• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Penutupan Tanah Oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata DC. Dan Centrosema pubescens Benth. Pada Ex-Borrow Pit Jabung Timur, Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laju Penutupan Tanah Oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata DC. Dan Centrosema pubescens Benth. Pada Ex-Borrow Pit Jabung Timur, Jambi"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN

Mucuna bracteata

DC. DAN

Centrosema pubescens

BENTH.

PADA

EX-BORROW PIT

JABUNG TIMUR, JAMBI

HILDA AULIA

A24063473

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

HILDA AULIA. Laju Penutupan Tanah oleh Pertumbuhan

Mucuna bracteata DC. dan Centrosema pubescens BENTH. pada

Ex-Borrow Pit Jabung Timur, Jambi . (Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA).

Kegiatan dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dimulai bulan Maret hingga Juli 2010. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata pada tiga tingkat populasi dan untuk mengetahui respon pertumbuhan Centrosema pubescens pada dua macam ukuran lubang tanam. Penelitian terdiri dari dua percobaan, dimana masing-masing percobaan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Tanaman M. Bracteata diberi perlakuan tingkat populasi tanaman, sedangkan tanaman C. Pubescens diberi perlakuan ukuran lubang tanam. Tingkat populasi tanaman yang digunakan pada percobaan pertama terdiri dari tiga taraf yaitu 715 tanaman/ha, 1 287 tanaman/ha, serta 3 003 tanaman/ha. Ukuran lubang tanam yang digunakan pada percobaan kedua terdiri dari dua taraf yaitu ukuran (30 cm x 60 cm) dan yang hanya ditugal.

(3)

LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN

Mucuna bracteata

DC. DAN

Centrosema pubescens

BENTH.

PADA

EX-BORROW PIT

JABUNG TIMUR, JAMBI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

HILDA AULIA

A24063473

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul :

LAJU

PENUTUPAN

TANAH

OLEH

PERTUMBUHAN

Mucuna

bracteata

DC.

DAN

Centrosema pubescens

BENTH. PADA

EX-BORROW PIT

JABUNG TIMUR, JAMBI

Nama :

HILDA AULIA

NRP :

A24063473

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Herdhata Agusta NIP : 19590813 198303 1003

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito. Msc. Agr NIP : 1961110 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

P

enulis dilahirkan di Probolinggo, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 16 Desember 1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak H. Abdul Kohar (Alm) dan Ibu Hj. Sri Hartini.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Sukabumi 2 probolinggo, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP 2 Probolinggo. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Probolinggo pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui USMI (Ujian Saringan Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima sebagai Mahasiswi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian laju penutupan tanah oleh pertumbuhan Mucuna bracteata DC. dan Centrosema pubescens BENTH. pada Ex-Borrow Pit dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman M. bracteata dan C. pubescens terhadap laju penutupan tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Herdhata Agusta selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. Sofyan Zaman dan Ir. Is Hidayat Utomo selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan terhadap penulisan skripsi ini. 3. Bapak Bambang Soemantri, atas bimbingan statistika selama penelitian

berlangsung.

4. Bapak Udin, Bapak Otoh di Jambi yang membantu pengamatan di lapang selama penelitian berlangsung.

5. Ibu Sri Hartini, Bapak Zainal Arifin, Bapak Romli, Bapak Zainur, atas doa dan dukungannya selama ini.

6. Teman-teman anggota member Laboratorium Ekotoksikologi yang selalu bisa memberi warna dalam memaknai hidup.

7. Febri, Eka, Ein, teh Didah, Thami, atas dukungan dan bantuannya selama ini.

Penulis

(7)

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Mucuna bracteata DC ... 3

Centrosema pubescens BENTH. ... 5

Warna dan Mineral Tanah ... 6

METODOLOGI ... 8

Tempat dan Waktu ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Percobaan ... 8

Pelaksanaan Percobaan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Hasil ... 18

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian ... 19

2. Analisis Mineral Liat Tanah ... 20

3. Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian ... 21

4. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST ... 25

5. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah ... 26

6. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST ... 27

7. Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah ... 27

8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST ... 28

9. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Berdasarkan Mineral Tanah ... 28

10. Data pengamatan M. bracteata yang berumur 15 MST ... 29

11. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 15 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah ... 30

12. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 17 MST ... 30

13. Data Pengamatan M. bracteata yang berumur 17 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah ... 31

14. Data Pertumbuhan Panjang Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST ... 32

15. Data Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST ... 33

16. Data Kadar Air Tanaman C. pubescens ... 35

(9)

Nomor Halaman

1. Proses Pembentukan Nodul Akar pada Tanaman Legum ... 4

2. Bagan Pembentukan Mineral Liat dalam Tanah ... 7

3. Layout Penempatan M. bracteata pada Segiempat Kelapa Sawit ... 10

4. Layout Percobaan Tanaman Mucuna bracteata ... 11

5. Layout Percobaan Tanaman Centrosema pubescens ... 12

6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010 ... 18

7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; ... 19

8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1 ... 22

9. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T2 ... 22

10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T3 ... 23

11. Grafik Pertumbuhan Panjang C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30cm x 60 cm; (B) Ditugal ... 33

12. Grafik Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30cm x 60 cm; (B) Ditugal ... 34

13. Perkembangan Penutupan Tanah dengan Populasi 3 003 tan/ha pada Kelompok Mineral T2 Saat Berumur: (A) 10 MST; (B) 15 MST ... 39

14. Tanaman M. bracteata yang Merambat pada Tanaman Sawit ... 40

15. Jumlah Daun tanaman M. bracteata pada Kisaran: (A) 3-15 Daun; (B) 16-25 Daun; (C) 26-40 Daun ... 40

16. Tanaman C. pubescens dengan Ukuran Lubang Tanam: (A) 30cm x 60cm; (B) Ditugal ... 42

(10)

Nomor Halaman

1. Kriteria Kesuburan Tanah... 54

2. Hasil Analisis uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada tanaman M. bracteata ... 55

3. Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman M. bracteata Pengaruh Tingkat Populasi Tanaman ... 56

4. Hasil Analisis Korelasi Tanaman M. bracteata saat berumur 10, 11, dan 17 MST ... 60

5. Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam ... 62

6. Hasil Analisis Uji Lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best pada Tanaman C. pubescens Terhadap Panjang Tanaman dan Persentase Penutupan Tanah. ... 64

7. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 70

8. Data Pengamatan Tanaman M. bracteata Selama Penelitian ... 71

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan secara

fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak memiliki nilai ekonomis.

Berdasarkan data Badan Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) Propinsi Jambi

tahun 2007 menyebutkan bahwa lebih dari 2.2 juta ha lahan di Jambi termasuk

dalam kategori lahan kritis. Lahan pada daerah Jabung Timur, Jambi juga

termasuk dalam kategori lahan kritis. Lahan tersebut merupakan lahan bekas

kegiatan Ex-Borrow Pit. Kendala fisik yang dapat ditimbulkan akibat adanya

lahan kritis yaitu struktur tanah rusak, tekstur kasar, peka terhadap erosi,

kemampuan memegang air rendah, sedangkan kendala kimia yang ditimbulkan

yaitu nilai pH dan kapasitas tukar kation yang rendah, kandungan unsur hara dan

bahan organik yang rendah serta kandungan logam berat yang tinggi pada tanah.

Perbaikan sifat fisik tanah pada lahan kritis diperlukan pengelolaan dan upaya

khusus, sehingga tanah dapat berfungsi kembali sebagai media tumbuh tanaman.

Cara yang paling tepat digunakan adalah meningkatkan persentase lahan yang

tertutupi oleh tanaman hingga mencapai 80% secara cepat, sehingga erosi dapat

dikurangi dan dihentikan untuk menjaga konservasi lingkungan.

