging kambing meningkat dan dapat mencukupi konsumsi daging kambing. Keadaan produksi daging kambing 2013 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging kambing berarti hipotesis 1ditolak.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging kambing pada tahun 2014. Besar defisit produksi daging kambing sebesar 41,15 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,98(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging kambing 2014 lebih

tinggi di bandingkan dengan produksi daging kambing berarti hipotesis 1diterima.

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 nilai dari produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging kambing pada tahun 2015. Besar surplus produksi daging kambing sebesar 61,64 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dan konsumsi daging kambing adalah sebesar 1,01(1:0,98) atau > 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging kambing dalam negeri meningkat. Keadaan produksi daging kambing 2015 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging kambing berarti hipotesis 1ditolak.

Gambar 5.3. Total Produksi dan Konsumsi Daging Kambing Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2015

Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa, produksi dan konsumsi daging kambing mengalami fluktuasi. Akan tetapi jika dilihat dari keseluruhan bahwa produksi daging kambing tidak dapat memenuhi konsumsi daging kambing. Pada tahun 2006-2015 total defisit produksi daging kambing sebesar

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi Daging Kambing Konsumsi Daging Kambing

507,12 Ton dengan rasio antara produksi daging kambing dengan konsumsi daging kambing adalah sebesar 0,98(1:1,02) ini menunjukkan bahwa Keadaan produksi daging kambing tahun 2006-1015 lebih kecil dari konsumsi daging kambing yang berarti hipotesis 1 diterima.

Tabel 5.4. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Daging Domba Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006-2015

No Tahun Produksi Daging Domba (Ton) Konsumsi Daging Domba (Ton) Rasio (Produksi:Konsumsi) 1 2006 1.077,44 1.137,91 0,94(1:1,05) 2 2007 1.129,90 1.155,09 0,97(1:1,02) 3 2008 1.463,72 1.434,65 1,02(1:0,98) 4 2009 1.484,94 1.457,32 1,01(1:0,98) 5 2010 1.549,87 1.557,86 0,99(1:1,01) 6 2011 1.588,62 1.572,43 1,01(1:0,98) 7 2012 1.706,98 1.718,01 0,99(1:1,01) 8 2013 1.852,71 1.865,68 0,99(1:1,01) 9 2014 1.886,78 1.927,35 0,97(1:1,02) 10 2015 1.890,18 1.951,29 0,96(1:1,03) Total 15.631,14 15.777,59 0,98(1:1,01) Sumber: Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan Sumut diolah, 2017 Keterangan :

Rasio < 1 = Konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi Rasio ≥ 1 = Produksi lebih tinggi dibandingkan konsumsi

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2006. Besar defisit produksi daging domba sebesar 60,47 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,94(1:1,05) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2006 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2007. Besar defisit produksi daging domba sebesar 25,19 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,97(1:1,02) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2007 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 nilai dari produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging domba pada tahun 2008. Besar surplus produksi daging domba sebesar 29,07 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 1,02(1:0,98) atau > 1 yang menunjukkan bahwa produksi lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging domba yang meningkat dalam negeri dapat mencukupi konsumsi daging domba. Keadaan produksi daging domba 2008 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging domba berarti hipotesis 2ditolak.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 nilai dari produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging domba pada tahun 2009. Besar surplus produksi daging domba sebesar 27,62 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 1,01(1:0,98) atau > 1 yang menunjukkan bahwa produksi lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging domba yang meningkat dalam negeri dapat mencukupi konsumsi daging domba. Keadaan

produksi daging domba 2009 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging domba berarti hipotesis 2ditolak.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2010. Besar defisit produksi daging domba sebesar 7,99 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,99(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2010 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 nilai dari produksi lebih besar dibandingkan nilai dari konsumsi daging domba pada tahun 2011. Besar surplus produksi daging domba sebesar 16,19 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 1,01(1:0,98) atau > 1 yang menunjukkan bahwa produksi lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi. Dalam hal ini produksi daging domba yang meningkat dalam negeri dapat mencukupi konsumsi daging domba. Keadaan produksi daging domba 2011 lebih tinggi di bandingkan dengan konsumsi daging domba berarti hipotesis 2ditolak.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2012. Besar defisit produksi daging domba sebesar 11,03 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,99(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012konsumsi lebih tinggi

dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2012 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2013. Besar defisit produksi daging domba sebesar 12,97 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,99(1:1,01) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2013 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2014. Besar defisit produksi daging domba sebesar 40,57 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,97(1:1,02) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2014 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 nilai dari konsumsi lebih besar dibandingkan nilai dari produksi daging domba pada tahun 2015. Besar defisit produksi daging domba sebesar 61,11 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,96(1:1,03) atau < 1 ini menunjukkan bahwa pada tahun 2015konsumsi lebih tinggi

dibandingkan produksi. Dalam hal ini produksi daging domba dalam negeri perlu lebih ditingkatkan. Keadaan konsumsi daging domba 2015 lebih tinggi di bandingkan dengan produksi daging domba berarti hipotesis 2diterima.

Gambar 5.4. Total Produksi dan Konsumsi Daging Domba Provinsi SumateraUtara Tahun 2006-2015

Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa, produksi dan konsumsi daging kambing mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi walaupun produksi terus meningkat jika dilihat secara keseluruhan bahwa produksi daging kambing tidak dapat memenuhi konsumsi daging kambing. Pada tahun 2006-2015 total defisit produksi daging domba sebesar 146,45 Ton dengan rasio antara produksi daging domba dengan konsumsi daging domba adalah sebesar 0,98(1:1,01) ini menunjukkan bahwa Keadaan produksi daging domba tahun 2006-1015 lebih kecil dari konsumsi daging domba yang berarti hipotesis 2

diterima.

5.3. Analisis Forecasting Produksi dan Konsumsi Daging Kambing dan

Dokumen terkait