• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor dengan lima ulangan. Faktor pertama adalah kombinasi ZPT yang terpilih masing-masing pada percobaan 1a (NAA 100 ppm) dan 1b (GA3 50 ppm). Faktor kedua adalah periode simpan subang 0, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah panen (MSP). Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 5 subang, sehingga total benih yang digunakan adalah 250 subang. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, data dianalisis ragam pada taraf kepercayaan 5 %. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%.

Faktor I adalah satu perlakuan ZPT terpilih masing-masing pada percobaan 1a dan 1b, yaitu:

F1 = NAA 100 ppm F2 = GA350 ppm

Faktor II adalah umur simpan subang dari panen, yaitu: U1 = 0 MSP

U2 = 2 MSP U3 = 4 MSP U4 = 6 MSP U5 = 8 MSP

Subang disimpan pada kondisi ruang sejak panen

Model linear aditif dari rancangan perlakuan ini adalah sebagai berikut :

Y

ijk

= µ +α

i

+β

j

+ (αβ)

ij

+ ρ

k

+ε

ijk

Keterangan : i = 1,2 j = 1,2,3,4,5

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor I taraf ke-i faktor II taraf ke-j dan kelompok ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh utama perlakuan ZPT ke-i

βj = Pengaruh utama umur subang ke-j

(αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor I dan faktor II ρk = Pengaruh aditif dari kelompok

18

Pelaksanaan Penelitian

Percobaan menggunakan subang gladiol yang sudah dipanen dan dibersihkan. Perlakuan zat pengatur tumbuh dilakukan dengan cara subang direndam dalam larutan ZPT yang dipilih dari percobaan 1a dan 1b terhadap subang berbagai umur simpan 0, 2, 4, 6 dan 8 MSP. Subang kemudian disimpan dalam rak dan diamati.

Pengamatan Peubah yang diamati pada percobaan ini adalah :

1. Jumlah mata tunas potensial yang terdapat pada setiap subang. 2. Waktu muncul primordia akar.

3. Waktu muncul tunas mencapai 0.5 cm dan 1.0 cm pada subang. 4. Jumlah tunas yang tumbuh pada setiap subang.

0 5 10 15 20 25 30 35

April M ei Juni Juli

Jam 08.00 Jam 13.00 Jam 16.00 Waktu pengamatan Anak subang Subang lama Subang baru

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Subang baru gladiol terbentuk seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Subang baru tumbuh diatas subang lama, ketika subang lama mengering dan mengkerut. Pertumbuhan subang baru diikuti juga dengan terbentuknya anak-anak subang yang tumbuh mengelilingi subang baru (Gambar 7).

Gambar 7 Subang baru dan anak subang yang tumbuh diatas subang lama selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Percobaan pematahan dormansi dilakukan di ruang penyimpanan pada kondisi ruang simpan. Suhu udara pada pukul 08.00 pagi berkisar 19.2-22.3 oC, pukul 13.00 siang berkisar 25.1-30.7oC sedangkan pada pukul 16.00 sore berkisar 19.6-27.8 oC (Gambar 8). Suhu udara siang hari dalam ruang penyimpanan lebih tinggi dibanding suhu pada pagi dan sore hari. Suhu siang dan sore hari lebih berfluktuasi dibandingkan dengan suhu pagi hari.

Gambar 8 Suhu udara pada ruang simpan Suhu

20

RH (%)

Waktu pengamatan

Kelembaban udara pada siang hari lebih rendah daripada pagi dan sore hari (Gambar 9), berkisar 51.0-66.6 %, sedangkan kelembaban udara pagi hari berkisar 66.5-81.2 % dan sore hari berkisar 65.4-71.6 %. Fluktuasi kelembaban udara lebih tinggi pada siang hari dibandingkan dengan pagi dan sore hari.

Gambar 9 Kelembaban udara ruang simpan

Hama yang muncul selama dalam penyimpanan adalah kutu putih. Kutu putih biasanya berada disekitar calon mata tunas dan disekitar tempat primordia akar muncul (Gambar 10). Selama percobaan di ruang simpan, pengendalian kutu putih dilakukan secara mekanis dengan membuang kutu putih tersebut menggunakan sikat.

