• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efektifitas Terapi Applied Behavior Analysis Teknik Extinction Dengan Dan Tanpa Media Video Modelling Untuk Mengurangi Restricted Behavior Pada Anak Autism Spectrum Disorder Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Efektifitas Terapi Applied Behavior Analysis Teknik Extinction Dengan Dan Tanpa Media Video Modelling Untuk Mengurangi Restricted Behavior Pada Anak Autism Spectrum Disorder Chapter III V"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian karena metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, serta pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000). Bab ini membahas mengenai desain penelitian eksperimen, metode pengambilan data penelitian, subjek penelitian dan modul terapi Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik Extinction untuk mengurangi restricted behavior

pada anak ASD dan modul terapi Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik Extinction melalui video modelling.

A. Desain Penelitian Eksperimen

Penelitian ini dilakukan untuk melakukan eksplorasi mendalam atau spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa dari sebuah fenomena. Fokusnya adalah pada sejumlah kecil kejadian yang diselidiki secara mendalam dalam satu rentang waktu tertentu, juga memfokuskan pada data individu sebagai sampel.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen dengan pendekatanA-B-A-B design yang merupakan pengembangan dari desain A-B.

(2)

kemudian fase A2 merupakan fase baseline kedua setelah dilakukan pengukuran, dan terakhir fase B2 yang merupakan intervensi kedua (Sunanto, Takeuchi & Nakata, 2005).

Dalam penelitian ini, peneliti membagi 2 kelompok subjek yaitu: pertama kelompok anak yang diberi terapi ABA dengan teknik Extinction melalui media

Video Modelling dan kedua kelompok anak yang diberi perlakuan dengan terapi ABA dengan teknik Extinction.

B. Subjek Penelitian

Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah: anak penyandang

Autisme Spectrum Disorder (diagnosa Psikolog) pada level 2 sesuai DSM V (APA, 2013), dengan kriteria :

 Perilaku menepuk-nepuk tangan secara terus menerus  Sulit melihat perubahan yang terjadi pada aktifitas

sehingga pola yang dilakukan setiap hari tetap sama.  Belum mampu untuk mengungkapkan apa yang

diinginkannya dan sulit untuk memahami bahasa tubuh, mimik wajah dari orang-orang disekitarnya.

 Sulit untuk memulai berbicara (memulai interaksi sosial)

dengan orang-orang disekitarnya dan respon yang sedikit saat diajak berbicara.

 Saat namanya dipanggil anak sudah memberikan respon

(3)

 Mampu / dapat duduk tenang dan mampu memahami

instruksi sederhana (misalnya saat disuruh duduk anak paham lalu duduk).

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat terapi anak berkebutuhan khusus yang ada di kota Medan.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Restricted Behavior 2. Variabel Bebas

X1 : Applied Behavior Analysis (ABA)dengan teknik Extinction

melalui media Video Modelling.

X2 : Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik Extinction

E. Definisi Operasional

1. Restricted Behavior

Restricted Behavior adalah: perilaku menepuk-nepuk tangan yang dilakukan secara terus menerus.

(4)

Applied Behavior Analysis dengan teknik Extinction melalui Video Modelling ialah: teknik modifikasi perilaku dengan memberikan konsekuensi yang menguntungkan (memberikan hadiah) apabila anak tidak memperlihatkan perilaku menepuk-nepuk tangan dan sebaliknya tidak akan memberikan hadiah apabila anak menunjukkan perilaku menepuk-nepuk tangan, dan diberikan kepada anak ASD melalui media video modelling. Terapi ini dilakukan dengan 5 tahap pelaksanaan Applied Behavior Analysis (ABA) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan 4 tahap proses video modelling. Seluruh rangkaian tahapan

Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik Extinction melalui media Video Modelling dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Tahapan ABA dengan teknik extinction menggunakan media video modelling

No Tahap Hal yang akan dilakukan

1. Measuring behavior

Mengukur perilaku restricted yang hendak di intervensi selama anak berada dalam ruang terapi. 2. Keeping data Mencari dan mengumpulkan data dari orang tua

dan terapis tentang perilaku restricted anak, seperti: apa yg dilakukan anak apabila tidak diperbolehkan melakukan perilaku restrictednya, reaksi orang tua dan terapis apabila anak menunjukkan perilaku restrictednya, berapa lama perilaku ini bertahan dilakukan oleh anak, hal lain terkait perilaku restricted anak yang diketahui oleh orang tua.

3. Learning ABC’s Menentukan stimulus, respon dan konsekuensi. 4. Selecting and

Melakukan perencanaan untuk pelaksanaan intervensi

(5)

dibuat.

Setelah seluruh rangkain diatas selesai, maka proses selanjutnya adalah melakukan 4 tahapan proses video modelling, yaitu:

8. Preparation Menentukan beberapa hal yaitu:menentukan target perilaku yang akan direkam, siapa yang akan menjadi model, skrip video (lamanya video 5 menit), tempat merekam dilakukan ditempat terapi.

9. Recording of the video model

Sebelum melakukan proses merekam video, maka peneliti terlebih dahulu menentukan peralatan yang akan digunakan untuk merekam yaitu: handphone yang memiliki fasilitas merekam (video), peralatan yang digunakan untuk meng-edit hasil rekaman yaitu: handphone yang sama untuk merekam perilaku anak, peralatan yang digunakan untuk memutar video yaitu handphone

yang sama yang digunakan saat merekam anak, akan tetapi video yang diputar dan diperlihatkan pada anak adalah video yang telah di edit sebelumnya di laptop, melakukan evaluasi terhadap kualitas hasil video model.

9. Implementation of the video model intervention

Pengambilan keputusan seputar rincian pelaksanaan video model, diantaranya: menentukan setting yaitu di tempat terapi, lamanya pelaksanaan, yang akan melaksanakan terapis..

10. Monitoring of students response to the video model intervention

Pada tahap ini melihat dan mengamati respon anak terhadap intervensi yang dilakukan dan melihat perkembangan yang dialami oleh anak.

3. Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik extinction

(6)

Tabel 3.2

Tahapan ABA dengan menggunakan teknik extinction

No Tahap Hal yang akan dilakukan

1. Measuring behavior

Mengukur perilaku restricted yang hendak di intervensi selama anak berada dalam ruang terapi. 2. Keeping

data

Mencari dan mengumpulkan data dari orang tua dan terapis tentang perilaku restricted anak, seperti: apa yg dilakukan anak apabila tidak diperbolehkan melakukan perilaku restrictednya, reaksi orang tua dan terapis apabila anak menunjukkan perilaku

restrictednya, berapa lama perilaku ini bertahan dilakukan oleh anak, hal lain terkait perilaku

restricted anak yang diketahui oleh orang tua. 3. Learning

ABC’s Menentukan stimulus, respon dan konsekuensi. 4. Selecting

Melakukan perencanaan untuk pelaksanaan intervensi

6. Starting work

Mulai melakukan seluruh rangkaian yang telah dibuat.

Sumber: Keenan Mickey, dkk (2000). Parents’ Education as Autism Therapists: Applied Behavior Analysis in Context.

F. Tahap Penelitian.

F.1. Tahap Awal Penelitian. a. Membuat Informed Concent

(7)

b. Proses briefing untuk orang tua

Sebelum pelaksanaan terapi dilakukan, maka peneliti akan mengatur pertemuan dengan masing-masing orang tua murid yang mendapat terapi ABA menggunakan Video Modelling untuk membicarakan hal-hal yang mungkin terjadi selama pelaksanaan terapi berlangsung.

c. Penjelasan Tentang Pelaksanaan Terapi Kepada terapis.

Pelaksana terapi dalam penelitian ini adalah terapis. Untuk kegiatan terapi maka terapis akan bertindak sebagai pelaksana sehingga anak akan tetap merasa nyaman pada saat pelaksanaan terapi berlangsung. Sementara itu peneliti akan bertindak sebagai pendamping dan mencatat segala perubahan perilaku menepuk tangan pada anak. Peneliti secara khusus mengadakan pertemuan dan diskusi kepada terapis. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang apa saja yang harus dilakukan selama penelitian.

F.2. Tahap Persiapan Penelitian.

1. Mengambil data dari Modul yang telah disusun

Dalam tahap ini, peneliti mulai mengambil data dari modul yang telah disusun berdasarkan kondisi dari masing-masing ke empat anak ASD.

a). Modul ABA dengan teknik extinction. Dari tahap ini, peneliti mulai mengambil data mulai dari tahap keeping data, learning ABC’s, selecting &

finding reinforces, hingga pada tahap planning intervention dari anak ASD.

