• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Percobaan Kedua ( C. Pubescens )

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan satu perlakuan. Perlakuan lubang tanam yang dilakukan adalah dengan menggunakan ukuran 30 cm x 60 cm serta perlakuan yang hanya ditugal. Masing-masing ukuran lubang tanam memiliki kedalaman sebesar 20 cm. Masing-masing ukuran lubang tanam memiliki kedalaman sedalam 20 cm. Setiap satuan percobaan dilakukan pengulangan sebanyak sepuluh kali dengan masing-masing menggunakan dua satuan contoh, sehingga terdapat 40 satuan pengamatan (Gambar 5). Pengamatan terdiri dari :

P1 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T1 P2 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T1

P3 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T2 P4 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T2 P5 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T3 P6 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T3 Model statistika rancangan yang digunakan adalah:

Yij = µ + L i + εij Keterangan:

i = 1,2,3 dan j = 1,2,3,..,10

Y ij = Nilai pengamatan faktor jumlah populasi tanaman sebagai taraf ke-i serta faktor pengulangan sebagai taraf ke-j

µ = Rataan umum

L i = Pengaruh perlakuan ukuran lubang tanam ε ij = Pengaruh acak yang menyebar normal

Data yang diuji dianalisis secara statistik dengan menggunakan anova (analize of variance) pada taraf 5 %, dan jika hasil analisis menunjukkan hasil yang signifikan maka akan dilakukan uji lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best (MCB) pda taraf 5 %.

Gambar 4. Layout Percobaan Tanaman Mucuna bracteata

T1 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit

T2 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit dengan sedikit tambahan mineral illit

T3 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit tambahan mineral illit dan goetit

Gambar 5. Layout Percobaan Tanaman Centrosema pubescens

T1 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit

T2 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit mineral illit T3 = Tanah dengan dominansi

mineral kaolinit serta sedikit mineral illit dan goetit

Pelaksanaan Percobaan

1. Percobaan Pertama

Persiapan Lahan

Total lahan yang digunakan 2.3 ha yang tersebar menjadi kelompok T1, T2, dan T3. Setiap satuan percobaan dilaksanakan diantara tanaman kelapa sawit yang memiliki jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Tanaman kelapa sawit tersebut kurang mengalami perawatan. Survey lahan dilakukan sebelum penanaman dengan cara memasang ajir patokan sebagai penanda.

Penanaman

Media tanam yang digunakan pada saat penanaman awal adalah campuran tanah topsoil sebanyak 1 kg, urea 50 kg/ha, kapur 10 kg/ha, serta kompos sebanyak 4 ton/ha. Penanaman dilakukan diantara segiempat tanaman kelapa sawit yang memiliki ukuran jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, dan pemupukan tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari selama penelitian berlangsung. Penyulaman dilakukan jika terdapat tanaman yang mati pada saat penanaman awal. Pemupukan dilakukan saat tanaman berumur 9 MST, 20 MST, dan 28 MST.

Pengamatan

Pengamatan pada bulan pertama setelah penanaman dilaksanakan setiap minggu terhadap semua tanaman. Pengamatan pada bulan kedua hingga bulan keempat dilaksanakan dua minggu sekali. Masing-masing patokan percobaan diambil dua tanaman contoh untuk semua satuan percobaan. Peubah yang diamati meliputi :

1. Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dihitung dengan menimbang 5 g contoh tanah kering udara dalam pinggang alumunium yang telah diketahui bobotnya. Perhitungan kadar air dihitung saat tanaman berumur 15 MST. Contoh tanah tersebut dipanaskan pada suhu 105°C selama 24 jam. Tanah yang telah dipanaskan disimpan terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhunya mendingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.

Kadar Air = 100% 1 3 ) 1 3 ( ) 1 2 ( X M M M M M M     Keterangan:

M1 = Berat cawan kosong M2 = Berat cawan + tanah

M3 = Berat cawan + tanah setelah dioven 2. pH tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH(H2O). Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rasio 1 : 2.5. Hal ini berarti 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan dengan 25 ml air aquades. Tanah dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7.0 dan pH 4.0. Perhitungan nilai pH dilakukan saat tanaman berumur 15 MST.