Gambar 10 Subang terserang hama kutu putih (Pseudococcussp.)

Hama kutu putih merusak subang di penyimpanan dan di lapang, dengan menusukkan alat penghisap/stilet yang halus, panjang dan tajam ke dalam jaringan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

April M ei Juni Juli

Jam 08.00 Jam 13.00 Jam 16.00

21

subang dan menghisap cairan tanaman, mengakibatkan tunas atau akar terhambat pertumbuhannya.

Percobaan 1 Pematahan dormansi subang gladiol dengan zat pengatur tumbuh

Hasil penelitian secara keseluruhan memperlihatkan bahwa perlakuan ZPT pada subang gladiol mempercepat pertumbuhan primordia akar dan tunas dibandingkan dengan tanpa perlakuan ZPT (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dapat mempercepat pematahan dormansi pada subang.

1. a. Pengaruh NAA dan BAP terhadap pematahan dormansi subang gladiol

Perlakuan kombinasi NAA dan BAP pada percobaan 1a mempengaruhi waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm dan waktu bertunas 1.0 cm. Akan tetapi perlakuan tersebut tidak mempengaruhi jumlah mata tunas potensial dan jumlah tunas yang tumbuh (Tabel 4).

Tabel 4 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi NAA dan BAP terhadap waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm, waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah mata tunas yang tumbuh

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata, **= berpengaruh nyata, HSP= hari setelah perlakuan.

Waktu muncul primordia akar pada subang tanpa perlakuan ZPT adalah 79 hari setelah perlakuan (Tabel 5). Apabila dihitung sejak dari panen, maka waktu muncul primordia akar sekitar 93 hari karena perlakuan diberikan dua minggu setelah subang dipanen.

Perlakuan NAA 50 ppm menghasilkan primordia akar muncul lebih cepat sekitar 20 hari (59.6 HSP) dibandingkan dengan kontrol (79.1 HSP) (Tabel 5). Penelitian Herlina et al. (1995) menunjukkan hasil yang serupa bahwa perendaman subang utuh gladiol kultivar Dr. Mansoer berukuran besar selama 24

Peubah Perlakuan kombinasi NAA + BAP

KK (%)

Waktu muncul primordia akar (HSP) ** 5.4

Waktu bertunas 0.5 cm (HSP) ** 3.1

Waktu bertunas 1.0 cm (HSP) ** 2.6

Jumlah mata tunas potensial tn 7.0

22

jam dengan NAA 50 ppm, subang berakar 34.1 hari setelah perlakuan, lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (74.6 hari). Dalam penelitian ini perlakuan yang sama menghasilkan pemunculan akar yang lebih lama. Hal ini diduga karena ukuran subang yang lebih kecil (sedang). Sanjaya (1995) menyatakan bahwa semakin besar ukuran subang semakin cepat patah dormansi.

Peningkatan konsentrasi NAA sampai 100 ppm mempercepat waktu muncul primordia akar sampai 24 hari (55.2 HSP) dibandingkan dengan kontrol (79.1 HSP) dan lebih cepat 5 hari dibandingkan dengan NAA 50 ppm. Peningkatan konsentrasi NAA 150 ppm tidak mempercepat waktu muncul primordia akar dibandingkan dengan perlakuan NAA 100 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan NAA 100 ppm lebih efektif menginduksi munculnya primordia akar dibandingkan dengan NAA 50 dan 150 ppm.

Tabel 5 Pengaruh kombinasi NAA dan BAP terhadap waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm, waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah tunas yang tumbuh

Keterangan: Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT (α=0.05), HSP= hari setelah perlakuan.