(8)

selecting & finding reinforces, planning intervention. Setelah tahapan ini selesai, maka selanjutnya peneliti melanjutkan untuk mengambil data sesuai dengan tahapan dari video modelling yaitu: preparation, recording of the video model, implementation of the video modelling intervention hingga ke tahap monitoring of students response to the video model intervention dari anak ASD.

2. Data yang didapatkan oleh peneliti dari ke dua modul diatas adalah sebagai berikut :

A. Modul ABA dengan teknik extinction melalui video modelling

1. Keeping Data

Peneliti mengumpulkan data dari terapis dan orang tua terkait dengan:

a. Respon lingkungan terhadap perilaku anak

Dari hasil observasi dan wawancara terapis dengan orang tua IP diketahui bahwa saat anak menepuk-nepuk tangan orangtua dan kakak asuh akan melarang anak untuk menepuk tangan, mereka akan meminta anak untuk tidak menepuk tangan. Akan tetapi saat diminta untuk tidak menepuk tangan, anak hanya akan melihat wajah orang tua namun perilaku menepuk tangan tetap dilakukan.

(9)

bertahan lama karna saat anak sudah tidak melipat tangan lagi maka perilaku menepuk tangan akan tetap kembali diperlihatkan oleh anak. b. Hal yang disukai dan tidak disukai anak

Dari hasil wawancara peneliti dengan orang tua IP diketahui bahwa ia sangat suka dengan beberapa jenis makanan seperti: pisang goreng dan biskuit coklat. Anak juga suka memegang mainan yang berbulu akan tetapi mainan itu dipegang untuk kemudian diputar-putarnya.

Sementara itu, dari hasil wawancara peneliti dan terapis diketahui bahwa anak suka dipuji dengan mengatakan bagus atau hebat. Anak juga sangat suka apabila diusap tubuhnya.

Dan dari hasil observasi peneliti terlihat bahwa IP menyukai pelukan dan sentuhan. IP akan terlihat tenang apabila tangan, dada dan puggungnya diusap. Ia juga sangat senang apabila dipuji (hebat, bagus) apabila ia mampu melakukan sesuatu dan mendapat pujian ia akan tersenyum.

2. Learning ABC’s

Peneliti pada tahapan ini menentukan Antecedent, Behavior dan

Consequences dari perilaku restricted menepuk tangan pada anak sebelum dan pada saat pelaksanaan terapi diberikan.

Sebelum terapi diberikan:

A : saat melakukan aktifitas identifikasi benda-benda sekitar. B : anak menepuk tangan ( anak marah karena berulang kali gagal/

(10)

C : terapis mengatakan “lipat tangan”, tapi hal ini tidak konsisten

dilakukan oleh terapis.

Saat pelaksanaan terapi ABA dengan menggunakan video modelling (perilaku yang diharapkan) :

A : saat melakukan aktifitas identifikasi benda-benda sekitar. B : anak menggenggam tangan (anak marah karena berulang kali

gagal).

C : anak mendapat reward berupa pujian (bagus, hebat) dan usapan pada dada.

Aktifitas pengganti (alternative behavior) perilaku restricted menepuk tangan pada anak yang dipilih oleh peneliti adalah: dengan menggenggam tangan. Aktfitas pengganti dengan menggenggam tangan dipilih oleh peneliti dengan alasan bahwa dengan menggenggam tangan akan memberikan efek tenang dan nyaman sehingga saat seseorang menggenggam tangan dapat menurunkan tingkat kecemasannya. Gerakan menggenggam tangan merupakan salah satu gerakan sederhana yang digunakan dalam yoga yang dapat meningkatkan keseimbangan dan kontrol emosi (Ramaiyah, 2009). Dalam brain gym, gerakan menggenggam tangan adalah salah satu gerakan sederhana yang dapat memberikan efek menenangkan sehingga saat seseorang menggenggam tangan dapat menurunkan tingkat kecemasannya (Ayinosa, 2009).

3. Selecting and Finding Reinforces

(11)

Reinforces yang akan diberikan untuk anak adalah pujian (hebat, bagus) sambil memberikan usapan pada dada anak.

4. Planning Intervention

Pada tahap ini peneliti merencanakan seluruh kegiatan pelaksanaan intervensi diantaranya:

a. Pelaksanakan terapi akan dilakukan oleh terapis.

b. Terapi akan dilaksanakan pada hari: Senin, Jumat dan Sabtu, selama 60 menit.

c. Tempat pelaksanaan: di salah satu tempat terapi yang ada di kota Medan. Terapi dilakukan di sebuah ruangan berukuran 2 x 2 meter.

5. Starting Work

Setelah semua tahapan tadi selesai maka tahap selanjutnya adalah merekam perilaku yang hendak dibentuk dalam video. Proses merekam video dilakukan melalui 3 dari 5 tahapan (Wilson, 2012). 3 tahapan yang harus dilakukan untuk merekam perilaku anak adalah:

Tahap 1: preparation

Pada tahap ini peneliti akan mempersiapkan beberapa hal yaitu: perilaku yang hendak di rekam, orang yang akan menjadi model, tempat merekam dan lama perilaku akan direkam.

a. Target perilaku : restrsicted behavior menepuk-nepuk tangan. b. Model : yang akan menjadi model ialah subjek (anak ASD).

(12)

d. Tempat merekam dilakukan di lokasi perilaku anak muncul (tempat yang dipilih yaitu diruang terapi).

Tahap 2 : recording of the video model

Dalam penelitian ini digunakan media video dari sebuah smart phone dengan ukuran layar 5 inci dengan dimensi ponsel 142,1 mm x 71,8 mm x 7,9 mm dan kapasitas video 1080p @30fps. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperlihatkan video pada anak adalah smart phone yang sama juga. Alasan menggunakan smart phone karena media ini sangat mudah digunakan, memiliki fasilitas video dan fasilitas edit video yang mudah digunakan, bentuknya yang tidak terlalu besar sehingga video bisa diberikan dimana saja, mudah didapatkan di toko-toko ponsel, ringan dan harganya terjangkau.

Tahap 3 : Implementation of the video modelling intervention

Pada tahap ini menentukan implementasi pelaksanaan video modelling diantaranya:

a. Tempat pelaksanaan : di tempat terapi. b. Lamanya pelaksanaan 60 menit. c. Yang akan melaksanakan: terapis.

(13)

dan tantrum dihapus dari rekaman video sehingga video yang diperlihatkan pada anak hanya rekaman perilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Pada tahapan ini, IP diberikan kesempatan untuk melihat video yang telah merekam perilaku menepuk tangan anak dan video tersebut telah di edit sehingga video hanya memperlihatkan perilaku yang diharapkan dari anak. Video diperlihatkan pada IP sebelum dan setelah IP mengikuti materi belajar dimana perilaku menepuk tangan sering muncul. Pada saat baseline, perilaku menepuk tangan pada anak sering muncul pada 3 kegiatan belajar yaitu: di awal pertemuan, pertengahan pertemuan dan akhir pertemuan.

B. Modul ABA dengan teknik extinction

Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti dari 5 tahapan tersebut:

1. Keeping Data

Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data dari terapis dan orang tua terkait dengan:

a. Respon lingkungan terhadap perilaku anak.

(14)

perilaku menepuk tangan anak dianggap orang tua sudah mengganggu (terutama saat berada di tempat umum seperti restoran atau swalayan) biasanya orang tua akan memukul pelan tangan anak sambil meminta anak untuk tidak menepuk tangan karena malu dilihat orang. Biasanya anak akan berhenti menepuk tangan, tapi itu tidak akan bertahan lama karena beberapa menit kemudian perilaku menepuk tangan anak akan kembali muncul.

Sementara saat berada di tempat terapi, terapis akan meminta anak untuk melipat tangan apabila anak menepuk-nepuk tangan.

b. Hal yang disukai dan tidak disukai anak

Dari hasil wawancara peneliti dengan orang tua CA diketahui bahwa ia sangat suka dengan beberapa jenis makanan seperti: roti cokelat, telur goreng, tempe goreng. Anak juga suka menonton film Mr. Bean dan suka bermain air.

