• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perencanaan dan Pengawasan Aktiva Tetap pada PT. Deka Konsultan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perencanaan dan Pengawasan Aktiva Tetap pada PT. Deka Konsultan Medan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S 1 EKSTENSI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGAWASAN AKTIVA

TETAP PADA PT. DEKA KONSULTAN MEDAN

OLEH :

NAMA

: RICKY WAHYUNI

NIM

: 040522132

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA EKONOMI

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

“Analisis Perencanaan dan Pengawasan Aktiva Tetap pada PT. Deka Konsultan

Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,

dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

level Program S1 Departemen Akuntansi Sumatera Utara.

Semua data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan jelas, benar apa adanya.

Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 16 Juni 2009

Yang membuat pernyataan

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah dalam pelaksanaannya

Perencanaan dan Pengawasan Aktiva tetap telah mencapai hasil yang optimal.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana

perencanaan dan pengawasan aktiva tetap dapat dilakukan oleh perusahaan dengan

baik sehingga tidak terjadi penyimpangan dan pencurian terhadap aktiva tetap.

Karena masalah yang selalu dihadapi perusahaan adalah bagaimana agar perusahaan

dapat beroperasi seefisien mungkin, sehingga dapat mencapai keuntungan maksimal,

untuk itu diperlukan suatu sistem perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan

yang terpadu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam menjalankan

perencanaan dan pengawasan aktiva tetap lebih baik dari tahun ke tahun dengan

meningkatnya laba/keuntungan yang diperoleh perusahaan.

(4)

ABSTRACT

The research is aim to analyze, controlling and planning fixed asset realitation

have been optimal goal.

The research purpose to analyze and known for a while the controlling and planning

fixed asset well done by the corporation to avoid steeling and deviation on the fixed

asset.

Because of the problem going haven by the corporation is how could be efficienly

operating as possible, so that could be maximal profit. It means need a controlling,

coordination and planning system in one way.

The research goal showed that the corporation skill to move away controlling

and planning of fixed asset better than every single year to get profit reach up by the

corporation.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas rahmat ALLAH SWT yang

telah memberikan hidayahnya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGAWASAN AKTIVA TETAP

PADA PT.DEKA KONSULTAN MEDAN” guna memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Shalawat dan serta salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW pembawa rahmat dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa isi yang terdapat dalam skripsi ini

belum sempurna, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengalaman serta

waktu yang penulis miliki dalam penyajiannya, oleh karena itu dengan hati yang tulus

ikhlas penulis menerima saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan

skripsi ini.

Sejak awal sampai dengan selesainya skripsi ini penulis telah banyak

menerima bantuan dan bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak baik moral

maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan penghormatan dan rasa terima kasih

(6)

1.

Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2.

Bapak Drs. Arifin Akhmad, MM.Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan

Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3.

Bapak Drs. Rustam, MSi. Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis demi

sempurnanya skripsi ini.

4.

Bapak Drs. Chairul Nazwar, Msi.Ak selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5.

Bapak Drs. Syahelmi, Msi.Ak selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan seluruh Staf Pegawai Departemen

Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

7.

Bapak pimpinan serta seluruh staf dan karyawan PT. Deka Konsultan Medan

yang telah membantu penulis dalam memberikan izin riset dan data-data yang

diperlukan penulis.

8.

Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang serta semangat

kepada penulis selama ini, dan yang telah memberikan dukungan baik moral

maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9.

Teman-teman penulis semuanya terutama anak-anak stambuk 2004 yang tidak

(7)

memberikan dukungan moril dan spiritual dan memberikan bantuan baik

secara langsung maupun tidak langsung selama penyelesaian skripsi ini.

Dengan bantuan dan dukungan yang telah penulis dapatkan hanya kepada

ALLAH SWT penulis menyerahkan segalanya, semoga budi baik dari semua pihak

mendapatkan balasan-Nya Amin ya rabbal alamin.