3. Persentase Penutupan Tanah (PPT)

Persentase penutupan tanah dilakukan dengan cara menghitung seberapa besar LCC tersebut mampu menutupi bagian permukaan tanah setiap minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan bantuan kawat yang berukuran 1 m x 1 m. Setiap kawat yang digunakan terdapat lubang-lubang kecil yang berukuran 10 cm x 10 cm. Lubang-lubang kecil tersebut untuk mewakili jumlah yang tertutupi oleh tanaman M. bracteata.

% KPT = X100% B

A

Keterangan:

A = Jumlah lubang yang tertutupi oleh tanaman M. Bracteata B = Jumlah lubang yang belum tertutupi oleh tanaman M. Bracteata

4. Pertumbuhan LCC yang meliputi :

a. Jumlah sulur, dihitung berdasarkan jumlah sulur induk dan cabang sulur anakan pada setiap minggu.

b. Panjang sulur, dihitung dari jumlah sulur yang terpanjang. c. Jumlah daun, dihitung pada setiap tanaman pada setiap

minggunya

2. Percobaan Kedua

Persiapan Lahan

Total lahan yang digunakan 2.3 ha. Ukuran lubang tanam yang digunakan bervariasi yaitu (30 cm x 60 cm) dan yang hanya ditugal. Masing-masing ukuran memiliki kedalaman sebesar 20 cm. lubang tanam yang digunakan diberi media tanam berisi campuran tanah topsoil sebanyak 1 kg, urea 50 kg/ha, kapur 10 kg/ha, serta kompos sebanyak 4 ton/ha.

Penanaman

Lahan yang telah diolah kemudian ditanami benih tanaman C. pubescens secara bersamaan. Setiap lubang berisi 10 g benih tanaman C. pubescens. Benih yang telah ditanami, diberi larutan soil cement dengan cara disemprotkan pada lubang tanam tersebut.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiraman, dan penjarangan tanaman. Penyulaman dilakukan jika benih tanaman C. Pubescens banyak yang mati saat penanaman awal. Penjarangan tanaman C. Pubescens dilakukan pada bulan kedua sampai bulan keempat pengamatan. Tujuan penjarangan agar jumlah tanaman C. pubescens pada setiap lubang tanam memiliki jumlah tanaman yang sama. Pemupukan dilakukan saat tanamanberumur 21 MST.

Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan setiap dua minggu sekali selama penelitian berlangsung. Masing-masing lubang tanam diambil dua tanaman contoh kemudian dilakukan pengamatan untuk semua satuan percobaan. Peubah yang diamati meliputi :

1. Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dihitung dengan menimbang 5 g contoh tanah kering udara dalam pinggang alumunium yang telah diketahui bobotnya. Perhitungan kadar air tanah dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Contoh tanah tersebut dipanaskan pada suhu 105°C selama 24 jam. Tanah yang telah dipanaskan disimpan terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhunya mendingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air. Kadar Air = 100% ) 1 3 ( ) 1 3 ( ) 1 2 ( X M M M M M M     Keterangan:

M1 = Berat cawan kosong M2 = Berat cawan + tanah

M3 = Berat cawan + tanah setelah dioven 2. pH tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH(H2O). Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rasio 1 : 2.5. Perhitungan nilai pH tanah dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Hal ini berarti 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan dengan 25 ml air aquades. Tanah dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7.0 dan pH 4.0. 3. Persentase Penutupan Tanah (PPT)

Persentase penutupan tanah dilakukan dengan cara menghitung seberapa besar LCC tersebut mampu menutupi bagian permukaan tanah setiap minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kawat yang berukuran 1 m x 1 m. Setiap kawat yang digunakan terdapat lubang-lubang

kecil yang berukuran 10 cm x 10 cm. Lubang-lubang kecil tersebut untuk mewakili jumlah yang tertutupi oleh tanaman M. bracteata.