Dan dari hasil observasi peneliti terlihat bahwa CA Ia juga sangat senang apabila dipuji (pintar, hebat) apabila ia mampu melakukan sesuatu dan mendapat pujian ia akan tersenyum dan juga senang diminta tos apabila telah berhasil melakukan sesuatu.

2. Learning ABC’s

Peneliti pada tahapan ini menentukan Antecedent, Behavior dan

Consequences dari perilaku restricted menepuk tangan pada anak sebelum dan pada saat pelaksanaan terapi diberikan.

(15)

A : saat melakukan aktifitas melabel fungsi ruangan

B : CA menepuk tangan ( anak marah karena berulang kali gagal/ salah) atau anak terlalu senang (saat menepuk tangan anak tersenyum atau tertawa)

C : terapis mengatakan “tidak tepuk tangan”, tapi hal ini tidak konsisten

dilakukan oleh terapis.

Saat pelaksanaan terapi ABA (perilaku yang diharapkan) : A : saat melakukan aktifitas melabel fungsi ruangan

B : CA menggenggam tangan (anak marah karena berulang kali gagal) atau saat CA terlalu senang ia tidak menepuk tangan (tapi menggenggam tangan)

C : CA mendapat reward berupa pujian (pintar, hebat) dan tos.

Aktifitas pengganti perilaku restricted menepuk tangan pada anak yang dipilih oleh peneliti adalah: menggenggam tangan. Aktifitas pengganti dengan menggenggam tangan dipilih oleh peneliti dengan alasan bahwa gerakan ini merupakan salah satu gerakan sederhana yang digunakan dalam Yoga yang memberikan efek tenang dan nyaman sehingga saat seseorang menggenggam tangan dapat menurunkan tingkat kecemasannya (Worby, 2007). Selain itu, dalam

(16)

3. Selecting and Finding Reinforces

Peneliti menentukan dan memilih reinforces yang tepat bagi CA, sesuai dengan data yang telah didapat sebelumnya di tahap 1 (tahap keeping data).

Reinforces yang akan diberikan untuk anak adalah pujian (pintar, hebat) sambil meminta anak untuk tos.

4. Planning Intervention

Pada tahap ini peneliti menenentukan: a. Pelaksana terapi: terapis.

b. Terapi akan dilaksanakan: selama 3 kali seminggu yaitu pada : Selasa, Rabu dan Kamis. Terapi akan dilakukan selama 1 jam. c. Tempat pelaksanaan : di salah satu tempat terapi yang ada di kota Medan. Terapi dilakukan di sebuah ruangan berukuran 2 x 2 meter.

5. Starting Work

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan seluruh rancangan yang telah disusun. Hal ini akan dijelaskan di bagian selanjutnya, yaitu pada Tahap Pelaksanaan Penelitian.

F.3. Tahap Pelaksanaan Terapi 1

Pada tahapan ini, peneliti mulai melaksanakan penelitian dengan memberikan intervensi kepada keempat orang anak ASD.

(17)

kemudian anak di ajak untuk duduk dan melakukan beberapa materi sesuai dengan program yang telah disusun. Peneliti akan memilih 3 materi yang memperlihatkan perilaku menepuk tangan sering muncul. Kemudian sebelum materi diberikan (di awal setiap materi) terapis akan mengajak untuk menonton video yang telah direkam sebelumnya. Setelah anak setelah selesai menonton video,terapis akan memberikan materi yang telah disusun untuk anak. Saat materi diberikan dan anak menunjukkan perilaku menepuk tangan maka terapis akan mengulang proses terapi ABA dengan extinction dengan memberikan instruksi “tidak tepuk tangan” dan “genggam tangan” sambil membantu anak untuk

membuat gerakan menggenggam tangan. Saat anak melakukan gerakan menggenggam tangan, maka terapis memberikan reward. Setelah materi selesai diberikan (di akhir materi) maka terapis akan memperlihatkan video kembali kepada anak. Dari tiga materi yang telah dipilih anak akan menonton video di awal dan di akhir materi sehingga dalam satu kali pertemuan anak akan menonton video sebanyak 6 kali. Terapi ini akan berlangsung selama 60 menit dan ruangan hanya akan berisi 1 buah meja dan 3 buah kursi serta beberapa alat peraga bagi anak. Selama proses terapi ruangan hanya di isi oleh 3 orang yaitu: peneliti, terapis dan 1 anak ASD.

(18)

terapis akan memperagakan perilaku menepuk tangan dan perilaku menggenggam tangan sambil memberikan instruksi “tidak tepuk tangan” dan “genggam tangan”. Saat terapis mengatakan instruksi “genggam tangan” maka terapis membantu

anak untuk melakukan gerakan genggam tangan. Saat anak sudah menggenggam tangan (dengan bantuan terapis) maka terapis akan memberikan reward. Setelah reward diberikan maka materi diberikan, setelah materi diberikan (di akhir materi) maka proses diatas diulang kembali. Pemberian terapi ABA dengan extinction pada anak akan diberikan di awal dan diakhir materi, sehingga dari 3 materi yang dipilih sebelumnya maka dalam setiap kali pertemuan akan dilakukan 6 kali terapi ABA dengan extinction. Terapi ini akan berlangsung selama 60 menit, ruangan hanya akan berisi 1 buah meja dan 3 buah kursi serta beberapa alat peraga bagi anak. Selama proses terapi ruangan hanya di isi oleh 3 orang yaitu: peneliti, terapis dan 1 anak ASD.

F.4. Baseline 2.

Pada tahap ini intervensi sudah dihentikan dan peneliti akan mengukur perilaku menepuk-nepuk tangan yang ditampilkan oleh anak selama 60 menit berada di dalam ruangan. Tahap ini akan dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan. F.4. Terapi 2

Pada tahapan ini, peneliti kembali memberikan intervensi kepada subjek.

G. Sistem Pencatatan Data Penelitian

(19)

Pencatatan data secara otomatis, (2). Pencatatan data dengan produk permanen, (3). Pencatatan data dengan observasi langsung.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pencatatan data dengan observasi langsung yaitu: kegiatan observasi secara langsung yang dilakukan untuk mencatat data variabel terikat pada saat kejadian atau perilaku terjadi. Pencatatan ini merupakan dasar utama pengukuran dalam penelitian modifikasi perilaku. Ada beberapa jenis pencatatan data dengan menggunakan prosedur pencatatan observasi secara langsung ini yaitu: pencatatan kejadian, durasi, latensi, interval, dan sampel waktu.

(20)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai proses dan hasil pelaksaan penelitian yang didapat dari masing-masing subjek.Selain itu pada bab ini juga akan melakukan pembahasan mengenai hasil yang telah didapatkan selama proses penelitian. Penelitian ini mengikutsertakan 2 orang subjek anak ASD, 1 orang subjek diberi perlakuan dengan terapi ABA menggunakan media video modelling

sedangkan 1 orang subjek diberi terapi ABA tanpa video modelling. Desain yang digunakan pada penelitian ini ialah A-B-A-B design.

(21)

A. Hasil Subjek Eksperimen A.1. Data Diri Subjek

Tabel 4.1. Data diri subjek

No. Data Keterangan

1. Nama (Inisial) IP

2. Usia Kronologis 8 Tahun

3. Jenis Kelamin Laki-laki

4. Suku Bangsa Batak

5. Agama Kristen

A.1.2. Deskripsi Subjek

IP anak laki-laki berusia 8 tahun, merupakan anak tunggal dari bapak PN dan ibu SB. IP memiliki kulit hitam manis dan berambut lurus warna hitam. Saat ini IP tidak lagi mengikuti pendidikan di sekolah formal dan kegiatan IP sehari-hari diisi dengan mengikuti terapi di salah satu tempat terapi yang ada di kota Medan.

(22)

perilaku lainnya yang menunjukkan bahwa kepatuhan pada IP sudah terbentuk. Pada saat berada di dalam ruangan, IP terlihat menepuk-nepuk tangannya dan terkadang sambil menggoyang-goyangkan badannya kedepan dan kebelakang. Saat menepuk-nepuk tangan tersebut sesekali ia mengeluarkan suara-suara mirip seperti orang bergumam.