Akhirnya dengan keridhoan menengadahkan tangan kepada ALLAH SWT,

semoga penulis tetap dalam limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Waalaikumsalam wr.wb

Medan, 16 juni 2009

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva ... 6

B. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ... 23

C. Penilaian kembali Aktiva Tetap ... 24

D. Perencanaan Aktiva Tetap ... 25

E. Pengawasan Aktiva Tetap ... 42

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... .. 52

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... .. 52

B. Sumber dan Jenis Data ... .. 52

C. Teknik Pengumpulan Data ... .. 53

D. Metode Analisis Data ... .. 53

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 54

A. Data Penelitian ... 54

1. Gambaran Umum ... 54

a. Sejarah Singkat PT. Deka Konsultan Medan ... 54

b. Struktur Organisasi ... 54

2. Penerapan Perencanaan dan Pengawasan Aktiva Tetap ... 61

3. Anggaran dan Investasi Aktiva Tetap ... 65

4. Perolehan dan Penyusutan Aktiva Tetap ... 66

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Hasil Observasi ... 69

2. Struktur Organisasi ... 71

3. Analisis Perencanaan Aktiva Tetap ... 72

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... ... viii

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Penyusutan Aktiva Tetap metode saldo menurun ... 36

Tabel IV.1 Tafsiran Umur Manfaat Ekonomi ... 70

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah dalam pelaksanaannya

Perencanaan dan Pengawasan Aktiva tetap telah mencapai hasil yang optimal.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana

perencanaan dan pengawasan aktiva tetap dapat dilakukan oleh perusahaan dengan

baik sehingga tidak terjadi penyimpangan dan pencurian terhadap aktiva tetap.

Karena masalah yang selalu dihadapi perusahaan adalah bagaimana agar perusahaan

dapat beroperasi seefisien mungkin, sehingga dapat mencapai keuntungan maksimal,

untuk itu diperlukan suatu sistem perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan

yang terpadu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam menjalankan

perencanaan dan pengawasan aktiva tetap lebih baik dari tahun ke tahun dengan

meningkatnya laba/keuntungan yang diperoleh perusahaan.

(14)

ABSTRACT

The research is aim to analyze, controlling and planning fixed asset realitation

have been optimal goal.

The research purpose to analyze and known for a while the controlling and planning

fixed asset well done by the corporation to avoid steeling and deviation on the fixed

asset.

Because of the problem going haven by the corporation is how could be efficienly

operating as possible, so that could be maximal profit. It means need a controlling,

coordination and planning system in one way.

The research goal showed that the corporation skill to move away controlling

and planning of fixed asset better than every single year to get profit reach up by the

corporation.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan yang begitu ketat diantara perusahaan-perusahaan membuat perusahaan tersebut harus beroperasi secara efisien dan efektif maka dibutuhkan suatu analisis perencanaan dan pengawasan yang baik dan benar.

Dalam menjalankan usahanya, hampir semua perusahaan selalu berhubungan dengan aktiva tetap, dan hampir setiap perusahaan selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan aktiva tetap. Untuk perusahaan dagang pengelolaan aktiva tetap ini bukanlah masalah yang rumit, tetapi bagi perusahaan industri dan kontraktor pengadaan ini telah menjadi masalah yang rumit dan kompleks. Untuk ini dibutuhkan perencanaan dan pengawasan aktiva tetap.

(16)

ini dilakukan di PT. Deka Konsultan perusahaan jasa yang menerapkan perencanaan dan pengawasan aktiva tetap. Adapun kondisi yang ada di perusahaan tersebut dimana perusahaan menggunakan perencanaan dan pengawasan aktiva tetap sebagai pedoman investasi perusahaan dan penggunaannya kurang efektif dan efisien.

Aktiva tetap adalah salah satu elemen utama dari kekayaan perusahaan kontraktor yang berjumlah besar dan aktiva tetap ini akan selalu mengalami penyusutan dalam satu periode. Penentuan besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah penting didalam perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap mempengaruhi efisiensi dan efektivitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada keuntungan perusahaan. Menurut Mulyadi (2002 hal. 179) Aktiva tetap adalah “ Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali ”.