Perbaikan kondisi tanah timbunan setelah penggalian dapat dilakukan

melalui beberapa langkah meliputi: menambahkan lapisan tanah yang baik, bahan

ameliorant dan pupuk, menanam tanaman penutup tanah jenis legum dan rumput,

serta melakukan pencucian garam-garam.

Bahan organik merupakan amelioran terbaik untuk memperbaiki sifat fisik

dan kimia tanah. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk

mengikat atau menahan air, sebagai perekat dalam pembentukan dan pemantapan

agregat tanah. Bahan organik dapat berupa pupuk kandang, kompos, sekam,

maupun Legume Cover Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah.

Penggunaan LCC merupakan salah satu cara yang tepat untuk

memperbaiki atau menjaga kesuburan tanah dengan menekan gulma yang ada,

(12)

dalam tanah (Choudhary, 1993; Barthes, 2004). Pemilihan jenis tanaman penutup

tanah dan jenis tanaman pioner sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan.

Tanaman penutup yang baik adalah tanaman yang memiliki kriteria mudah

ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri ataupun fungi yang

menguntungkan, menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah

terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok serta tidak melilit

(Ambodo, 2008).

Tanaman legum yang dapat digunakan antara lain adalah

Centrosema pubescens dan Mucuna bracteata. Tanaman M. bracteata dikenal

sebagai tanaman yang sangat toleran dan dapat tumbuh dengan baik pada berbagai

jenis tanah. Tanaman M. Bracteata yang ditanam dapat menggemburkan tanah,

sehingga untuk tanaman pokok selanjutnya tidak diperlukan pengolahan tanah

terlebih dahulu.

Tujuan

1. Mempelajari respon pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata pada tiga tingkat populasi tanaman.

2. Mempelajari respon pertumbuhan tanaman Centrosema pubescens pada dua macam ukuran lubang tanam.

Hipotesis

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Mucuna Bracteata DC.

Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam secara luas sebagai penutup tanah di Perkebunan Karet Kerala, India Selatan. Tanaman ini pertama kali ditanam sebagai tanaman pakan hijau (CSIR, 1962; Duke, 1981; Wilmot-Dear, 1984).

Mucuna bracteata memiliki daun trifoliat berwarna hijau gelap dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu lingkungan terlalu tinggi (termonasti), sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan permukaan. Ketebalan vegetasi Mucuna bracteata dapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah. Harahap et al. (2008) menyatakan bahwa pada kultur teknis yang standar, laju penutupan kacangan pada masa awal penanaman dapat mencapai 2-3 m2per bulan. Penutupan areal secara sempurna dicapai saat memasuki tahun ke-2 dengan ketebalan vegetasi berkisar 40-100 cm dan biomassa berkisar antara 9-12 ton bobot kering per ha.

Hara nitrogen pada tumbuhan kacang-kacangan sebanyak 66% berasal dari gas N2hasil simbiosis dengan bakteri rhizobium. Fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh tanaman kacang-kacangan sering mengalami hambatan. Fiksasi nitrogen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan nutrisi yang minimum, suhu yang terlampau ekstrim, kelebihan atau kekurangan kandungan air dalam tanah (Vissoh, 2005).

(14)

\

9

Gambar 1. Proses Pembentukan Nodul Akar pada Tanaman Legum (Ahmadjian, 1986)

Selama proses penetrasi berlangsung, hasil infeksi tersebut akan membentuk suatu gumpalan seperti benang dan tumbuh pada lapisan korteks akar dan inti sel mulai mengganda. Gumpalan pada lapisan korteks mengandung sel rhizobium yang menyelimuti bahan-bahan kimia yang telah dilipatgandakan (Ahmadjian dan Paracer, 1986).

(15)

Centrosema pubescens BENTH.

Centrosema pubescens termasuk tanaman sub famili Papilionaceae dari familia Leguminoceae. Spesies ini berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman jenis legum yang paling luas penyebarannya di kawasan tropis lembab. Tanaman C. pubescens mengalami introduksi pada kawasan Asia Tenggara dari kawasan tropis Amerika sejak abad ke 19 atau lebih awal. Saat ini tanaman C. pubescens dapat tumbuh alami di dataran-dataran rendah di Jawa. Tanaman C. pubescens merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Reksohadiprodjo (1981) menyatakan bahwa tanaman C. pubescens termasuk tanaman legum yang tahan terhadap kondisi kering dan dapat ditanam pada naungan. Batang tanaman dapat mencapai 5 m dan agak berbulu, berdaun tiga pada tangkainya, daun berbentuk elips agak kasar dan berbulu lembut pada kedua permukaanya. Smith (1985) menambahkan bahwa bunga tanaman C. Pubescens berbentuk kupu-kupu berwarna violet keputih-putihan, panjang buah polong antara 9-17 cm berwarna hijau pada saat muda dan berubah menjadi kecoklat-coklatan setelah tua.

(16)

Warna dan Mineral Tanah

Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang digunakan untuk mendeskripsikan karakter tanah. Warna tanah tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap tanaman, tetapi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap temperatur dan kelembapan tanah (Hardjowigeno, 2003).

Menurut Hardjowigeno (1995), warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan warna permukaan tanah yaitu perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka warna tanah semakin gelap. Hardjowigeno (2003), menambahkan bahwa semakin gelap warna tanah maka semakin tinggi produktivitasnya.

Jenis mineral merupakan salah satu penyebab dari warna tanah. Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisika dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah.

Menurut Sjarif (1991), mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang mengalami pelapukan. Mineral primer pada umumnya mempunyai ukuran butir fraksi pasir dan debu (2.00-0.05 mm), sedangkan mineral sekunder (mineral liat) adalah mineral hasil pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang terlapuk. Mineral ini memiliki ukuran kurang dari 0.05 mm.

Semua mineral primer dan mineral liat akan berakhir pada pembentukan liat kaolinit (Gambar 2). Pembentukan ilit yang mewakili hidrus mika dapat didominasi proses alterasi. Ilit dapat berbentuk montmorillonit bila dijumpai banyak kalium (K), dan illit juga dapat terbentuk dari kaolinit bila ada kelebihan Kalium. Liat kaolinit terbentuk setelah mineral primer mengalami dekomposisi, kation logam habis tercuci alumunium, dan silikat yang larut akan berkristalisasi membentuk kaolinit.

(17)

Bahan Induk (Alumunium Silikat Primer)

Mg.Ca. Fe2 K. Na. Ca. Fe3

Oksidasi

Oksidasi/Leaching Montmorillonit

Leaching

-K + Mg Reduksi +Mg

Hidrous Mika (illit) -K Kaolinit +K

Gambar 2. Bagan Pembentukan Mineral Liat dalam Tanah (Milner, 1940) Sarief (1986), menyatakan bahwa mineral kaolinit memiliki sifat diantaranya: ditemukan pada tanah-tanah dengan pelapukan lanjut seperti tanah oxisol, ultisol dan entisol. Termasuk dalam kategori mineral liat tipe 1:1 dimana tiap gugus unit terdiri dari satu gugus Si tetrahedral dan 1 gugus Al-oktahedral. Mineral kaolinit memiliki nilai KTK (Kapasitas Tukar kation) yang rendah yaitu sebesar 3-5 me/100g.

(18)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di daerah Jabung Timur, Jambi. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 31 m dpl. Penanaman M. bracteata dilakukan diantara tanaman kelapa sawit dengan jarak tanam (90 cm x 90 cm x 90 cm). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos, urea, kapur, KCL 1M, akuades, Centrocema pubescens dan Mucuna bracteata. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: pH meter, timbangan analitik, alat tulis, GPS 76 CSX, dan kuadran.

