• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi…

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

E. Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa dan Mahasiswi…

Mahasiswa maupun mahasiswi memiliki cara yang berbeda untuk menyikapi kegiatan belajarnya. Hal ini didukung oleh beberapa fakta dan penelitian yang menunjukan bahwa perbedaan itu dapat terlihat berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut terkait dengan sistem anatomi otak yang ada pada laki-laki dan juga perempuan, selain itu perbedaan itu dapat dilihat dari segi kognitif sehingga banyak hal yang membedakan kedua jenis kelamin tersebut khususnya dalam hal belajar atau dalam bidang akademis.

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa otak laki-laki dan otak perempuan berbeda, dalam hal ini laki-laki sebagai mahasiswa dan perempuan

sebagai mahasiswi. Menurut Gurian (2011), mahasiswa memiliki beberapa keunggulan dan juga kelemahan dalam belajar. Beberapa bagian otak dari mahasiswa membuat mereka tampak lebih unggul ketika di kelas dibandingkan mahasiswi. Bagian otaktestosterone,gray matterdanamygdala

merupakan bagian yang menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki hal yang dominan dibandingkan mahasiswi. bagian-bagian tersebut memberikan pengaruh pada mahasiswa ketika di kelas antara lain, mahasiswa menjadi lebih agresif dan kompetitif di kelas. Mahasiswa mampu menunjukan keyakinan dan kemampuannya dalam bersaing di kelas. Mahasiswa mampu menunjukkan performa belajar yang tinggi ketika dikelas. Mahasiswa memiliki keyakinan akan prestasi yang mampu mereka peroleh dibandingkan mahasiswi.

Gurian (2011) mengatakan bahwa mahasiswa sebagai laki-laki juga memiliki kemampuan yang lebih unggul daripada mahasiswi terutama dalam bidang eksakta atau pelajaran yang memiliki fokus terbatas. Oleh karena itu, mahasiswa gemar mengerjakan tugas atau pelajaran seperti matematika atau IPA. Akan tetapi, mahasiswa juga memiliki kelemahan yang akhirnya berpengaruh pada pola belajar mereka di kelas. Sifat agresif pada mahasiswa membuat mahasiswa menjadi mudah bosan dan mahasiswa suka membuat keributan di kelas. Mahasiswa juga kurang bisa menjadi pendengar yang baik dan memiliki sifat impulsif, yakni mahasiswa bertindak atau mengerjakan tugas tanpa berpikir panjang. Hal ini membuat mahasiswa memiliki pola

belajar yang kurang terencana atau pola belajar yang bebas. Mahasiswa kurang memiliki rencana pada tugas-tugas yang akan dijalaninya. Selain itu mahasiswa juga kurang teliti dan tekun dalam memehuni tugas-tugasnya.

Pola belajar tersebut menunjukkan beberapa indikasi yang dapat digolongkan secara kognisi, motivasi dan perilaku. Secara kognisi mahasiswa kurang mampu dalam merencanakan, mengorganisasikan dan mengatur aktivitas belajarnya. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan Zimmerman dan Pons (dalam dalam Jessie, Chang, & Tan, 2004) yang mengatakan bahwa mahasiswa kurang memiliki rencana dan tujuan dalam belajar serta belum melakukan evaluasi dan monitor pada aktivitas belajarnya tersebut. Selain itu, mahasiswa juga kurang mampu menangani tugas-tugas akademisnya dan kurang aktif berpartisipasi di kelas (Dezolt & Hull dalam Santrock, 2007).

Secara motivasi, mahasiswa dikatakan cukup memiliki keyakinan diri untuk bisa bersaing dalam belajar. Hal tersebut didukung oleh salah satu sifat mahasiswa yang kompetitif, mahasiswa pun mampu menunjukkan performa yang cukup tinggi dibandingkan mahasiswi. Secara perilaku, mahasiswa kurang mampu untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif karena mahasiswa masih kurang mampu mengatur aktivitas belajarnya (Gurian, 2011). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mahasiswa masih belum maksimal dalam menggunakan kemampuan self regulated learning untuk mendukung aktivitas belajarnya.

