• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran,kedudukan yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun perempuan melaui konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni, 2009). Sedangkan menurut Oakley (1972) dalam Fakih (1999), gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial yakni perbedaan yang bukan kodrat dan bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan manusia melalui proses sosial dan kultural.

Tuntutan persamaan hak untuk menjalani aktifitas fisik sebagaimana kaum laki-laki dianggap suatu hal yang muskil untuk dilaksanakan. Dunia olahraga yang sarat dengan fair play dapat dijadikan pengantar bahwa perempuan juga layak melakukan olahraga. Hal ini dibuktikan bahwa selama ini olahraga identik dengan kaum laki-laki

Dengan demikian saat ini perempuan juga mulai banyak yang melakukan aktifitas olaharaga. Dalam pencapain prestasi baik perempuan maupun laki-laki memerlukan kekuatan otot yang memadai. Apakah latihan beban dapat memberikan hasil yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu dilihat beberapa aspek.

Terdapat perbedaan jelas dalam aspek anatomi antara perempuan dan pria, tetapi kurang jelas dalam aspek fisiologi. Perbedaan anatomi ini menyebab-kan pria lebih mampu melakukan kegiatan jasmani dan olahraga yang memerlukan kekuatan dan dimensi lain yang lebih besar. Tetapi banyak dari perbedaan ini dapat diubah oleh latihan jasmani sehingga parameter fisiologik perempuan yang terlatih dapat melampaui parameter pria yang kurang terlatih. Bagian besar dari perbedaan antar jenis kelamin ini tidak relevan dalam olahraga, oleh karena dalam olahraga perempuan (biasanya) bertanding di antara sesama perempuan (Giriwijoyo, 2003).

Secara anatomis, fisioligis maupn biologis laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Perbedaan itu adalah :

Pada orang dewasa, dimensi fisik pria rata-rata 7-10% lebih besar dari pada perempuan. Perbedaan ukuran itu pada anak-anak sangat sedikit sampai usia pubertas, di kala itu untuk sementara anak-anak perempuan bahkan lebih tinggi dan lebih besar dari pada anak-anak laki-laki. Hal ini disebabkan oleh karena awal pubertas yang lebih dini pada anak perempuan (9-13 tahun) dari pada anak laki-laki (10-14 tahun) dengan waktu yang lebih panjang pula. Di bawah pengaruh hormon pria testosteron, laki-laki tumbuh lebih tinggi, dengan gelang bahu yang lebih luas, panggul yang lebih sempit dan tungkai yang lebih panjang. Perempuan, melalui pengaruh hormon oestrogen berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas relatif terhadap tinggi badannya dan “carrying angle‟ yang lebih besar pada sendi siku, yang mengakibatkan kerugian mekanik bagi lari dan melempar (Anonim,2015)

2) Perbedaan dalam kemampuan, meliputi :

a. Perbedaan jenis kelamin pada Kekuatan Otot

Tingkat kekuatan pada anak laki-laki dan perempuan relatif sama sampai dengan usia 13 tahun. Walaupun lebih kuat anak laki-laki pada tinggi badan yang sama. Seperti yang telah divas anak laki-laki mencapai massa otot pada saat remaja dan anak perempuan saat terjadi peningkatan sekresi endogen. Kenyataannya anak laki-laki meningkat kekuatannya pada saat mendekati usia 18 tahun yang berhubungan dengan peningkatan sekresi androgen. Maka tidak heran jira lelaki lebih kuat dari pada perempuan. Kenyataannya perempuan hanya dapat menghasilkan 60 – 80 % gaya dari yang bisa dilakukan laki-laki. Walaupun

perbedaan ini lebih banyak pada otot-otot lengan dan bahu dibandingkan kekuatan dari togog dan tungkai