Bagi perusahaan jasa khususnya kontraktor pengelolaan aktiva tetap yang tidak tepat akan menghambat jalannya usaha perusahaan. Karena aktiva tetap merupakan elemen yang sangat penting bagi perusahaan tersebut untuk dapat menjalankan efektivitas bagi perusahaan. Untuk itulah dibutuhkan suatu perencanaan.

(17)

untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan aktiva tetap dapat memaksimalkan pendapatan laba yang ingin dicapai.

Mengingat pentingnya arti aktiva tetap pada perusahaan dan masalah-masalah yang ditimbulkannya, maka penulis tertarik untuk menulis dan menganalisa mengenai perencanaan dan pengawasan aktiva tetap untuk itu penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut : “ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGAWASAN AKTIVA TETAP PADA PT.DEKA KONSULTAN MEDAN”.

B. Perumusan Masalah

Dalam mengadakan suatu penelitian terhadap suatu objek yang akan diteliti, maka terlebih dahulu ditentukan masalah apa yang akan dibahas agar pembahasan tidak menyimpang dari yang telah digariskan. Secara umum tujuan suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan laba, manajemen sebagai pengelola berkewajiban untuk menetapkan bagaimana tujuan itu dapat dicapai.

Adapun masalah yang dihadapi perusahaan adalah “Apakah perusahaan dalam melakukan perencanaan dan pengawasan sudah efisien dan sesuai dengan yang diharapkan perusahaan dalam perolehan dan pemakaian aktiva tetap”.

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

(18)

perencanaan dan pengawasan aktiva tetap yang dilaksanakan di perusahaan dalam perolehan dan pemakaian aktiva tetap apakah telah efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan dan pengawasan yang diterapkan oleh perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perencanaan dan pengawasan pada aktiva tetap. b. Bagi perusahaan, dari hasil penelitian ini penulis mengaharapkan dapat

memberikan masukan informasi berupa saran-saran dan solusi atas permasalahan yang ada pada perusahaan dalam penerapan perencanaan dan pengawasan pada aktiva tetap.

(19)

D. Kerangka Konseptual

Untuk menyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :

JUDUL

BAGIAN KEUANGAN / PEMBUKUAN

AKTIVA TETAP

PERENCANAAN AKTIVA TETAP

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva

1. Pengertian Aktiva tetap

Sebelum penulis menjelaskan mengenai pengertian aktiva tetap, maka terlebih dahulu penulis menjelaskan pengertian dari aktiva itu sendiri, seperti yang dikemukakan dalam PSAK.

Menurut PSAK 16 (paragraf 5) :

“ Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

Definisi aktiva tetap telah banyak diberikan para ahli akuntansi. Namun dari keseluruhannya mempunyai tujuan yang sama. Berikut ini diberikan beberapa definisi ataupun pengertian oleh ahli akuntansi.

Menurut Mulyadi (2002 hal.179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.

(21)

Menurut Soemarso (2005 : 20) aktiva adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) masa manfaatnya lebih dari satu tahun ; (2) digunakan dalan kegiatan perusahaan ; (3) dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta (4) nilainya cukup besar”.

Dari semua penjelasan dan definisi di atas maka dapat disimpulkan tentang syarat-syarat apa yang mendasari dari aktiva tetap. Pengertian aktiva tetap minimal harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

a. Mempunyai bentuk fisik dan berwujud.

b. Aktiva tetap merupakan bagian dari operasi normal kantor / perusahaan. c. Aktiva tersebut dimiliki bukan dengan maksud untuk dijual atau sebagai

investasi.

d. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun).

Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi secara mutlak, barulah suatu aktiva dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap misalnya, sebidang tanah diperoleh untuk tujuan spekulasi, tidak untuk dipakai dalam operasi perusahaan, maka tanah tersebut bukan merupakan aktiva tetap tetapi sebagai “investasi”.

2. Penggolongan Aktiva Tetap

(22)

a. Aktiva berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.

