• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Perencanaan Aktiva Tetap

Perencanaan adalah salah satu syarat mutlak untuk dapat melaksanakan fungsi manajemen yang baik, dalam menentukan suatu rencana perlu ditetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan sebelum tindakan dilakukan, dengan demikian kekeliruan dalam tindakan dilakukan, dengan demikian kekeliruan dalam tindakan selanjutnya kemungkinan terjadinya kegagalan atau kesalahan relatif kecil atau dapat diperkecil. Untuk aktiva tetap, perencanaannya berhubungan dengan investasi dana secara tetap dan anggaran dalam aktiva tetap, mengganti dan memelihara aktiva tetap lama selalu timbul namun di lain pihak dana yang tersedia adalah terbatas, sehingga dituntut penggunaannya dengan efisien dan efektif. Oleh karena itu investasi dalam aktiva tetap harus direncanakan dengan baik, dengan demikian rencana itu harus disusun secara realistis dan ekonomis.

Menurut Hansen Mowen (2006, hal 354) perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan- tujuan tertentu.

a. Objective

Terry mendefenisikan objective sebagai berikut “ sebagai sesuatu tujuan yang diinginkan yang melukiskan skope yang jelas, serta memberikan arah pada usaha- usaha seorang manajer”.

Sasaran yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya, dapat dimengrti dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Sasaran yang diinginkan itu juga harus objektif, rasional, ideal, serta cukup menantang untuk diperjuangkan dan dapat dicapai oleh orang banyak.

b. Policy (kebijakan)

Jenis kedua dalam perencanaan adalah kebijakan, karena tanpa kebijakan perencanaan itu kurang baik. Kebijakan adalah suatu pedoman yang menyeluruh baik lisan maupun tulisan yang memberikan suatu batas umum dan arah tempat manajerial

action akan dilakukan.

c. Standar

Didalam perencanaan juga harus ditentukan standarnya, tanpa ditentukan standar akan sulit untuk melakukan kontrol dalam pelaksanaan kerja. Standar merupakan ukuran baik burunya serta tepat tidaknya jumlah hasil suatu pekerjaan yang harus distandarisasi.

Prosedur-prosedur juga merupakan rencana, karena prosedur menunjukkan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan aktivitas-aktivitas masa depan. Prosedur benar-benar merupakan petunjuk untuk tindakan dan bukan untuk cara berfikir. Prosedur memberikan detil-detil tindakan, dengan sesuatu aktivitas tertentu yang harus dilaksanakan.

e. Program

Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah mengga mbarkan rencana yang kongkret, karena dalam program sudah tercantum baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur maupun anggarannya.

Dengan demikian program juga merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing. Suatu rencana umumnya meliputi bidang-bidang produksi, finansial, dan pemasaran. Masing-masing disusun dalam berbagai program dan setiap program ini harus saling menunjang pelaksanaan berbagai macam program itu.

f. Budget (anggaran)

Budget atau anggaran adalah suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya hasil dan biaya yang akan diperbolehkan. Dengan demikian anggaran harus rasional.

Anggaran adalah suatu ikhtisar dari hasil yang diharapkan dan pengeluaran yang disediakan untuk hasil tersebut disyaratkan dalam kesatuan uang.

Metode merupakan hal yang fundamental bagi setiap tindakan dan berhubungan dengan prosedur, suatu prosedur terdiri dari serangkaian metode. Suatu metode dapat didefinisikan sebagai hasil penentuan cara pelaksanaan suatu tugas dengan suatu pertimbangan yang memadai yang menyangkut tujuan, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan jumlah pengguna waktu, uang, dan usaha.

Perencanaan atas investasi dalam aktiva tetap merupakan bagian dari penganggaran. Investai adalah keseluruhan aktivitas yang berupa perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau suatu aktivitas investasi dimana dikeluarkan dana untuk membentuk aktiva produktif dengan harapan untuk memperoleh manfaat di waktu yang akan datang, ini merupakan aktivitas yang akan datang. Ini merupakan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan selama jangka waktu tertentu yang panjang.