Perbanyakan secara in vitro hasil penelitian Budiarto (2009) menunjukkan bahwa tanpa BA peningkatan konsentrasi NAA sampai 2 mg/l dalam medium MS menginduksi perkembangan akar disertai pembentukan anak subang pada plantlet

Perlakuan konsentrasi (ppm) NAA + BAP Waktu muncul primordia akar (HSP) Waktu bertunas 0.5 cm (HSP) Waktu bertunas 1.0 cm (HSP) Jumlah mata tunas potensial Jumlah tunas yang tumbuh P1 (0 + 0) 79.1 e 87.6 d 96.7 g 4.6 a 1.00 a P2 (50 + 0) 59.6 d 68.4 c 84.0 f 4.4 a 1.00 a P3 (100 + 0) 55.2 abc 66.6 abc 80.1 e 4.5 a 1.00 a P4 (150 + 0) 54.0 abc 65.0 ab 78.0 b-e 4.3 a 1.00 a P5 (0 + 50) 57.4 cd 67.3 abc 76.6 a-d 4.6 a 1.04 a P6 (0 + 100) 53.3 abc 65.0 ab 76.0 abc 4.7 a 1.04 a P7 (0 + 150) 56.7 bcd 66.8 abc 76.7 a-d 4.4 a 1.04 a P8 (50 + 50) 52.4 ab 64.4 a 74.9 a 4.6 a 1.04 a P9 (50 + 100) 52.0 a 64.4 a 75.7 ab 4.6 a 1.00 a P10 (50 + 150) 55.9 a-d 67.9 bc 79.1 cde 4.5 a 1.00 a P11 (100 + 50) 53.8 abc 67.7 bc 78.9 cde 4.5 a 1.00 a P12 (100 + 100) 52.5 ab 66.9 abc 76.8 a-d 4.7 a 1.04 a P13 (100 + 150) 52.3 ab 65.4 abc 76.6 a-d 4.7 a 1.04 a P14 (150 + 50) 54.9 abc 66.4 abc 77.2 a-e 4.5 a 1.00 a P15 (150 + 100) 54.6 abc 67.5 abc 79.4 de 4.4 a 1.00 a P16 (150 + 150) 55.3 abc 68.2 c 79.1 cde 4.4 a 1.00 a

23

gladiol varietas Nabila, Clara dan Kaifa, 45 hari setelah sub kultur. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Giglou & Hajieghrari (2008) dilaporkan bahwa NAA dapat dipergunakan untuk menstimulir pembentukan akarGladiolus grandiflorus pada saat perbanyakan secarain vitro. Perlakuan NAA 2 ppm tanpa BAP menghasilkan jumlah akar rata-rata 20.8 per eksplan yang lebih banyak dibandingkan dengan NAA 1.0 ppm (15.6/eksplan), 0.5 ppm (14.4/eksplan) dan kontrol (12.2/eksplan).

Perlakuan ZPT pada subang gladiol mempercepat pertumbuhan primordia akar pada subang yang berupa bintik putih melingkar di bagian bawah subang (Gambar 11). Perlakuan BAP 50 ppm mempercepat waktu muncul primordia akar 57.4 HSP, lebih cepat 22 hari dibandingkan dengan kontrol (79.1 HSP). Peningkatan konsentrasi BAP 100 dan 150 ppm tidak mempercepat waktu muncul primordia akar dibandingkan dengan perlakuan BAP 50 ppm (Tabel 5).

Gambar 11 Subang tanpa perlakuan ZPT belum muncul primordia akar (a) dan subang dengan perlakuan ZPT lebih dahulu muncul primordia akar melingkar di bagian bawah subang (b)

Percepatan pembentukan primordia akar oleh NAA atau BAP pada konsentrasi yang sama tidak berbeda nyata. Pemberian NAA menstimulir pembesaran sel dan pembentukan akar, sedangkan BAP akan mendorong proses pembelahan sel, sehingga laju pertumbuhan pembentukan primordia akar dengan perlakuan NAA atau BAP tidak berbeda nyata.

