• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara ringkas, perbandingan lembaga keuangan mikro syari’ah

dengan konvensional dapat dilihat pada Tabel 5.12 di bawah ini: Tabel 5.12: Perbandingan KSU BMT Rizky Prima dan KSU Cari

Makmur

KSU BMT Rizky Prima KSU Cari Makmur - Simpanan

Pada layanan simpanan di KSU BMT Rizky Prima anggota tidak dapat mengetahui besaran bonus atau bagi hasil dari simpanan mereka, hal itu dikarenakan pada sistem syariah ditetapkan hanyalah proporsi bagi hasil atau bonus semata. Sedangkan besaran bonus dan bagi hasil yang diterima anggota tiap bulan dapat berbeda dan hal itu dipengaruhi oleh : 1) Besaran simpanan anggota 2) Proporsi yang disepakati 3) Pendapatan yang diperoleh

KSU BMT Rizky Prima

4) Jumlah seluruh simpanan yang dapat dikumpulkan KSU BMT Rizky Prima

Sehingga besaran nominal bagi hasil tidak bisa di tentukan di awal karena sesuai dengan kemampuan atau hasil usaha dari KSU BMT Rizky Prima.

- Simpanan

Pada layanan simpanan di KSU Cari makmur yang menggunakan sistem balas jasa konvensional dengan sistem jasa atau bunga. Besaran jasa atau bunga anggota dapat diketahui di awal. Ketika pendapatan koperasi sedang turun maupun naik, anggota koperasi tetap memdapatkan besaran jasa atau bunga sebesar 1 %.

- Pembiayaan

Pada layanan pembiayaan terdapat 3 akad yang dipakai yaitu bagi hasil, jual beli,dan sewa. Dimana praktek dari masing-masing akad adalah sebagai berikut :

1) Akad bagi hasil musyarakah : Pada akad bagi hasil, ketika anggota mengajukan pembiayaan yang disepakati di awal adalah besaran proporsi bagi hasilnya, bukanlah nominal melainkan proporsi bagi hasil. Dan ketika proporsi itu di sepakati maka itulah yang menjadi acuan bagi hasil. Sehingga besaran bagi hasil adalah pendapatan bersih anggota dikalikan dengan proporsi. Dan kemungkinan besar besaran bagi hasil tiap bulan berbeda karena tergantung dari pendapatan anggota.

2) Akad jual beli murabahah : pada akad ini sama halnya dengan kegiatan jual beli pada umumnya. Dimana KSU BMT Rizky Prima sebagai penjual menawarkan kepada anggota dan anggota menawar kepada KSU BMT Rizky Prima. Ketika disepakati maka transaksi dianggap sah.

3) Akad Sewa ijarah : prinsip dari akad ini adalah sama dengan jual beli, dimana KSU BMT Rizky Prima sebagai perantara sewa menawarkan harga sewa kepada anggota ketika anggota sepakat, maka transaksi dianggap sah.

- Pembiayaan

Pada layanan pembiayaan di KSU Cari Makmur memakai konsep konvensional dengan penetapan jasa atau bunga dengan flat rate, maka besaran balas jasa dari pembiayaaan sudah pasti dan tidak ada proses tawar menawar. sehingga ketika anggota mengakses pembiayaan, maka angsuran tiap bulan sudah dapat diketahui dan sesuai dengan pokok angsuran dan besaran bunga sebesar 2-2,8%, pada jenis pembiayaan. konsekuensi pada sistem ini adalah ketika anggota mengalami kerugian maka anggota tetap harus membayar angsuran.

- Lain-lain

Pada layanan pembiayaan di BMT terdapat biaya administrasi dan biaya keterlambatan setoran yang diantaranya adalah :

- Lain –lain

Pada layanan pembiayaan di KSU ini juga ditetapkan biaya

administrasi yang diantaranya : 1) Biaya admin = 2% dari

1) Potongan admin provisi = 2.5 % dari pembiayaan

2) Materai = Rp.12.000

Dan untuk keterlambatan angsuran BMT tidak membebankan denda apabila keterlambatan masih pada bulan berjalan, sedangkan ketika sudah masuk bulan selanjutnya maka akan kena denda 1 % dari pokok angsuran dan dimasukkan ke dalam dana infaq.

Sehingga jika anggota meminjam Rp. 5.000.000 maka biaya administrasi sebesar : Provisi = Rp.125.000 Materai = Rp.12.000 Maka potongan = Rp.137.000 pembiayaan 2) Asuransi = 1% dari pembiayaan

3) Provisi =1% dari pembiayaan 4) Materai = Rp.7000

5) Buka Rekening = Rp.150.000 (untuk yang baru)

6) Simpanan Pokok = 100.000 (untuk baru)

Keterlambatan angsuran dimana anggota terlambat dalam satu hari maupun 20 hari anggota akan dikenakan denda sebesar 2% dari angsuran.