Tugas perencaaan banyak dipengaruhi situasi masa depan yang penuh ketidakpastian, misalnya kondisi pasar, kondisi sosial politik, dan lain-lain. Disini diperlukan keahlian dan pengalaman yang cukup untuk dapat mengestimamsi dan mengolah informasi masa depan yang mendukung hasil perencanaannya.

Willson dan Campbell (terjemahan RTF Tjandra, 2000, hal, 482) menyebutkan tugas-tugas yang perlu dilakukan pihak manajemen didalam melakukan perencanaan aktiva tetap adalah :

a. Penyiapan finansial forecast taksiran keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang dan sebagainya dibidang perencanaan yaitu :

1. Perencanaan prosedur pengeluaran modal.

2. Penetapan pedoman alat pengukur pengembalian investasi.

3. Penyelenggaraan catatan atas aktiva tetap.

4. Sistem pelaporan.

b. Perencanaan yang berhubungan erat dengan aktiva tetap seperti :

1. Kebijakan pengadaan aktiva tetap menyangkut persoalan apakah investasi aktiva tetap tersebut dilakukan secara tunai atau tidak, atau dibuat sendiri atau dengan cara lain. Dengan adanya perencanaan dan pengadaan aktiva tetap pihak yang berwenang dapat menentukan langkah dalam pemilihan, perolehan dan pemakaian aktiva tetap, sehingga penggunaan investasi dalam aktiva tetap dapat seefisien dan seekonomis mungkin guna mencapai tujuan yang ingin di capai.

2. Kebijaksanaan batas anggaran menyangkut ke persoalan berapa batas dari pembelian aktiva tetap dan siapa yang berwenang menyetujui anggaran itu, tetapi pada perusahaan besar telah ada tingkatan dari manajemen untuk memberikan persetujuan dan biasanya disesuaikan dengan jumlah uang.

3. Kebijakan masalah penyusutan berkaitan dengan metode mana yang sesuai dipakai untuk tiap jenis aktiva tetap dan penentuan nilai residunya. Penentuan nilai residu ini sangat penting karena sering terjadi pada perusahaan besar, aktiva tetapnya dijual sebelum berakhir masa manfaatnya. Penjualan dan penyingkiran aktiva tetap membutuhkan suatu kebijaksanaan tersendiri yang harus dijabarkan alasan-alasan yang memperbolehkan untuk melakukan

penjualan, misalnya dari segi penurunan produktivitas atau karena aktiva tersebut ditinggal mode. Alasan melakukan penyingkiran biasanya erat kaitannya dengan masa manfaat dari aktiva tersebut, oleh karena itu harus dikaji ulang apakah penilaian aktiva tersebut sudah rasional.

Penyusutan aktiva tetap dapat di definisikan sebagai “alokasi jumlah aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan utnuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. PSAK (2002, paragraf 2).

Definisi diatas menekankan pada pengalokasian harga perolehan. Aktiva tetap yang akan dipakai dalam menjalankan kegiatan usaha pada akhirnya akan disingkirkan karena tidak lagi dipakai, oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap tersebut sepanjang periode penggunaannya, untuk itulah dilakukan penyusutan. Jadi tidak seperti pengertian dalam ekonomi perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk pembelian aktiva tetap, yang baru setelah yang lama tidak dapat dipakai lagi. Dengan kata lain penyusutan merupakan pengalokasian harga perolehan aktiva tetap pada periode dimana penghasilan direalisasikan melalui penggunaan aktiva tetap tersebut. Pengalokasian ini juga ditujukan untuk mempertemukan penghasilan dan biaya secara layak.