A.2. Hasil Pelaksanaan A.2.2. Hasil Baseline 1 (A 1)

Pada saat baseline peneliti menemukan bahwa perilakurestricted muncul pada saat anak merasa marah atau saat anak merasa senang. Untuk beberapa aktifitas yang sulit dilakukan oleh anak maka anak akan marah kemudian perilaku menepuk tangan akan muncul. Pada saat baseline selama 1 jam yang dilakukan di dalam ruangan, peneliti mengukur frekuensi perilaku restricted subjek IP pada saat awal pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan terapi dan hasilnya dapat dilihat pada tabel4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Frekuensi perilaku restrictedmenepuk tangan pada IP sebelum pemberian terapi ABA melalui video modelling

No. Kegiatan di : Frekuensi perilaku menepuk tangan pada hari ke :

1 2 3 4 5 Evaluasi

1. Awal pertemuan.

(23)

Dengan melihat hasil baseline tersebut, maka peneliti memutuskan pemberian video pada anak dilakukan sebelum dan setelah ke tiga kegiatan tersebut, sehingga dalam satu hari subjek IP akan diberi 6 kali menonton video. Contoh: sebelum terapis memulai kegiatan di awal pertemuan maka IP akan diberi kesempatan untuk melihat video yang telah direkam sebelumnya. Setelah subjek IP selesai menonton video, maka terapis memulai kegiatan di awal pertemuan. Saat proses terapi sedang berjalan dan anak menunjukkan perilaku menepuk tangan maka terapis akan membantu anak sambil memegang tangan IP (membantu anak menggenggam tangan) sambil mengatakan : “tidak tepuk tangan, genggam tangan, hebat”, lalu terapis mengusap-usap dada IP. Setelah kegiatan di

awal pertemuan selesai, maka subjek IP diberikan kesempatan lagi untuk menonton video sebelumnya. Proses ini juga dilakukan untuk ke dua kegiatan lainnya, yaitu: pertengahan pertemuan dan akhir pertemuan.

A.2.3. Proses dan Hasil Pelaksanaan Terapi Pertama (B1)

Pada tahapan ini peneliti mulai menunjukkan video yang telah merekam perilaku menepuk tangan kepada IP. Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 jam dan dilakukan di tempat terapi setiap hari Senin, Jumat dan Sabtu pada jam 10.30 - 11.30 WIB. Video diberikan pada anak sebelum dan setelah anak mengikuti materi pada awal pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan.

(24)

Tabel 4.3 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP saat pelaksanaanterapi ABA melalui video modelling (B1). N

o .

Kegiatan di :

Frekuensi perilaku menepuk tangan

Hari ke: Keterangan menepuk tangan lebih banyak muncul pada hari ke dua. 2. Pada pelaksanaan hari ketujuh dan kedelapan, frekuensi perilaku menepuk tangan pada anak mulai mau memperhatikan video yang ada dihadapannya sehingga terapis harus membantu dengan memberikan instruksi “lihat” kepada IP. Selain itu, pada

beberapa pertemuan walaupun mata IP melihat ke layar video akan tetapi ia tidak memperhatikan adegan yang ada di video akan tetapi ia melihat titik tertentu sambil meniup-niup layar video kemudian tertawa.

Untuk proses menggenggam tangan, pada saat minggu pertama pelaksanaan terapi IP belum mampu memahami instruksi “genggam tangan” yang diberikan sehingga terapis harus membantu dengan memberikan prompt penuh (bantuan penuh) dengan mengapitkan kedua tangan anak dan membuat gerakan menggenggam tangan yang tepat. Pada saat minggu kedua anak sudah mulai mampu memahami instruksi “genggam tangan” yang diberikan oleh terapis

(25)

menggenggam tangan, walaupun kondisi ini belum konsisten sehingga pada beberapa pertemuan anak masih tetap harus dibantu dengan prompt modelling

(terapis menirukan gerakan genggam tangan). Pada minggu kedua ini (pertemuan kelima) anak mulai bingung untuk membedakan antara genggam tangan dan lipat tangan, hal ini terlihat saat terapis memberikan instruksi “genggam tangan” IP

tidak menggenggam tangan tetapi ia menunjukkan perilaku melipat tangan. Pelaksanaan minggu ketiga, IP sudah mulai mampu memahami instruksi “genggam tangan” sehingga saat instruksi diberikan ia langsung menggenggam

tangan tanpa adanya bantuan lagi.

(26)

lama sampai anak dapat merasakan efek dari menggenggam tangan tersebut dan terlihat lebih tenang.

(27)

Tabel 4.4 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek IP sebelum, saat pemberian terapi ABA melalui video modelling.

N o.

Kegiatan di: Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum dan saat pemberian terapi ABA melalui VM pd hari ke :

Sebelum (Baseline 1) A1

Saat pemberian terapi (Intervensi 1) B1

Evaluasi

Hari ke : Hari ke :

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Awal pertemuan 6 5 8 8 9 9 14 8 8 8 11 6 5 9 1.Perilaku menepuk tangan paling banyak muncul pada saat intervensi pertama (B1) di hari kedua yaitu 43 kali.

2. Perilaku menepuk tangan paling sedikit muncul pada saat intervensi pertama yaitu 20 kali. 2. Pertengahan

pertemuan

9 10 11 9 15 12 12 12 9 9 15 9 9 9

(28)

Dari tabel diatas terlihat bahwa perilaku menepuk tangan pada subjek IP pada saat sebelum (A1) diberikandan saat diberikan (B1) terapi ABA dengan

video modelling. Dari tabel diatas terlihat pada saat baseline pertama (A1) perilaku menepuk tangan yang paling banyak terjadi di hari kelima yaitu: 40 kali dan perilaku menepuk tangan yang paling sedikit terjadi di hari ke dua yaitu: 23 kali. Pada pelaksanaan terapi pertama (B1)terlihat tidak ada pola tertentu dari perilaku menepuk tangan pada IP, hal ini terlihat dari jumlah perilaku menepuk tangan dari hari pertama sampai hari kesembilan yang terkadang jumlahnya meningkat dan terkadang jumlah menurun yaitu: 31 , 43, 29, 26, 26, 38, 21, 20, 26 kali.

Dari hasil observasi peneliti selama pelaksanaan penelitian (B1), perubahan perilaku menepuk tangan pada subjek IP harus melalui beberapa tahapan. Pada saat awal pemberian terapi, subjek IP tidak memahami instruksi yang diberikan oleh terapis sehingga saat terapis memberikan instruksi “tidak tepuk tangan, genggam tangan” hal ini tidak membuat IP langsung untuk

menghentikan perilaku menepuk tangan. Kondisi subjek IP yang belum memahami instruksi tersebut membuat terapis harus memberikan prompt (bantuan) saat memberikan instruksi. Pada saat pelaksanaan terapi juga terlihat, ketika IP melihat video yang diberikan dan mendengar instruksi “tidak tepuk tangan, genggam tangan” IP langsung menggenggam tangan sehingga proses

(29)

Hal lain yang juga terlihat ialah: proses perubahan perilaku dari menepuk tangan menjadi menggenggam tangan. Perubahan perilaku dari menepuk tangan tidak langsung berubah menjadi perilaku menggenggam tangan. Pada saat awal pemberian terapi, IP masih harus dibantu oleh terapis untuk melakukan gerakan menggenggam tangan. Setelah beberapa hari, saat terapis memberikan instruksi “tidak tepuk tangan, genggam tangan”, subjek IP sudah mampu merespon dengan

gerakan menggenggam ujung jarinya. Dan pada saat hari terakhir pelaksanaan terapi gerakan menggenggam tangan sudah mampu dilakukan oleh IP dengan tepat.

A.2.5. Tahap Baseline 2 (A2)

(30)

Tabel 4.5. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP setelah pemberian terapi ABA melalui video modelling (A2)

No. Kegiatan di Frekuensi perilaku menepuk tangan setelah

pemberian terapi ABA dengan video modelling :

Hari ke: Evaluasi

2.Perilaku menepuk tangan paling sedikit terlihat pada hari kedua yaitu 2 kali.

3.Pada hari kedua, perilaku menepuk tangan sudah tidak terlihat pada saat pemberian materi di awal pertemuan. Pada hari ketiga dan keempat (saat materi di akhir pertemuan) perilaku menepuk tangan juga tidak lagi muncul. 2. Pertengahan

(31)
(32)

Tabel 4.6. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum (A1), saat pemberian terapi (B1) dan setelah pemberian (A2) terapi ABA melalui video modelling.

N o.

