• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbuatan Melawan Hukum

BAB III AKIBAT HUKUM PERBUATAN WANPRESTASI

C. Perbuatan Melawan Hukum

Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan bahwa: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”Selanjutnya, Pasal 1366 KUH Perdata menyatakan bahwa: “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.85

Istilah perbuatan melawan hukum dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah “onrechtmatige daad” atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

“tort”.Kata“tort” itu sendiri sebenarnya hanya berarti salah (wrong), akan tetapi,

85 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta,Pradnya Paramita, 2008, hlm. 346

khususnya dalam bidang hukum, kata tort berkembang sedemikian rupa sehingga berarti kesalahan perdata yang bukan berasal wanprestasi. Jadi serupa dengan pengertian perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) dalam sistem hukum Belanda atau di negara-negara Eropa Kontinental lainnya. Kata tort berasal dari kata latin “torquere” atau “tortus” dalam bahasa Prancis, seperti kata wrong berasal dari “wrung”, yang berarti kesalahan atau kerugian (injury).86

Semula banyak pihak meragukan apakah perbuatan melawan hukum memang merupakan suatu bidang hukum tersendiri atau hanya merupakan keranjang sampah.Perbuatan melawan hukum dianggap sebagai kumpulan pengertian-pengertian hukum yang berserak-serakan dan tidak masuk ke salah satu bidang hukum yang sudah ada. Barupada pertengahan abad ke-19, perbuatan melawan hukum mulai diperhitungkan sebagai sebuah bidang hukum tersendiri di negara-negara Eropa Kontinental, baik di negara-negara Eropa Kontinental, misalnya di Belanda dengan istilah “onrechmatige daad”, atau di negara-negara Anglo Saxon, dengan istilah tort.87

1. Keadaan memaksa (overmacht);

Hal-hal yang menghilangkan sifat melawan hukum (alasan pembenar).

Rosa Agustina menyatakan ada 4 hal yang pada umumnya telah lazim sebagai alasan pembenar yaitu:

Overmacht ialah salah satu paksaan/dorongan yang datangnya dari luar yang tak dapat dielakkan atau harus dielakkan.Overmacht adakalanya merupakan

86ibid

87 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Bandung: Citra

alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond) dan adakalanya alasan pemaaf (schulduitsluitingsgrond), hal ini karena keadaan overmacht mempunyai sifat

yang berbeda dan tidak harus menimbulkan akibat yang sama.Overmachtmemiliki bentuk tertentu, yaitu noodtoestand yang timbul disebabkan oleh konflik kewajiban-kewajiban. Terdapat noodtoestand apabila kewajiban untuk tidak melakukan suatu perbuatan karena melawan hukum ditiadakan oleh suatu kewajiban lain atau suatu kepentingan yang lebih tinggi tingkatnya. Overmacht dapat bersifat mutlak (absolut) atau relatif. Disebut mutlak apabila setiap orang dalam keadaan terpaksa harus melakukan perbuatan yang pada umumnya merupakan perbuatan melawan hukum88

Di dalam pembelaan terpaksa, seseorang melakukan perbuatan yang terpaksa untuk membela diri sendiri atau orang lain, kehormatan atau barang terhadap serangan yang tiba-tiba yangbersifat melawan hukum. Setiap orang yang diserang orang lain berhak untuk membela diri. Jika dalam pembelaan tersebut, ia terpaksa melakukan perbuatan melawan hukum, maka sifat melawan hukum dari perbuatan tersebut menjadi hilang. Untuk menentukan bahwa perbuatan tersebut merupakan bela diri, harus ada serangan yang ditujukan kepadanya dan

, sedangkan disebut relatif apabila seseorang melakukan perbuatan melawan hukum oleh karena suatu keadaan, di mana ia terpaksa melakukan perbuatan tersebut daripada mengorbankan kepentingan sendiri dengan risiko yang sangat besar.

2. Pembelaan darurat atau terpaksa (noodweer);

88 Eva Novianty, Analisa Ekonomi Dalam Penggunaan Gugatan Strict Liability Kasus Lumpur Lapindo, Program Magister Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Ekonomi Salemba Januari 2011, hlm 34

pembelaan diri tidak boleh melampaui batas.Oleh karena diserang dengan golok, untuk membela diri, maka orang tersebut menggunakan tongkat dan dipakai memukul tangan si penyerang, sehingga tangannya patah.Dalam hal ini perbuatan tersebut tidak merupakan perbuatan melawan hukum.