Metode Percobaan

1. Percobaan Pertama (M. Bracteata)

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu perlakuan. Jumlah populasi tanaman yang digunakan adalah 715 tanaman/ha (tan/ha), 1 287 tan/ha serta 3 003 tan/ha. Penataan tanaman M. Bracteata pada segiempat kelapa sawit dalam setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa terdapat degradasi warna tanah pada lokasi penelitian, dimana secara visual lahan terbagi menjadi tiga bagian yaitu lahan yang berwarna kemerahan (kelompok T1), berwarna putih (kelompok T2), dan berwarna kecoklatan (kelompok T3).

Percobaan ini dilakukan pengulangan sebanyak sembilan kali, serta pada setiap satuan percobaan masing-masing menggunakan dua satuan contoh, sehingga terdapat 54 satuan pengamatan (Gambar 4). Pengamatan terdiri dari :

(19)

C5 = Populasi ke-2 (1 287 tan/ha) pada kelompok mineral liat T2 C6 = Populasi ke-2 (1 287 tan/ha) pada kelompok mineral liat T3 C7 = Populasi ke-3 (3 003 tan/ha) pada kelompok mineral liat T1 C8 = Populasi ke-3 (3 003 tan/ha) pada kelompok mineral liat T2 C9 = Populasi ke-3 (3 003 tan/ha) pada kelompok mineral liat T3 Model statistika yang digunakan adalah:

Yij = µ + Pi + εij Keterangan:

I = 1,2,3,dan j = 1,2,3,..,9

Yij = Nilai pengamatan faktor jumlah populasi tanaman sebagai taraf ke-i serta pengulangan pada taraf ke-j

µ = Rataan umum

P i = Pengaruh perlakuan tingkat populasi tanaman ε ij = Pengaruh acak yang menyebar normal

Data yang diuji dianalisis secara statistik dengan anova (analize of variance) pada taraf 5 %. Jika hasil analisis menunjukkan hasil yang signifikan maka akan dilakukan uji lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best (MCB) pada taraf 5 %. Prinsip kerja Hsu MCB method yaitu membandingkan nilai tengah perlakuan hasil pengamatan dengan nilai tengah terbaik pada perlakuan yang lainnya.

2. Percobaan Kedua (C. Pubescens)

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan satu perlakuan. Perlakuan lubang tanam yang dilakukan adalah dengan menggunakan ukuran 30 cm x 60 cm serta perlakuan yang hanya ditugal. Masing-masing ukuran lubang tanam memiliki kedalaman sebesar 20 cm. Masing-masing ukuran lubang tanam memiliki kedalaman sedalam 20 cm. Setiap satuan percobaan dilakukan pengulangan sebanyak sepuluh kali dengan masing-masing menggunakan dua satuan contoh, sehingga terdapat 40 satuan pengamatan (Gambar 5). Pengamatan terdiri dari :

(20)

P3 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T2 P4 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T2 P5 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T3 P6 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T3 Model statistika rancangan yang digunakan adalah:

Yij = µ + L i + εij Keterangan:

i = 1,2,3 dan j = 1,2,3,..,10

Y ij = Nilai pengamatan faktor jumlah populasi tanaman sebagai taraf ke-i serta faktor pengulangan sebagai taraf ke-j

µ = Rataan umum

L i = Pengaruh perlakuan ukuran lubang tanam ε ij = Pengaruh acak yang menyebar normal

Data yang diuji dianalisis secara statistik dengan menggunakan anova (analize of variance) pada taraf 5 %, dan jika hasil analisis menunjukkan hasil yang signifikan maka akan dilakukan uji lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best (MCB) pda taraf 5 %.

(21)

Gambar 4. Layout Percobaan Tanaman Mucuna bracteata

T1 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit

T2 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit dengan sedikit tambahan mineral illit

T3 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit tambahan mineral illit dan goetit

(22)

Gambar 5. Layout Percobaan Tanaman Centrosema pubescens

T1 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit

T2 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit mineral illit T3 = Tanah dengan dominansi

mineral kaolinit serta sedikit mineral illit dan goetit

(23)

Pelaksanaan Percobaan

1. Percobaan Pertama

Persiapan Lahan

Total lahan yang digunakan 2.3 ha yang tersebar menjadi kelompok T1, T2, dan T3. Setiap satuan percobaan dilaksanakan diantara tanaman kelapa sawit yang memiliki jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Tanaman kelapa sawit tersebut kurang mengalami perawatan. Survey lahan dilakukan sebelum penanaman dengan cara memasang ajir patokan sebagai penanda.

Penanaman

Media tanam yang digunakan pada saat penanaman awal adalah campuran tanah topsoil sebanyak 1 kg, urea 50 kg/ha, kapur 10 kg/ha, serta kompos sebanyak 4 ton/ha. Penanaman dilakukan diantara segiempat tanaman kelapa sawit yang memiliki ukuran jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, dan pemupukan tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari selama penelitian berlangsung. Penyulaman dilakukan jika terdapat tanaman yang mati pada saat penanaman awal. Pemupukan dilakukan saat tanaman berumur 9 MST, 20 MST, dan 28 MST.

Pengamatan

(24)

1. Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dihitung dengan menimbang 5 g contoh tanah kering udara dalam pinggang alumunium yang telah diketahui bobotnya. Perhitungan kadar air dihitung saat tanaman berumur 15 MST. Contoh tanah tersebut dipanaskan pada suhu 105°C selama 24 jam. Tanah yang telah dipanaskan disimpan terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhunya mendingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.

Kadar Air = 100%

1 3 ) 1 3 ( ) 1 2 ( X M M M M M M     Keterangan:

M1 = Berat cawan kosong M2 = Berat cawan + tanah

M3 = Berat cawan + tanah setelah dioven 2. pH tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH(H2O). Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rasio 1 : 2.5. Hal ini berarti 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan dengan 25 ml air aquades. Tanah dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7.0 dan pH 4.0. Perhitungan nilai pH dilakukan saat tanaman berumur 15 MST.

3. Persentase Penutupan Tanah (PPT)

Persentase penutupan tanah dilakukan dengan cara menghitung seberapa besar LCC tersebut mampu menutupi bagian permukaan tanah setiap minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan bantuan kawat yang berukuran 1 m x 1 m. Setiap kawat yang digunakan terdapat lubang-lubang kecil yang berukuran 10 cm x 10 cm. Lubang-lubang kecil tersebut untuk mewakili jumlah yang tertutupi oleh tanaman M. bracteata.

% KPT = X100% B

A

Keterangan:

(25)

4. Pertumbuhan LCC yang meliputi :

a. Jumlah sulur, dihitung berdasarkan jumlah sulur induk dan cabang sulur anakan pada setiap minggu.

b. Panjang sulur, dihitung dari jumlah sulur yang terpanjang. c. Jumlah daun, dihitung pada setiap tanaman pada setiap

minggunya

2. Percobaan Kedua

Persiapan Lahan

Total lahan yang digunakan 2.3 ha. Ukuran lubang tanam yang digunakan bervariasi yaitu (30 cm x 60 cm) dan yang hanya ditugal. Masing-masing ukuran memiliki kedalaman sebesar 20 cm. lubang tanam yang digunakan diberi media tanam berisi campuran tanah topsoil sebanyak 1 kg, urea 50 kg/ha, kapur 10 kg/ha, serta kompos sebanyak 4 ton/ha.

Penanaman

Lahan yang telah diolah kemudian ditanami benih tanaman C. pubescens secara bersamaan. Setiap lubang berisi 10 g benih tanaman C. pubescens. Benih yang telah ditanami, diberi larutan soil cement dengan cara disemprotkan pada lubang tanam tersebut.