Kegiatan di Frekuensi perilaku menepuk tangan sebelum dan sesudah pemberian terapi ABA melalui VM pd hari ke :

Sebelum Saat pemberian terapi Sesudah Evaluasi

Hari ke : Hari ke : Hari ke:

1.Perilaku menepuk tangan paling banyak terjadi pada saat pelaksanaan intervensi pertama (B1) di hari kedua yaitu: 43 kali.

(33)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi perilaku menepuk tangan sebelum pemberian video modelling pada hari pertama di awal pertemuan adalah sebanyak 6 kali. Tetapi setelah pemberian video modelling selama 1 bulan terlihat perilaku menepuk tangan anak untuk kegiatan di awal pertemuan menurun menjadi 3 kali. Demikian juga saat pertengahan pertemuan, frekuensi perilaku menepuk tangan pada anak sebelum pemberian video modelling dan setelah pemberian video modelling berkurang dari 9 kali dan 10 kali gerakan, menjadi 7 kali dan 1 kali saja. Pada hari kedua perilaku menepuk tangan pada IP juga berkurang, walaupun gerakan menggenggam tangan IP terkadang terlihat tidak sempurna (IP hanya meremas ujung jari manis dan jari kelingking) akan tetapi gerakan menepuk tangan sudah dapat digantikan dengan menggenggam tangan. Pemberian prompt pun terkadang masih diberikan (verbal prompt) agar IP tidak menepuk tangan lagi tetapi menggantinya menjadi menggenggam tangan.

(34)

Hal lain juga yang terlihat dari IP adalah: gerakannya pada saat hendak menepuk tangan pun dapat ia tahan (gerakan menjadi melambat) sehingga perilaku yang awalnya hendak menepuk tangan berubah menjadi perilaku menggenggam tangan. Walaupun gerakan menggenggam tangan IP terkadang belum sempurna, dimana terkadang ia hanya menggenggam ujung jari manis dan kelingking, namun gerakan yang diperlihatkan sudah pada gerakan menggenggam tangan. Selain itu, apabila menggenggam tangan dilakukan beberapa detik lebih lama (memberikan anak kesempatan untuk menggenggam tangan lebih lama) anak jadi terlihat menjadi lebih tenang, gerakan tubuh yang sebelumnya bergerak cepat menjadi lebih melambat dan akhirnya menjadi tenang, dan ekspresi wajah lebih santai. Gerakan menggenggam tangan yang dilakukan sedikit lebih lama pada IP terlihat memberikan efek menenangkan pada IP, daripada gerakan menggenggam tangan yang dilakukan sebentar saja (saat anak sudah menggenggam tangan jangan langsung dilepas tetapi biarkan ia menggengggam tangan beberapa saat sampai ia terlihat tenang).

A.2.5. Tahap Pelaksanaan Pemberian Terapi Kedua (B2)

(35)

pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan. Sehingga dalam satu kali pertemuan, anak akan menonton video sebanyak 6 kali.

Pada saat pemberian video kepada IP, anak memberikan respon yang berbeda. Pada beberapa pertemuan (misalnya pada awal pertemuan hari ke 10) IP melihat video sambil meniup-niup layar video tersebut. Sementara pada beberapa pertemuan lain, IP tidak melihat layar video dan lebih tertarik untuk melihat ke kiri dan kanan. Kondisi ini membuat terapis harus mengulang instruksi beberapa kali hingga IP benar-benar melihat ke layar video. Pada beberapa pertemuan juga terlihat, walaupun IP tidak memperhatikan layar video akan tetapi saat terdengar instruksi “genggam tangan” dari video maka ia akan secara spontan

menggenggam tangan.

(36)

Tabel 4.7 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP saat pelaksanaan terapi ABA melalui video modelling yang kedua (B2).

No .

Kegiatan di:

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada

Ipsaat pemberian terapi ABA melalui VM untuk yang kedua

(B2) pd hari ke :

Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Awal

pertemuan

6 3 1 0 3 0 0 1 1 Pada saat pelaksanaan terapi kedua (B2) perilaku menepuk tangan IP terlihat semakin berkurang, bahkan pada hari ketiga pada saat pertengahan pertemuan perilaku menepuk tangan sudah tidak muncul.

Hari ke enam dan ketujuh perilaku menepuk tangan IP sudah tidak terlihat di semua kegiatan yang diberikan di awal pertemuan, pertengahan pertemuan dan di akhir pertemuan. 2. Pertengahan

pertemuan

5 3 0 0 0 0 0 2 0 3. Akhir

pertemuan

(37)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada saat pelaksanaan terapi yang kedua (B2) perilaku menepuk tangan IP mengalami pengurangan dari hari pertama sampai dengan hari kesembilan. Pada awal pertemuan, perilaku menepuk tangan pada hari pertama sebanyak 6 kali dan pada hari yang keempat perilaku menepuk tangan sama sekali tidak muncul, walau pada hari kelima perilaku menepuk tangan kembali muncul sebanyak 3 kali akan tetapi pada hari keenam dan ketujuh perilaku ini tidak lagi terlihat. Pada hari kedelapan dan kesembilan perilaku menepuk tangan kembali muncul sebanyak 1 kali.

Pada sesi pertengahan pertemuan, perilaku menepuk tangan di hari pertama terlihat muncul sebanyak 5 kali dan di hari ke tiga perilaku menepuk tangan sama sekali tidak terlihat. Hari keempat sampai hari ketujuh juga tidak terlihat perilaku menepuk tangan, walau pada hari kedelapan perilaku ini muncul lagi, akan tetapi pada hari kesembilan perilaku menepuk tangan IP tidak lagi terlihat.

Pada sesi akhir pertemuan di hari pertama perilaku menepuk tangan terlihat sebanyak 5 kali dan di hari kedua jumlahnya turun menjadi 2 kali. Hari keenam dan ketujuh perilaku menepuk tangan sama sekali tidak terlihat, walau hari kedelapan perilaku menepuk tangan kembali muncul sebanyak 2 kali akan tetapi pada hari kesembilan perilaku menepuk tangan sama sekali tidak terlihat lagi. Berikut ini adalah hasil perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum pemberian (A1), saat pemberian terapi pertama (B1), setelah pemberian terapi pertama (A2) dan saat pemberian terapi kedua (B2) terapi ABA

(38)

Tabel 4.8. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek IP sebelum, saat pemberian terapi dan setelah pemberian terapi ABA melalui video modelling.

N o .

Kegiat an di:

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum dan sesudah pemberian terapi ABA melalui VM pd hari ke :

Sebelum (Baseline 1) A1

Saat pemberian terapi (Intervensi 1) B1 terapi terlihat perilaku menepuk tangan paling sering muncul pada saat pelakasanaan terapi pertama (B1) di hari ke dua yaitu 43 kali.

(39)

Dari tabel di atas terlihat perubahan perilaku menepuk tangan pada subjek IP sebelum diberikan terapi ABA menggunakan media video modelling dan setelah diberikan terapi ABA menggunakan media video modelling.Pada saat sebelum diberikan terapi (baseline pertama) total perilaku menepuk tangan pada hari pertama sebanyak 25 kali, hari kedua 23 kali, hari ketiga 29 kali, hari keempat 34 kali dan hari kelima 40 kali. Sedangkan pada saat setelah pemberian terapi ABA menggunakan video modelling (baseline kedua) terlihat total perilaku menepuk tangan pada hari pertama sebanyak 11 kali, hari kedua 2 kali, hari ketiga 6 kali, hari keempat 6 kali dan hari kelima sebanyak 7 kali. Hal ini berarti bahwa ada perubahan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP, dimana terjadi penurunan jumlah perilaku menepuk tangan. Bahkan pada saat setelah diberikan terapi ABA dengan menggunakan video modelling total perilaku menepuk tangan pada hari ke dua hanya muncul 2 kali saja.

(40)
(41)

Grafik 4.1. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek IP sebelum (A1), saat pemberian terapi (B1), setelah pemberian (A2) dan saat pemberian kedua kali (B2) terapi ABA melalui video modelling

Baseline1(A1) Intervensi 1 (B1) Baseline 2 (A2) Intervensi 2 (B2)

(42)
(43)

Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa frekuensi perilaku menepuk tangan pada anak sebelum diberikan intervensi (B1) terjadi pada semua kegiatan yang diberikan (awal pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan). Pada saat pemberian intervensi pertama (B1) terlihat penurunan grafik yang berarti bahwa perilaku menepuk tangan pada IP berkurang. Walau pada hari ke 6 (B1 hari ke 6) terlihat peningkatan perilaku menepuk tangan pada anak, akan tetapi pada hari ke 7 sampai ke 9 perilaku menepuk tangan pada anak kembali mengalami penurunan. Setelah 1 minggu intervensi pertama selesai diberikan, peneliti lalu mengukur kembali perilaku menepuk tangan pada anak dan hasilnya terlihat pada grafik

baseline 2. Dari grafik baseline 2 terlihat bahwa terjadi penurunan frekuensi perilaku menepuk tangan pada anak, bahkan pada baseline 2 (A2) hari kedua anak tidak menunjukkan perilaku menepuk tangan pada saat kegiatan di awal pertemuan.