Untuk mencapai hasil alokasi yang sebanding dengan manfaat potensial yang konsumtif pada masing-masing periode, harus dipertimbangkan faktor-faktor dalam menetukan penyusutan secara periodik, sebagai berikut:

1. Harga perolehan aktiva

Menurut SAK (2004, 16.2) biaya perolehan adalah jumlah kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk perolehan suatu aktiva tetap pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam keadaan kondisi dan tempat yang siap digunakan.

2. Nilai residu (residual value / nilai sisa (salvage value)

Nilai residu adalah jumlah uang yang diharapkan atau diperoleh dari penjualan aktiva tetap yang bersangkutan, apabila diberhentikan dari pemakaian atau operasi.

3. Umur atau masa manfaat (expected useful life)

Umur dan masa manfaat adalah masa pemakain aktiva tetap dalam usaha, dan dapat dilihat dari umur teknis dan umur ekonomis, umur disesuaikan dengan kriteria teknis atau fisik aktiva tetap yang bersangkutan. Karena keadaan fisiknya, pada suatu saat aktiva tetap tidak lagi dapat dipakai. Ini dapat disebabkan aus dalam pemakaian, rusak, atau hancur akibat kecelakaan atau bencana, dengan demikian umur fisikpun berakhir.

Umur ekonomis adalah jangka waktu pemanfaatan secara ekonomis berakhir pada saat aktiva tetap yang bersangkutan dalam operasi normal tidak lagi memberi keuntungan , misalnya secara teknis diperkirakan dapat berumur 8 tahun. Jika pada tahun ke-4 mesin tersebut tidak dapat dipergunakan lagi karena ketinggalan zaman, maka umur ekonomisnya lebih pendek dari umur teknis.

Taksiran umur bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau jam.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menetukan besarnya beban penyusutan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 17.3) adalah :

1. Berdasarkan waktu :

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Depreciation)

Menurut metode ini besarnya biaya penyusutan untuk setiap periode adalah sama yaitu dengan membagikan harga perolehan setelah dikurangi taksiran nilai sisa dengan taksiran umur pemakaian. Metode ini banyak dipakai dalam praktek karena dianggap paling mudah dan sederhana dalam pelaksanaannya. Pembebanan penyusutan tiap tahunnya dihitung dengan :

D = C - s n

Dimana : D = Jumlah penyusutan

C = Harga perolehan aktiva tetap

N = Taksiran umur

S = Nilai sisa

Sebuah mesin mempunyai data - data sebagai berikut :

Harga perolehan (c) = Rp. 24.000.000

Nilai sisa (s) = Rp. 2. 000.000

Taksiran umur (n) = Rp. 5 tahun

Maka jumlah penyusutan (D) pertahun aktiva tetap adalah :

D =

5 tahun (estimasi umur)

Rp. 24.000.000 (biaya) – Rp. 2.000.000 (estimasi nilai residu)

D = Rp. 4.400.000 (penyusutan tahunan)

b. Pembebanan menurun (decreasing charge depreciation) :

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)

Menurut metode ini besarnya biaya penyusutan tiap tahunnya dihitung dengan mengalikan suatu pecahan yang setiap tahunnya akan semakin kecil sehingga beban biaya penyusutan semakin kecil. Penyusutan dari pecahan itu yang setiap tahunnya berubah, adalah jumlah sisa umur aktiva tetap dari data-data diatas penyusutan pertahun adalah sebagai berikut :

D = n (n + 1)

D = 5 (5 + 1) D = 15 Maka penyusutannya : Tahun I = 5 x Rp. 95.000 = Rp. 31.667 15 Tahun II = 4 x Rp. 95.000 = Rp. 25.333 15 Tahun III = 3 x Rp. 95.000 = Rp. 19.000 15 Tahun IV = 2 x Rp. 95.000 = Rp. 12.667. 15 Tahun V = 1 x Rp. 95.000 = Rp. 6.333 15 Total penyusutan = Rp. 95.000

2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining balancing method/double declining balancing)