3. Melaksanakan Ketentuan Undang-Undang;

Perbuatan tidak merupakan perbuatan melawan hukum apabila perbuatan itu dilakukan karena melaksanakan undang-undang.Polisi yang menahan seseorang dan merampas kemerdekaannya; hakim yang menghukum terdakwa;

panitera yang melakukan sitaan tidak melakukan perbuatan melawan hukum.Suatu perbuatan berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan wewenang yang diberikan oleh undang-undang adalah melawan hukum apabila wewenang tersebut disalahgunakan atau dalam hal detournement de pouvoir.

4. Melaksanakan Perintah Atasan

Perbuatan orang yang melakukan perintah atasan yang berwenang, bukan merupakan perbuatan melawan hukum.Perintah atasan hanya berlaku sebagai alasan pembenar bagi orang yang melaksanakan perintah tersebut.Tidak menutup kemungkinan, bahwa pemerintah atau penguasa yang memberi perintah tersebut bertindak melawan hukum.Di dalam praktek, alasan pembenar ini tidak begitu penting karena biasanya penguasa yang digugat dan bukan pegawai yang melakukan perbuatan tersebut.89

D. Akibat Hukum Perbuatan Wanprestasi Terhadap Suatu Perjanjian

Ingkar janji membawa akibat yang merugikan bagi debitur, karena sejak saat tersebut debitur berkewajiban mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat dari pada ingkar janji tersebut. Akibat hukum bagi pembeli yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi berikut ini :

1. Pembeli diharuskan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh penjual (Pasal 1243 KUHPerdata). Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan.

2. Dalam perjanjian timbal balik (bilateral), wanprestasi dari satu pihak memberikan hak kepada pihak lainnya membatalkan atau memutuskan perjanjian lewat hakim (Pasal 1266 KUHPerdata).

3. Risiko beralih kepada pembeli sejak saat terjadinya wanprestasi (pasal 1237 KUHPerdata). Ketentuan ini hanya berlaku bagi perikatan untuk memberikan sesuatu.

4. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan dimuka hakim Pasal 181 ayat 1 (HIR) Herziene Inland Reglement.Pembeli yang terbukti melakukan wanprestasi tentu dikalahkan dalam perkara.Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan.

5. Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPerdata). Ini berlaku untuk semua perikatan90

Akibat hukum bagi debitur yang lalai atau melakukan wanprestasi, dapat menimbulkan hak bagi kreditur, yaitu:

90 Bambang Eko Muljono, Perlindungan Hukum Bagi Pihak Penjual Terhadap Pihak Pembeli Wanprestasi Dalam Ikatan Jual Beli Tanah, Jurnal Independent Vol 4 No. 2, tahun 2010, hlm 44

1. Menuntut pemenuhan perikatan,

2. Menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan tersebut bersifat timbal-balik, menurut pembatalan perikatan,

3. Menuntut ganti rugi,

4. Menuntut pemenuhan perikatan dengan disertai ganti rugi,

5. Menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.91

Akibat hukum yang timbul dari wanprestasi dapat juga disebabkan karena keadaan memaksa (force majour).Keadaan memaksa (force majour) yaitu salah satu alasan pembenar untuk membebaskan seseorang dari kewajiban untuk mengganti kerugian (Pasal 1244 dan Pasal 1445 KUHPerdata). Menurut undang-undang ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk adanya keadaan memaksa, yaitu:

1. Tidak memenuhi prestasi,

2. Ada sebab yang terletak di luar kesehatan debitur,

3. Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur.92

Debitur memiliki kewajiban untuk mememuhi prestasi sebagaimana diperjanjikan, dan apabila debitur tidak memenuhinya maka ia dapat dimintakan pertanggungjawaban dalam bentuk membayar ganti rugi kepada kreditur. Namun KUHPerdata memberikan pengecualiannya. KUHPerdata memberikan tiga alasan yang dapat digunakan oleh debitur yang dituduh lalai, yaitu:

a) Force Majeure.