Unsur dari aktiva tetap berwujud dapat dilihat pada uraian berikut ini :

1) Tanah

Tanah adalah kawasan atau lahan (areal) yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk membantu terlaksananya kegiatan kerja dalam kantor, baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Untuk bangunan yang dianggap sebagai bagian dari tanah tersebut atau dapat meningkatkan nilai gunanya seperti jalan dan sebagainya, dapat digolongkan ke dalam nilai tanah. Dalam akuntansi, jika ada bangunan yang didirikan diatas tanah harus dipisahkan pencatatannya dari tanah itu sendiri. Demikian juga halnya jika dalam tanah terkandung kekayaan alam yang dapat digali seperti, minyak bumi, batu bara, ataupun tanaman yang terdapt di atasnya, maka dilaporkan dalam perkiraan yang terpisah.

2) Bangunan

(23)

3) Mesin-mesin

Mesin adalah alat-alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan pelaksanaan tugas di kantor termasuk didalamnya peralatan-peralatan yang menjadi kegiatan dari mesin yang bersangkutan seperti mesin hitung elektronik, mesin pembangkit tenaga listrik dan sebagainya.

4) Peralatan

Peralatan adalah alat yang digunakan dalam operasi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung.

5) Kendaraan

Dalam jenis ini termasuk semua jenis kendaraan dan alat pengangkutan yang dimiliki dan digunakan untuk operasi perusahaan baik untuk pengangkutan karyawan maupun pengangkutan barang kebutuhan perusahaan.

6) Inventaris

Dalam jenis ini termasuk inventaris kantor untuk menjalankan kegiatan perusahaan.

(24)

Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan di dalam memperoleh suatu aktiva tetap. Dimana masalah tersebut tentu saja akan mempengaruhi penentuan harga perolehannya. Secara umum harga perolehan dapat dinyatakan sebagai keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Cara memperoleh aktiva tetap tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pembelian Tunai

(25)

Contoh :

Sebuah perlengkapan kantor yaitu rak besi di beli seharga Rp. 1.100.000 jika dibeli tunai harganya Rp. 1.000.000 transaksi ini dijurnal :

• Jika diskon dimanfaatkan

Perlengkapan Rp. 1.000.000

Kas Rp. 1.000.000

• Jika discount tidak dimanfaatkan

Perlengkapan Rp. 1.000.000

Discount loss Rp. 1.00.000

Kas Rp. 1.100.000

b. Pembelian dengan Kontrak Jangka Panjang

(26)

karena pembelian dengan cara ini biasanya dibebani dengan bunga. Dalam pembayaran atas pembelian aktiva tetap dapat dilakukan dengan pembayaran uang muka terlebih dahulu dan pembayaran berikutnya jumlah angsuran pokok berikut bunga yang dikenakan atas hutang pembelian aktiva yang belum dilunasi.

Dalam keadaan seperti diatas aktiva tetap dicatat sebesar nilai tunai. Selisih antara seluruh pembayaran atas aktiva tetap dengan jumlah tercatat sebagai beban bunga. Dimana menurut PSAK (2002, hal 26.1) bahwa ada tiga alternatif perlakuan aktiva untuk mencatat atau menampung beban bunga yang terjadi yaitu :

1) Bunga dikapitalisasikan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. 2) Bunga dibebankan pada pendapatan sebagai beban finansial pada

periode yang bersangkutan.

3) Bunga ditangguhkan untuk diamortisasi selama beberapa periode akuntansi.

Contoh :

Kantor membeli mobil seharga Rp. 160.000.000 pada tanggal 1 Januari 2003, pembayaran pertama Rp. 40.000.000 dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama tiga tahun dengan bunga 10 % pertahun. Pencatatan harga perolehan mobil dan pembayaran angsuran sebagai berikut :

1 Januari 2003 pembelian mobil Rp. 160.000.000

Uang muka Rp. 40.000.000

(27)

Pembayaran angsuran I Rp. 40.000.000

Bunga :

10% x Rp. 120.000.000 Rp. 12.000.000

Rp. 52.000.000

31 Desember 2004

Pembayaran angsuran II Rp. 40.000.000

Bunga :

10% x 80.000.000 Rp. 8.000.000

Rp. 48.000.000

31 Desember 2005

Pembayaran angsuran III Rp. 40.000.000

Bunga :

