• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan dari subjek IP yang diberikan terapi ABA teknik extinction

dengan subjek CA yang diberi terapi ABA teknik extinction.

Pada saat pelaksanaan baseline pertama (A1) pada hari pertama dan hari kedua pelaksanaan baseline perilaku menepuk tangan pada subjek CA lebih tinggi yaitu 31 kali dan 30 kali, sementara perilaku menepuk tangan IP 25 kali dan 23 kali.Sementara pada hari ketiga perilaku menepuk tangan pada IP lebih tinggi yaitu 29 kali, dan perilaku menepuk tangan CA 29 kali. Pada hari keempat, perilaku menepuk tangan pada IP dan CAjumlahnya sama yaitu 34 kali. Sementara pada hari kelima, jumlah perilaku menepuk tangan pada IP meningkat yaitu 40 kali, sedangkan perilaku menepuk tangan pada CA tidak mengalami perubahan yaitu: 34 kali. Perbedaan jumlah perilaku menepuk tangan IP dan CA pada saat pelaksanaan baseline pertama dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut ini.

Tabel 4.17. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat Baseline 1 (A1)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 Total perilaku menepuk tangan yang diperoleh masing-masing subjek pada saat pelaksanaan

baseline pertama (A1) dari hari pertama sampai hari kelima. Eksperimen

(IP)

25 23 29 34 40 Kontrol (CA) 31 30 27 34 34

Grafik 4.2. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat Baseline 1 (A1)

Dari grafik diatas terlihat perbedaan perilaku menepuk tangan pada subjek IP dan CA pada saat pelaksanaan baseline pertama (A1), pada saat hari pertama terlihat bahwa perilaku menepuk tangan pada subjek CA lebih banyak muncul yaitu 31 kali sedangka n perilaku menepuk tangan IP 25 kali. Pada hari kedua perilaku menepuk tangan CA juga lebih tinggi daripada IP yaitu 30 kali sedangkan IP 23 kali. Pada hari keempat perilaku menepuk tangan IP dan CA sama banyak yaitu 34 kali, sedangkan pada hari kelima perilaku menepuk tangan IP lebih banyak muncul (40 kali) dibandingkan CA (34 kali).

0 10 20 30 40 50

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Eksperimen Kontrol

Pada saat pelaksanaan terapi pertama perbedaan jumlah perilaku menepuk tangan pada subjek IP dan CA dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.18. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat terapi pertama (A1)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 a. Total perilaku menepuk tangan pada saat pelaksanaan terapi pertama (B1) dari masing-masing subjek dari hari pertama sampai hari kesembilan.

b. Pada hari ke 6 pada subjek CA (dalam kolom terlihat huruf “T”) terapi dihentikan karena pada hari ke enam CA mengalami tantrum (subjek memukul dan menampar terapis). Walaupun pada hari keenam CA tantrum akan tetapi pada hari selanjutnya terapi tetap dilanjutkan.

Eksperimen (IP)

31 43 29 26 26 38 21 20 26 Kontrol (CA) 32 32 37 34 34 T 35 37 35

Dari tabel diatas terlihat perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP dan CA pada saat pelaksanaan terapi pertama (B1). Pada saat pelaksanaan terapi pertama (B1) di hari pertama terlihat perilaku menepuk tangan pada IP dan CA frerkuensinya tidak jauh berbeda yaitu 31 kali dan 32 kali. Akan tetapi pada hari kedua perilaku menepuk tangan pada IP terlihat lebih sering muncul yaitu 43 kali sedangkan perilaku menepuk tangan pada CA tetap seperti hari pertama yaitu 32 kali. Pada hari ketiga jumlah perilaku menepuk tangan pada IP menurun menjadi 29 kali sedangkan perilaku menepuk tangan pada CA meningkat menjadi 37 kali. Pada hari keempat dan kelima perilaku menepuk tangan pada IP sama yaitu 26 kali, dan perilaku menepuk tangan pada CA pada hari keempat dan kelima juga sama yaitu 34 kali. Pada hari keenam perilaku menepuk tangan pada IP meningkat menjadi 38 kali sedangkan CA pada hari keenam mengalami tantrum. Pada hari keenam CA menangis dan memukul serta menampar terapis. Melihat perilaku CA yang sulit untuk mengikuti proses terapi karena terus menangis maka proses terapi pada hari keenam dihentikan sehingga pada hari keenam tidak diperoleh jumlah perilaku menepuk tangan pada CA. Pada hari ketujuh, kedelapan dan kesembilan jumlah perilaku menepuk tangan pada IP terlihat lebih sedikit yaitu 21 kali, 20 kali dan 26 kali, sedangkan perilaku menepuk tangan pada CA yaitu: 35 kali, 37 kali dan 35 kali.