91 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm 81-84

Kadang kala suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan disebabkan diluar kontrol atau kekuasaan pihak yang berkewajiban. Kondisi ini disebut force majure, atau keadaan kahar, atau overmacht. Force majeure adalah

keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak.Keadaan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara si debitur tidak dalam keadaan beritikad buruk.93

b) Kreditur sendiri telah lalai (exceptio non adimpleti contractrus)

Dalam perjanjian timbal balik (bersegi dua), masing-masing pihak dalam perjanjian tersebut bertindak sebagai kreditur dan debitur. Artinya masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang saling berkaitan, tidak dipenuhinya salah satu kewajiban salah satu pihak akan menyebabkan pemenuhan prestasi pihak lawan. Dalam perjanjian apabila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian (wanprestasi) maka timbullah hak untuk membatalkan perjanjian, namun hak itu hilang apabila pihak yang menuntut pembatalan tersebut juga melakukan wanprestasi.Misalkan dalam perjanjian jual beli, penjual menolak untuk melakukan penyerahan barang, karena si pembeli tidak membayar harganya.94

c) Kreditur telah melepaskan haknya.

Kreditur dapat juga dikatakan telah melepaskan haknya untuk mengajukan gugatan ganti kerugian akibat wanprestasinya seseorang, apabila dengan

93 Ibid., hlm 113

94Harlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung 2010, hlm. 233.

persetujuannya atau dengan tindakannya.Dalam hal lepasnya hak kreditur dengan dilakukannya tindakan, si kreditur melakukan suatu tindakan yang menurut hukum tindakan tersebut merupakan “pelepasan” hak si kreditur.

Misalkan dalam hal adanya cacat tersembunyi, dalam hal si kreditur membeli barang yang cacat tersembunyi, maka ia mempunyai hak untuk menuntut dengan dasar wanprestasi (wenprestasi khusus) kepada penjual, namun apabila si pembeli membeli kembali barang yang sama untuk kedua kalinya dimana pada barang tersebut terdapat cacat tersembunyi maka si pembeli telah melepaskan haknya untuk menuntut.

BAB IV

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DALAM SENGKETA PERJANJIAN JUAL BELI DALAM PUTUSAN PERKARA NOMOR

358/PDT.G/2014/PN.JKT.TIM

A. Upaya Penyelesaian Wanprestasi

Dalam hal terjadinya wanprestasi seperti keterlambatan prestasi dari jangka waktu yang telah ditetapkan, apabila menimbulkan perselisihan diantara para pihak maka berdasarkan Pasal 94 ayat (1) Perpres No. 4 Tahun 2015 bahwa dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dengan penyedia barang / jasa pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalu musyawarah untuk mufakat. Selanjutnya dalam ayat (2) dinyatakan bahwa dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Merujuk pada ketentuan pasal tersebut maka para pihak yang bersengketa yang tidak mencapai kesepakatan melalui musyawarah dapat melalui penyelesaian secara litigasi yaitu melalui pengadilan dan secara non litigasi yaitu metode alternatif penyelesaian sengketa.

Hal ini berarti bahwa alternatif penyelesaian sengketa merupakan istilah umum yang mengacu pada alternatif melalui pengadilan ajudikasi sengketa seperti negosiasi, mediasi, arbitrase, peradilan mini, dan peradilan yang singkat.

Alternatif penyelesaian sengketa yang biasa disebut penyelesaian sengketa non litigasi dengan merupakan bentuk penyelesaian sengketa selain proses peradilan,

baik yang berdasarkan pendekatan konsensus maupun yang tidak berdasarkan konsensus. Adapun yang merupakan pendekatan konsensus adalah penyelesaian melalui negosiasi, mediasi dan konsiliasi, sedangkan untuk pendekatan tidak berdasarkan konsensus adalah arbitrase.95

4. Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan mempertemukan para pihak yang berselisih dengan didampingi pihak ketiga yang netral dan bersifat aktif.