Menurut metode ini besarnya penyusutan tiap tahun dihitung dengan mengalikan suatu persentase tetap dengan nilai bukunya. Biasanya nilai persentase tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:

( 1 – r ) n x Hp = R ( 1 – r ) n = Hp R 1 – r = n R = 1 – n Contoh :

Taksiran umur pemakaian ( n ) = 5 tahun

Nilai residu ( R ) = Rp. 5.000

Harga perolehan = Rp. 100.000

Jadi berdasarkan data diatas :

r = 1 - 100.000 5.000 = 1 - 0.05 = 1 – 0,5493 = 0,4507 = 45 %

Tabel 2. Penyusutan aktiva tetap metode saldo menurun

1 45% x Rp. 100.000 = Rp. 45.000 Rp. 45.000 Rp. 55.000

2 45% x Rp. 55.000 = Rp. 24.750 Rp. 69.750 Rp. 30.250

3 45% x Rp. 30.250 = Rp. 13.612 Rp. 83.362,38 Rp. 16.637

4 45% x Rp.16.637 = Rp. 7.846,88 Rp. 90.849,38 Rp. 9.150,62

5 45% x Rp. 9.150,62 = Rp. 4.117,78 Rp. 94.967,16 Rp. 5.032,84

Sumber : Sofyan Safri, 2008 (hal.202)

2. Berdasarkan Penggunaan :

a. Metode jam jasa (service hours method)

b. Metode Jumlah Unit Produksi

Metode Jumlah unit produksi menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlah pengguna aktiva. Untuk menerapkan metode ini, umur aktiva dinyatakan dalam kapasitas produksi, seperti jam mesin, kilometer atau jumlah unit. Penyusutan pertama-tama dihitung perunit produksi, dan kemudian penyusutan untuk setiap periode aktiva dihitung dengan membandingkan penyusutan perunit dengan jumlah unit yang terpakai selama periode tersebut. Pembebanan penyusutan setiap tahunnya dihitung dengan rumus :

t

Dimana : D = Jumlah penyusutan

C = Harga perolehan aktiva tetap

N = Taksiran umur

S = Nilai sisa

Contoh :

Sebuah mesin pabrik mempunyai data-data sebagai berikut :

Harga pokok perolehan = Rp. 18.000.000

Nilai sisa = Rp. 1. 000.000

Memiliki umur selama = 10.000 jam mesin

Maka jumlah penyusutan per unit untuk satu jam mesin dihitung sebagai berikut :

D =

10.000 estimasi jam

Rp. 18.000.000 (biaya) – 1.000.000 (estimasi nilai residu)

D = Rp.1.700 (penyusutan per jam)

Misalkan mesin tersebut telah beroperasi 2.200 jam selama tahun tertentu maka penyusutan tahun tersebut adalah sebesar

2.200 x Rp. 1.700 = 3. 740.000.

Apabila jumlah pengguna aktiva tetap berubah-ubah dari tahun ke tahun, maka metode unit produksi ini lebih wajar ketimbang metode garis lurus. Metode ini menghasilkan aloksi biaya pendapatan periodik secara lebih wajar.

3. Berdasarkan kriteria lainnya :

a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok

b. Metode anuitas

c. Sistem persediaan

4. Kebijaksanaan pengeluaran modal adalah penting untuk membedakan dari pengeluaran biasanya, dimana kebijaksanaan itu tergantung dari kondisi masing-masing perusahaan. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu cukup luas dan berkaitan dengan akuntansi dan keuangan serta baik tidak hasilnya tergantung kepada kemampuan penyusun rencana melihat masa depan.

Dana yang ditanam dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran. Secara konseptual ada perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar.