Grafik 4.3. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat terapi pertama (B1)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

Eksperimen Kontrol

Dari grafik diatas terlihat perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP dan CA pada saat pelaksanaan terapi yang pertama (B1). Pada saat hari pertama terlihat perilaku menepuk tangan IP dan CA tidak jauh berbeda yaitu 31 kali dan 32 kali. Pada hari kedua perilaku menepuk tangan IP terlihat lebih banyak yaitu 43 kali sedangkan pada CA 32 kali. Pada hari ketiga, keempat dan kelima terlihat grafik perilaku menepuk tangan pada CA lebih tinggi dibandingkan IP, hal ini berarti bahwa perilaku menepuk tangan pada CA lebih sering muncul dibandingkan IP. Pada hari keenam terlihat hanya grafik IP sedangkan pada CA tidak didapat jumlah perilaku menepuk tangan karena pada hari keenam CA mengalami tantrum sehingga terapi dihentikan. Pada hari ketujuh dan kedelapan terlihat grafik perilaku menepuk tangan pada IP semakin menurun, hal ini berarti bahwa pada hari ketujuh dan kedelapan perilaku menepuk tangan pada IP semakin berkurang. Sedangkan grafik CA pada hari ketujuh, kedelapan dan kesembilan terlihat tidak mengalami penurunan.

Tabel 4.19. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat Baseline kedua (A2)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 a. Total perilaku menepuk tangan dari masing-masing subjek pada saat baseline kedua (A2) dari hari pertama sampai hari kelima.

b. Pada subjek IP (eksperimen) perilaku menepuk tangan pada hari ke dua terlihat lebih sedikit (2 kali) bila dibandingkan dengan hari pertama sampai hari kelima. Sedangkan pada subjek CA perilaku menepuk tangan yang paling sedikit muncul terlihat pada hari pertama (29 kali).

Eksperime n (IP) 11 2 6 6 7 Kontrol (CA) 29 42 31 36 31

Grafik 4.4. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat baseline kedua (A2)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Eksperimen Kontrol

Grafik diatas memperlihatkan perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP dan CA pada saat pelaksanaan baseline kedua (A2). Dari grafik diatas terlihat perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan dari hari pertama sampai hari kelima, dimana terlihat frekuensi menepuk tangan pada subjek CA terlihat lebih sering muncul dibandingkan dengan subjek IP. Bahkan terlihat perbedaan yang sangat mencolok di hari ke dua dimana perilaku menepuk tangan pada IP hanya 2 kali sementara perilaku menepuk tangan pada CA muncul sebanyak 42 kali. Walau pada hari ketiga frekuensi menepuk tangan pada IP naik dari 2 kali menjadi 6 kali, akan tetapi pada hari keempat perilaku menepuk tangan tidak mengalami peningkatan dan hari kelima perilaku menepuk tangan IP naik menjadi 7 kali.

Tabel 4.20. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat terapi kedua (B2)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 a. Total perilaku menepuk tangan saat dilakukan terapi kedua (B2) dari masing-masing subjek dari hari pertama sampai hari kesembilan.

b. Pada subjek IP (eksperimen) terlihat bahwa pada hari keenam dan ketujuh perilaku menepuk tangan tidak muncul lagi di semua materi yang diberikan di awal, pertengahan dan akhir pertemuan. c. Pada subjek CA (kontrol) terlihat mulai dari keempat, kelima keenam, ketujuh sampai hari kesembilan jumlah perilaku menepuk tangannya semakin hari semakin menurun, hal ini berarti bahwa mulai dari hari keempat sampai hari terakhir pelaksanaan terapi kedua perilaku menepuk tangan pada CA semakin jarang terlihat.