Pemeliharaan

(26)

Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan setiap dua minggu sekali selama penelitian berlangsung. Masing-masing lubang tanam diambil dua tanaman contoh kemudian dilakukan pengamatan untuk semua satuan percobaan. Peubah yang diamati meliputi :

1. Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dihitung dengan menimbang 5 g contoh tanah kering udara dalam pinggang alumunium yang telah diketahui bobotnya. Perhitungan kadar air tanah dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Contoh tanah tersebut dipanaskan pada suhu 105°C selama 24 jam. Tanah yang telah dipanaskan disimpan terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhunya mendingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.

Kadar Air = 100%

) 1 3 ( ) 1 3 ( ) 1 2 ( X M M M M M M     Keterangan:

M1 = Berat cawan kosong M2 = Berat cawan + tanah

M3 = Berat cawan + tanah setelah dioven 2. pH tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH(H2O). Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rasio 1 : 2.5. Perhitungan nilai pH tanah dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Hal ini berarti 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan dengan 25 ml air aquades. Tanah dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7.0 dan pH 4.0. 3. Persentase Penutupan Tanah (PPT)

(27)

kecil yang berukuran 10 cm x 10 cm. Lubang-lubang kecil tersebut untuk mewakili jumlah yang tertutupi oleh tanaman M. bracteata.

% KPT = X100% B

A

Keterangan:

A = Jumlah lubang yang tertutupi oleh tanaman C. pubescens

B = Jumlah lubang yang belum tertutupi oleh tanaman C. pubescens 4. Pertumbuhan LCC yang meliputi :

a. Jumlah sulur, dihitung berdasarkan jumlah sulur induk dan cabang sulur anakan setiap minggu.

b. Panjang sulur, dihitung dari jumlah sulur yang terpanjang

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

KondisiUmum

Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang digunakan untuk penelitian 2.3 ha. Data curah hujan diperoleh mulai bulan Januari 2010 hingga Oktober 2010. Curah hujan teringgi terdapat pada bulan Maret sebesar 38.12 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 16 hari/hujan (Gambar 6). Bulan Maret hingga Juni tingkat curah hujan di lahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan memasuki musim kemarau.

Gambar 6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010

(29)

yang memiliki arti bahwa lahan tersebut merupakan dataran tuf masam, tuf dan batuan sedimen halus masam, berombak (lereng 3-8%). Gambar 7A dan Gambar 7B menggambarkan bahwa tanah yang terdapat pada lokasi penelitian sering mengalami longsor.

Gambar 7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; (B) Lahan Mengalami Longsor

Hasil analisis kimia (Tabel 1) tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar hara tergolong sangat rendah, pH tanah sangat masam, KTK tanah tergolong sangat rendah, dan bahan organik tergolong sangat rendah. Kriteria kesuburan tanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian

Sifat Fisik / Kimia Kelompok Kriteria**)

T1 T2 T3

Tekstur :

- Pasir (%) 33.70 1.50 60.9 T1 = Liat berdebu

- Debu (%) 45.80 50.70 8.80 T2= Lempung

- Liat (%) 20.50 47.80 30.3 T3= lempung liat berpasir

pH : H₂O 3.09 4.30 4.40 Sangat masam

C Organik (%) 0.06 0.06 0.04 Sangat rendah

N Total (%) 0.02 0.03 0.04 Sangat rendah

P tersedia (ppm) 1.92 1.71 3.49 Sangat rendah

Ca (cmol/kg) 0.11 0.13 0.62 Sangat rendah

Mg (cmol/kg) 0.01 0.04 0.06 Sangat rendah

K (cmol/kg) 0.27 0.44 0.27 Sedang

Na (cmol/kg) 1.10 1.07 1.64 Sangat tinggi

KTK (cmol/kg) 2.69 5.81 3.09 Sangat rendah

KB (%) 55.40 28.90 83.8 Sedang, Tinggi

Permeabilitas (cm/jam) 17.66 1.31 20.37 Rendah, Tinggi

Aldd (me/100g) 4.74 1.74 1.46 Tinggi

Keterangan: T1 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit(sangat sedikit); T2 = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Sumber:**) Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

(30)

Analisis kimia dilaksanakan saat survey awal lokasi penelitian pada bulan Januari 2010. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa status kesuburan tanah tergolong sangat rendah, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan masukan hara yang tinggi diantaranya pemberian bahan organik, pupuk nitrogen, fosfat, kalium, serta pemberian kapur. Hal ini berdasarkan kriteria kesuburan tanah pusat penelitian tanah tahun 1983.

Hasil analisis mineral liat (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kaolinit pada kelompok T1, T2, dan T3. Kelompok T1 terdapat tambahan mineral illit yang sangat sedikit. Kelompok T2 memiliki tambahan sedikit mineral illit, sedangkan pada kelompok T3 terdapat tambahan sedikit mineral illit dan geotit.

Tabel 2. Analisis Mineral Liat Tanah

No Kelompok Mineral Tanah**)

Kaolinit Goetit Illit

1 T1 ( Kemerahan) + + + + (+)

2 T2 (Putih) + + + + +

3 T3 (Kecoklatan) + + + + + +

Keterangan: ++++: Dominan +++: Banyak ++: Sedang +: sedikit (+): sangat sedikit

Sumber: **) Laboratorium Mineralogi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, November 2010

Hasil pengamatan terhadap warna tanah pada lokasi penelitian berdasarkan alat RGB Color Analyzer menunjukkan bahwa pada kelompok T1 memiliki warnam kemerahan dengan komponen R (Red), G (Green), dan B (Blue) sebesar 243, 102, dan 143 (Tabel 3). Kelompok T2 memiliki warna cenderung putih dengan nilai RGB sebesar (361, 319, 231), sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna kecoklatan dengan nilai RGB sebesar (259, 107, 123).

(31)

dari warna tersebut. Semakin tinggi chroma maka semakin murni kemurnian dari spektrum tersebut (Madjid, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan kelompok T1 memiliki warna tanah 5R 6/4 yang berarti bahwa memiliki nilai hue = 5R, value = 5, dan chroma = 4 yang secara keseluruhan berwarna merah.

Tabel 3. Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian

Kelompok RGB Color Analyzer Probe

Munsell Color Chart

R G B Hue Sat Lum Hue Val Chr

T1

(Kemerahan) 243 102 143 0.024 0.342 0.176 5R 6 4 T2

(Putih) 361 319 231 0.027 0.219 0.289 7.5R 8 1 T3

(Kecoklatan) 259 107 123 0.019 0.356 0.186 7.5R 5 4 Keterangan: R= red; G= green; B= blue; Sat= saturation; Lum= lamination; Val= value;

Chr= chroma

Kelompok T2 memiliki warna tanah 7.5R 8/1 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 8, dan chroma sebesar 1, dimana secara keseluruhan berwarna putih. Sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna tanah 7.5R 5/4 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 5, dan chroma sebesar 4, dimana secara keseluruhan berwarna coklat.

Sjarif (1991) menyebutkan bahwa puncak difraksi pada mineral illit berada pada kisaran 9.9oA-10.1oA sedangkan untuk mineral kaolinit berada pada puncak difraksi sebesar 7.15oA. Berdasarkan grafik hasil x-ray tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa mineral kaolinit memiliki nilai puncak difraksi antara 7.06-7.12oA, mineral illit pada puncak difraksi 10.1oA, dan mineral goetit terdapat pada puncak difraksi 4.1oA.

