• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kadar Serum Glutathione Peroxidase Pada Kelompok Blighted

HASIL PENELITIAN

5.2. Perbedaan Kadar Serum Glutathione Peroxidase Pada Kelompok Blighted

Ovum Dan Kelompok Kehamilan Normal

Untuk mengetahui perbedaan rerata kadar serum GPx pada penelitian ini dilakukan uji t-independent. Hasil analisis disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Perbedaan rerata kadar serum GPx pada kelompok blighted ovum dan kelompok kehamilan normal

Kadar Serum GPx (U/gHb)

Kelompok p Rerata SD Blighted ovum 51,89 8,51 0,001 Kehamilan normal 94,94 21,66

Pada tabel 5.2 ditunjukkan bahwa rerata kadar serum GPx kelompok blighted

ovum sebesar 51,89 U/gHb (SD 8,51). Sedangkan rerata kadar serum GPx kelompok

kehamilan normal sebesar 94,94 U/gHb (SD 21,66). Di mana hasil kedua kelompok ini berbeda secara bermakna (p<0,05).

BAB 6 PEMBAHASAN

Setelah implantasi, embrio manusia dikelilingi oleh sel-sel trofoblas proliferatif. Kemudian trofoblas ekstravili masuk ke dalam desidua dan lapisan miometrium yang mana akan mengelilingi dan menginvasi arteri spiralis ibu. Hal ini mengakibatkan transformasi arteri, dengan terjadinya peningkatan diameter pembuluh dan merubah tekanan pembuluh ke resistansi rendah, serta berkapasitansi tinggi.Maka, diasumsikan bahwa sirkulasi intraplasenta ibu dimulai segera setelah implantasi.Beberapa bukti ilmiah melaporkan bahwa aliran darah maternal yang signifikan belum terjadi sampai dengan akhir trimester satu.Dengan demikian, embrio berkembang di lingkungan oksigen yang relatif rendah dibandingkan dengan kehamilan lebih lanjut.Sel trofoblas sangat peka terhadap stres oksidatif karena sel-sel ini demikian banyaknya dan DNA sel tersebut rentan terhadap paparan zat yang berpotensi membahayakan.Ada perubahan-perubahan besar dalam oksigenasi plasenta dan ekspresi enzim antioksidan pada transisi antara trimester pertama dan kedua kehamilan.Konsentrasi oksigen intraplasenta meningkat dari < 20 mmHg pada umur kehamilan 10 minggu menjadi > 50 mmHg pada umur kehamilan 12 minggu.

Radikal bebas adalah molekul-molekul reaktif dengan membawa elektron yang tidak berpasangan, yang dihasilkan di dalam sel atau karena akibat hasil dari suatu metabolisme.Reaksi-reaksi reduktasi oksidasi pada metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak terjadi di dalam sel mitokondria.Kondisi ini disebut fosforilasi oksidasi, dengan hasil akhir oksigen dan turunannya seperti superoksida dan radikal hidroksil.Mekanisme pertahanan tubuh terhadap Reactive Oxygen Species (ROS) dengan tujuan memberi keseimbangan dan mencegah terjadinya stres oksidatif yang merugikan.

Glutathione berfungsi mendetoksifikasi H2O2menjadi air dan molekul-molekul oksigennonreaktif.

Blighted ovum sebagian besar disebabkan oleh kelainan kromosom, yaitu

triploidi,dan dapat berkembang menjadi mola hidatidosa parsial (Peter Uzelac, 2008). Pada blighted ovum, hasil konsepsi berkembang menjadi blastokis, tetapi inner mass

salah satu pemicu terjadinya kelainan kromosom ini. Radikal bebas merupakan senyawa tidak stabil dan sangat reaktif, sehingga mengakibatkan kerusakan sel.

Onset lebih awal terjadinya aliran sirkulasi darah ibu melalui plasenta dapat dikaitkan dengan meningkat kondisi tidak fisiologis pada produksi ROS. Terdapat bukti baru yang meyakinkan bahwa timbulnya aliran sirkulasi darah maternal lebih awal dan tidak terorganisasi dengan baik dan disertai defisit invasi trofoblas akan menyebabkan preeklampsia dan abortus spontan. Jadi, mirip dengan yang dilaporkan dalam kondisi preeklampsia, biomarker stres oksidatif diduga meningkat spontan pada abortus sebelum usia kehamilan 10 minggu (Ozkaya, 2008).

6.1 Karakteristik Sampel

Rerata umur pada blighted ovum adalah 27,90 (SD 6,61) tahun, dan 29,38 (SD 5,69) tahun pada kehamilan normal (p>0,05), dimana secara statistik berbeda tidak bermakna. Pada penelitian Ozkaya, dkk. (2008) di Turki, didapatkan rerata umur ibu yang mengalami abortus spontan sebesar 25 (SD 5,1) tahun, dan 27,2 (SD 4,8) tahun pada kehamilan normal (p>0,05). Desai dkk (2006) menemukan rerata umur ibu dengan abortus 23,5 (SD 3,6) tahun, dan rerata kehamilan normal 23,3 (SD 5,2) tahun. Mishra dkk (2003) di India melaporkan rerata umur ibu pada kasus abortus 29,2 (SD 6,3) tahun, dan pada kehamilan normal rerata umur ibu adalah 27,5 (SD 4,4) tahun. Zachara dkk (2001) di Polandia, mendapatkan rerata umur ibu dengan abortus 26,4 (SD 4,3) tahun, dan 28,1 (SD 5,5) tahun pada kehamilan normal.