Eksperimen (IP) 16 8 3 1 5 0 0 5 1 Kontrol (CA) 29 27 24 32 30 27 22 18 11

Grafik 4.5. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat terapi kedua (B2)

0 5 10 15 20 25 30 35

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

Eksperimen Kontrol

Dari grafik diatas terlihat perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek IP dan CA pada saat dilakukan terapi yang kedua (B2). Dari grafik diatas tampak perilaku menepuk tangan pada subjek CA terlihat lebih sering muncul dibandingkan dengan IP. Pada subjek CA frekuensi menepuk tangan dari hari pertama sampai hari keempat terlihat pola grafik yang naik turun, akan tetapi pada hari keempat sampai hari kesembilan terlihat pola grafik yang terus menurun, hal ini berarti bahwa pada hari keempat sampai hari kesembilan frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA terus berkurang. Sedangkan pada subjek IP terlihat pola grafik yang naik turun dari hari pertama sampai hari kesembilan, dan pada hari keenam dan ketujuh terlihat grafik berada di titik terendah (nol) yang berarti bahwa pada hari keenam dan ketujuh IP tidak menunjukkan perilaku menepuk tangan.

Dari grafik diatas juga terlihat terjadi penurunan frekuensi perilaku menepuk tangan dari hari pertama sampai hari kesembilan pada kedua subjek. Pada subjek IP, terlihat di hari pertama frekuensi perilaku menepuk tangan sebanyak 16 kali dan di hari terakhir hanya tinggal 1 kali, bahkan pada hari keenam dan ketujuh terlihat bahwa perilaku menepuk tangan pada IP tidak terjadi. Sementara itu, pada subjek CA terlihat pada hari pertama pelaksanaan terapi kedua (B2) jumlah perilaku menepuk tangan muncul sebanyak 29 kali dan dihari terakhir (hari kesembilan) perilaku menepuk tangan terjadi 11 kali. Hal ini berarti bahwa terjadi penurunan jumlah perilaku menepuk tangan pada CA selama pelaksanaan terapi berlangsung.

D. Pembahasan

Penelitian ini membutikan bahwa terapi Applied behavior Analysis (ABA) dengan teknik extinction dengan media video modelling lebih efektif untuk mengurangi perilaku restricted menepuk tangan pada anak Autis Spectrum Disorder (ASD), dibandingkan dengan terapi Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik extinction tanpa video modelling. Terapi ABA merupakan aplikasi dari teori B.F Skinner yaitu Operant Conditioning. Pada terapi ABA, salah satu teknik yang digunakan untuk mengurangi perilaku bermasalah pada anak ASD adalah dengan teknik extinction. Prinsip dari extinction ialah apabila konsekuensi perilaku mendapat reinforcement negatif, maka anak cenderung tidak akan mengulang perilaku tersebut demikian sebaliknya apabila konsekuensi dari perilaku tersebut mendapat reinforcement positif, maka anak akan cenderung mempertahankan perilaku tersebut.Berkurangnya perilaku restricted menepuk tangan pada subjek CA dibuktikan dengan melihat jumlah total frekuensi perilaku menepuk tangan sebelum dan setelah subjek diberikan terapi ABA. Sebelum diberikan terapi ABA terlihat jumlah total perilaku menepuk tangan pada CA lebih banyak bila dibandingkan dengan setelah CA diberikan terapi ABA. Hal ini membuktikan bahwa terapi ABA dengan teknik extinction dapat mengurangi munculnya perilaku restricted pada anak ASD. Anak dengan gangguan ASD mengalami gangguan pada beberapa aspek diantaranya masalah komunikasi, interaksi sosial, dan terbatasnya aktifitas dan minat pada anak ASD. Beberapa peneliti telah membuktikan efektifitas ABA dalam menangani masalah-masalah yang terjadi pada anak ASD, diataranya penelitian yang dilakukan oleh Suryawati (2010) yang membuktikan bahwa terapi ABA dapat meningkatkan kemampuan

bicara pada anak ASD. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Bektiningsih (2009) pada beberapa anak ASD yang memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda untuk melihat efektifitas terapi ABA untuk meningkatkan kemampuan anak ASD di bidang komunikasi dan interaksi sosialnya.