% KPT = X100% B

A

Keterangan:

A = Jumlah lubang yang tertutupi oleh tanaman C. pubescens

B = Jumlah lubang yang belum tertutupi oleh tanaman C. pubescens 4. Pertumbuhan LCC yang meliputi :

a. Jumlah sulur, dihitung berdasarkan jumlah sulur induk dan cabang sulur anakan setiap minggu.

b. Panjang sulur, dihitung dari jumlah sulur yang terpanjang

c. Kadar air tanaman, dihitung dengan mengeringanginkan bahan tanaman terlebih dahulu kemudian tanaman di oven selama tiga hari pada suhu 105°C

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

KondisiUmum

Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang digunakan untuk penelitian 2.3 ha. Data curah hujan diperoleh mulai bulan Januari 2010 hingga Oktober 2010. Curah hujan teringgi terdapat pada bulan Maret sebesar 38.12 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 16 hari/hujan (Gambar 6). Bulan Maret hingga Juni tingkat curah hujan di lahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan memasuki musim kemarau.

Gambar 6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010

Tanah pada lokasi penelitian memiliki jenis tanah Oxisol dan Inceptisol. Klasifikasi jenis tanah tersebut berdasarkan Peta Satuan Lahan Tanah Lembar Jambi, Sumatera pada tahun 1990 dengan skala 1 : 250 000. Berdasarkan peta tersebut, lokasi penelitian termasuk dalam kategori Idf 3.1

yang memiliki arti bahwa lahan tersebut merupakan dataran tuf masam, tuf dan batuan sedimen halus masam, berombak (lereng 3-8%). Gambar 7A dan Gambar 7B menggambarkan bahwa tanah yang terdapat pada lokasi penelitian sering mengalami longsor.

Gambar 7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; (B) Lahan Mengalami Longsor

Hasil analisis kimia (Tabel 1) tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar hara tergolong sangat rendah, pH tanah sangat masam, KTK tanah tergolong sangat rendah, dan bahan organik tergolong sangat rendah. Kriteria kesuburan tanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian

Sifat Fisik / Kimia Kelompok Kriteria**)

T1 T2 T3

Tekstur :

- Pasir (%) 33.70 1.50 60.9 T1 = Liat berdebu

- Debu (%) 45.80 50.70 8.80 T2= Lempung

- Liat (%) 20.50 47.80 30.3 T3= lempung liat berpasir

pH : H₂O 3.09 4.30 4.40 Sangat masam

C Organik (%) 0.06 0.06 0.04 Sangat rendah

N Total (%) 0.02 0.03 0.04 Sangat rendah

P tersedia (ppm) 1.92 1.71 3.49 Sangat rendah

Ca (cmol/kg) 0.11 0.13 0.62 Sangat rendah

Mg (cmol/kg) 0.01 0.04 0.06 Sangat rendah

K (cmol/kg) 0.27 0.44 0.27 Sedang

Na (cmol/kg) 1.10 1.07 1.64 Sangat tinggi

KTK (cmol/kg) 2.69 5.81 3.09 Sangat rendah

KB (%) 55.40 28.90 83.8 Sedang, Tinggi

Permeabilitas (cm/jam) 17.66 1.31 20.37 Rendah, Tinggi

Aldd (me/100g) 4.74 1.74 1.46 Tinggi

Keterangan: T1 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit(sangat sedikit); T2 = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Sumber:**) Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

Analisis kimia dilaksanakan saat survey awal lokasi penelitian pada bulan Januari 2010. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa status kesuburan tanah tergolong sangat rendah, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan masukan hara yang tinggi diantaranya pemberian bahan organik, pupuk nitrogen, fosfat, kalium, serta pemberian kapur. Hal ini berdasarkan kriteria kesuburan tanah pusat penelitian tanah tahun 1983.

Hasil analisis mineral liat (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kaolinit pada kelompok T1, T2, dan T3. Kelompok T1 terdapat tambahan mineral illit yang sangat sedikit. Kelompok T2 memiliki tambahan sedikit mineral illit, sedangkan pada kelompok T3 terdapat tambahan sedikit mineral illit dan geotit.

