• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELEMBAGAAN KAUKUS

1. Perempuan Anggota Legislatif dan Cara Mereka Memanfaatkan Perangkat Informasi dan Komunikas

a. Pola Pemanfaatan dan Aplikasi yang Paling Populer di Kalangan Perempuan Parlemen

Berdasarkan temuan penelitian, perempuan aleg yang menjadi responden survei ini sebagian besar berpendidikan tinggi atau mereka yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2/S3 sebesar 80,3%, sementara pendidikan menengah dalam survai ini dikategorikan menyelesaikan pendidikan SMA/sederajad dan D III sebesar 19,7%. Latar belakang pendidikan ini sedikit banyak mempengaruhi mereka dalam penggunaan teknologi setidaknya pengalaman selama masa masa kuliah.

Hampir seluruh anggota perempuan parlemen di lokasi studi yang memiliki HP canggih atau android. Berdasarkan data kumulatif, kepemilikan HP berbasis android yaitu smart phone dan iPad/Tablet adalah80,4% (masing-masing BlackBerry 28,6%, smart phone 28,6% dan iPad/Tablet 19,6%). Perangkat ini merupakan perangkat komunikasi yang dimiliki dan sering digunakan. Mereka terbiasa dengan komunikasi berbasis teks yang menjadi unggulan perangkat komunikasi berbasis android, tapi mereka belum terbiasa untuk memanfaatkan perangkat tersebut untuk mendukung tugasnya sebagai anggota parlemen. Lebih lanjut, anggota perempuan parlemen juga

Page | 45

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

tidak memanfaatkan email secara maksimal, berdasarkan temuan lapangan,

pengguna email aktif hanya sejumlah 28,6% dibandingkan pengguna pasif 69,4%.

Terkait dengan kondisi ini, SWARGA perlu mendesain pengadaan jaringan dan aplikasi yang reliable dan mudah penggunaannya untuk mendukung kinerja dan tugas- tugasnya. Jaringan tersebut sebaiknya didukung dengan aplikasi yang disesuaikan dengan kebiasaan sehari-hari mereka dalam memanfaatkan perangkat komunikasinya. Anggota perempuan parlemen terbiasa mengakses berita online (57,1%). Oleh karena itu, penting untuk mendesain aplikasi yang sesuai dengan kebiasaan mereka yaitu menyediakan data yang diberi pengantar sebagai informasi. Jadi seolah-olah mereka sedang membaca berita. Untuk lebih detail, mereka dapat melihat lanjutan dan men-download lampirannya (attachment) jika ada. Data detail dapat diformat dalam bentuk PDF dan sejenisnya misalnya UU dan Peraturan- peraturan (lebih lanjut, jenis data yang direkomendasikan akan dibahas dalam sub bab tersendiri).

Pemanfaatan email juga penting untuk didorong oleh SWARGA mengingat meskipun penggunanya relatif sedikit, tapi email sangat penting untuk untuk menunjang kinerja anggota dewan. Pelatihan penggunaan email dan fungsi-fungsi yang terdapat pada domain email seperti yahoo, gmail dan sebagainya perlu diperkenalkan dan dilatihkan kepada anggota perempuan aleg dan tenaga ahli/pendukung.

Pemanfaatan alat komunikasi yang dimiliki perempuan anggota legislatif selain menelepon dan mengirim pesan teks dapat dilihat melalui data dalam tabel berikut. Dilihat dari data, dapat dinyatakan bahwa semakin canggih alat komunikasi yang dimiliki, semakin besar kecenderungan perempuan aleg untuk mengakses berita. Oleh karena itu, konten dalam WPN sebaiknya mengikuti model tampilan alur berita, sehingga membaca konten WPN hampir sama dengan pola membaca berita.