Kombinasi NAA dan BAP pada berbagai konsentrasi mempercepat pembentukan primordia akar yang tidak berbeda nyata dengan NAA atau BAP tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi antara NAA dan BAP tidak terjadi efek sinergis yang memperbesar pengaruhnya dibandingkan dengan pemberian secara tunggal.

b a

24

Perlakuan ZPT mempercepat waktu tumbuh tunas dibandingkan dengan kontrol (Gambar 12). Perlakuan NAA 50 ppm menghasilkan waktu bertunas 0.5 cm lebih cepat sekitar 19 hari (68.4 HSP) dibandingkan dengan kontrol (87.6 HSP) (Tabel 5). Peningkatan konsentrasi NAA 100 dan 150 ppm memperlihatkan waktu bertunas 0.5 cm lebih cepat 2-3 hari dibandingkan dengan NAA 50 ppm. Hasil penelitian Herlinaet al. (1995) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman NAA 50 ppm selama 24 jam pada subang utuh berukuran besar varietas Dr. Mansoer mempercepat waktu bertunas 43 hari dibanding kontrol.

Gambar 12 Subang tanpa perlakuan ZPT belum muncul tunas (a) dan subang dengan perlakuan ZPT lebih dahulu muncul tunas (b)

Perlakuan BAP 50 ppm menunjukkan percepatan waktu bertunas 0.5 cm lebih cepat 20 hari (67.3 HSP) dibandingkan dengan kontrol (87.6 HSP) (Tabel 5). Peningkatan konsentrasi BAP sampai 100 dan 150 ppm berpengaruh sama dengan BAP 50 ppm. Hasil pengamatan ini sejalan dengan penelitian Thohirah et al.

(2010) yang menggunakan BAP pada konsentrasi 100 dan 150 ppm untuk mematahkan dormansi tunas pada rimpang Curcuma alismatifolia. Rimpang bertunas 2 hari lebih cepat daripada tanpa perlakuan.

Perlakuan NAA 50 ppm menghasilkan waktu bertunas 1.0 cm (84.0 HSP), lebih cepat sekitar 12 hari dibandingkan dengan kontrol (96.7 HSP) (Tabel 5). Peningkatan konsentrasi NAA sampai 100 ppm waktu bertunas 1.0 cm lebih cepat 16 hari dibandingkan dengan tanpa ZPT dan lebih cepat 4 hari dibandingkan dengan perlakuan NAA 50 ppm. Hasil penelitian Kumar et al. (2009) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman subang gladiol American Beauty selama 24 jam sebelum tanam dengan NAA 100 ppm, subang di lahan lebih cepat bertunas 1 hari dibandingkan dengan NAA 50 ppm.

b a

25

Perlakuan BAP 50 ppm mempercepat waktu bertunas 1.0 cm (76.6 HSP), lebih cepat 20 hari dibandingkan dengan kontrol (96.7 HSP) (Tabel 5). Peningkatan konsentrasi BAP 100 dan 150 ppm tidak mempercepat waktu bertunas 1.0 cm dibandingkan dengan perlakuan BAP 50 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan BAP 50 lebih efektif mempercepat muncul tunas 1.0 cm pada subang gladiol.

Perlakuan kombinasi NAA dengan BAP mempercepat waktu muncul primordia akar (52.0-55.9 HSP), waktu bertunas 0.5 cm (64.4-68.2 HSP), dan waktu bertunas 1.0 cm (74.9-79.4 HSP) lebih cepat dibandingkan dengan kontrol, berturut-turut 79.1 HSP, 87.6 HSP dan 96.7 HSP (Tabel 5). Perlakuan kombinasi NAA dengan BAP tidak berbeda nyata dengan perlakuan NAA atau BAP tunggal. Perlakuan kombinasi NAA 50 ppm + BAP 50 ppm menunjukkan paling cepat waktu muncul primordia akar (52.4 HSP), waktu bertunas 0.5 cm (64.3 HSP) dan waktu bertunas 1.0 cm (74.9 HSP).

Jumlah mata tunas potensial rata-rata semua perlakuan tidak berbeda nyata berkisar 4.3-4.7 tunas/subang. Meskipun demikian tunas yang tumbuh dan berkembang memanjang hanya 1 tunas per subang untuk semua perlakuan, yang memberikan indikasi adanya dominansi apikal. Pada umumnya tunas yang tumbuh adalah tunas yang terletak di tengah subang.