Berbeda dengan mahasiswa, beberapa penelitian di atas menjelaskan secara rinci bahwa mahasiswi banyak memiliki keunggulan dibandingkan mahasiswa. Berdasarkan anatomi otak, Bagian otak cerebral cortex, corpus callosum dan white matter, berpengaruh pada kemampuan mahasiswi yang unggul dalam hal berbahasa dan mengintegrasikan informasi dengan cepat serta efisien (Gurian, 2011). Mahasiswi juga memperlihatkan prestasi membaca dan menulis yang lebih baik dibanding mahasiswa. Selain itu, pola belajar mahasiswi yang terencana dan terkontrol dan berhati-hati membuat mahasiswi terlihat lebih tekun dan teliti dalam memenuhi tugas-tugasnya.

Mahasiswi juga memiliki kelemahan yaitu rendahnya agresifitas dan rasa kompetitif, dimana kedua hal tersebut digerakkan oleh bagian otak

amygdala dantestosterone. Perempuan menunjukkan sikap yang lebih tenang saat belajar dan kurang memiliki keyakinan akan persaingan dalam belajar. Hal ini diduga mempengaruhi perempuan yang cenderung kurang yakin akan keberhasilan yang bisa mereka capai dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Dezolt & Hull dalam Santrock, 2007). Akan tetapi, mahasiswi tetap berusaha keras menangani materi-materi akademis dan berusaha lebih keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Keseluruhan pola tersebut mendeskripsikan bahwa secara kognisi, mahasiswi mampu merencanakan, mengontrol, mengorganisasikan dan memonitor aktivitas belajarnya. Hal ini terlihat dari adanya tujuan dan rencana belajar yang dimiliki mahasiswi dan kemampuan mahasiswi dalam memonitor

semua aktivitas kegiatan belajarnya (Zimmerman dan Pons dalam dalam Jessie, Chang, & Tan, 2004). Mahasiswi juga dikatakan lebih baik dalam melakukan organisasi ketika belajar. Secara motivasi, mahasiswi dilihat kurang memiliki keyakinan untuk keberhasilan dalam kegiatan belajarnya. Akan tetapi, menurut Bregman & Scott ; Lewin, Davis & hops (dalam de Bruyn, Dekociv, & Meijnen, 2003) pola belajar mahasiswi yang terencana mampu membuat mahasiswi mencapai prestasi akademis yang maksimal. Selain itu, mahasiswi lebih memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, mahasiswi juga rajin dan bekerja keras untuk mngerjakan tugas atau pekerjaan sekolahnya.

Berdasarkan karakteristik tersebut, mahasiswi digolongkan memiliki kemampuan self regulated learning yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa. Keseluruhan pemamparan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan self regulated learning cukup memberikan kontribusi terhadap hasil belajar atau prestasi akademis mahasiswa maupun mahasiswi. Adapun alur yang menjadi dinamika pada proses ini adalah sebagai berikut :

Mempengaruhi sifat dan pola belajar mahasiswa dan mahasiswi

Dalam penggunaanself regulated learning

Perempuan memiliki kemampuanself regulated learningyang lebih tinggi dibandingkan laki-laki

Berdasarkan Perbedaan Anatomi otak Laki-laki dan Perempuan

Cerebral cortexCorpus callosum

Gray matterdan White matterAmygdala

Estrogens

Laki-laki :

Lebih agresif dan kompetitif Impulsif

Mudah bosan

Kurang tekun dan teliti dalam mengerjakan tugas

Perempuan :

Kurang agresif dan kompetitif Tidak impulsif

Teliti dan tekun dalam memenuhi tugas

Tidak mudah bosan

Laki-laki :

 Kurang memiliki rencana dan pengontrolan pada aktivitas belajar

 Kurang memiliki motivasi pada kegiatan belajarnya

 Belum memonitor dan

mengevaluasi strategi belajar

Perempuan :

 Memiliki rencana dan control terhadap aktivitas belajarnya

 Memiliki organisasi dan motivasi

 Mampu mengevaluasi dan memonitor kegiatan belajarnya

 Bekerja lebih rajin

Dokumen terkait