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 mengatur tentang bentuk dan mekanisme hukum penyelesaian sengketa diluar pengadilan baik melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli serta melalui arbitrase. Begitu pula dalam kontrak pengadaan barang / jasa maka penyelesaiannya yang dapat ditempuh adalah :

1. Negosiasi sebagai lembaga penyelesaian sengketa alternatif adalah suatu proses yang berlangsung secara sukrela antara pihak - pihak yang sedang bersengketa atau beda pendapat, dimana mereka saling bertatap muka untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa bantuan pihak lain;

2. Konsultasi adalah pertemuan dua pihak atau lebih untuk membahas atau meminta pertimbangan atas masalah atau sengketa atau beda pendapat yang sedang dihadapi, untuk dapat dicarikan penyelesaiannya secara bersama;

3. Mediasi adalah bentuk penyelesaian alternatif dengan bantuan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak, serta tidak sebagai pengambil keputusan karena mediator hanya sebagai fasilitator saja;

95I Ketut Artadi & I Dewa Nyoman Rai Asmara, Implementasi Ketentuanketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Denpasar, 2014 ,

Konsiliator berkewajiban memberikan anjuran kepada para pihak yang bersengketa;

5. Pendapat ahli hampir sama dengan konsultasi, namun pendapat ahli pihak konsultan memberikan pendapatnya secara rinci terhadap sengketa yang dimintakan konsultasi, yang dipakai untuk menyelesaikan sengketa.

6. Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.96

B. Duduk Perkara Putusan Nomor 358/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim

Perkara bermula atas surat gugatan tergugat pada tanggal 15 oktober 2014 dan di daftarkan ke Kepanitraan Pengadilan Negri Jakarta timur pada tanggal 17 oktober 2014 dalam nomor register 358/PDT.G/2014/PN.jkt.Tim. Penggugat yang bernama Hj. FARIDA yang beralamat di jalan swadaya II Nomor 19 RT.12, RW 3, kelurahan pondok kelapa, kecamatan duren sawit, Jakarta Timur, yang dalam hal ini di damping oleh kuasa hukumnya yang bernama SURYADI DARU CAHYONO, SH M.H.hum., INTAN SIAGIAN, SH., masing masing sebagai advokat, kuasa hukum yang berkantor di “SDC LAWFIRM” SURYADI DARU CAHYONO & ASSOCIATES, yang beralamat di ruko nuansa 7A, jalan haji miran, pondok kopi duren sawit, Jakarta Timur 13260, berdasaran surat kuasa khusus pada tanggal 22 sptember 2014, dan telah di daftarkan di Kepanitraan Peradilan Negri Jakarta Pusat, pada tanggal 17 Oktober 2014 dan tergugat yaitu

96 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm. 140.

Nyonya NANI SUNIARTI Ibu rumah tangga yang beralamat di jalan Petojo Binatu II, No. 21 RT.009, RW.008, Kelurahan Petojo Utara, kecamatan gambir Jakarta Pusat.

Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 15 Oktober 2014 yang diterima di kepanitraan Pengadilan Negri Jakarta Pusat pada tanggal 17 Oktober 2014 dalam Register Nomor 358/PDT.G/2014/PN/Jkt.Tim telah mengemukakan pada pokoknya sebagai berikut.

Pada tanggal 10 september 1992 sebelum penggugat menempati dan menguasai tanah tersebut penggugat melakukan perjanjian jual beli dengan tergugat berdasarkan surat perjanjian jual-beli tanah dan rumah yang di buat secara dibawah tangan, dengan di saksikan oleh MISBACH dan EDIE SAPUTRA dan perjanjian tersebut telah di Waarmerklng oleh Notaris H. Rizul Sudarmadi, S.H, M.Kn., Notaris Jakarta Nomor Peg 6744/2014 tanggal 8 Juli 2014. Bahwa dalam pembelian tanah dan rumah tersebut Penggugat telah menyerahkan sejumblah uang kepada Tergugat sebesar Rp. 37.500.000,- (tiga puluh tujuh juta limaratus ribu rupiah), pembayaran tanah dan rumah tetsebut dilakukan di jalan Swakarsa II No. 19 RT. 012 RW. 03, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.Dan penjual telah memberikan kuitansi pembayaran kepada pembeli Hj.Farida.

Walaupun penggugat telah melunasi jual beli tanah dan bangunan rumah yang telah di tempatinya kurang lebih 20 tahun antara penggugat dan tergugat belum pernah membuat akta jual beli di hadapan PPAT/Notaris sebagaimana

ditentukan dalam PP No 24 tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Penggugat selaku pemilik tanah dan bangunan rumah tersebut telah melakukan balik nama PBB menjadi atas nama Farida (penggugat) dan telah melaksanakan kewajiban sebagai Wajib Pajak PBB dengan baik selama kurang lebih 20 tahun. Dan semakin bertambahnya usia penggugat guna menjamin kepastian atas kepemilikan tanah dan bangunan rumah tersebut maka kiranya sangat penting bagi penggugat memerlukan suatu keputusan hukum sebagai dasar guna menjamin pelaksanaan Peralihan Hak dan Pendaftaran Hak sebagai mana PP no. 24 tahun 1997 dapat dilaksanakan.