Akan tetapi mengingat luasnya spektrum pada ASD sehingga tidak ada satu terapi tunggal yang mampu bekerja sendiri untuk menangani tantangan yang kompleks dari spektrum pada anak ASD. Hasil penelitian Callahan, dkk (2009) memperlihatkan bahwa untuk menangani spektrum pada anak ASD tidak cukup hanya 1 model terapi yang diberikan, dan 62,3 % para ahli setuju bahwa menggunakan kombinasi dari 2 terapi lebih efektif daripada hanya menggunakan 1 jenis terapi saja.Pada penelitian ini, terapi ABA dikombinasikan dengan video modelling dengan alasan bahwa beberapa anak ASD memiliki memori visual yang lebih baik (visual learner).Sehingga peneliti memberikan terapi ABA dengan media video modelling dan hasilnya terlihat pada subjek IP. Hal ini terlihat dari jumlah total perilaku menepuk tangan yang terus berkurang mulai dari pelaksanaan baseline pertama (A1), terapi pertama (B1), baseline kedua (A2) hingga pada pelaksanaan terapi kedua (B2). Setelah diberikan terapi ABA dengan menggunakan media video modelling terlihat total jumlah frekuensi perilaku

restricted menepuk tangan subjek IP berkurangbila dibandingkan dengan sebelum diberikan terapi ABA dengan media video modelling. Bahkan setelah subjek IP diberikan terapi ABA dengan video modelling terlihat perilaku restricted sudah tidak lagi munculpada beberapa pertemuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tilander (2008) yang mengatakan bahwa anak ASD memiliki kemampuan memori visual yang lebih baik daripada kemampuan auditori.Menurut Wolfinger

(dalam Suyanto, 2005) hal ini dikarenakan dalam perkembangan kognitif, anak ASD berada dalam fase pra operasional sehingga anak memiliki cara berpikir konkret yang berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkret, bukan berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak.

Dengan memberikan terapi ABA dengan teknik extinction melalui media

video modelling pada subjek IP juga memberikan hasil akhir perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan apabila hanya memberikan terapi ABA tanpa media

video modelling. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti bahwa sebelum subjek IP diberikan terapi ABA dengan video modelling, gerakan anak saat menepuk tangan sangat cepat sehingga perilaku menepuk tangan dapat dilakukan secara berulang-ulang. Akan tetapi, setelah IP diberikan terapi ABA dengan video modelling anak dapat menahan gerakan tangannya saat hendak menepuk tangan sehingga perilaku anak saat hendak menepuk tangan dapat dihentikan oleh IP dan menggantinya dengan perilaku menggenggam tangan. Sementara pada subjek CA yang mendapat terapi ABA tanpa video modelling pada saat CA hendak menepuk tangan perilaku tersebut akan tetap dilakukan, anak sulit untuk menghentikan perilaku menepuk tangan dan menggantinya dengan perilaku menggenggam tangan. Anak akan mengganti perilaku menepuk tangan dengan perilaku menggenggam tangan apabila ada instruksi “genggam tangan”dari terapis.

Dalam proses pembuatan video modelling yang dikemukakan oleh Wilson melalui 5 tahapan proses pelaksanaan video modelling, hal pertama yang harus diperhatikan adalah menentukan target perilaku yang akan direkam dalam video. Target perilaku harus sesuatu yang memang bisa ditiru dan mudah untuk diamati (Wilson, 2012). Target perilaku yang akan direkam dalam penelitian ini adalah

perilaku menepuk tangan dan perilaku menggenggam tangan. Perilaku menepuk tangan merupakan perilaku restricted pada subjek yang hendak diubah menjadi perilaku menggenggam tangan (sebagai alternative behavior). Dari hasil observasi peneliti terlihat bahwa perilaku restricted menepuk tangan pada anak terjadi pada saat anak merasa marah ( misalnya: tidak mendapat makanan yang disukai, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan / merasa kesulitan menyelesaikan tugas, mendengar suara yang terlalu ribut) dan pada saat anak merasa terlalu senang / gembira (saat anak melihat benda yang disukai, saat anak teringat kejadian yang membuatnya senang). Biasanya pada kedua kondisi diatas perilaku

restricted menepuk tangan pada anak akan sering dilakukan.