10% x 40.000.000 Rp. 4.000.000

Rp. 44.000.000

Jurnal :

Peralatan Rp. 160.000.000

Utang Rp. 120.000.000

(28)

Angsuran I :

Utang Rp. 40.000.000

Biaya bunga Rp. 12.000.000

Kas Rp. 52.000.000

Angsuran II :

Utang Rp. 40.000.000

Biaya bunga Rp. 8.000.000

Kas Rp. 48.000.000

Angsuran III :

Utang Rp. 40.000.000

Biaya bunga Rp. 4.000.000

Kas Rp. 44.000.000

c. Pertukaran

(29)

“ Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar serupa dalam kedua keadaan tersebut, karena proses perolehan (earning process) tidak lengkap, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi. Sebaliknya, biaya perolehan aktiva baru untuk jumlah tercatat di aktiva yang dilepaskan.

Tetapi, nilai wajar aktiva yang diterima dapat menyediakan bukti di suatu pengurangan ( Impairment ) aktiva yang dilepaskan diturun-nilai bukukan (written down) ini ditetapkan untuk aktiva baru. Contoh dari pertukaran aktiva serupa termasuk pertukaran pesawat terbang, hotel, bengkel dan properti real estate lainnya. Jika aktiva lain seperti kas termasuk sebagai bagian transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. (PSAK 2002, Paragraf 21).

Dari kutipan diatas, dalam hal ini pertukaran aktiva sejenis ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan diantaranya :

(30)

lebih dari nilai bukunya, maka aktiva tetap yang baru dicatat sebesar harga pasar tersebut, selisihnya merupakan kerugian.

Contoh :

Pertukaran mesin sejenis adalah sebagai berikut :

Mesin I Mesin II

Harga perolehan Rp. 10.000.000 Rp.11.000.000

Akumulasi penyusutan Rp. 6.000.000 8.000.000

Harga pasar 4.500.000 4.000.000

Jurnal dari transaksi tersebut adalah :

Mesin II Rp. 4.000.000

Akumulasi penyusutan Rp. 6.000.000

Mesin Rp. 10.000.000

(31)

dari laba tersebut harus dicatat. Rumus untuk menetapkan laba tersebut adalah sebagai berikut

L = Tambahan uang Tambahan uang + nilai pasar

x total keuntungan indikasi

Contoh :

Terjadi pemberian sejumlah dana atas pertukaran tersebut sebesar Rp. 500.000, sehingga jurnalnya sebagai berikut :

Kas Rp. 500.000

Akum. penyusutan mesin (lama) 6.000.000

Mesin baru 3.562.500

Mesin lama Rp. 10.000.000

Keuntungan pertukaran mesin 62.500

Selanjutnya perhitungan sebagai berikut :

Harga perolehan mesin lama Rp. 10.000.000

Akumulasi penyusutan mesin

Nilai buku Rp. 4.000.000

Rp. (6.000.000)

Harga pasar

Keuntungan indikasi Rp. 500.000 Rp. (4.500.000)

(32)

Laba = 500.000 500.0 3.500.000

x 500.000 = Rp. 62.500

d. Pembelian dengan Surat Berharga (saham atau obligasi)

“ Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham atau obligasi, maka aktiva tetap itu harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham atau obligasi dicatat seharga nilai pasar, jika harga pasar lebih besar dari harga nominal, selisih nominal dicatat sebagai harga premium. Dan jika harga pasar lebih kecil dari harga nominal, selisihnya dicatat sebagai diskon (Disagio Saham).”

Contoh :

Dibeli lahan dengan mengeluarkan 100 lembar saham @ Rp. 25.000 dengan kurs saat pembelian adalah : sebesar 90 dan 115

Jurnalnya kurs 90 adalah :

Lahan (Rp. 25.000 x 90) Rp. 2.250.000

Disagio saham

Modal saham Rp. 2.500.000 Rp. 250.000

Jurnal kurs 115 adalah:

(33)

Modal saham

Agio saham Rp. 75.000 Rp. (2.500.000)

e. Membuat atau membangun sendiri

Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun sendiri aktiva tetap, antara lain disebabkan karena:

a) Memanfaatkan failitas yang menganggur.

b) Adanya penghematan (cost saving) yang diharapkan

c) Untuk segera memenuhi kebutuhan, yaitu karena aktiva tetap tersebut benar-benar sangat diperlukan.

