• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

4.5 Perekonomian Kabupaten Karo

Berdasarkan data Produksi Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Karo dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2008 PDRB tertinggi disumbangkan oleh sektor pertanian disusul dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan perubahan jumlah produksi yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung hal ini merupakan gambaran tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Bagi suatu daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang dicapai dan juga berguna untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perubahan PDRB atas dasar harga konstan, di mana pada tahun

2009 kegiatan perekonomian di Kabupaten Karo mengalami pertumbuhan sebesar 5,17 persen seperti terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Tahun 2005 – 2009.

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 Nilai (Jutaan Rupiah) Pertumbuhan (%) Nilai (Jutaan Rupiah) Pertumbuhan (%) 2005 3.683.020,64 12,62 2.600.529,76 4,71 2006 3.978.802,62 8,03 2.729.610,27 4,96 2007 4.483.323,77 12,68 2.869.736,96 5,13 2008 r) 5.058.679,19 12,83 3.019.387,58 5,21 2009 *) 5.646.544,41 11,62 3.175.599,35 5,17 Keterangan : r) = Angka Perbaikan

*) = Angka Sementara Sumber : BPS Kabupaten Karo 2009

Pertumbuhan tersebut didukung oleh semua sektor perekonomian di Kabupaten Karo, seperti terlihat dari Tabel 11.

Tabel 11 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009

No. Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)

2005 2006 2007 2008 r) 2009 *)

1. Pertanian 3,14 3,98 4,29 4,48 4,67

2. Pertambangan dan

Penggalian 23,93 3,26 3,23 12,80 10,99

3. Industri 11,70 8,31 3,55 3,83 1,13

4. Listrik, Gas dan Air

Bersih 7,17 0,82 6,00 4,33 4,43

5. Bangunan 6,23 7,92 4,77 5,30 4,86

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 6,88 6,18 6,15 6,49 6,00

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 18,00 5,74 3,04 5,06 2,96

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 3,69 6,45 15,32 6,29 5,73

9. Jasa-jasa 8,25 7,08 9,37 7,38 8,78

PDRB Kabupaten Karo 5,35 4,96 5,13 5,12 5,17

Keterangan: :r) = Angka Perbaikan *) = Angka Sementara

Tahun 2009 sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 4,67 persen dan melebihi pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 4,48 persen. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu tumbuh sebesar 10,99 persen dan diikuti sektor jasa-jasa sebesar 8,78 persen, sedangkan sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan terendah sebesar 1,13 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan juga memiliki potensi yang cukup baik terutama tanaman hortikultura baik dari tanaman sayuran, buah maupun tanaman hias. Sayuran unggulan yang ada di kabupaten Karo antara lain adalah kentang, kubis, cabai dan tomat, buah-buahan unggulan adalah Jeruk dan markisa dan untuk tanaman hias unggulan adalah bunga-bunga dataran tinggi seperti gerbera dan krisan.

Luas lahan pertanian di Kabupaten Karo terdiri dari lahan basah (sawah dan kolam) seluas 11.927 Ha, lahan darat seluas 200.798 Ha yang terdiri dari lahan perkarangan seluas 4.466 Ha, tegalan/kebun seluas 20.529 Ha, ladang/huma seluas 81.169 Ha, penggembalaan/padang rumput seluas 1.375 Ha, perkebunan seluas 7.489 Ha, hutan negara seluas 59.505 Ha, hutan rakyat seluas 5.608 Ha dan lain-lain seluas 20.657 Ha.

Adapun komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Kabupaten Karo terdiri dari tanaman palawija, sayuran dan buah. Pada tahun 2008, luas panen komoditas tanaman palawija di Karo 66.537 Ha dengan produksi 431.392 ton, sedangkan luas panen komoditas tanaman sayuran mencapai 16.944 Ha dengan produksi tanaman sayuran mencapai 380.112 ton. Untuk komoditas buah-buahan, luas panen adalah 10.946 Ha dengan produksi 428.082 ton. (Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2009).

Berdasarkan sumber data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, sentra utama komoditas hortikultura tersebar di kecamatan Tigapanah, Barusjahe, dan Simpang Empat. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan Tahun 2009.

No Kecamatan Produksi (Ton) Jumlah

(Ton)

Tomat Kubis Kentang Bawang

Merah Cabai Sayuran Lainnya 1 Mardinding - - - - 138 - 138 2 Lau Baleng - - - - 479 - 479 3 Tiga Binanga - - - - 850 - 850 4 Juhar - - - - 26 - 26 5 Munthe 63 - - - 2.981 653 3.697 6 Kutabuluh - - - - 750 - 750 7 Payung 1.844 165 - 689 8.944 4.974 16.616 8 Tiganderket 1.265 - 27 247 734 606 2.879 9 Simpang Empat 12.420 68.792 11.585 - 11.240 47.781 151.818 10 Barus Jahe 4.640 12.929 4.766 - 1.952 7.336 31.623 11 Merdeka 1.945 7.635 4.200 - 1.365 8.713 23.858 12 Kabanjahe 2.702 4.900 1.869 - 2.758 8.074 20.303 13 Berastagi 1.255 7.450 2.650 - 728 13.881 25.964 14 Tigapanah 1.230 5.248 3.050 - 2.242 7.758 19.528 15 Dolat Rayat 130 1625 578 - 300 740 3.373 16 Naman Teran 4.832 3.935 3.685 468 1.333 2.411 16.664 17 Merek - 1.699 1.845 - 852 2.292 6.688

Sumber : Kabupaten Karo Dalam Angka 2009 (data diolah)

Berdasarkan uraian tersebut, maka Kabupaten Karo dapat dinyatakan merupakan salah satu kawasan sentra hortikultura di Provinsi Sumatera Utara khususnya komoditas sayuran dan buah-buahan. Potensi ini juga dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2006-2010 yakni mengembangkan secara optimal pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan berbasis agribisnis yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan kritis.Visi pembangunan Kabupaten Karo adalah terwujudnya masyarakat Kabupaten Karo yang maju, demokratis, beriman dan sejahtera dalam suasana kekerabatan Karo.

Hal ini berarti bahwa sektor ekonomi yang akan menjadi landasan gerak adalah agribisnis, industri dan pariwisata. RPJMD Kabupaten Karo 2006- 2010 tampaknya juga mencoba untuk mengembangkan wilayah Kabupaten Karo dengan orientasi ekonomi masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya lokal. Adapun untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan menjadi 8 misi, yaitu :

1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Karo

2. Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya tokoh agama dan rohaniawan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

3. Mengembangkan secara optimal pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan berbasis agribisnis yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan kritis.

4. Memfasilitasi peningkatan budi pekerti dan keimanan masyarakat.

5. Meningkatkan peranan koperasi dan UMKM untuk menunjang perekonomian masyarakat

6. Meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur 7. Melestarikan nilai-nilai budaya Karo.

8. Meningkatkan ketertiban dan ketentraman masyarakat serta kesadaran politik berdasarkan nilai demokrasi.

Konsep pembangunan daerah yang berbasis pada sektor unggulan memiliki beberapa kriteria sektor sebagai motor penggerak pembangunan suatu daerah, antara lain :

1. Mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi. 2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan belakang (forward and backward

linkage) yang kuat,

3. Mampu bersaing (competitiveness), 4. Memiliki keterkaitan dengan daerah lain, 5. Mampu menyerap tenaga kerja,

6. Bertahan dalam jangka waktu tertentu,

7. Berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, 8. Tidak rentan terhadap gejolak internal dan eksternal (Suripto, 2003)

Dokumen terkait