Tabel 6. Pemanfaatan Alat Komunikasi

Perangkat Komunikasi Pemanfaatan (%) Infotainment Online Toko Online Berita Online Membaca Email Mencari Data Tidak Menjawab Ponsel Biasa 27.2 9.1 36.4 0 9.1 18.2 BlackBerry 18.7 12.5 56.3 12.5 0 0 Smart Phone 0 6.3 68.7 25.0 0 0 Tablet/iPad 0 7.7 61.5 15.4 15.4 0

Page | 46

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

Berkaitan dengan dengan penggunaan yang berbeda untuk masing-masing perangkat berbasis android yang mereka miliki, sebaiknya perlu dipertimbangkan lampiran- lampiran seperti Draft, Undang-Undang atau Peraturan yang menjadi kebutuhan mereka. Biasanya, file Undang-undang, peraturan seperti UU No. 17/2003 Tentang Keuangan Daerah dan sebagainya, cara men-download dan menyimpan di perangkatnya masing-masing (biasanya iPad dan Tablet) menjadi kesulitan bagi perempuan aleg. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan penyimpanan file di perangkatnya, kegiatan seperti memberi nama folder, lokasi folder serta cara cepat menemukan kembali file tersebut pada saat diperlukan sangat penting bagi perempuan aleg. Infomasi tentang kapasitas perangkat yang dimiliki juga perlu diberikan dalam pelatihan tersebut.

Informasi terkait konten yang diperlukan perempuan aleg yang berkaitan langsung dengan fungsinya seperti misalnya UU, Peraturan dan isu terkait penganggaran, legislasi dan pengawasan yang dikelompokkan menurut fungsi, isu dan wilayah. Jadi masing-masing anggota dapat melihat perkembangan didaerahnya juga di wilayah lain.

WPN juga diharapkan mengikuti kebiasaan perempuan aleg dalam berkomunikasi berbasis teks antar sesama anggota yang digunakan dalam androidnya seperti BBM dan WhatsApp. Kedua jenis komunikasi berbasis teks ini dapat digunakan untuk komunikasi grup. Jika set-up atau format komunikasi interaktif antar anggota per- daerah (dapat dibagi per provinsi/kabupaten atau satuan grup yang disepakati) dapat diakses semudah mereka berkomunikasi dengan BBM dan WhatsApp, WPN dapat memfasilitasi terbentuknya pola komunikasi yang spesifik dan khusus bagi terbentuknya jaringan kerja perempuan aleg. Untuk mewadahi jaringan ini perlu dipikirkan desain komunikasi in-group terdaftar seperti halnya BBM dan WhatsApp yang bersifat grup tertutup (close group). Format ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan anggota dalam berkomunikasi.

Perempuan aleg juga memanfaatkan kepemilikan perangkat komunikasinya untuk mengakses sosial media. Sosial media dimanfaatkan sebagai kegiatan mengisi waktu luang hingga kepentingan kampanye. Kegiatan yang sering dilakukan adalah meng-

upload foto atau mengganti foto profil, memperbaharui status dan memberi komentar. Beberapa anggota juga memanfaatkan sosial media untuk berkampanye. SWARGA perlu mengarahkan pemanfaatan sosial media kepada perempuan aleg untuk memelihara komunikasi dengan konstituen yang diperoleh selama masa kampanye. Penting juga untuk memberikan pengetahuan tentang konten/status yang mengundang simpati atau kontroversi.

Cara berkomunikasi perempuan aleg secara umum masih menggunakan komunikasi verbal baik pada mereka yang berpendidikan menengah maupun tinggi. Data tersebut dapat diihat pada Tabel 3. Namun demikian, komunikasi verbal lebih sering

Page | 47

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

terjadi pada anggota yang berpendidikan SMA/Sederajad baik secara langsung/tatap muka juga pembicaraan telepon. Sedangkan pada perempuan aleg berpendidikan tinggi (Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana) cara komunikasi berkombinasi hampir seimbang antara verbal dan tulisan berbasis teknologi. Penggunaan email juga semakin meningkat seiring dengan tingkat pendidikan.