1. b. Pengaruh GA3dan BAP terhadap pematahan dormansi subang gladiol

Perlakuan GA3 dan BAP mempengaruhi waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm dan waktu bertunas 1.0 cm. Akan tetapi jumlah mata tunas yang tumbuh pada subang tidak dipengaruhi perlakuan ZPT tersebut (Tabel 6). Tabel 6 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi GA3 dan BAP terhadap

waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm, waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah mata tunas yang tumbuh

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata, **= berpengaruh nyata, HSP= hari setelah perlakuan.

Peubah Perlakuan kombinasi

GA3+ BAP KK (%) Waktu muncul primordia akar (HSP) ** 3.6

Waktu bertunas 0.5 cm (HSP) ** 3.7

Waktu bertunas 1.0 cm (HSP) ** 3.2

Jumlah mata tunas potensial tn 5.6

26

Perlakuan GA350 ppm (56.2 HSP) mempercepat waktu muncul primordia akar 22 hari lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (78.2 HSP). Perlakuan GA3

50 ppm lebih efektif dibandingkan dengan GA3100 ppm dan 150 ppm karena peningkatan konsentrasi GA3 tidak mempercepat waktu muncul primordia akar (Tabel 7).

Hasil penelitian Rahman et al. (2006) menunjukkan bahwa GA3

berpengaruh terhadap pertumbuhan akar pada pematahan dormansi bawang putih. Bawang putih yang tidak mendapat perlakuan GA3 (kontrol) tidak dapat membentuk akar, sedangkan perlakuan perendaman 24 jam sebelum tanam dengan GA3125, 250 dan 500 ppm menstimulir pembentukan akar 4.0-6.0 buah. Tabel 7 Pengaruh kombinasi GA3 dan BAP terhadap waktu muncul primordia

akar, waktu bertunas 0.5 cm dan waktu bertunas 1.0 cm, jumlah mata tunas potensial dan jumlah mata tunas yang tumbuh

Keterangan: Angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT (α=0.05), HSP= hari setelah perlakuan.

Perlakuan BAP menunjukkan waktu muncul primordia akar lebih cepat dibandingkan dengan tanpa ZPT. Perlakuan BAP 50 ppm (57.6 HSP) mempercepat waktu muncul primordia akar lebih cepat 20 hari dibandingkan dengan kontrol (78.2 HSP). Perlakuan BAP 50 ppm lebih efektif mempercepat

Perlakuan konsentrasi (ppm) GA3 + BAP Waktu muncul primordia akar (HSP) Waktu bertunas 0.5 cm (HSP) Waktu bertunas 1.0 cm (HSP) Jumlah mata tunas potensial Jumlah tunas yang tumbuh Z1 (0 + 0) 78.2 e 86.1 e 95.3 e 4.4 a 1.00 a Z2 (50 + 0) 56.2 a-d 64.4 abc 76.2 abc 4.4 a 1.00 a Z3 (100 + 0) 56.4 a-d 64.6 abc 75.9 abc 4.5 a 1.00 a Z4 (150 + 0) 57.0 bcd 67.4 cd 77.7 bcd 4.4 a 1.00 a Z5 (0 + 50) 57.6 cd 66.8 bcd 75.5 abc 4.6 a 1.05 a Z6 (0 + 100) 58.0 d 66.4 a-d 75.2 abc 4.5 a 1.05 a Z7 (0 + 150) 56.8 a-d 64.2 abc 76.4 abc 4.5 a 1.04 a Z8 (50 + 50) 54.5 ab 63.1 ab 73.3 a 4.6 a 1.05 a Z9 (50 + 100) 54.6 abc 64.8 abc 76.3 abc 4.5 a 1.04 a Z10 (50 + 150) 53.9 a 62.9 a 74.4 ab 4.7 a 1.04 a Z11 (100 + 50) 57.5 bcd 69.2 cd 81.1 cd 4.4 a 1.00 a Z12 (100 + 100) 55.6 a-d 65.5 abc 77.1 bc 4.4 a 1.04 a Z13 (100 + 150) 56.6 a-d 65.6 abc 77.5 bc 4.4 a 1.00 a Z14 (150 + 50) 57.2 bcd 69.4 cd 81.0 cd 4.5 a 1.00 a Z15 (150 + 100) 54.7 abc 64.1 abc 76.7 abc 4.7 a 1.00 a Z16 (150 + 150) 56.8 a-d 65.9 a-d 78.2 cd 4.6 a 1.04 a

27

waktu muncul primordia akar dibandingkan dengan BAP 100 dan 150 ppm (Tabel 7).