Sehingga jika anggota meminjam Rp. 5000.000 maka biaya administrasi sebesar : Admin = Rp.100.000 Asuransi = Rp.50.000 Provisi = Rp.50.000 Materai = Rp.7.000 Maka potongan = Rp.225.000

Sumber : Data yang diolah dari penelitian

Berdasarkan pembahasan antara KSU BMT Rizky Prima dan KSU Cari Makmur yang dikorelasikan dengan keadilan distributif, dapat ditarik benang merah bahwa konsep bagi hasil pada KSU BMT Rizky Prima pada layanan simpanan dan pembiayaan lebih bersifat adil dalam hal keadilan distributif daripada sistem konvensional pada KSU Cari Makmur, hal ini dikarenakan pada layanan simpanan dan pembiayaan dengan akad bagi hasil besaran nominal bagi hasil bergantung dari kemampuan usaha, dalam hal ini untuk layanan simpanan adalah besaran bonus serta bagi hasil yang diberikan untuk anggota atau nasabah setiap bulannya tergantung dari jumlah keuntungan yang diterima KSU BMT Rizky Prima dari usahanya atau pembiayaan serta dari total dana yang berhasil dihimpun dari simpanan. Sehingga besaran bagi hasil atau bonus kepada anggota atau nasabah dapat tidak pasti. Namun dalam layanan simpanan pada awal anggota mengakses layanan simpanan BMT telah menawarkan proporsi bagi hasil atau bonus yang akan diberikan. Sehingga ketika proporsi demikian disepakati maka dianggap sah.

Layanan pada KSU BMT Rizky Prima juga dinilai lebih berkeadilan distributif dikarenakan sama halnya dengan simpanan, yaitu di awal transasksi pembiayaan antara anggota dan BMT telah melakukan tawar menawar proporsi bagi hasil, bukan nominal bagi hasil. Sehingga ketika kesepakatan proporsi bagi hasil disepakati maka transaksi dianggap sah. Dalam hal ini karena yang disepakati hanyalah proporsi sehingga besaran nominal bagi hasil ditentukan oleh laba bersih yang diperoleh oleh anggota. sehingga besaran nominalnya tiap bulan dapat berbeda sesuai yang diperoleh anggota, namun proporsinya tetap sama seperti yang disepakati di awal. Hal ini lah yang menyebabkan layanan simpanan dan pembiayaan pada BMT Rizky Prima lebih berkeadilan distributif daripada KSU Cari Makmur.

Rangkuman

KSU BMT Rizky Prima mempunyai layanan simpanan dengan dua akad dalam balas jasa yaitu dengan akad wadiah atau titipan dimana BMT memberikan bonus setiap bulannya berupa bagi hasil. Dan yang kedua adalah akad Mudharabah atau investasi tidak bersyarat dimana pada akad ini ada kesepakatan besaran proporsi bagi hasil antara anggota dan BMT. Namun untuk besaran bonus dan bagi hasil simpanan BMT telah ditentukan sehingga jika anggota menyepakati proporsi tersebut maka transaksi dianggap sah karena ada kesepakatan. Kedua akad ini jika ada besaran nominal bonus dan bagi hasil, tergantung dari pendapatan yang diterima BMT, besaran jumlah simpanan yang diperoleh BMT, dan besaran tabungan masing-masing anggota. Sehingga besaran nominal bonus dan simpanan dapat berbeda dan tidak pasti. Dalam layanan tabungan di KSU BMT Syariah yang menggunakan 2 akad ini, wadiah (titipan) dan mudharabah (investasi) jika dikorelasikan dengan konteks keadilan John Rawls adalah kebahagiaan terbesar bagi semua orang atau setidaknya sebanyak mungkin orang (The greatest happiness of the greatest numbers). Bagaimana total kebahagian itu didistribusikan diantara individu. Serta ia juga tidak peduli bagaimana satu orang mendistribusikan kebahagian pada setiap kurun waktu yang berbeda. Begitu juga dengan sudut

padang agama Islam , harta harus berputar (diniagakan sehingga tidak hanya berpusat pada satu orang karena untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia.

Untuk sistem bagi hasil KSU BMT Rizky Prima mengunakan beberapa akad (1) Akad bagi hasil musyarokah (akad antara 2 pemilik modal untuk menyatukan modalnya pada usaha tertentu, sedangkan pelaksanaannya bisa ditunjuk salah satu dari mereka), KSU BMT Rizky Prima dalam pembiayaan akad musyarakah memiliki patokan bagi hasil sebesar 1,5% tiap bulan, apabila pihak anggota tidak bisa memenuhi yang sesuai dengan akad, KSU BMT Rizky Prima akan melakukan konfirmasi untuk minta penjelasan dan melakukan analisis dan audit. (2) Akad bagi hasil Murabahah (jual beli barang pada harga asal atau harga perolehan dengan tambahan keuntungan atau margin yang disepakati oleh kedua pihak, penjual dan pembeli), pembiayaan dengan akad jual beli salam (pembelian atau jual beli yang dilakukan dengan cara pembeli melakukan pemesanan). Pembeli akan melakukan pembayaran di muka terlebih dahulu atas barang yang dipesan atau diinginkan tersebut baik dengan pembayaran di muka maupun dengan angsuran, (3) Akad sewa ijarah (akad pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang tersebut, yang bila dikorelasikan dengan konsep John Rawl tentang keadilan sosial, lebih terkait dengan masalah struktur dasar masyarakat dalam menetapkan beban dan kewajiban individu dalam suatu kerja sama sosial. Dimana: Pertama, bentuk kerja sama selalu berpijak pada keadilan, sedangkan coordinated activity berpijak pada efektifitas atau efisiensi. Kedua, kerja sama (organizing principle), aturan dibuat untuk mengatur anggota-anggotanya ( mengikat, mengatur kepentingan anggota). Ketiga, pembiayaan di KSU BMT Rizky Prima sesuai juga dengan prinsip keadilan John Rawls bahwa setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar, tercermin yang pada kesamaan hak antara pihak KSU BMT Rizky Prima dengan anggota dalam hal pelaksanaan manajemen usaha. Segala informasi dan kebijakan terkait usaha yang dilakukan setiap akad dikelola secara profesional oleh kedua pihak. Adapun prinsip keadilan John Rawls yang lain mengenai