(32)

[image:32.595.117.496.76.296.2]

Gambar 8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1

Kelompok mineral T2 memiliki dominansi mineral kaolinit dan sedikit mineral illit. Besar persentase nilai mineral kaolinit dan mineral illit dapat diperoleh dengan menghitung luas area panjang gelombang masing-masing mineral dibagi dengan luas seluruh grafik pada kelompok T2. Gambar 9 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T2. Nilai persentase mineral kaolinit sebesar 31.24% dan mineral illit sebesar 7.56%

[image:32.595.76.493.487.697.2]
(33)
[image:33.595.109.502.229.454.2]

Gambar 10 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T3. Hasil analisis kelompok T3 sedikit berbeda dengan hasil analisis mineral pada kelompok T1 dan T2. Hal ini karena pada kelompok t3 terdapat sedikit tambahan mineral illit dan goetit. Besar nilai persentase masing-masing mineral yaitu mineral kaolinit sebesar 30.85%, mineral illit sebsar 2.01%, serta mineral goetit sebsar 3.15%.

Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyiraman dan pemupukan. Kegiatan penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman. Hal ini dikarenakan benih membutuhkan cukup air untuk proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat tanaman berusia 9 MST, 20 MST, dan 28 MST. Pupuk yang diberikan saat pemupukan pertama merupakan campuran antara pupuk urea 25 kg/ha, dolomite 100 kg/ha, kompos 200 kg/ha, dan KCL 25 kg/ha. Pupuk yang digunakan saat pemupukan kedua adalah pupuk urea sebanyak 200 kg/ha.

Pertumbuhan Mucuna bracteata

(34)

dilihat dari pertumbuhan kuantitatif tanaman. Pertumbuhan kuantitatif yang diamati meliputi panjang tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Kualitas tanah juga berperan terhadap laju pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang diamati meliputi kadar air tanah serta tingkat kemasaman tanah (pH). Laju pertumbuhan tanaman diamati pada setiap minggu. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 10 minggu setelah tanam (MST), 11 MST, 12 MST, 13 MST, dan 15 MST.

Hasil analisis anova menunjukkan bahwa perlakuan beberapa tingkat populasi tanaman yang diberikan terhadap tanaman M. bracteata memberikan respon yang sama terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada setiap satuan percobaan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi panjang tanaman, persentase penutupan tanah, jumlah daun, jumlah cabang, pH tanah, serta kadar air tanah. Akan tetapi, saat tanaman berumur 11 MST besar persentase penutupan tanah pada perlakuan dengan tingkat populasi tanaman sebesar 3 003 tan/ha menunjukkan hasil yang terbaik berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kelompok mineral tanah pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata. Hasil yang tidak berpengaruh ini mengindikasikan bahwa nilai parameter pertumbuhan tanaman M. bracteata tidak dipengaruhi oleh faktor kelompok mineral tanah. Hasil analisis anova tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Lampiran 3.

(35)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 10 MST

Tabel 4 merupakan data pengamatan tanaman M. bracteata saat tanaman berumur 10 MST. Panjang tanaman pada populasi 3 003 tanaman/ha (tan/ha) mencapai 46.17 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 16.61%. Panjang tanaman pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 39.78 cm dengan persentase penutupan sebesar 10.44%. Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Setiap perlakuan populasi tanaman M. bracteata yang berumur 10 MST memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang tidak jauh berbeda. Jumlah daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki dua cabang. Perhitungan nilai kadar air tanah (KA) awal dan pH awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Nilai KA tanah pada masing-masing perlakuan populasi tanaman berkisar antara 18.26%-22.43% dan nilai pH berkisar antara 4.58-4.78.

Tabel 4. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman KA awal (%) pH awal

715 39.78 10.44 4.56 2.22 22.43 4.65

1 287 43.94 10.72 4.83 1.89 18.26 4.58

3 003 46.17 16.61 4.06 1.94 20.81 4.78

(36)

Tabel 5. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm)

Persentase Penutupan Tanah

(%)

Jumlah Daun (helai/cabang)

Jumlah Cabang/ Tanaman

T1 42,39 13.17 5.00 2.06

T2 41.78 12.72 4.28 1.83

T3 45.72 11.89 4.17 2.17

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 11 MST

(37)

peningkatan panjang dan penutupan tanah setiap minggunya. Rata-rata jumlah daun hanya sebesar 2-3 daun/cabang.

Tabel 6. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman

715 47.92 16.17b 6.33 2.89

1 287 50.22 15.17b 7.11 2.39

3 003 54.17 26.06a 6.67 2.94

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

Hasil pengamatan tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST berdasarkan kelompok mineral tanah memiliki panjang tanaman mencapai 55.54 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.10% (Tabel 7). Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok mineral T3 mencapai 49.54 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 15.25%. Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai 48.50 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 18.30%.

Tabel 7. Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman

T1 52.09 21.89 7.67 3.33

T2 50.67 19.78 5.83 2.28

T3 49.61 15.72 6.61 2.61

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 13 MST

(38)

13 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 86.72 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.22%. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan 3 003 tan/ha mencapai 80.39 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.22%. Sedangkan pada perlakuan 1 287 tan/ha memiliki panjang tanaman sebesar 87.06 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 21.33%.

Tabel 8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman

715 86.72 22.22 14.00 2.50

1 287 87.06 21.33 16.50 3.06

3 003 80.39 34.22 13.22 2.89

Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Saat tanaman berumur 13 MST jumlah daun terbanyak sebanyak 17 daun/cabang terdapat pada perlakuan 1 287 tan/ha dengan jumlah cabang sebanyak 3 cabang/ tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan panjang tanaman M. bracteata yang berumur 13 MST pada kelompok mineral T3 mencapai 104.28 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 26.17% (Tabel 9).

Tabel 9. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Berdasarkan Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman

T1 90.94 27.83 17.11 3.17

T2 58.94 23.78 10.50 2.28

T3 104.28 26.17 16.11 3.00

[image:38.595.113.500.252.336.2]
(39)

Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T2 mencapai 58.94 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 23.78%. Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 13 MST ada yang mencapai panjang sebesar 1 meter.

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 15 MST

Tabel 10 menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 15 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai 112.11 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.89%. Pertumbuhan pada perlakuan tanaman 1 287 tan/ha mencapai panjang 131.39 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.33%, sedangkan pertumbuhan pada perlakuan 3 003 tan/ha memiliki panjang 114.67 cm dengan besar persentase penutupan sebesar 37.50%.

Tabel 10. Data pengamatan M. bracteata yang berumur 15 MST

Populasi (tan/ha)

Panjang (cm)

Persentase Penutupan

Tanah (%)

Jumlah Daun (helai/cabang)

Jumlah Cabang/ Tanaman

KA akhir

(%)

pH akhir

715 112.11 34.89 19.28 3.78 14.85 5.41

1 287 131.39 28.33 21.44 3.94 14.24 4.95

3 003 114.67 37.50 21.00 4.00 14.93 4.20

Perhitungan nilai Kadar Air (KA) akhir dan pH akhir dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Nilai KA pada setiap perlakuan memiliki rata-rata yang sama dan tergolong rendah. Nilai KA hanya berkisar antara 14.24-14.93% sedangkan pH tanah berada pada kisaran angka 4-5.

Berdasarkan hasil analisis statistik, panjang tanaman M. bracteata pada kelompok T3 saat berumur 15 MST mencapai 121.72 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.89% (Tabel 11).