Perilaku menggenggam tangan dipilih sebagai alternative behavior dengan alasan bahwa perilaku ini dapat memberikan efek menenangkan. Dalam yoga, banyak gerakan dapat dilakukan yang bertujuan untuk menenangkan diantaranya adalah dengan menggenggam tangan. Gerakan dengan mengutamakan kekuatan tangan dan jari pada yoga disebut Mudra. Tangan dan jari diyakini mampu memproduksi suatu jenis energi atau gelombang elektromagnetis dan setiap jari memiliki gelombang elektromagnetis yang berbeda. Dengan menekan sisi-sisi jari akan dapat mempengaruhi emosi dan organ tubuh yang berkaitan (Ramaiyah, 2009). Dalam penelitian ini terlihat dari masing-masing subjek (subjek IP dan CA) bahwa anak menunjukkan perilaku menepuk tangan saat anak berada dalam kondisi marah atau saat anak merasa gembira / senang. Sehingga saat perilaku menepuk tangan diganti menjadi perilaku menggenggam tangan, kondisi anak yang tadinya terlihat marah (menepuk tangan sambil menggerakkan badan kedepan dan kebelakang)perlahan terlihat menjadi lebih tenang. Akan tetapi saat

di awal pemberian terapi, terapis harus benar-benar membantu anak untuk melakukan gerakan menggenggam tangan yang tepat sehingga anak merasakan efek dari sikap menggenggam tangan tersebut.

Selain menentukan target perilaku, hal awal lainnya yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan video modelling adalah model yang digunakan dalam video. Menurut Wilson (2012), model yang digunakan dalam video modelling ada 2 yaitu: subjek dan orang lain (saudara sekandung, teman, guru atau orang tua). Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah subjek IP dengan tujuan agar subjek dapat langsung melihat dirinya sendiri melakukan perilaku apa yang diharapkan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monica (2007) yang memperlihatkan bahwa pelaksanaan video modelling lebih efektif menggunakan subjek sebagai model dibandingkan dengan menggunakan orang dewasa atau teman sebaya.Hal ini terjadi karena saat seseorang melihat dirinya berhasil melakukan sesuatu maka hal tersebut merupakan informasi yang paling tepat tentang bagaimana cara terbaik dalam melakukan sesuatu secara tepat dan berhasil. Semakin sering anak menonton video yang berisi perilaku yang ingin dirubah, maka kemungkinan anak akan menirukan perilaku yang ada di dalam video akan semakin besar.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam video modelling adalah media yang digunakan untuk memperlihatkan video pada anak. Pada penelitian ini, media yang digunakan untuk memutar video pada anak adalah dengan menggunakan video dari sebuah smart phone dengan ukuran lebar layar 5 inci. Menurut Wilson (2012) saat memperlihatkan video pada anak sebaiknya menggunakan media dengan ukuran lebar layarnya minimal 12 inci sehingga anak akan lebih leluasa

melihat perilaku yang diharapkan pada tampilan layar yang lebih lebar. Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan media dengan ukuran lebar layar yang lebih kecil (5 inci) dengan alasan bahwa dengan bentuk yang tidak terlalu besar dan ringan maka media ini mudah dibawa kemana saja sehingga nantinya dapat diberikan dimana saja dan kapan saja pada anak. Pada saat subjek IP diberikan menonton video tersebut subjek berusaha untuk mengambil video tersebut sehingga dengan bentuk yang lebih kecil ini maka terapis dengan mudah untuk mengambil sehingga video tetap berada dalam kendali terapis. Walaupun memang pada saat anak menonton video tersebut, anak sering mendekatkan wajahnya ke layar agar lebih dekat melihat video tersebut karena pandangannya yang terbatas melihat dengan ukuran layar yang kecil.