Tabel 7. Tingkat Pendidikan dan Cara Berkomunikasi Perempuan Anggota Parlemen Pendidikan Formal Cara Berkomunikasi (%) 1 2 3 4 5 6 SMA/Sederajad 30 40 10 10 0 10 Diploma 0 0 5.9 0 0 0 Sarjana (S1) 15.4 34.6 26.9 15.4 0 7.7 Pasca Sarjana (S2-S3) 17.8 30.4 32.1 12.5 1.8 5.4 Keterangan :

1. Rapat/Bertatap muka langsung 2. Pembicaraan melalui telepon 3. Diskusi dengan BBM/WhatsApp

4. Membuat agenda pertemuan dan diskusi via email

5. Membuat agenda bersama dan diskusi melalui mailing-list (milis) 6. Tidak menjawab

Kecenderungan komunikasi ini penting untuk menjadi catatan bahwa mendorong pemanfaatan email dan alat komunikasi sangat potensial dan penting untuk dilaksanakan. Pelatihan WPN langsung kepada anggota justru sangat penting karena potensi ini melekat pada diri responden. Meskipun pelatihan serupa juga penting diberikan kepada asisten. Intervensi berupa pelatihan yang terkait pada m aksimalisasi perangkat, aplikasi dan jaringan yang dilakukan kepada masing-masing anggota sebaiknya mempertimbangkan juga tingkat pendidikan. Meskipun komposisi tingkat pendidikan parempuan anggota parlemen dalam studi ini secara kumulatif adalah pendidikan tinggi 80,3% dan menengah 19,7%, oleh karena itu, tantangan untuk mengembangkan WPN ditentukan dari anggota itu sendiri. Namun demikian, bukan berarti mereka yang berpendidikan SMA/Sederajad tidak memiliki keinginan untuk memanfaatkan perangkat komunikasi, meskipun metode pelatihannya perlu disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.

Pelatihan yang diberikan kepada perempuan aleg yang berpendidikan SMA/Sederajad harus lebih banyak menggunakan penjelasan verbal, mencontohkan

Page | 48

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

secara langsung pada perangkat miliknya. Penjelasan secara langsung lebih efektif daripada misalnya menjelaskan sepintas dan setelah itu memberikan manual atau buku panduan. Penjelasan sebaiknya diberikan secara mendetail tentang tahapan penggunaan dan jenis informasi yang dicari, misalnya untuk mencari Draft Perda atau data di web pemerintah dan NGO, atau berkomunikasi

Bagi anggota dengan pendidikan lebih tinggi penjelasan akan relatif lebih mudah karena lebih familiar dengan perangkat berbasis android. Penjelasan berupa tips mencari data secara cepat dilengkapi dengan shortcut yang mudah sesuai dengan fungsi anggota akan menarik minat anggota. Terlebih lagi, persepsi anggota terhadap penggunaan internet dalam membangun WPN secara kumulatif sangat baik dilihat dari dari data yaitu 89,3% setuju dan berarti hanya 10,7% yang menyatakan ketidaksetujuan. Oleh karena itu, terlepas dari tantangan yang sangat besar, WPN juga mendapatkan dukungan dari anggota. Keberadaan internet sangat penting dalam komunikasi masa depan juga disadari oleh anggota. Keinginan untuk berkomunikasi secara lebih efektif dan cepat juga didorong pengalaman anggota dalam menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan dengan konstituen dan publik.

b. Kendala Pengoperasian Perangkat Komunikasi dan Konten WPN

Tantangan dan kendala yang dihadapi oleh perempuan parlemen merupakan informasi penting untuk konten WPN. Perempuan aleg mengalami kesulitan mengadakan pertemuan tatap muka (35,7%), mengatur pertemuan dengan stakeholder (10,7%), juga mengalami kesulitan dalam meng-upload data ke internet (21,4%) dan menjalin komunikasi dan kerjasama dengan media (16,1%).

Data ini mengindikasikan bahwa perempuan aleg sedang mencari jalan keluar atas hambatan komunikasi dan upaya menyampaikan informasi kepada publik. Secara tidak langsung, mereka menyadari bahwa hambatan pertemuan tatap muka mulai dirasakan dan internet menjadi satu media untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, SWARGA perlu memberikan pelatihan memaksimalkan pemanfaatan internet dan meng-upload data ke internet.