Dari hasil penelitian ini, rerata umur ibu yang mengalami blighted ovum lebih muda dibandingkan dengan kehamilan normal. Hasil yang sama juga dilaporkan pada penelitian Ozkaya dkk (2008), Desai (2006), dan Zachara dkk (2001). Namun Mishra dkk (2003) mendapatkan rerata ibu dengan abortus memiliki umur yang lebih tua. Fertilitas perempuan mulai menurun pada umur 35 tahun, dan reactive oxygen species (ROS) memiliki peranan penting dalam penurunan produksi estrogen yang berkaitan dengan umur, ditandai dengan kadarsuperoxide dismutase (SOD) dan

glutathioneperoxidase (GPx) menurun pada ovarium (Gupta, 2008). Kaitan dengan

umur, ROSdapat mempengaruhi jumlah dan kualitas folikel, merusak oosit, dan meningkatkan insiden kelainan kongenital (Agarwal, 2005). Dengan demikian, hasil rerata umur ibu pada penelitian ini, dan beberapa penelitan lain masih tidak sesuai dengan teori yang

telah dikemukakan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat menentukan kebenarannya.

Rerata paritas pada penelitian ini adalah 1,05 (SD 1,16) untuk kelompok

blightedovum, dan 1,29 (SD 1,23) untuk kelompok kehamilan normal. Di mana secara

statistikberbeda tidak bermakna (p>0,05). Hasil yang sama pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, yakni Ozkaya dkk.(2008) di Turki menemukan paritas ibu 2,0 (SD 1,2) untuk kelompok abortus, dan 2,2 (SD 1,1) pada kehamilan normal. Desai dkk (2006) mendapatkan paritas ibu dengan abortus 1,1 (SD 1,4), dan 1,8 (SD 1,15) pada kehamilan normal. Pada penelitian Mishra dkk (2003), paritas ibu yang mengalami abortus 1,17 (SD 1,28), dan paritas ibu dengan kehamilan normal 1,6 (SD 1,03). Zachara dkk (2001) melaporkan paritas ibu yang mengalami abortus 1,54 (SD 1,22), dan 1,7 (SD 1,41) pada kehamilan normal.

Sampai saat ini penulis belum mendapatkan literatur yang menyatakan paritas berhubungan dengan kejadian abortus, atau blighted ovum. Namun, bila dikaitkan antara umur dengan jumlah paritas, maka semakin meningkatnya jumlah paritas akan diikuti dengan meningkatnya umur ibu. Dengan demikian, pengaruh stres oksidatif akan meningkat pada paritas yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan umur ibu.

Rerata umur kehamilan pada penelitian ini adalah 8,71 (SD 2,00) minggu untuk kelompok blighted ovum, dan 8,00 (SD 1,89) untuk kelompok kehamilan normal. Secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Pada penelitian oleh Ozkaya, dkk. (2008), rerata usia kehamilan sebesar 5,7 (SD 2,0) minggu pada kelompok abortus, dan 5,9 (SD 1,9) pada kehamilan normal. Desai dkk (2006) mendapatkan rerata usia kehamilan pada abortus 12,8 (SD 2,3) minggu, dan 13,2 minggu pada kehamilan normal. Di India, Mishra dkk (2003) melaporkan rerata usia kehamilan pada kelompok abortus 9,2 (SD 2,2) minggu, dan kehamilan normal pada usia 11,4 (SD 3,1) minggu. Zachara dkk (2001) menemukan bahwa rerata usia kehamilan pada kelompok abortus 12,5 (SD 2,6) minggu, dan 11,8 (SD 3,5) minggu pada kelompok kehamilan normal. Pada penelitian ini rerata umur kehamilan pada kelompok blighted ovum lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan normal. Namun, dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, rerata umur kehamilan yang mengalami abortus lebih rendah.Setelah implantasi, embrio manusia dikelilingi oleh sel-sel trofoblas proliferatif. Kemudian trofoblas ekstravili berimplantasi ke dalam desidua dan lapisan miometrium dimana

akan mengelilingi dan menginvasi arteri spiralis ibu . Hal ini mengakibatkan transformasi arteri, dengan merubah struktur dinding muskulo elastik, dan meningkatkan diameter pembuluh dengan resistansi yang rendah dan kapasitansi pembuluh yang tinggi.Telah diasumsikan bahwa sirkulasi intraplacental terjadi segera setelah implantasi.Sirkulasi uteroplasenta dimulai dalam 2 minggu pertama setelah konsepsi, dengan vili korionik mulai berfungsi pada minggu ketiga. Bukti dari studi morfologi, histeroskopi, perfusi spesimen histerektomi dengan kehamilan di situ, dan studi USG Doppler dari awal terbentuknya plasenta menunjukkan, bahwa aliran darah maternal yang signifikan tidak terjadi sampai akhir trimester pertama, sebelum 10 minggu usia kehamilan (Johns, 2006).

Dalam kasus kegagalan awal kehamilan, terjadinya sirkulasi intraplasental maternal lebih awal dan tidak teratur dibandingkan dengan kehamilan normal.Dimulai pada tahap awal, dan terjadi secara acak di seluruh plasenta.Ini mungkin dikarenakan 70% invasi ekstravili trofoblas yang dangkal, dan akibatnya penyumbatan arteri spiral tidak sempurna (Burton, 2010). Bila terjadi stres oksidatif, maka kegagalan awal kehamilan baik blighted ovum atau abortus terjadi pada usia kehamilan lebih dini. Dari penelitian didapatkan hasil yang berbeda, sehingga masih diperlukan penelitian lanjutan untuk dapat menjawab masalah ini.

6.2 Kadar Rerata Serum Glutathione Peroxidase (GPx) Pada Blighted Ovum dan

Dokumen terkait