Dalam hal perusahaan membuat aktiva tetapnya, biaya langsung dan upah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut tidak menjadi persoalan. Tetapi untuk menentukan biaya tidak langsung, merupakan hal yang sulit, karena biasanya ada biaya yang sama dibebankan untuk semua kegiatan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menetukan besarnya beban penuyusutan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 17.3) adalah :

1. Berdasarkan waktu :

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Depreciation)

(34)

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method )

2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (balancing method/double declining method)

2. Berdasarkan Penggunaan :

a. Metode jam jasa (service hours method) b. Metode Jumlah Unit Produksi

3. Berdasarkan kriteria lainnya :

a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok b. Metode anuitas

c. Sistem persediaan

f. Menerima sumbangan atau hadiah.

Hal ini disebabkan alasan-alasan tertentu, suatu perusahaan mungkin memperoleh aktiva tetapnya dari hadiah atau sumbangan yang diberikan klien (pemakai jasa), pemerintah atau badan-badan lainnya seperti bank.

(35)

g. Melalui Leasing

Selain dengan cara-cara perolehan aktiva tetap, dewasa ini berkembang cara baru untuk memperoleh hak dalam menggunakan aktiva tetap yang disebut dengan leasing. Namun hak pemilik atas aktiva tetap yang di lease tetap dipegang oleh leasse, yaitu pihak yang memberikan aktiva untuk digunakan oleh pihak leasse.

Menurut Standard Akuntansi Keuangan (2002, hal 30.1)

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau yang memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama “.

Dalam masalah lease ada dua kemungkinan, yaitu apakah lease

itu dianggap sebagai persetujuan sewa menyewa atau hanya merupakan transaksi pembelian atau penjualan. Dalam hal ini penulis hanya akan membicarakan akuntansi lease dari operating lease dan capital lease. Suatu lease diperlakukan sebagai lease modal (capital lease) jika lease, pada dasarnya dianggap telah membeli aktiva. Sedangkan lease yang tidak diklasifikasikan sebagai lease modal untuk tujuan akuntansi diperlakukan sebagai operasi (operating lease). Pedoman yang dipakai untuk mengenal capital lease seperti yang dikemukakan oleh Sofyan Safri (2008, hal 175-176) :

(36)

2. Kontrak lease memiliki alternatif membeli atau tidak membeli. 3. Persyaratan kontrak harus sama dengan 75% atau lebih dari taksiran

umur ekonomis dari aktiva yang di lease.

4. Present value pada periode termasuk pembayaran minimum (tidak termasuk bagian yang merupakan eksekusi) sama atau melebihi 90% dari harga pasar dari aktiva (kecuali umur ekonomisnya hanya 25%).

Bila ada salah satu syarat diatas tidak terpenuhi maka lease itu dianggap sebagai operating lease (sewa menyewa biasa) dengan pedoman pencatatan :

a. Biaya sewa harus dibebankan keperkiraan pada saat biaya itu terhutang atau dibayarkan dan hal itu diasumsikan pembayaran

lease dilakukan secara merata (straight line). Kalau misalnya pembayaran dilakukan tidak sama tetapi meningkat atau menurun, maka pembebanan harus tetap seperti straigt line

perbedaan ini dapat dicatat keperkiraan “prepair asset “atau

liability”.

b. Karena metode lease ini semula adalah penyewaan maka aset yang disewa tidak dicantumkan sebagai aktiva dalam neraca.