[image:39.595.112.498.401.498.2]
(40)

Tabel 11. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 15 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/Tanaman

T1 119.61 38.44 22.50 4.39

T2 116.83 33.39 18.50 3.28

T3 121.72 28.89 20.72 4.06

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T1 mencapai 119.61 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 38.44%, sedangkan pada kelompok mineral T2 panjang tanaman mencapai 116.83 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 33.39%

Pengamatan Tanaman M. bracteata yang berumur 17 MST

Panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tanaman/ha (tan/ha)

[image:40.595.104.493.621.705.2]

mencapai 150.50 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 41.00%. Panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan dengan tingkat populasi 1 287 tan/ha mencapai 171.67 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 36.33%, sedangkan panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan 3 003 tan/ha mencapai 141.11 cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 46.44% (Tabel 12). Saat tanaman berumur 17 MST jumlah daun tanaman pada setiap cabangnya telah mencapai pada kisaran 26-29 daun/cabang dengan jumlah cabang sebanyak 5 cabang pada setiap satuan pengamatannya.

Tabel 12. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 17 MST

Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (daun/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman

715 155.50 41.00 27.89 4.44

1 287 171.67 36.33 29.00 4.33

(41)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, panjang tanaman M. bracteata yang berumur 17 MST pada kelompok mineral T3 mencapai 144.94 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 35.78% (Tabel 13). Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T1 mencapai 173.06 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 52.83%. Panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai 150.28 cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 35.17%. Saat tanaman berumur 17 MST, jumlah daun pada kelompok T3 mencapai 28 daun/cabang dengan jumlah cabang sebanyak 5 cabang. Kelompok T1 memiliki jumlah daun sebanyak 31 daun/cabang dengan jumalh cabang sebanyak 5 cabang.

Tabel 13. Data Pengamatan M. bracteata yang berumur 17 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah

Kelompok Panjang (cm)

Persentase Penutupan

Tanah (%)

Jumlah Daun (helai/cabang)

Jumlah Cabang/Tanaman

T1 173.06 52.83 31.00 5.06

T2 150.28 35.17 24.44 3.72

T3 144.94 35.78 28.00 4.61

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Pertumbuhan Centrosema pubescens

(42)

Panjang Tanaman

Pertumbuhan tanaman dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm (P1) memiliki nilai pertumbuhan terbaik dibandingkan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam di tugal (P2). Hasil analisis uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan P1 saat berumur 8 MST mencapai 66.25 cm sedangkan pada perlakuan P2 panjang tanaman hanya 27.80 cm. Saat tanaman berumur 15 MST, pertumbuhan pada perlakuan P1 telah mencapai panjang 97.50 cm sedangkan pada perlakuan P2 pertumbuhan tanaman masih mencapai 40.25 cm (Tabel 14).

Tabel 14. Data Pertumbuhan Panjang Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST

Perlakuan Lubang Tanam

Panjang Tanaman (cm)

8 MST 10 MST 12 MST 15 MST

30 cm x 60 cm 66.25a 76.15a 89.55a 97.50a

Tugal 27.80b 29.05b 38.50b 40.25b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

(43)

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Gambar 11. Grafik Pertumbuhan Panjang C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30 cm x 60 cm; (B) Ditugal

Persentase Penutupan Tanah (PPT)

Persentase penutupan tanah merupakan besar persentase tanaman C. pubescens yang dapat menutupi permukaan tanah pada setiap m². Tabel 15 menunjukkan laju penutupan tanah pada tanaman C. pubescens saat tanaman berumur 8 MST, 10 MST, 12 MST, dan 15 MST. Tanaman yang ditanam dengan menggunakan perlakuan lubang tanam berukuran 30 cm x 60 cm (P1) memberikan hasil PPT terbaik dibanding tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam ditugal (P2) pada setiap minggu pengamatan.

Tabel 15. Data Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST Perlakuan

Lubang Tanam

Persentase Penutupan Tanah (%)

8 MST 10 MST 12 MST 15 MST

30 cm x 60 cm 14.40a 25.00a 30.25a 33.60a

Tugal 6.80b 13.65b 14.80b 16.65b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

(44)

Saat tanaman berumur 8 MST (Minggu Setelah Tanam) nilai persentase penutupan tanah pada perlakuan P1 sebesar 14.40%, sedangkan tanaman yang menggunakan perlakuan P2 memiliki besar persentase penutupan tanah hanya sebesar 6.80%. Memasuki umur 15 MST persentase penutupan tanah pada perlakuan P1 sebesar 33.60%, sedangkan nilai persentase tanaman pada perlakuan P2 masih sebesar 16.65%.

Hasil perhitungan berdasarkan kelompok mineral tanah terlihat bahwa persentase penutupan tanah pada tanaman C. pubescens dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm saat tanaman berumur 8 MST berada pada kisaran 10-20% pada masing-masing kelompok mineral (Gambar 12A). Memasuki umur 15 MST, kelompok T1 memiliki besar penutupan tanah sebesar 50%, kelompok T2 memiliki besar penutupan tanah sebesar 20%, dan pada kelompok T3 besar penutupan tanah berada pada kisaran 13%.

Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

Gambar 12. Grafik Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30 cm x 60 cm; (B) Ditugal

Gambar 12B merupakan grafik persentase penutupan tanah tanaman C. pubescens yang menggunakan ukuran lubang tanam ditugal. Saat tanaman berumur 8 MST nilai penutupan tanah berada pada kisaran 5-10%, sedangkan

[image:44.595.105.497.376.547.2]
(45)

saat tanaman berumur 15 MST nilai persentase penutupan tanah berada pada kisaran 13-20%.

Kadar Air Tanaman

Hasil analisis anova menunjukkan bahwa pengaruh ukuran lubang tanam terhadap nilai kadar air tanaman tidak memberikan pengaruh terhadap besar atau kecilnya nilai kadar air tanaman. Meskipun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kadar air tanaman, akan tetapi tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm (P1) memiliki nilai kadar air yang sedikit lebih tinggi dibanding tanaman yang menggunakan ukuran ditugal (P2). Nilai kadar air tanaman pada bagian akar sebesar 29.95% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 21.74% (Tabel 16). Tabel 16. Data Kadar Air Tanaman C. pubescens

Perlakuan Lubang Tanam

Kadar Air Tanaman (%)

Akar batang daun

30 cm x 60 cm 29.95 31.39 45.01

Tugal 21.74 21.85 24.18

Nilai kadar air tanaman pada bagian batang sebesar 31.39% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 21.85%. Nilai kadar air tanaman pada bagian daun sebesar 45.01% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 24.18%. Semakin besar ukuran lubang tanam maka semakin tinggi bobot brangkasan yang dihasilkan, hal ini karena semakin banyak tanaman yang dihasilkan dibandingkan tanaman yang hanya menggunakan ukuran lubang tanam ditugal.

Kadar Air (KA) Tanah dan pH Tanah

(46)

Tabel 17. Data Kadar Air dan pH Tanah di Lokasi Penelitian Perlakuan

Lubang Tanam

Kadar Air Tanah (%) pH

awal akhir awal akhir

30 cm x 60 cm 18.61 13.66 4.40 4.68

Tugal 18.41 13.40 4.78 4.66

Nilai KA awal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada KA akhir. Hal ini dipengaruhi oleh pengambilan contoh tanah untuk perhitungan nilai KA awal yang dilakukan pada musim penghujan, sedangkan pengambilan contoh tanah untuk perhitungan KA akhir dilakukan pada musim kemarau.

Nilai pH tanah yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm maupun dengan ditugal memiliki nilai yang relatif sama. Tingkat kemasaman tanah (pH) pada penelitian ini berdasarkan pada pH H₂O. Nilai pH tanah tidak mengalami peningkatan selama beberapa minggu penanaman C. pubescens. Nilai pH masih berkisar pada angka 4, meskipun tidak terjadi peningkatan yang sangat jelas namun pH tanah tetap mengalami peningkatan nilai sedikit demi sedikit. Akan tetapi tidak memperbaiki kondisi kimia tanah ke arah nilai yang lebih baik.