perbedaan sosioreligius dan ekonomi diatur sehingga menguntungkan semua pihak, yang tercermin pada pembagian bagi hasil antar pemilik modal.

Sedangkan LKM Konvensional di KSU Cari Makmur, dalam operasionalnya bentuk simpanannya ada bermacam-macam seperti menggunakan simpanan camar tama, simpanan camar hari raya, simpanan hari tua, simpanan beasiswa berencana, simpanan ziarah plus, simpanan berjangka (camar cito) dengan bunga atau jasa sebesar 1%, besaran jasa atau bunga balas jasa sudah jelas ditetapkan di awal, dalam hal pembiayaan ada pinjaman multi guna, pinjaman modal usaha dan biaya pendidikan dengan jasa atau bunga yang ditetapkan sebesar 2-2,8% untuk layanan pembiayaan penetapan besaran angka tersebut tergantung dari besaran pembiayaan dan jangka waktu angsuran. Dalam penelitian ini BMT Rizky Prima lebih mendekati pada keadilan

distributif “The principle of fair equality of opportunity “ (prinsip

kesamaan kesempatan yang adil), dimana: Pertama, bagi hasil dan bonus pada simpanan sesuai dengan kemampuan usaha BMT atau pendapatan yang diperoleh BMT sesuai dengan proporsi bagi hasil dan bonus yang telah disepakati. Untuk pembiayaan bagi hasil yang disetor dari anggota, pembiayaan kepada BMT sesuai dengan jumlah yang didapat atas laba atau keuntungan pada bulan itu, dibagi sesuai dengan kesepakatan proporsi bagi hasil di awal; Kedua, ketentuan denda meski diberlakukan namun sifatnya fleksibel sesuai dengan kemampuan anggota dan dana disalurkan ke baitul maal; Ketiga, kegiatan KSU BMT Rizky Prima lebih bersinergi, yang lebih mampu secara ekonomi bisa didekatkan dengan yang kurang mampu bahkan bersifat sosiologis, tolong menolong, memberi dan menerima, bisa saling menguntungkan. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Kholim (2004), dimana sistem keuangan konvensional yang menggunakan sistem bunga dinilai sebagai sistem yang tidak menguntungkan masyarakat yang berada dalam tingkat miskin. BMT merupakan salah satu lembaga penyedia jasa keuangan bukan bank tanpa bunga yang memiliki potensi akses lebih besar kepada masyarakat miskin. Hal ini menunjukkan bahwa sistem bagi hasil syariah lebih fleksibel dalam hal balas jasa, sehingga sistem ini cocok

untuk pengembangan usaha masyarakat miskin. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Euis Amalia (2009) dengan judul

“Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia”, yang menunjukkan pentingnya pengembangan ekonomi Islam melalui serangkaian reformasi kebijakan pemerintah untuk penguatan LKM dan UKM melalui restrukturisasi. Kebijakan itu harus berbasiskan kepentingan rakyat dan harus difasilitasi dengan memadai untuk melakukan pemberdayaan (empowerment) SDM, dimana ekonomi Islam harus dikembangkan karena sudah terbukti sistem tersebut lebih berpihak kepada masyarakat miskin dengan sistem yang fleksibel dan atas dasar keadilan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Alamsyah (2012), yang menemukan bahwa sistem keuangan konvensional berbasis riba belum sepenuhnya menyejahterakan rakyat, sehingga memandang perlunya sistem LKMS. Perbedaan temuan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah, penelitian-penelitian ini dapat menyajikan perbandingan perhitungan balas jasa kedua koperasi yang menggunakan sistem yang berbeda yaitu konvensional dan syariah. Sehingga penelitian ini dapat menyajikan kontribusi secara riil LKMS dalam ikut mewujudkan keadilan distributif dalam masyarakat dalam kaitannya dengan pemberian kesempatan yang lebih luas kepada kelompok masyarakat menengah ke bawah untuk mengakses permodalan sehingga mereka dapat mengembangkan usaha bisnisnya untuk peningkatan kesejahteraan mereka.

Dokumen terkait