Tabel 2. Analisis Mineral Liat Tanah

No Kelompok Mineral Tanah**)

Kaolinit Goetit Illit

1 T1 ( Kemerahan) + + + + (+)

2 T2 (Putih) + + + + +

3 T3 (Kecoklatan) + + + + + +

Keterangan: ++++: Dominan +++: Banyak ++: Sedang +: sedikit (+): sangat sedikit

Sumber: **) Laboratorium Mineralogi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, November 2010

Hasil pengamatan terhadap warna tanah pada lokasi penelitian berdasarkan alat RGB Color Analyzer menunjukkan bahwa pada kelompok T1 memiliki warnam kemerahan dengan komponen R (Red), G (Green), dan B (Blue) sebesar 243, 102, dan 143 (Tabel 3). Kelompok T2 memiliki warna cenderung putih dengan nilai RGB sebesar (361, 319, 231), sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna kecoklatan dengan nilai RGB sebesar (259, 107, 123).

Munsell Color Chart merupakan diagram warna tanah yang digunakan untuk menentukan klasifikasi warna tanah. Munsell color chart disusun menjadi 3 variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan tingkat kecerahan suatu warna. Semakin tinggi value maka semakin terang warna suatu tanah. sedangkan chroma merupakan tingkat gradasi kemurnian

dari warna tersebut. Semakin tinggi chroma maka semakin murni kemurnian dari spektrum tersebut (Madjid, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan kelompok T1 memiliki warna tanah 5R 6/4 yang berarti bahwa memiliki nilai hue = 5R, value = 5, dan chroma = 4 yang secara keseluruhan berwarna merah.

Tabel 3. Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian Kelompok RGB Color Analyzer Probe

Munsell Color Chart

R G B Hue Sat Lum Hue Val Chr

T1 (Kemerahan) 243 102 143 0.024 0.342 0.176 5R 6 4 T2 (Putih) 361 319 231 0.027 0.219 0.289 7.5R 8 1 T3 (Kecoklatan) 259 107 123 0.019 0.356 0.186 7.5R 5 4 Keterangan: R= red; G= green; B= blue; Sat= saturation; Lum= lamination; Val= value;

Chr= chroma

Kelompok T2 memiliki warna tanah 7.5R 8/1 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 8, dan chroma sebesar 1, dimana secara keseluruhan berwarna putih. Sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna tanah 7.5R 5/4 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 5, dan chroma sebesar 4, dimana secara keseluruhan berwarna coklat.

Sjarif (1991) menyebutkan bahwa puncak difraksi pada mineral illit berada pada kisaran 9.9oA-10.1oA sedangkan untuk mineral kaolinit berada pada puncak difraksi sebesar 7.15oA. Berdasarkan grafik hasil x-ray tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa mineral kaolinit memiliki nilai puncak difraksi antara 7.06-7.12oA, mineral illit pada puncak difraksi 10.1oA, dan mineral goetit terdapat pada puncak difraksi 4.1oA.

Gambar 8 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T1. Hasil grafik tersebut dapat dihitung besar nilai persentase pada masing-masing mineralnya. Nilai persentase tersebut diperoleh dengan menghitung luas area yang berasal dari jarak difraksi pada masing-masing mineral dibagi dengan luas total grafik pada masing-masing kelompok. Nilai persentase untuk mineral kaolinit sebesar 50.06% dan 3.24%.

Gambar 8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1

Kelompok mineral T2 memiliki dominansi mineral kaolinit dan sedikit mineral illit. Besar persentase nilai mineral kaolinit dan mineral illit dapat diperoleh dengan menghitung luas area panjang gelombang masing-masing mineral dibagi dengan luas seluruh grafik pada kelompok T2. Gambar 9 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T2. Nilai persentase mineral kaolinit sebesar 31.24% dan mineral illit sebesar 7.56%

Gambar 10 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T3. Hasil analisis kelompok T3 sedikit berbeda dengan hasil analisis mineral pada kelompok T1 dan T2. Hal ini karena pada kelompok t3 terdapat sedikit tambahan mineral illit dan goetit. Besar nilai persentase masing-masing mineral yaitu mineral kaolinit sebesar 30.85%, mineral illit sebsar 2.01%, serta mineral goetit sebsar 3.15%.

Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyiraman dan pemupukan. Kegiatan penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman. Hal ini dikarenakan benih membutuhkan cukup air untuk proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat tanaman berusia 9 MST, 20 MST, dan 28 MST. Pupuk yang diberikan saat pemupukan pertama merupakan campuran antara pupuk urea 25 kg/ha, dolomite 100 kg/ha, kompos 200 kg/ha, dan KCL 25 kg/ha. Pupuk yang digunakan saat pemupukan kedua adalah pupuk urea sebanyak 200 kg/ha.

Pertumbuhan Mucuna bracteata

Laju pertumbuhan tanaman merupakan laju perkembangan yang progressif dari suatu organisme tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dapat

dilihat dari pertumbuhan kuantitatif tanaman. Pertumbuhan kuantitatif yang diamati meliputi panjang tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Kualitas tanah juga berperan terhadap laju pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang diamati meliputi kadar air tanah serta tingkat kemasaman tanah (pH). Laju pertumbuhan tanaman diamati pada setiap minggu. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 10 minggu setelah tanam (MST), 11 MST, 12 MST, 13 MST, dan 15 MST.

Hasil analisis anova menunjukkan bahwa perlakuan beberapa tingkat populasi tanaman yang diberikan terhadap tanaman M. bracteata memberikan respon yang sama terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada setiap satuan percobaan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi panjang tanaman, persentase penutupan tanah, jumlah daun, jumlah cabang, pH tanah, serta kadar air tanah. Akan tetapi, saat tanaman berumur 11 MST besar persentase penutupan tanah pada perlakuan dengan tingkat populasi tanaman sebesar 3 003 tan/ha menunjukkan hasil yang terbaik berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kelompok mineral tanah pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata. Hasil yang tidak berpengaruh ini mengindikasikan bahwa nilai parameter pertumbuhan tanaman M. bracteata tidak dipengaruhi oleh faktor kelompok mineral tanah. Hasil analisis anova tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa saat tanaman berumur 10 MST memiliki nilai korelasi yang positif, antara persentase penutupan tanah dengan jumlah daun. Semakin tinggi nilai jumlah daun maka nilai penutupan tanah juga meningkat (Lampiran 4). Saat tanaman memasuki umur 11 MST pertumbuhan panjang tanaman dipengaruhi oleh kelompok mineral tanah. Dapat diindikasikan bahwa salah satu kandungan mineral goetit yang terdapat dalam karakterisasi mineral tanah mempengaruhi nilai panjang tanaman. Pertumbuhan tanaman pada kelompok mineral T3 sedikit lebih baik daripada tanaman pada kelompok mineral T1 dan T2. Hal ini karena kelompok T3 memiliki kandungan mineral goetit sebesar 3.15%, sedangkan pada kelompok T1 dan T2 tidak terdapat adanya mineral goetit.

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 10 MST

Tabel 4 merupakan data pengamatan tanaman M. bracteata saat tanaman berumur 10 MST. Panjang tanaman pada populasi 3 003 tanaman/ha (tan/ha) mencapai 46.17 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 16.61%. Panjang tanaman pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 39.78 cm dengan persentase penutupan sebesar 10.44%. Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Setiap perlakuan populasi tanaman M. bracteata yang berumur 10 MST memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang tidak jauh berbeda. Jumlah daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki dua cabang. Perhitungan nilai kadar air tanah (KA) awal dan pH awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Nilai KA tanah pada masing-masing perlakuan populasi tanaman berkisar antara 18.26%-22.43% dan nilai pH berkisar antara 4.58-4.78.