Setelah fase baseline 2 (A2) selesai diberikan, peneliti kembali memberikan intervensi ke 2 (B2) kepada IP. Dari hasil pemberian Intervensi ke dua (B2) terlihat bahwa pada hari kesepuluh perilaku menepuk tangan pada subjek IP mengalami peningkatan bila dibandingkan pada hari terakhir saat

(44)

B. Hasil Subjek Kontrol B.1. Data Diri Subjek

Tabel 4.9. Data diri subjek

No. Data Keterangan

1. Nama (Inisial) CA

2. Usia Kronologis 12 Tahun

3. Jenis Kelamin Laki-laki

4. Suku Bangsa Tionghoa

5. Agama Budha

Tabel 4.1. Data diri subjek kelompok kontrol

B.1.2. Deskripsi Subjek

CA anak laki-laki berusia 12 tahun, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. CA memiliki kulit putih dan rambut lurus warna hitam. Saat ini CA tidak lagi mengikuti pendidikan di sekolah formal dan kegiatan IP sehari-hari diisi dengan berbagai kegiatan di 2 tempat terapi berbeda yang ada di kota Medan.

(45)

berlangsung CA tiba-tiba keluar dari kursi untuk mengambil mainan yang ada di atas lemari. Terapis lalu meminta CA untuk meletakkan mainan tersebut dan duduk kembali ke kursi. Walau CA terlihat kesal dan mengucapkan “naaaa....nuuaa..” dengan suara yang keras sambil menepuk-nepuk tangannya, tapi

ia tetap patuh dengan mengembalikan mainan tersebut ke atas lemari dan kembali duduk. Walau anak tidak langsung spontan mengembalikan mainan dan ada selang waktu beberapa detik antara pemberian instruksi dan respon untuk mengembalikan mainan, dan beberapa perilaku lainnya yang menunjukkan bahwa kepatuhan pada IP sudah terbentuk.

B.2. Hasil Pelaksanaan B.2.2. Hasil Baseline 1

(46)

Tabel 4.10. Perilaku menepuk tangan pada subjek CA sebelum diberikan terapi ABA Baseline 1 (A1)

No.

Melalui tabel diatas diketahui bahwa selama mengikuti proses terapi dalam 1 jam terlihatfrekuensi perilaku menepuk tangan yang dilakukan oleh CA pada 3 kegiatan yang diberikan yaitu: materi yang diberikan di awal terapi, pertengahan terapi dan di akhir terapi. Pada saat

baseline pertama perilaku menepuk tangan CA terlihat lebih banyak muncul di hari keempat dan kelima yaitu: 34 kali.

B.2.3. Hasil terapi (B1)

(47)

yang diberikan oleh terapis “tidak tepuk tangan, genggam tangan”. Apabila anak

mampu mengganti perilaku menepuk tangan dengan perilaku menggenggam tangan maka terapis akan memberikan rewarddengan mengatakan “pintar, hebat”

sambil meminta anak untuk “tos”. Sehingga dalam satu kali pertemuan, terapis

akan melakukan proses modelling tersebut sebanyak 6 kali. Berikut rangkaian pelaksanaan pemberian terapi ABA melalui extinction kepada subjek CA.

B.2.3. Hasil perolehan frekuensi perilaku restricted menepuk tangan pada CA selama pelaksanaan penelitian pertama (B1)

Berikut ini adalah hasil perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA selama pelaksanaan penelitian pemberian video modelling untuk yang pertama (B1).

Tabel 4.11 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA saat pelaksanaan terapi ABA (B1).

N o

Kegiatan di :

Frekuensi perilaku menepuk tangan Keterangan

(48)
(49)

Tabel 4.12. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek CA sebelum (A1) dan saat pemberian (B1) terapi

Pemberian terapi ABA (Intervensi 1)

B1 Keterangan perilaku menepuk tangan paling banyak terjadi pada hari keempat dan kelima yaitu 34 kali. Saat diberikan terapi ABA perilaku menepuk tangan yang paling banyak terjadi di hari ketiga dan kedelapan yaitu 37 kali.

(50)

B.2.4. Tahap Baseline kedua (A2)

Berikut ini adalah hasil perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA setelah pemberian terapi ABA:

Tabel 4.13. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA setelah pemberian terapi ABA (A2)

N o.

Kegiatan di Frekuensi perilaku menepuk tangan

Hari ke : Keterangan

1 2 3 4 5 1. Awal

pertemuan

10 14 7 10 7 Pada saat baseline kedua (A2) perilaku menepuk tangan paling banyak terjadi pada hari kedua yaitu 42 kali, sedangkan perilaku menepuk tangan yang paling sedikit terjadi di hari

(51)

Tabel 4.14. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek CA sebelum (A1) , saat pemberian terapi (B1) dan setelah (A2) pemberian terapi ABA.

N o

Kegiat an di :

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada hari ke :

Keterangan Sebelum (Baseline 1)

A1

Pemberian terapi ABA (Intervensi 1) B1 pelaksanaan terapi pertama (B1): 37 kali danpada saat baseline kedua (A2) 42 kali. b. Perilaku menepuk tangan yang paling sedikit pada saat baseline pertama (A1): 27 hari ke enam CA mengalami tantrum (CA memukul dan menampar terapis).

(52)

B.2.5. Tahap Pelaksanaan Penelitian (B2)

Pada tahapan ini peneliti kembali memberikan intervensi kepada CA dan proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1 jam. Berikut rangkaian pelaksanaan intervensi kepada CA:

B.2.7. Hasil perolehan frekuensi perilaku restricted menepuk tangan pada CA selama pelaksanaan terapi yang kedua (B2)

Pada pelaksanaan terapi kedua (B2) CA sudah mampu untuk melakukan gerakan menggenggam tangan dengan tepat. Ia juga sudah mampu untuk memahami instruksi genggam tangan, sehingga saat terapis memberikan instruksi genggam tangan CA sudah mampu untuk melakukan gerakan menggenggam tangan.Akan tetapi saat anak menunjukkan perilaku menepuk tangan, ia belum mampu secara spontan untuk menggantikan gerakan menepuk tangan tersebut dengan gerakan menggenggam tangan sehingga terapis harus tetap membantu dengan memberikan instruksi genggam tangan untuk menghentikan perilaku menepuk tangan pada CA.

(53)

Tabel 4.15. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek CA saat pemberian terapi yang kedua (B2)

N o

Kegiatan di : Frekuensi perilaku menepuk tangan padapemberian terapi ABA yang kedua

(54)

Tabel 4.14 di bawah ini terlihat total frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA mulai dari pelaksanaan baseline pertama (A1), terapi pertama (B1),

baseline kedua (A2), hingga terapi kedua (B2). Pada saat pelaksanaan baseline

(55)

Tabel 4.16. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek CA sebelum (A1) , saat pemberian terapi pertama (B1), setelah pemberian terapi (A2) dan saat pemberian terapi yang kedua (B2).

N o

Kegiat an di :

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada hari ke :

Keterangan

Pemberian terapi ABA (Intervensi 2) B2

(56)

C. Perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek IP dan subjek CA.

Pada bagian ini akan dibahas mengenai perbedaan frekuensi perilaku menepuk tangan dari subjek IP yang diberikan terapi ABA teknik extinction

dengan subjek CA yang diberi terapi ABA teknik extinction.