Pembahasan

Pengaruh Tingkat Populasi Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata

[image:46.595.107.505.115.172.2]
(47)

Tanaman penutup tanah memiliki beberapa fungsi diantaranya: mengurangi kepadatan tanah (Cock, 1985), sebagai tempat menyimpan carbon (Reicosky and Forcella, 1998), mempengaruhi hidrologi tanah dan menjaga dari erosi yang disebabkan oleh air dan angin (Battany and Grismen, 2000), meningkatkan laju infiltrasi air (Archer et al., 2002). Parkin et al., (2006) menambahkan bahwa selain berfungsi dalam konservasi tanah salah satu pengaruh penting dari LCC adalah tanaman tersebut dapat mengurangi terlepasnya zat kontaminan dalam tanah. tanaman LCC berperan dalam kegiatan fiksasi nitrogen. Tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai tempat menyerap kelebihan nitrogen di dalam tanah.

M. bracteata merupakan salah satu jenis LCC yang digunakan dalam keperluan rehabilitasi lahan karena tanaman ini dapat bekerja memperbaiki lahan dalam waktu yang singkat. Pada kegiatan reklamasi lahan ataupun penanaman LCC pada area perkebunan, panjang tanaman merupakan salah satu indikator pengamatan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pertumbuhan tanaman M. bracteata tersebut.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa panjang tanaman merupakan salah satu ukuran yang paling sering diamati sebagai salah satu indikator pertumbuhan maupun indikator mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang digunakan karena tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang paling mudah untuk diamati.

(48)

juga. Tingkat populasi yang cukup padat menyebabkan ruang pergerakan tanaman menjadi tidak terkontrol. Hal ini memiliki arti bahwa perkembangan tanaman M. bracteata saling tumpang tindih mengingat pada setiap perlakuan berisi 21 tanaman contoh.

Persentase penutupan tanah merupakan salah satu parameter kegiatan penanaman LCC dapat dikatakn berhasil. Semakin rapat populasi tanaman dalam satuan percobaan maka besar penutupan tanah akan semakin tinggi. Semakin tinggi nilai persentase PPT maka semakin besar permukaan tanah yang telah tertutupi oleh tanaman tersebut. Nilai persentase penutupan tanah pada penelitian ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh panjang tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai panjang suatu tanaman, belum menentukan nilai persentase penutupan tanah tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya nilai penutupan tanah yang diperoleh yaitu tanaman C. pubescens yang ikut ditanam sebagai tanaman penutup dalam kegiatan reklamasi lahan, sehingga tanaman tersebut juga ikut andil dalam perhitungan nilai PPT. Harahap et al., (2008) menyatakan bahwa laju penutupan kacangan pada masa awal penanaman dapat mencapai 2-3 m2 per bulan. Penutupan areal secara sempurna dicapai saat memasuki tahun ke-2 dengan ketebalan vegetasi berkisar 40-100 cm dan biomassa berkisar antara 9-12 ton bobot kering per ha. Berdasarkan hasil pengamatan saat penelitian, tanaman yang berumur 17 MST memiliki tingkat persentase penutupan tanah tertinggi hanya sebesar 36%. Salah satu faktor yang menyebabkan hasil tersebut sangat berbeda karena tanah pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori tanah kritis dan tidak layak untuk dilakukan penanaman (Lampiran 7).

(49)

Tanaman M. bracteata dan tanaman C. pubescens dapat merambat dengan cepat pada bagian-bagian yang kosong atau merambat pada pohon kelapa sawit. Selain itu, tanaman tersebut dapat berkompetisi dengan gulma yang terdapat pada lokasi. Tanaman M. bracteata dan tanaman C. pubescens merupakan salah satu kombinasi penanaman dari jenis LCC yang dapat diterapkan di lapang. Gambar 13 merupakan salah satu contoh perkembangan penutupan tanah dengan populasi 3 003 tan/ha pada kelompok T2 saat tanaman berumur 10 MST dan 15 MST.

[image:49.595.110.482.409.558.2]

Penanaman M. bracteata yang dilakukan dekat dengan perakaran sawit dapat meningkatkan kesuburan tanah disekitar perakaran mengingat bahwa tanaman LCC dapat mengikat N₂ di udara menjadi bentuk nitrat yang diperlukan oleh tanaman. Perhitungan penataan maupun jumlah tanaman M. bracteata tersebut tetap diperlukan, hal ini karena sifat tanaman tersebut yang dapat memanjat dan merambat.

Gambar 13. Perkembangan Penutupan Tanah dengan Populasi 3 003 tan/ha pada Kelompok Mineral T2 Saat Berumur: (A) 10 MST; (B) 15 MST

Gambar 14 di bawah ini terlihat bahwa tanaman M. bracteata hampir menutupi seluruh permukaan dari tanaman sawit, dan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan tanaman tersebut dapat menutupi seluruh permukaan pohon sawit.

(50)

Gambar 14. Tanaman M. bracteata yang Merambat pada Tanaman Sawit Nilai persentase pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh panjang tanaman dan laju penutupan tanah juga dipengaruhi oleh jumlah daun dan jumlah cabang. Pertambahan jumlah cabang dan jumlah daun erat kaitannya dengan pertumbuhan panjang tanaman. Semakin tinggi nilai panjang suatu tanaman maka semakin besar nilai jumlah daunnya. Laju penambahan panjang tanaman maupun PPT yang lebih tinggi tidak sebanding dengan laju penambahan jumlah daun dan jumlah cabang. Satu tanaman contoh memiliki jumlah daun sebanyak 3-5 daun setiap minggu, sedangkan laju penambahan jumlah cabang hanya sebanyak 1 cabang setiap 2 minggu. Perbandingan jumlah daun pada tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Gambar 15. Jumlah satu daun pada tanaman M. bracteata terdiri dari 3 helai daun, hal ini mengingat tanaman M. bracteata merupakan tanaman berjenis daun three foliate.

(A) (B) (C)

(51)

Gambar 15 A merupakan jumlah daun pada kisaran 3-15 daun, Gambar 15b merupakan jumlah daun tanaman M. bracteata pada kisaran 16-25 daun, sedangkan pada Gambar 15 C merupakan jumlah daun pada kisaran 26-40 daun.

Berdasarkan data hasil penelitian tanaman M. bracteata dengan jumlah populasi 1 287 tan/ha dapat direkomendasikan untuk kegiatan reklamasi pada tanah T2. Tanaman M. bracteata dengan jumlah populasi 715 tan/ha dapat dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi pada kelompok T1 dan T3. Hal ini berdasarkan pertimbangan perkembangan pertumbuhan panjang tanaman. Nilai persentase penutupan tanah yang diperoleh tidak dimasukkan sebagai bahan pertimbangan karena data yang diperoleh berdasarkan data perambatan dari tanaman M. bracteata dan C. pubescens.

Rekomendasi secara umum kegiatan penanaman yang memanfaatkan tanaman M. bracteata sebagai tanaman penutup pada perkebunan-perkebunan dapat memanfaatkan jumlah populasi M. bracteata sebanyak 715 tan/ha. Pemilihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional baik biaya produksi maupun biaya pemeliharaan pada perkebunan, sedangkan penanaman pada lahan yang kritis dapat memanfaatkan jumlah populasi tanaman sebanyak 1287 tan/ha. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi apabila terdapat beberapa tanaman yang mati saat di lapang.