Perlakuan kombinasi GA3 dengan BAP mempercepat waktu muncul primordia akar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Kombinasi GA3dan BAP pada berbagai konsentrasi mempercepat pembentukan primordia akar yang tidak berbeda nyata dengan GA3atau BAP tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa antara GA3 dan BAP secara bersama tidak memperbesar pengaruhnya dibandingkan dengan pemberian secara tunggal.

Perlakuan GA3 50 ppm mempercepat waktu bertunas 0.5 cm (64.4 HSP) lebih cepat 22 hari dibandingkan dengan kontrol (86.1 HSP) dan mempercepat waktu bertunas 1.0 cm (76.2 HSP) lebih cepat 19 hari dibandingkan dengan kontrol (95.3 HSP) (Tabel 7). Peningkatan konsentrasi GA3 100 dan 150 ppm tidak mempercepat waktu pertumbuhan tunas dibandingkan dengan GA350 ppm. Hasil serupa diperoleh dari penelitian Kumar et al (2009) yang menunjukkan bahwa perlakuan perendaman 10 jam sebelum tanam pada gladiol American Beauty dalam GA375, 100 dan 150 ppm menyebabkan masing-masing lebih cepat bertunas 3, 8 dan 9 hari dibanding kontrol.

Perlakuan BAP 50 ppm menunjukkan percepatan waktu bertunas 0.5 cm dan waktu bertunas 1.0 cm lebih cepat 20 hari dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Peningkatan konsentrasi BAP 100 dan 150 ppm berpengaruh sama dengan BAP 50 ppm terhadap pertumbuhan tunas. Hasil penelitian Kumar et al

(2009) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman 10 jam sebelum tanam dengan sitokinin sintetik bensil adenine (BA) 25, 50 dan 100 ppm masing-masing mempercepat bertunas di lahan 4, 5 dan 6 hari pada varietas American Beauty dan 4, 5 dan 6 hari pada varietas White Prosperity dibandingkan dengan kontrol.

Perlakuan kombinasi GA3 dengan BAP mempercepat waktu muncul primordia akar, waktu bertunas 0.5 cm dan waktu bertunas 1.0 cm dibandingkan dengan kontrol. Rossouw (2008) melaporkan bahwa kombinasi giberelin dan sitokinin dapat mengakhiri dormansi lebih awal 4-5 hari pada umbi kentang.

Ginzburg (1973) menyatakan bahwa dormansi subang gladiol disebabkan oleh ABA. Khan (1977) menyampaikan hipotesis bahwa benih dorman yang mengandung inhibitor akan dapat berkecambah jika tersedia giberelin dan sitokinin. Giberelin mempunyai peran utama dalam pengaturan perkecambahan

28 45 55 65 75 85 95 45 50 55 60 65 70 75 80 85 Waktumunculprimordia akar (HSP) W ak tu be rt un as 0. 5 cm (H SP ) 45 55 65 75 85 95 50 55 60 65 70 75 80 85 Waktumunculprimordiaakar(HSP) y = 0.8978x + 15.173 R2 = 0.8127 y = 0.7693x + 24.635 R2 = 0.8651

dan meniadakan dormansi, sedangkan sitokinin mempunyai peran sekunder memungkinkan terjadinya (permissive) perkecambahan.