Penggugat telah berupaya mencari tergugat sejak tahun 1993 guna pembuatan akta jual-beli atas tanah dan bangunan rumah tetapi tidak berhasil menemukan tergugat , dan informasi dari saudara tergugat, tetgugat telah menikah dengan orang asing. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 1457 KUHPerdata dan Pasal 1458 KUHPerdata maka jual-beli antara Nani Suniarti selaku penjual dan (tergugat) dengan Ibu Farida selaku pembeli (penggugat) telah terpenuhi secara sempurna.

Penggugat sebelum membeli tanah dan bangunan objek sengketa tersebut, tergugat pada waktu itu menjamin tanah dan bangunan rumah tersebut sebagai miliknya sendiri yang sah dan berwewenang untuk menjual dengan dokumen-dokumen kepemilikan tanah dan bangunan tersbut dengan mengajukan bukti-bukti kepemilikannya kepada penggugat berdasarkan , surat daftar keterangan Objek Pajak Untuk Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan Tanah Milik Adat No.

3883, ats nama Nani Suniarti tertulis dengan alamat lengkapnya di keluarkan oleh Pelayanan Kantor Pajak Bumi dan Bangunan tertanggal 27 Agustus 1991, Akta Jual Beli No. 252/ Duren Sawit/1991 tanggal 7 juni 1991 yang di buat oleh Drs.

Haji Mohammad Soleh Soeprapto Camat Duren Sawit dahulu selaku Pejaabat Pembuat Akta Tanah di wilayah Duren Sawit.

Maka dengan penguraian penggugat yang di jelaskan di atas maka inti dari gugatan ini adalah kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Timur dapat diputuskan pembeli yang sah berkenaan belum ada kepastian hukum tanah dan bangunan rumah sehubungan dengan raibnya (tindakan penjual) maka tindakan tergugat dapat dikualiikasikan Perbuatan ingkar janji (wanpretasi), telah cukup membuktikan telah merugikan Penggugat tidak melaksanakan jual beli di hadapan PPAT/notaris.

Berdasarkan dalil-dalil yang telah penggugat uraikan tersebut, Penggugat memohon dengan hormat kepada pengadilan Jakarta Pusat agar berkenan memeriksa dan mengadili, serta memutuskan sebagai berikut;

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk Seluruhnya

2. Menyatakan Penggugat adalah Pembeli yang sah atas sebidang tanah dan bangunan diatas Hak Milik Adat Tanah Milik Adat No. 3883 Persil 47 Kelas D.I, seluas kurang lebih 152m2 (sratus lima puluh dua meter persegi) atas nama Nani Suniarti.

3. Menyatakan Tergugat telah Ingkar Janji (wanprestasi) atau belum melaksanakan pemenuhan kewajiban untuk melaksanakan jual beli (pralihan hak) atas tanah sebagaimana peraturan pemerintah No.24 tahun 1997.

4. Menghukum dan Memerintahkan tergugat untuk memberikan ijin kepada Penggugat untuk melangsungkan Peralihan Hak Atas Tanah di hadapan Notaris /PPAT yang berwewenang, guna melakukan perbuatan hukum penandatanganan Akta Jual Beli Notaris/PPAT untuk melakukan peralihan hak kepada penggugat sendiri atau orang lain.

5. Memerintahkan dan memberikan ijin kepada Notaris/ PPAT yang berwenang atas tanah tersebut untuk melangsungkan pembuatan Akta Jual Beli (peralihan hak) kepada penggugat.

6. Menghukum penggugat untuk membayar seluruh perkara ini.

C. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hukum hakim dalam kasus wanprestasi jual-beli atas tanah adalah sebagai berikut:

Tergugat telah di panggil secara patut untuk hadir dalam persidangan tetapi tergugat tidak hadir dan tidak menyuruh orang lain sebagai wakil atau kuasa hukumnya, harus dinyatakan tidak hadir dan gugatan tersebut diperiksa dengan tanpa hadirnya tergugat atau verstek.