(52)

Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan

Centrosema pubescens

[image:52.595.121.489.460.591.2]

Secara umum teknik prosedur di lapang tidak bisa diabaikan begitu saja. semua prosedur-prosedur mulai dari bibit tanaman yang digunakan, dosis pupuk yang diaplikasikan, hingga ukuran lubang tanam harus sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Lubang tanam merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman. Jika ukuran lubang tanam tidak sesuai dengan standar maka hasil pertumbuhan suatu tanaman menjadi tidak optimal. Gambar 16 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman C. pubescens pada bagian A merupakan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm, sedangkan Gambar 16B merupakan tanaman yang ditanam hanya dengan ditugal. Gambar 16A menunjukkan bahwa tanaman sudah memiliki banyak cabang dan tanaman telah merambat menutupi permukaan tanah, sedangkan Gambar 16B menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tersebut terhambat, akan tetapi dilihat dari segi fisiologi tanamannya, bentuk daun pada Gambar 16B lebih baik dibandingkan pada Gambar 16A.

Gambar 16. Tanaman C. pubescens dengan Ukuran Lubang Tanam: (A) 30cm x 60cm; (B) Ditugal

Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat pertumbuhan vegetatif tanaman C. pubescens memiliki perkembangan yang baik dengan menggunakan lubang tanam berukuran 30 cm x 60 cm daripada hanya dengan ditugal karena dengan menggunakan ukuran lubang tanam, benih tanaman masih memiliki ruang untuk tumbuh. Sedangkan jika menggunakan tugal,

(53)

ruang benih untuk tumbuh sangat terbatas mengingat dalam satu lubang tanam rata-rata jumlah benih yang dimasukkan berkisar antara 50-100 benih C. pubescens.

Gambar 17A menunjukkan bahwa tanaman C. pubescens dapat merambat ke segala arah pada kondisi lahan yang datar. Bagian B terlihat bahwa tanaman C. pubescens dapat memanjat pada lereng-lereng dan pada akhirnya dapat menutupi permukaan lereng sehingga dapat mengurangi terjadinya longsor. Mengingat kondisi area penelitian merupakan bekas penambangan yang sering terjadi longsor.

Gambar 17. Perambatan Tanaman C. pubescens: (A) Lahan Datar; (B) Bagian Lereng

Tampobolon (1993) menyatakan bahwa agar pertumbuhan tanaman sentro dapat tumbuh optimum di lapang dosis pupuk N yang dapat digunakan adalah sebesar 75 kg N/ha. selain itu disebutkan bahwa saat tanaman berumur 4 bulan besar penutupan tanah tanaman sentro dapat mencapai 84.6%. Nilai ini hampir sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa saat tanaman berumur 3 bulan atau 12 MST besar penutupan yang dihasilkan tanaman sentro sebesar 88.90%.

Sutaedi (2005) menyatakan bahwa tanaman Centrosema pubescens dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. Saat musim kemarau tanaman memiliki panjang sebesar 33.33 cm, sedangkan pada musim hujan tanaman Centrosema pubescens memiliki panjang tanaman sebesar 23.33 cm.

[image:53.595.129.484.304.458.2]
(54)

Pengaruh Kelompok Mineral Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata

dan Centrosema pubescens

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang terhadap laju pertumbuhan tanaman baik tanaman M. bracteata dan C. pubescens pada setiap minggunya dapat terlihat bahwa pertumbuhan tanaman pada tanah T3 dan T1 lebih baik daripada pada tanah T2. Sedangkan jika dilihat berdasarkan hasil analisis anova dan manova, kelompok mineral tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata dan C. pubescens.

Terlepas dari hasil analisis statistik untuk kelompok mineral tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan nilai kelompok T1 dan T3 memiliki nilai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kelompok T2 adalah nilai tingkat permeabilitas tanah pada kedua tanah tersebut lebih baik daripada pada tanah T2. Pada tanah T1 memiliki tingkat permeabilitas sebesar 17.66 cm/jam, tanah T3 sebesar 20.37 cm/jam, sedangkan pada tanah T2 nilai permeabilitas tanah hanya sebesar 1.31 cm/jam. Tingginya tingkat permeabilitas akan berpengaruh terhadap besarnya laju infiltrasi tanah. Semakin tinggi laju infiltrasi memiliki arti bahwa kemampuan air untuk meresap ke dalam tanah semakin tinggi. Mengingat bahwa air merupakan salah satu faktor penting yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa air diperlukan tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, serta sebagai pengangkut serta mentranslokasikan makanan-makanan dan unsur hara.

Simatopang (2005) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dengan dosis minimal 10 ton/ha dapat menurunkan besarnya aliran permukaan. Hal ini karena pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga permeabilitas tanah dapat meningkat dan aliran permukaan dapat diminimalisir.

(55)

merosotnya kesuburan tanah. Hal ini dapat mengakibatkan tanah menjadi tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan produktifitasnya menjadi sangat rendah.

Lahan pada lokasi penelitian merupakan salah satu contoh dari tanah yang mengalami kerusakan atau tergolong kategori lahan kritis. Salah satu contoh pentingnya adalah laju pertumbuhan M. bracteata dan C. pubescens pada lokasi penelitian tidak menunjukkan hasil yang maksimal dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Mengingat bahwa baik tanaman M. bracteata maupun C. pubescens merupakan salah satu jenis tanaman LCC yang memiliki daya berkecambah yang tinggi serta toleran terhadap musim kemarau maupun kelembapan tinggi.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan lahan pada lokasi penelitian termasuk dalam jenis lahan kritis. Pertama adalah tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kuarsa 90% pada fraksi pasir serta mineral kaolinit 90% pada fraksi liat (Lampiran 7). Dominansi kedua mineral menunjukkan bahwa tanah tersebut sangat miskin hara potensial. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan hasil analisis kimia terlihat bahwa kandungan unsur hara makronya tergolong sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman hanya bergantung dari kegiatan pemupukan mengingat bahwa hara yang tersedia dalam tanah tergolong sangat rendah atau hampir mendekati tidak ada sama sekali.

(56)

Menurut Buckman dan Brady (1974), nilai pH dibawah 5.0–5.5 unsur Al, Fe, dan Mn menjadi larut dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan tanaman mengalami keracunan. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Vlamis (1953), menyatakan bahwa meskipun nilai pH rendah, pertumbuhan tanaman tidak akan terhambat apabila kand

Gambar

Gambar 9.  Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T2
Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3
Tabel 8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST
Tabel 10 menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Stock Selection Skill, Market Timing Ability, Fund Age, dan Fund Size Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah Saham di Indonesia Pada Tahun

Primananda, Djanali, dan Shiddiqi — Analisa Kualitas Layanan Sistem Komunikasi Tetra Pada Kereta Api Indonesia akan dianalisis juga mengenai Quality of Service (QoS) yang

Data primer didapatkan dari hasil pengamatan nilai- nilai parameter kinerja jaringan ( delay end to end , packet loss dan throughput ) menggunakan wireshark pada sisi

Mata pelajaran Akuntansi Dasar yang dianggap oleh siswa sulit namun tidak demikian dengan hasilnya. Hal ini terlihat dari nilai Ulangan Tengah Semester yang berada

lalulintas sesuai dengan umur rencana, maka perlu diadakan perencanaan perkerasan yang baik, karena dengan begitu konstruksi perkerasan jalan mampu memikul beban

Itulah sebabnya, kemiskinan yang timbul dalam suatu masyarakat, demikian tegas Dawam Rahardjo, jangan dibaca semata-mata sebagai akibat dari falconfaktor yang terdapat

pengelolaan sutera alam di Kabupaten Wajo yaitu pihak manajemen KPHP Awota, pihak Dinas Kehutanan Kabupaten Wajo, Dinas Perindustrian Kabupaten Wajo, Pihak

Hasil pengujian pengaruh tidak langsung Variabel Makroekonomi BI Rate, Inflasi, dan Kurs Rupiah terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga DPK pada Bank Umum Syariah BUS dengan