Hasil analisis laboratorium pada sampel subang gladiol Nabila setelah dipanen mengandung 6.54 ppm abscisic acid (ABA). Jika diasumsikan bahwa dormansi subang gladiol disebabkan oleh adanya inhibitor, maka diperlukan GA3

dan sitokinin untuk mendorong perkecambahannya. Namun demikian, dalam penelitian ini perlakuan GA3 dan BAP secara tunggal sudah menyebabkan dormansi subang terpatahkan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam subang kemungkinan sudah terdapat hormon giberelin dan sitokinin. Dormansi subang gladiol terjadi karena ketidakseimbangan antara inhibitor, giberelin, dan sitokinin. Setelah subang mendapat perlakuan perendaman dalam GA3dan BAP maka akan terjadi keseimbangan hormonal di dalam subang, sehingga subang lebih cepat patah dormansi yang ditunjukkan dengan subang membentuk primordia akar dan tunas lebih cepat dibandingkan dengan kontrol.

Hasil analisis korelasi antara waktu muncul primordia akar dengan waktu bertunas 0.5 cm baik pada perlakuan kombinasi NAA+BAP dan GA3+BAP diperoleh nilai koefisien korelasi masing-masing 0.930 dan 0.901 dengan peluang nyata <0.0001. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara kedua peubah tersebut, yaitu semakin cepat waktu muncul primordia akar, semakin cepat waktu bertunas 0.5 cm (Gambar 13).

(a) (b)

Gambar 13 Hubungan antara waktu muncul primordia akar dan waktu bertunas 0.5 cm pada perlakuan kombinasi NAA+BAP (a) dan perlakuan kombinasi GA3+BAP (b)

29

Percobaan penanaman di lahan menggunakan subang yang sudah muncul primordia akar menunjukkan bahwa dalam waktu satu minggu akar sudah tumbuh memanjang disertai dengan pertumbuhan tunas (Gambar 14). Hal ini menunjukkan bahwa subang yang sudah membentuk primordia akar dapat segera tumbuh dan tunas memanjang. Dengan demikian patah dormansi pada subang dapat menggunakan kriteria munculnya primordia akar saja, tanpa menunggu tunas berkembang mencapai 1 cm. Kelebihan kriteria ini antara lain adalah lebih cepat dalam seleksi subang berkualitas; mempercepat waktu pindah tanam karena tidak menunggu sampai subang muncul tunas; memudahkan pengemasan dan mengurangi kerusakan pada saat pengiriman karena subang dalam keadaan belum bertunas.

Gambar 14 Pertumbuhan akar dan tunas satu minggu setelah tanam dari subang yang muncul primordia akar

Hasil percobaan 1a dan 1b menunjukkan bahwa perlakuan NAA, GA3dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah mata tunas yang tumbuh pada subang. Jumlah mata tunas potensial pada subang berkisar 4-5 buah, akan tetapi yang tumbuh hanya satu buah (Tabel 5 dan 7), diduga disebabkan karena adanya dominasi tunas utama, sehingga mata tunas samping tidak tumbuh. Sanjaya (1995) melaporkan bahwa perlakuan GA3 tidak mempengaruhi jumlah tunas per subang. Subang yang diberi perlakuan perendaman selama 48 jam dengan GA350, 100 dan 150 ppm menghasilkan tunas tumbuh dengan jumlah yang sama dengan kontrol, dengan jumlah tunas yang tumbuh berkisar 1.3-1.4 buah per subang.

Subang gladiol yang telah melewati masa dormansi dengan primordia akar yang sudah terbentuk dan tunas sudah mencapai 1.0 cm kemudian ditanam di lahan yang telah disiapkan dengan teknik budidaya sesuai rekomendasi. Hasil

30

analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ZPT tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, produksi dan kualitas bunga. Perlakuan NAA, GA3, BAP dan kombinasi NAA+BAP serta GA3+BAP memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga per tangkai dan diameter bunga (Tabel 8 dan 9).

Tabel 8 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi NAA dan BAP terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga per tangkai dan diameter bunga

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata, **= berpengaruh nyata.

Tabel 9 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kombinasi GA3 dan BAP terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga per tangkai dan diameter bunga

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata, **= berpengaruh nyata.