Dari hasil observasi pada saat pelaksanaan terapi terlihat terjadi perubahan perilaku pada subjek CA yang diberikan terapi ABA, pada saat hari ke enam pemberian terapi pertama (B1) anak mengalami tantrum dimana subjek menangis, memukul dan menampar terapis sehingga proses terapi pada hari keenam harus dihentikan. Menurut Martin & Pear (2007) pada saat terapi ABA teknik

extinction, kemungkinan akan terjadi extinction burst yaitu perilaku anak menjadi bertambah parah dari sebelumnya, atau bisa saja anak akan memunculkan perilaku agresi. Menurut Martin & Pear biasanya subjek akan menunjukkan perilaku yang lebih parah bahkan menunjukkan perilaku agresi dan kemudian perilaku akan berubah menjadi lebih baik. Apabila hal tersebut terjadi, maka pelaksanaan terapi harus tetap dilakukan secara konsisten sesuai dengan program yang telah dibuat. Dalam penelitian ini, walaupun terapi dihentikan pada hari subjek CA menunjukkan perilakuagresi akan tetapi untuk jadwal terapi hari berikutnya orang

tua tetap memberikan izin untuk melanjutkan intervensi hingga sesi terakhir dilakukan.

E. Kelebihan dan KeterbatasanPenelitian E.1. Kelebihan penelitian

Adapun kelebihan penelitian ini:

a. Terapi Applied Behavior Analysis (ABA) teknik extinction dengan media video modelling lebih efektif untuk mengurangi perilaku

restricted menepuk tangan dibandingkan dengan pemberian terapi

Applied Behavior Analysis (ABA) teknik extinction tanpa video modelling pada anak Autism Spectrum Disorder (ASD).

b. Perilaku menggenggam tangan sebagai alternative behavior yang dipilih untuk mengganti perilaku restricted menepuk tangan dapat memberikan efek menenangkan pada anak ASD sehingga perilaku menggenggam tangan ini juga dapat dipakai untuk membantu menenangkan anak ASD.Penelitian ini juga menghasilkan modul yang diharapkan bisa dipakai untuk permasalahan yang sama dalam

setting tempat yang berbeda. E.2. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

a.Rentang waktu yang berbeda pada saat pelaksanaan baseline pertama (A1) dengan intervensi pertama yaitu 1 minggu, dan rentang waktu pada saat pelaksanaan baseline kedua (A2) dengan intervensi kedua(B2) yaitu 1 bulan. Perbedaan rentang waktu yang terlalu jauh

dari baseline kedua (A2) dengan terapi kedua (B2) yaitu (1 bulan) ini membuat anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengolah informasi yang didapat sebelumnya, hal ini terlihat dari penurunan total jumlah frekuensi perilaku restricted menepuk tangan pada masing-masing subjek (subjek IP dan CA).Untuk itu perlu diperhatikan pemberian jarak waktu dari pelaksanaan baseline

pertama (A1), terapi pertama (B1), baseline kedua (A2) hinga terapi kedua (B2).

b. Jumlah subjek yang sangat terbatas yaitu 1 subjek untuk terapi ABA teknik extinction dengan media video modelling dan 1 subjek untuk terapi ABA teknik extinction, kondisi ini membuat terbatasnya informasi yang didapat dari efektifitas terapi yang diberikan dari masing-masing terapi.

c. Sulitnya untuk memperoleh subjek yang benar-benar sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan sebelumnya.

d. Perlu untuk menambah waktu penelitian sampai terlihat perubahan perilaku yang benar-benar konsisten dari perilaku restricted

menepuk tangan ke alternative behavior menggenggam tangan. e. Sulitnya untuk mengontrol faktor eksternal yaitu makanan anak.

Pemberian makanan yang banyak mengandung gula sebelum anak mengikuti terapi juga mempengaruhi perilaku anak.

BAB V

Dokumen terkait