Hanya setengah dari perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaaan ukuran tubuh dan otot. Karenanya ada factor lain yang berperan. Nilai kebudayaan kemungkinan berperan dalam perbedaan ini. Contohnya pada pengulangan pengukuran kekuatan yang dilakukan shepard. Jika anak laki-laki tidak menunjukan peningkatan sampai 3 kali kedatangan, anak perempuan menunjukan peningkatan pada setiap kedatangan dan peningkatannya mencapai 2/8 dari kekuatan sebelumnya. Saat akibat ini dipelajari ada kemungkina tes yang diberikan dapat diterima oleh anak perempuan dan mereka telah terbiasa. Motivasi bukanlah factor utama dalam pengukuran ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perbedaan jenis kelamin hanya terlihat jelas saat awal pengukuran. Penelitian sebelumnya mencatat adanya perbedaan komposisi otot antara pria dan perempuan, yaitu perbedaan proporsi otot tipe 1 dan tipe 2. Karenanya kemungkinan perbedaan kekuatan disebabkan perbedaan komposisi otot, karena indikasi dari penelitian pada hewan menunjukan bahwa komposisi otot berhubungan dengan kekuatan isometrik. Penelitian semacam itu terbatas dan diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat lebih jauh lagi hubungan jenis kelamin dan kekuatan serta komposisi otot.

b. Perbedaan Kekuatan dan Potensi otot

Perbedaan struktur antara perempuan dan pria memungkinkan pendapat bahwa perempuan tidak memiliki kapasitas untuk menambah kekuatan seperti pria. Memang perempuan memiliki rangka yang lebih ringan, bahu yang lebih

kecil dan pinggul lebih lebar relatif terhadap besar tubuh. Bobot tubuh lebih ringan, dan memiliki lemak lebih banyak dari pria dengan usia yang sama. Jadi, seharusnya tidak ada perbedaan pada kemampuan serat-serat otot untuk mengeluarkan atau melawan kekuatan. Sebagai hasilnya, tingkat kekuatan yang lebih tinggi yang terlihat pada pria disebabkan kuantitas serat otot, bukan perbedaan kualitas pada serat otot.

Perbedaan kuantitas otot pada pria cukup besar. Pada umumnya pria misalnya, jumlah otot adalah kurang lebih 40% dari seluruh berat tubuh, sedangkan pada umumnya perempuan hanya 23%. Keuntungan ini, dikombinasikan dengan melakukan program latihan beban dan olahraga yang baik, telah membuat pria mampu untuk memperlihatkan tingkat kekuatan tenaga yang lebih tinggi. Perbedaan-perbedaan seperti itu dapat membantu dalam menerangkan mengapa perempuan 43% sampai 63% lebih lemah pada kekuatan tubuh bagian atas, dan 25% sampai 30% lebih lemah pada kekuatan tubuh bagian bawah.

Akan tetapi, sesuatu yang salah jika mengambil sebuah kesimpulan bahwa perempuan tidak memiliki potensi yang sama seperti pria untuk menambah tenaga sama sekali salah. Seorang perempuan dapat mengembangkan kekuatan yang relatif terhadap potensinya, tetapi tidak akan mencapai tingkat tenaga seperti pria dengan berat tubuh yang sama. Tergantung pada kelompok otot yang sedang dievaluasi, intensitas program, dan masa latihan (minggu, bulan, atau tahun), penambahan tenaga perempuan pada umumnya sampai 38%. Penambahan dalam kekuatan mendekati 38% atau lebih besar lebih umum dalam program-program

yang menyangkut latihan-latihan kelompok otot besar, badan lebih besar, beban yang lebih berat, pengulangan gerakan latihan yang lebih sedikit, multiple sets (latihan berulang-ulang) dan waktu latihan yang lebih lama.

Perbandingan antara pria dan perempuan yang mengikuti program-program latihan beban yang sama tidak saja mengungkap bahwa perempuan memberi respon yang menyolok untuk peningkatan tenaga, tetapi bahwa tingkat penambahan kekuatannya mungkin dapat melebihi pria. Peningkatan kekuatan yang besar dan relatif cepat ini nyata pada mereka yang jauh dari potensinya. Jadi, ketika perempuan mulai dengan latihan beban, kemajuan yang mereka capai seringkali lebih dramatis dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai pria. Yang menarik adalah kenyataan bahwa bilamana kekuatan pada daerah kaki dan pinggul dikaitkan pada berat tubuh (suatu pengukuran yang disebut kekuatan relatif), terutama pada berat otot yang kurus daripada seluruh berat tubuh, perbandingannya pada perempuan ternyata sama dengan pria.

Dokumen terkait