Sebelum mempertimbangkan pokok perkara Majelis akan terlebih dahulu mempertimbangkan kewenangan Peradilan Negri Jakarta Timur dalam perkara.

Tergugat terkahir tinggal di Jl. Petojo Binatu II, No. 21 RT. 009 RW.08

Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, dan sekarang sudah tidak diketahui lagi alamatnya baik didalam maupun diluar Wilayah Republik Indonesia.

Bahwa berdasarkan Pasal 118 ayat (3) HIR Tergugat tidak diketahui tempat diam atau tempat tinggal yang sebenarnya maka diajukan kepada ketua Pengadilan Negri di tempat tinggal penggugat, atau salah satu penggugat.

Pengadilan Negri Jakarta Timur berwewenag mengadili perkara a quo di karenakan penggugat bertempat tinggal di Jalan Swakarsa II Nomor 19, RT.012, RW.003, Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren sawit, Jakarta Timur.

Majelis hakim akan mempertimbangkan gugatan penggugat, yang pada pokok perkaranya menyatakan bahwa tergugat telah ingkar janji atau wanprestasi dan menyatakan penggugat adalah Pembeli yang sah atas sebidang tanah dan bangunan diats Hak Milik Adat No. 3883 Persil 47 Kelass D.I, seluas kurang lebih 52M2 (seratus lima pulih dua meter persegi) dengan batas-batas tanah:

Sebelah utara :Tanah Bapak Jamil Sebelah Timur : Tanah Bapak Miaan Sebelah selatan : Rencana Jalan Sebelah Barat : Tanah Bapak Sakim

Yang terletak di Jalan Swakarsa II Nomor 19, RT.012, RW.003, Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren sawit, Jakarta Timur.Dan sekaligus memerintahakan kepada tergugat untuk memberikan ijin kepada penggugat untuk melangsungkan peralihan atas hak atas tanah tersebut serta memerintahkan dan

memberi izin PPAT/notaris yang berwewenang untuk membuatkan Akta Jual-beli terhadap tanah tersebut.

Berdasarkan bukti P-1 berupa surat perjanjian jual beli tanah dan rumah pada tanggal 10 september 1992 tersebut antara penggugat selaku pembeli dan tergugat selaku penjual pada tanggal itu juga penggugat telah membeli tanah berikut beserta dengan bangunannya yang terletak di Jalan Swakarsa II Nomor 19, RT.012, RW.003, Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren sawit, Jakarta Timur.dengan luas 152 m2 dengan nomor adat C574 Persil 47. Yang mana disebut sebagai tanah objek sengketa dan penggugat telah membayar harga tanah objek sengketa tersebut tergugat pada harga itu juga sessuai kuitansi tanggal 10 September 1992. Dan surat jual beli tersebut dibuat secara dibawah tanggan namun telah Waarmerking oleh Notaris H Rizul Sudarmadi, SH, MKn., tanggal 08 Juli 2014, sehingga dengan demikian Surat Perjanjian Jual Beli tanah dan bangunan dibawah tangan tanggal 10 September 1992 antara penggugat dengan tergugat sah menurut hukum dan mengikat kedua belah pihak.

Berdasarkan surat pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2014 tanah tersebut telah diatas-namakan penggugat, demikian pula sesuai dengan hasil Pemeriksaan setempat, tanah sengketa tersebut secara fisik telah dikuasai dan di tempati oleh Penggugat, namun dikarenakan Tergugat sampai saat ini tidak diketahui tempat diam atau tempat tinggal yang sebenarnya sehingga Penggugat tidak dapat melakukan balik nama terhadap tanah sengketa tersebut.

Berdasarkan pertimbangan-petimbangan hakim diatas Penggugat telah berhasil membuktikan seluruh Dalil-dalil Gugatannya, sehingga oleh karenannya maka seluruh gugatan penggugat haruslah dikabulkan seluruhnya dengan verstek.

Oleh karena Penggugat seluruh gugatannya dikabulkan dengan verstek maka Tergugat dihukum untuk membayar perkara ini.

D. Putusan Pengadilan

Menimbang, bahwa Tergugat memperoleh tanah tersebut di atas karena

Menimbang, bahwa Tergugat memperoleh tanah tersebut di atas karena

Dokumen terkait