Perusahaan mengadakan investasi dalam persediaan, piutang dan lain-lain adalah dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh kembali

dana yang diinvestasikan dalam aktiva tersebut. Demikian pula halnya apabila perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap, adalah juga dengan harapan yang sama dengan aktiva lancar, tetapi perputaran dana yang tertanam pada kedua aktiva itu adalah berbeda, yaitu dalam aktiva lancar diharapkan akan diterima kembali dalam waktu dekat dan secara sekaligus, yaitu dalam waktu paling lama satu tahun. Sebaliknya investasi dalam aktiva tetap dana yang tertanam didalam akan diperoleh kembali keseluruhan dalam beberapa tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi.

Perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dan aktiva lancar adalah terletak dalam soal waktu dan cara perputaran.

Metode yang sering digunakan dalam memilih dan menilai usulan investasi adalah :

1. Metode payback period

Payback period adalah suatu periode yang diperlakukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi awal dengan menggunakan net cash flow (arus kas bersih). Dengan metode ini kita melihat kelayakan suatu proyek diukur dari beberapa lama proyek itu dapat mengembalikan investasi semula, proyek yang dipilih adalah proyek yang paling cepat melunasi investasi mula-mula.

Contoh : Jumlah investasi Rp. 45.000.000

Jumlah proses tahunan Rp. 22.500.000

Pay back period = Rp. 45.000.000 x 1 tahun = 2 tahun

Rp. 22.500.000

Berdasarkan hasil diatas diketahui dana yang tercatat dalam aktiva tersebut Rp. 45.000.000 sudah dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam 2 tahun, maka tahap berikutnya adalah membandingkan antara periode investasi yang diusulkan dengan maksimum period payback yang ditetapkan. Apabila metode payback dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek daripada

payback yang ditetapkan maka usul investasi tersebut dapat direima.

Metode payback sangat mudah perhitungannya, metode ini banyak digunakan tetapi dilain fihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan prinsipil yaitu :

• Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proyek yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya kriteria ini bukan alat pengukur “profitability” tetapi alat pengukur kecepatan kembalinya dana.

• Metode ini juga mengabaikan nilai waktu uang.

• Dalam metode ini harus dihitung nilai diskonto (present value) dari arus kas bersih yang diperoleh dari investasi dikurangkan dengan nilai invesatsi mula-mula. Apabila hasil pengurangan adalah positif maka proyek tersebut layak diterima, sebaliknya apabila hasil pengurangannya negatif maka proyek itu harus ditolak. Metode ini memperhatikan nilai waktu uang maka proses yang digunakan dalam menghitung present valuenya.

Hasil perhitungan yang diinginkan nilai present value dari proyek lebih besar dari pada present value dari tambahan investasi yang berarti net present valuenya positif. Maka usul penggantian mesin lama dengan mesin baru dapat diterima.

2. Metode internal rate of return

Metode ini menggunakan tingkat bunga diskonto. Disini IRR merupakan tingkat bunga yang berlaku pada saat present value dari cash flow yang akan diterima dari proyek tersebut sama dengan awal atau

present value dari modal awal tersebut. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari dengan cara trial and error atau dengan coba-coba.

3. Metode accounting rate of return

Metode accounting rate of return berdasarkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku sesudah accounting rate of return yang dianggap wajar. Apabila accounting rate of return lebih besar daripada minimum

accounting rate of return maka usulan investasi tersebut dapat diterima, sebaliknya kalau lebih kecil investasi tersebut ditolak.

Kebaikan dari metode ini dalam perhitungannya ialah pada kesederhanaannya dan mudah dimengerti. Metode ini dalam perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah tersedia, sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan. Sesudah accounting

ini lebih besar daripada minimum accounting rate of return maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya bila lebih kecil dapat ditolak.

Sebagai kelemahan dari metode ini adalah : • Tidak memperhatikan “time of value

• Menitikberatkan pada masalah accounting dan kurang memeperhatikan data cash flow dari investasi yang bersangkutan. • Merupakan pendekatan jangka pendek.

• Kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi.

Dengan mengadakan analisis dalam memilih dan menilai investasi aktiva tetap yang baik tetap akan memberikan nilai tambah terhadap keuangan perusahaan.

Dokumen terkait