Tabel 4. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman KA awal (%) pH awal 715 39.78 10.44 4.56 2.22 22.43 4.65 1 287 43.94 10.72 4.83 1.89 18.26 4.58 3 003 46.17 16.61 4.06 1.94 20.81 4.78

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman di lapang berdasarkan kelompok mineral tanah menunjukkan bahwa pada kelompok T3 tanaman M. bracteata memiliki panjang sebesar 45.72 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 11.89% (Tabel 5). Kelompok T1 memiliki panjang tanaman sebesar 42.39 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 13.17%, sedangkan kelompok T2 memiliki panjang sebesar 41.78 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 12.72%. Jumlah daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki 2 cabang.

Tabel 5. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T1 42,39 13.17 5.00 2.06 T2 41.78 12.72 4.28 1.83 T3 45.72 11.89 4.17 2.17

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 11 MST

Panjang tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST pada perlakuan tingkat populasi 3 003 tanaman/ha (tan/ha) mencapai 54.17 cm. Panjang tanaman pada perlakuan tingkat populasi 715 tan/ha sebesar 47.92 cm, sedangkan pada perlakuan 1 287 tan/ha memiliki panjang sebesar 50.22 cm (Tabel 6). Saat tanaman berumur 11 MST terlihat bahwa pada parameter persentase penutupan tanah dengan menggunakan tingkat populasi 3 003 tan/ha memiliki pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan populasi 715 tan/ha dan 1 287 tan/ha. Perlakuan dengan tingkat populasi 3 003 tan/ha memiliki hasil yang lebih baik daripada perlakuan lainnya. Hal ini karena pada perlakuan 715 tan/ha jika dibandingkan dengan perlakuan 3 003 tan/ha menunjukkan hasil persentase penutupan tanah yang lebih baik pada perlakuan 3 003 tan/ha. Selanjutnya pada perlakuan 1 287 tan/ha dibandingkan dengan perlakuan 3 003 tan/ha juga menunjukkan bahwa pada perlakuan 3 003 tan/ha memiliki nilai persentase penutupan tanah yang lebih baik. Besar penutupan tanah pada perlakuan 3 003 tan/ha sebesar 26.06% sedangkan pada perlakuan 715 tan/ha hanya sebesar 16.17%. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan tanaman C. pubescens memasuki masa optimum sehingga tanaman tersebut sangat berpengaruh terhadap perhitungan nilai persentase penutupan tanah pada tanaman M. bracteata. Rata-rata peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang pada tanaman M. bracteata tidak sebanyak pada

peningkatan panjang dan penutupan tanah setiap minggunya. Rata-rata jumlah daun hanya sebesar 2-3 daun/cabang.

Tabel 6. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman 715 47.92 16.17b 6.33 2.89 1 287 50.22 15.17b 7.11 2.39 3 003 54.17 26.06a 6.67 2.94

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

Hasil pengamatan tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST berdasarkan kelompok mineral tanah memiliki panjang tanaman mencapai 55.54 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.10% (Tabel 7). Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok mineral T3 mencapai 49.54 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 15.25%. Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai 48.50 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 18.30%.

Tabel 7. Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T1 52.09 21.89 7.67 3.33 T2 50.67 19.78 5.83 2.28 T3 49.61 15.72 6.61 2.61

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 13 MST

Pengamatan tanaman M. bracteata selanjutnya dilaksanakan dua minggu sekali terhitung saat tanaman M. bracteata berumur 11 MST. Tabel 8 menunjukkan hasil pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur

13 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 86.72 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.22%. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan 3 003 tan/ha mencapai 80.39 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.22%. Sedangkan pada perlakuan 1 287 tan/ha memiliki panjang tanaman sebesar 87.06 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 21.33%.

Tabel 8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman 715 86.72 22.22 14.00 2.50 1 287 87.06 21.33 16.50 3.06 3 003 80.39 34.22 13.22 2.89

Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Saat tanaman berumur 13 MST jumlah daun terbanyak sebanyak 17 daun/cabang terdapat pada perlakuan 1 287 tan/ha dengan jumlah cabang sebanyak 3 cabang/ tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan panjang tanaman M. bracteata yang berumur 13 MST pada kelompok mineral T3

Dokumen terkait