Memberikan pemahaman komunikasi untuk bertatap muka dengan stakeholder dengan memanfaatkan Skype atauYahooMessenger. Komunikasi ini memang terbatas pada komunikasi di wilayah perkotaan mengingat ketersediaan jaringan internet. Oleh karena itu, SWARGA juga perlu mengadakan semacam Roadshow WPN atau pelatihan di kalangan perguruan tinggi dimana fasilitas internet tersedia untuk menginisiasi pertemuan virtual atau teleconference. Simulasi antara stakeholder perguruan tinggi dengan perempuan aleg penting untuk dilakukan. Hasil

teleconference dapat ditayangkan dan menjadi konten web setelah diproses terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan web.

Page | 49

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

Kendala yang dihadapi perempuan aleg menjadi strategi dan peluang besar bagi WPN. Kesadaran bahwa perubahan komunikasi global yang tidak dapat dihindari harus ditransformasikan kepada anggota. Dengan demikian, WPN akan disikapi oleh perempuan aleg sebagai jalan keluar dari persoalan komunikasi yang dihadapi. Oleh karena itu, pelatihan prosedur meng-upload materi, data dan informasi menjadi sangat penting untuk dilaksanakan dalam WPN. Kegiatan ini tidak hanya menjadi bertujuan memberi informasi kepada publik dan stak eholder tapi juga menyerap informasi dan aspirasi. Sebagian besar tujuan tersebut dapat dilakukan melalui internet. Meskipun kendala jaringan akan terjadi di daerah pelosok, tapi perlu diberikan kesadaran bahwa semakin sering menjalin hubungan antar anggota, bertukar pengalaman, selain menambah relasi, juga berdampak pada semakin meningkatnya kapasitas. Perempuan aleg dapat diberi gambaran tentang anggota legislatif yang menguasai informasi akan semakin cepat untuk dapat membuat keputusan strategis, strategis artinya sejalan dengan kepentingan masyarakat dan konstituen juga bagi perempuan aleg yang bersangkutan. Oleh karena itu, jenis-jenis informasi yang diharapkan tersedia sebaiknya dikelompokkan dan diberi judul yang mudah terlihat dan diakses oleh anggota. Informasi tersebut misalnya tentang : a) Undang-undang dan peraturan yang dikelompokkan berdasarkan fungsi anggota.

Format konten ini diberi penjelasan awal misalnya terdiri dari (contoh): UU No. 17/2003 Tentang Keuangan Daerah, PP No. 58/2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri No. 13/2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan seterusnya. Dikelompokkan berdasarkan tingkatan: pusat dan daerah.

b) Dokumen tingkat pusat dan daerah.

Dokumen Pusat : RKA-KL, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK (LHP).

Dokumen-dokumen daerah: Ranperda, Perda, RPJMD, RPKD, KUA, PPAS, RAPBD, LAKIP dan sebagainya. Dokumen perlu dibahas dulu apakah menjadi data yang terbuka untuk umum atau data yang hanya dapat diakses oleh anggota saja. Pemanfaatannya perlu dibahas secara komprehensif dan disepakati terlebih dahulu.

WPN dapat menyediakan data yang dibutuhkan bagi mereka misalnya dengan menyediakan informasi tentang Anggaran Responsif Gender, Gender Analysis Pathways, Indeks Pembangunan Manusia (IPM Indonesia per Provinsi), Indeks Domokrasi Indonesia (IDI). Memanfaatkan data yang dirilis UNDP juga bermanfaat selain untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada perempuan aleg sekaligus diseminasi kontribusi output UNDP terhadap pembangunan di Indonesia.

Page | 50

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

c) Isu terklaster dan terbaru seperti pelaksanaan UU Desa, Rekrutmen Tenaga Pendamping Desa untuk mengelola Dana Desa, dan Pengawasan pelaksanaan UU Desa.