Perlakuan NAA, GA3, BAP, kombinasi NAA + BAP dan GA3 + BAP tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman gladiol di lahan dibandingkan dengan kontrol. Tinggi tanaman gladiol rata-rata mencapai 86.3 cm pada umur 75-80 HST (Tabel 10 dan 11), diduga pengaruh ZPT pada subang sudah tidak ada lagi, karena subang mendapatkan perlakuan ZPT jauh hari di awal penyimpanan, yaitu sebelum subang patah dormansi.

Hasil penelitian Kumar & Gautam (2011) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT berpengaruh nyata apabila diberikan sebelum penanaman. Hal ini ditunjukkan dengan perlakuan perendaman selama 24 jam pada umbi sedap malam Hyderabad double sebelum tanam, tanaman tertinggi dengan rata-rata 68.59 cm diperoleh dari perlakuan GA3 300 ppm (68.59 cm), lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (63.22 cm).

Peubah Perlakuan kombinasi NAA + BAP

KK (%)

Tinggi tanaman tn 2.7

Jumlah daun tn 2.7

Jumlah kuntum bunga per tangkai tn 2.9

Diameter bunga tn 5.0

Peubah Perlakuan kombinasi GA3+ BAP

KK (%)

Tinggi tanaman tn 2.4

Jumlah daun tn 2.7

Jumlah kuntum bunga per tangkai tn 4.7

31

Tabel 10 Pengaruh kombinasi NAA dan BAP terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga per tangkai dan diameter bunga

Perlakuan NAA, GA3, BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun gladiol di lahan. Jumlah daun rata-rata 6.6 helai pada umur 75-80 HST (Tabel 10 dan 11), kemungkinan respon terhadap pemberian ZPT dipengaruhi oleh waktu perlakuan dan organ sasaran. Hasil penelitian Kumar & Gautam (2011) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman ZPT selama 24 jam dilakukan sebelum tanam pada umbi sedap malam Hyderabaddoubledengan GA3100, 200 dan 300 ppm mempunyai jumlah daun berkisar 59.1-66.5 helai sedangkan dengan BAP 100, 200 dan 300 ppm mempunyai jumlah daun berkisar 62.6-73.0 helai, lebih banyak dibandingkan dengan kontrol yang mempunyai jumlah daun 55.1 helai.

Jumlah bunga gladiol per tangkai yang mendapat perlakuan perendaman NAA, GA3, BAP tidak berbeda nyata dengan kontrol. Jumlah bunga per tangkai rata-rata 9.3 kuntum (Tabel 10 dan 11). Hasil penelitian ini menegaskan hasil yang diperoleh Herlina et al. (1995) yang menunjukkan bahwa perendaman subang utuh gladiol Dr. Mansoer dengan GA325 ppm dan NAA 50 ppm selama 24 jam sebelum penyimpanan menghasilkan rata-rata jumlah bunga yang tidak

Perlakuan konsentrasi NAA + BAP (ppm) Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Jumlah bunga per tangkai (kuntum) Diameter bunga (cm) 0 + 0 85.69 6.60 9.20 9.32 50 + 0 85.56 6.65 9.19 9.41 100 + 0 86.92 6.68 9.24 9.25 150 + 0 85.79 6.64 9.20 9.38 0 + 50 86.02 6.60 9.20 9.34 50 + 50 86.25 6.60 9.28 9.32 100 + 50 86.94 6.62 9.25 9.34 150 + 50 86.90 6.72 9.24 9.35 0 + 100 86.20 6.64 9.28 9.40 50 + 100 86.23 6.60 9.20 9.30 100 + 100 86.93 6.55 9.25 9.38 150 + 100 85.59 6.68 9.29 9.30 0 + 150 86.14 6.64 9.24 9.40 50 + 150 85.89 6.61 9.23 9.33 100 + 150 86.10 6.64 9.24 9.36 150 + 150 85.96 6.60 9.20 9.34

32 Rata-rata 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Bulan

Curah hujan (mm) RH (%)

Penyinaran Matahari (%)

Dokumen terkait