Pada saat pelaksanaan baseline pertama (A1) pada hari pertama dan hari kedua pelaksanaan baseline perilaku menepuk tangan pada subjek CA lebih tinggi yaitu 31 kali dan 30 kali, sementara perilaku menepuk tangan IP 25 kali dan 23 kali.Sementara pada hari ketiga perilaku menepuk tangan pada IP lebih tinggi yaitu 29 kali, dan perilaku menepuk tangan CA 29 kali. Pada hari keempat, perilaku menepuk tangan pada IP dan CAjumlahnya sama yaitu 34 kali. Sementara pada hari kelima, jumlah perilaku menepuk tangan pada IP meningkat yaitu 40 kali, sedangkan perilaku menepuk tangan pada CA tidak mengalami perubahan yaitu: 34 kali. Perbedaan jumlah perilaku menepuk tangan IP dan CA pada saat pelaksanaan baseline pertama dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut ini.

Tabel 4.17. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat Baseline 1 (A1)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 Total perilaku menepuk tangan yang diperoleh masing-masing subjek pada saat pelaksanaan

baseline pertama (A1) dari hari pertama sampai hari kelima. Eksperimen

(IP)

25 23 29 34 40

(57)

Grafik 4.2. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat Baseline 1 (A1)

Dari grafik diatas terlihat perbedaan perilaku menepuk tangan pada subjek IP dan CA pada saat pelaksanaan baseline pertama (A1), pada saat hari pertama terlihat bahwa perilaku menepuk tangan pada subjek CA lebih banyak muncul yaitu 31 kali sedangka n perilaku menepuk tangan IP 25 kali. Pada hari kedua perilaku menepuk tangan CA juga lebih tinggi daripada IP yaitu 30 kali sedangkan IP 23 kali. Pada hari keempat perilaku menepuk tangan IP dan CA sama banyak yaitu 34 kali, sedangkan pada hari kelima perilaku menepuk tangan IP lebih banyak muncul (40 kali) dibandingkan CA (34 kali).

0 10 20 30 40 50

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Eksperimen

(58)

Pada saat pelaksanaan terapi pertama perbedaan jumlah perilaku menepuk tangan pada subjek IP dan CA dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.18. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat terapi pertama (A1)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 a. Total perilaku menepuk tangan pada saat pelaksanaan terapi pertama (B1) dari masing-masing subjek dari hari pertama sampai hari kesembilan.

b. Pada hari ke 6 pada subjek CA (dalam kolom terlihat huruf “T”) terapi dihentikan karena pada hari ke enam CA mengalami tantrum (subjek memukul dan menampar terapis). Walaupun pada hari keenam CA tantrum akan tetapi pada hari selanjutnya terapi tetap dilanjutkan.

Eksperimen (IP)

(59)
(60)

Grafik 4.3. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat terapi pertama (B1)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

Eksperimen

(61)
(62)

Tabel 4.19. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat Baseline kedua (A2)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 a. Total perilaku menepuk tangan dari masing-masing subjek pada saat baseline kedua (A2) dari hari pertama sampai hari kelima.

b. Pada subjek IP (eksperimen) perilaku menepuk tangan pada hari ke dua terlihat lebih sedikit (2 kali) bila dibandingkan dengan hari pertama sampai hari kelima. Sedangkan pada subjek CA perilaku menepuk tangan yang paling sedikit muncul terlihat pada hari pertama (29 kali).

Eksperime n (IP)

11 2 6 6 7

Kontrol (CA)

(63)

Grafik 4.4. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat baseline kedua (A2)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Eksperimen

(64)
(65)

Tabel 4.20. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek (IP) dan (CA) pada saat terapi kedua (B2)

Subjek Hari Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 a. Total perilaku menepuk tangan saat dilakukan terapi kedua (B2) dari masing-masing subjek dari hari pertama sampai hari kesembilan.

b. Pada subjek IP (eksperimen) terlihat bahwa pada hari keenam dan ketujuh perilaku menepuk tangan tidak muncul lagi di semua materi yang diberikan di awal, pertengahan dan akhir pertemuan. c. Pada subjek CA (kontrol) terlihat mulai dari keempat, kelima keenam, ketujuh sampai hari kesembilan jumlah perilaku menepuk tangannya semakin hari semakin menurun, hal ini berarti bahwa mulai dari hari keempat sampai hari terakhir pelaksanaan terapi kedua perilaku menepuk tangan pada CA semakin jarang terlihat.

(66)

Grafik 4.5. Perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek eksperimen (IP) dan subjek kontrol (CA) pada saat terapi kedua (B2)

0 5 10 15 20 25 30 35

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

Eksperimen

(67)

Dari grafik diatas terlihat perbedaan frekuensi menepuk tangan pada subjek IP dan CA pada saat dilakukan terapi yang kedua (B2). Dari grafik diatas tampak perilaku menepuk tangan pada subjek CA terlihat lebih sering muncul dibandingkan dengan IP. Pada subjek CA frekuensi menepuk tangan dari hari pertama sampai hari keempat terlihat pola grafik yang naik turun, akan tetapi pada hari keempat sampai hari kesembilan terlihat pola grafik yang terus menurun, hal ini berarti bahwa pada hari keempat sampai hari kesembilan frekuensi perilaku menepuk tangan pada CA terus berkurang. Sedangkan pada subjek IP terlihat pola grafik yang naik turun dari hari pertama sampai hari kesembilan, dan pada hari keenam dan ketujuh terlihat grafik berada di titik terendah (nol) yang berarti bahwa pada hari keenam dan ketujuh IP tidak menunjukkan perilaku menepuk tangan.

(68)

D. Pembahasan

(69)

bicara pada anak ASD. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Bektiningsih (2009) pada beberapa anak ASD yang memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda untuk melihat efektifitas terapi ABA untuk meningkatkan kemampuan anak ASD di bidang komunikasi dan interaksi sosialnya.

Akan tetapi mengingat luasnya spektrum pada ASD sehingga tidak ada satu terapi tunggal yang mampu bekerja sendiri untuk menangani tantangan yang kompleks dari spektrum pada anak ASD. Hasil penelitian Callahan, dkk (2009) memperlihatkan bahwa untuk menangani spektrum pada anak ASD tidak cukup hanya 1 model terapi yang diberikan, dan 62,3 % para ahli setuju bahwa menggunakan kombinasi dari 2 terapi lebih efektif daripada hanya menggunakan 1 jenis terapi saja.Pada penelitian ini, terapi ABA dikombinasikan dengan video modelling dengan alasan bahwa beberapa anak ASD memiliki memori visual yang lebih baik (visual learner).Sehingga peneliti memberikan terapi ABA dengan media video modelling dan hasilnya terlihat pada subjek IP. Hal ini terlihat dari jumlah total perilaku menepuk tangan yang terus berkurang mulai dari pelaksanaan baseline pertama (A1), terapi pertama (B1), baseline kedua (A2) hingga pada pelaksanaan terapi kedua (B2). Setelah diberikan terapi ABA dengan menggunakan media video modelling terlihat total jumlah frekuensi perilaku

(70)

(dalam Suyanto, 2005) hal ini dikarenakan dalam perkembangan kognitif, anak ASD berada dalam fase pra operasional sehingga anak memiliki cara berpikir konkret yang berpijak pada pengalaman akan benda-benda konkret, bukan berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak.

Dengan memberikan terapi ABA dengan teknik extinction melalui media

video modelling pada subjek IP juga memberikan hasil akhir perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan apabila hanya memberikan terapi ABA tanpa media

video modelling. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti bahwa sebelum subjek IP diberikan terapi ABA dengan video modelling, gerakan anak saat menepuk tangan sangat cepat sehingga perilaku menepuk tangan dapat dilakukan secara berulang-ulang. Akan tetapi, setelah IP diberikan terapi ABA dengan video modelling anak dapat menahan gerakan tangannya saat hendak menepuk tangan sehingga perilaku anak saat hendak menepuk tangan dapat dihentikan oleh IP dan menggantinya dengan perilaku menggenggam tangan. Sementara pada subjek CA yang mendapat terapi ABA tanpa video modelling pada saat CA hendak menepuk tangan perilaku tersebut akan tetap dilakukan, anak sulit untuk menghentikan perilaku menepuk tangan dan menggantinya dengan perilaku menggenggam tangan. Anak akan mengganti perilaku menepuk tangan dengan perilaku menggenggam tangan apabila ada instruksi “genggam tangan”dari terapis.