Isu spesifik perempuan di masing-masing daerah juga penting untuk masuk dalam konten seperti:

Tabel 8. Isu Perempuan Masing-Masing Provinsi Studi

Provinsi Isu-Isu Perempuan

Lampung 1. Kawin lari (adat Lampung)

2. Pernikahan di bawah usia 3. Kesehatan reproduksi

4. Rendahnya pendidikan kaum perempuan

Gorontalo 1. Rendahnya gizi ibu dan angka kamatian ibu yang

tinggi

2. Masih kuatnya asumsi bahwa perempuan hanya di sektor domestik

3. Angka partisipasi sekolah perempuan yang rendah Kalimantan Tengah 1. Tingginya HIV yang diidap kaum perempuan

2. Pertambangan yang merusak lingkungan dan banyaknya perempuan luar daerah yang masuk ke sektor pertambangan

Yogyakarta 1. Pekerja Seks Komersial Terselubung

2. Alih fungsi kos (kos-kosan) 3. Perdagangan perempuan

d) Alamat Web Pemerintah seperti Kementerian dan Lembaga-lembaga Pemerintah sehingga memudahkan pengguna untuk mencari web pemerintah. Alamat web ditempatkan di lokasi yang mudah terlihat dan mudah diakses.

e) Profil, kegiatan dan alamat web organisasi pemerintah, non pemerintah dan lembaga internasional yang memiliki kegiatan serta visi misi yang beririsan atau

sejalan dengan isu perempuan seperti: Komnas Perempuan

(www.komnasperempuan.or.id), UNDP, IRI, PATTIRO, LBH APIK, jariungu.com link yang mengenalkan caleg dan anggota legislatif serta memberikan rekomendasi bagi caleg yang layak dipilih dan sebagainya. Link NGO yang fokus pada bidang tata kelola (governence) dan perempuan harus masuk ke dalam web.

Page | 51

Baseline Survey on Caucus and Women Parliamentary Network

f) Informasi kegiatan kaukus di tingkat pusat dan daerah sehingga masing-masing kaukus dapat melihat perkembangan di daerah. Informasi tentang Kaukus Perempuan Parlemen di luar negeri juga penting untuk menginspirasi kegiatan kaukus di Indonesia.

g) Konten hiburan juga perlu dimasukkan ke dalam WPN, konten seperti fashion dan kuliner dapat digunakan sebagai promosi bagi produk daerah. Selain itu, konten ini akan menjadi penarik minat perempuan aleg, pada umumnya perempuan memiliki minat yang cukup tinggi terhadap kuliner dan fashion.

h) Kegiatan SWARGA dan kegiatan Kaukus sangat penting di upload dalam web mengingat perempuan aleg suka mengunggah foto mereka ke sosial media yang aktif digunakan. Memberikan caption pada foto informasi nama, lokasi dan tempat kegiatan penting untuk menarik perhatian anggota.

i) Kegiatan Kaukus di negara lain sebagai perbandingan jika memungkinkan. Hal penting dalam merencanakan konten WPN adalah bahasa yang digunakan harus mempertimbangkan kemampuan berbahasa perempuan aleg. Secara kumulatif, kemampuan berbahasa Inggris responden dapat diklasifikasikan rendah yaitu 81,5% dikategorikan tidak berbahasa Inggris dan hanya 10,7% saja yang dapat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu, hindari instruksi, petunjuk penggunaan dan istilah-istilah berbahasa Inggris

terutama yang tidak umum atau teknis. Jika terpaksa dilakukan, perlu disandingkan dengan padanan dalam Bahasa Indonesia.

Minimnya kemampuan berbahasa Inggris responden di satu sisi menjadi peluang bagi WPN untuk memasukkan konten-konten atau materi yang bahasa asalnya adalah Bahasa Inggris dan diterjemahkan dan dipublikasi ke dalam jaringan WPN perempuanparlemen.org yang telah tersedia. Informasi tentang kegiatan anggota Kaukus Perempuan Parlemen di daerah lain, bahkan di negara lain dapat dijadikan format berita atau story yang berisi tantangan dan rintangan dalam menjalankan kegiatan dan agenda Kaukus. Format infomasi ini diharapkan dapat menginspirasi anggota Kaukus.

Dokumen terkait