(71)

perilaku menepuk tangan dan perilaku menggenggam tangan. Perilaku menepuk tangan merupakan perilaku restricted pada subjek yang hendak diubah menjadi perilaku menggenggam tangan (sebagai alternative behavior). Dari hasil observasi peneliti terlihat bahwa perilaku restricted menepuk tangan pada anak terjadi pada saat anak merasa marah ( misalnya: tidak mendapat makanan yang disukai, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan / merasa kesulitan menyelesaikan tugas, mendengar suara yang terlalu ribut) dan pada saat anak merasa terlalu senang / gembira (saat anak melihat benda yang disukai, saat anak teringat kejadian yang membuatnya senang). Biasanya pada kedua kondisi diatas perilaku

restricted menepuk tangan pada anak akan sering dilakukan.

(72)

di awal pemberian terapi, terapis harus benar-benar membantu anak untuk melakukan gerakan menggenggam tangan yang tepat sehingga anak merasakan efek dari sikap menggenggam tangan tersebut.

Selain menentukan target perilaku, hal awal lainnya yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan video modelling adalah model yang digunakan dalam video. Menurut Wilson (2012), model yang digunakan dalam video modelling ada 2 yaitu: subjek dan orang lain (saudara sekandung, teman, guru atau orang tua). Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah subjek IP dengan tujuan agar subjek dapat langsung melihat dirinya sendiri melakukan perilaku apa yang diharapkan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monica (2007) yang memperlihatkan bahwa pelaksanaan video modelling lebih efektif menggunakan subjek sebagai model dibandingkan dengan menggunakan orang dewasa atau teman sebaya.Hal ini terjadi karena saat seseorang melihat dirinya berhasil melakukan sesuatu maka hal tersebut merupakan informasi yang paling tepat tentang bagaimana cara terbaik dalam melakukan sesuatu secara tepat dan berhasil. Semakin sering anak menonton video yang berisi perilaku yang ingin dirubah, maka kemungkinan anak akan menirukan perilaku yang ada di dalam video akan semakin besar.

(73)

melihat perilaku yang diharapkan pada tampilan layar yang lebih lebar. Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan media dengan ukuran lebar layar yang lebih kecil (5 inci) dengan alasan bahwa dengan bentuk yang tidak terlalu besar dan ringan maka media ini mudah dibawa kemana saja sehingga nantinya dapat diberikan dimana saja dan kapan saja pada anak. Pada saat subjek IP diberikan menonton video tersebut subjek berusaha untuk mengambil video tersebut sehingga dengan bentuk yang lebih kecil ini maka terapis dengan mudah untuk mengambil sehingga video tetap berada dalam kendali terapis. Walaupun memang pada saat anak menonton video tersebut, anak sering mendekatkan wajahnya ke layar agar lebih dekat melihat video tersebut karena pandangannya yang terbatas melihat dengan ukuran layar yang kecil.

Dari hasil observasi pada saat pelaksanaan terapi terlihat terjadi perubahan perilaku pada subjek CA yang diberikan terapi ABA, pada saat hari ke enam pemberian terapi pertama (B1) anak mengalami tantrum dimana subjek menangis, memukul dan menampar terapis sehingga proses terapi pada hari keenam harus dihentikan. Menurut Martin & Pear (2007) pada saat terapi ABA teknik

(74)

tua tetap memberikan izin untuk melanjutkan intervensi hingga sesi terakhir dilakukan.

E. Kelebihan dan KeterbatasanPenelitian E.1. Kelebihan penelitian

Adapun kelebihan penelitian ini:

a. Terapi Applied Behavior Analysis (ABA) teknik extinction dengan media video modelling lebih efektif untuk mengurangi perilaku

restricted menepuk tangan dibandingkan dengan pemberian terapi

Applied Behavior Analysis (ABA) teknik extinction tanpa video modelling pada anak Autism Spectrum Disorder (ASD).

b. Perilaku menggenggam tangan sebagai alternative behavior yang dipilih untuk mengganti perilaku restricted menepuk tangan dapat memberikan efek menenangkan pada anak ASD sehingga perilaku menggenggam tangan ini juga dapat dipakai untuk membantu menenangkan anak ASD.Penelitian ini juga menghasilkan modul yang diharapkan bisa dipakai untuk permasalahan yang sama dalam

setting tempat yang berbeda. E.2. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

(75)

dari baseline kedua (A2) dengan terapi kedua (B2) yaitu (1 bulan) ini membuat anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengolah informasi yang didapat sebelumnya, hal ini terlihat dari penurunan total jumlah frekuensi perilaku restricted menepuk tangan pada masing-masing subjek (subjek IP dan CA).Untuk itu perlu diperhatikan pemberian jarak waktu dari pelaksanaan baseline

pertama (A1), terapi pertama (B1), baseline kedua (A2) hinga terapi kedua (B2).

b. Jumlah subjek yang sangat terbatas yaitu 1 subjek untuk terapi ABA teknik extinction dengan media video modelling dan 1 subjek untuk terapi ABA teknik extinction, kondisi ini membuat terbatasnya informasi yang didapat dari efektifitas terapi yang diberikan dari masing-masing terapi.

c. Sulitnya untuk memperoleh subjek yang benar-benar sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan sebelumnya.

d. Perlu untuk menambah waktu penelitian sampai terlihat perubahan perilaku yang benar-benar konsisten dari perilaku restricted

menepuk tangan ke alternative behavior menggenggam tangan. e. Sulitnya untuk mengontrol faktor eksternal yaitu makanan anak.

(76)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Terjadi perubahan frekuensi pemberian terapi ABA dengan menggunakan media video modelling untuk mengurangi perilaku

restrictedmenepuk tangan pada anak Autism Spectrum Disorder (ASD) dibandingkan dengan pemberian terapi ABA tanpa video modelling. b. Intervensi ABA dengan menggunakan video modelling lebih efektif untuk

mengurangi perilaku restricted pada anak autis dibanding dengan intervensi ABA tanpa menggunakan video modelling.

c. Intervensi ABA dengan menggunakan media video modelling dapat mengatasi terjadinya extinction burst seperti perilaku tantrum pada anak ASD ketika proses pelaksanaan terapi.

(77)

V.B. Saran

V.B.1. Saran Metodologis

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam rangka perbaikan penelitian ini adalah:

1. Menambah lamanya waktu penelitian yang bertujuan untuk melihat konsistensi dari perubahan perilaku restricted (menepuk tangan).

2. Menambah jumlah subjek penelitian, karena dalam penelitian ini jumlah subjek hanya1 anak dari masing-masing terapi yang diberikan.

3. Melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektifitas terapi ABA teknik

extinction dengan media video modelling untuk perilaku restricted yang lainnya (diluar perilaku menepuk tangan) seperti perilaku mengepakkan tangan, mengibaskan tangan, menggerakkan tangan kedepan / kebelakang dan lain-lain.

4. Menyempurnakan media yang digunakan saat memutar video,dari penelitian ini hanya menggunakan media video dari sebuah smart phone dengan ukuran layar 5 inci dengan dimensi ponsel 142,1 mm x 71,8 mm x 7,9 mm dan kapasitas video 1080p @30fps. Dengan ukuran layar 5 inci membuat kemampuan subjek untuk melihat video menjadi kurang maksimal karena layar yang tidak terlalu lebar, untuk itu diharapkan pada peneliti selanjutnya agar menggunakan media video yang memiliki ukuran layar yang lebih lebar. 5. Penelitian selanjutnya sebaiknya benar-benar mengontrol jarak atau rentang

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1. Data diri subjek
Tabel 4.2 Frekuensi perilaku restrictedmenepuk tangan pada IP sebelum pemberian terapi ABA melalui video modelling
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari kelima faktor yang terbentuk, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan dalam menggunakan jasa ekspedisi J&T Express yaitu faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan perambatan gelombang ultrasonic rerata dan maksimal pada flexible pavement dengan komposisi variasi agregat

Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai

hal tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrotul Khayati dkk (2016:4) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa modul telah memenuhi standar

Akan tetapi, apabila kajian ini melakukan pembacaan dan penilaian awal terhadap kebanyakan penulisan dan pemikiran sarjana lain tentang isu krisis alam

Konsumen menggunakan harga sebagai indikator kualitas (Nagle dan Holden, dalam Usahawan No.. 1) Konsumen percaya ada perbedaan kualitas di antara berbagai merek dalam suatu

perkembangan anak, mengembangkan intelektual dan sosial emosional secara bersamaan. Dua aspek ini penting untuk perkembangan diri anak. Pada penelitian Ika Budi

DAFTAR BAGAN... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Struktur Organisasi Skripsi ... Multimedia Pembelajaran ... Multimedia Video