Contoh : PT. A menerima peralatan dengan cara lease dengan nilai sewa Rp. 200.000/tahun, jurnalnya adalah sebagai berikut :

Biaya sewa Rp. 20.000.000

Kas Rp. 20.000.000

(37)

7.000.000, sedangkan tahun III, IV, dan V Rp. 20.000.000. Sebelum membuat jurnal pembayaran sewanya, maka dihitung dulu sewa rata-rata, yaitu :

2 x 7.000.000 = Rp. 14.000.000

3 x 2.000.000 =

Rp. 20.000.000 Rp. 6.000.000

Sewa rata-rata adalah : 20.000.000 : 5 = Rp. 4.000.000

Jurnal tahun I dan II :

Biaya sewa Rp. 4.000.000

Sewa dibayar dimuka Rp. 3.000.000

Kas Rp. 7.000.00

Jurnal tahun III dan IV :

Sewa Rp. 4.000.000

Sewa dibayar dimuka Rp. 2.000.000

Kas Rp. 2.000.000

(38)

hutang sebesar present value dari pembayaran minimum pada awal periode lease.

B. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan

Sebelum membahas penyajian aktiva tetap, terlebih dahulu di bahas pengertian dari daftar keuangan, yaitu menurut Sofyan Safri Harahap (2008, hal 105) “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim di kenal adalah neraca atau laporan laba rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan”.

Dari uraian itu dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan suatu keadaan mengenai keuangan dari suatu perusahaan. Penyajian aktiva tetap dicantumkan dalam neraca dan letak penyajian aktiva tersebut adalah

Harta atau aktiva :

• Aktiva lancar

• Investasi jangka panjang • Aktiva tetap berwujud • Aktiva tetap tidak berwujud • Aktiva atau harta lain

Utang dan Modal sendiri :

• Utang lancar

(39)

• Hutang lain-lain • Modal sendiri

• Modal saham yang disetor • Deviden

Pernyataan mengenai akumulasi penyusutan digambarkan sebagai berikut :

Aktiva tetap ... xxx

Akumulasi ...

Nilai buku ... xxx xxx

C. Penilaian kembali aktiva tetap

Penilaian kembali aktiva tetap sering disebut dengan istilah revaluasi aktiva tetap. Mengenai penilaian kembali aktiva tetap ini, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menjelaskan bahwa :

“Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh dari selisih penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama ‘selisih penilaian kembali aktiva tetap.”

(40)

Pemerintah No. 45 Tahun 1986 dan SK Menteri Keuangan No.384/KMK.04/1998 mengenai penilaian kembali aktiva tetap, tetapi tentunya akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dari Standar Akuntansi Keuangan. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan penyimpangan-penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan.

D. Perencanaan Aktiva tetap

Perencanaan adalah salah satu syarat mutlak untuk dapat melaksanakan fungsi manajemen yang baik, dalam menentukan suatu rencana perlu ditetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan sebelum tindakan dilakukan, dengan demikian kekeliruan dalam tindakan dilakukan, dengan demikian kekeliruan dalam tindakan selanjutnya kemungkinan terjadinya kegagalan atau kesalahan relatif kecil atau dapat diperkecil. Untuk aktiva tetap, perencanaannya berhubungan dengan investasi dana secara tetap dan anggaran dalam aktiva tetap, mengganti dan memelihara aktiva tetap lama selalu timbul namun di lain pihak dana yang tersedia adalah terbatas, sehingga dituntut penggunaannya dengan efisien dan efektif. Oleh karena itu investasi dalam aktiva tetap harus direncanakan dengan baik, dengan demikian rencana itu harus disusun secara realistis dan ekonomis.

Menurut Hansen Mowen (2006, hal 354) perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu.

(41)

a. Objective

Terry mendefenisikan objective sebagai berikut “ sebagai sesuatu tujuan yang diinginkan yang melukiskan skope yang jelas, serta memberikan arah pada usaha-usaha seorang manajer”.

Sasaran yang diinginkan harus dirumuskan sejelas-jelasnya, dapat dimengrti dan ditafsirkan dengan mudah oleh orang lain. Sasaran yang diinginkan itu juga harus objektif, rasional, ideal, serta cukup menantang untuk diperjuangkan dan dapat dicapai oleh orang banyak.

b. Policy (kebijakan)

Jenis kedua dalam perencanaan adalah kebijakan, karena tanpa kebijakan perencanaan itu kurang baik. Kebijakan adalah suatu pedoman yang menyeluruh baik lisan maupun tulisan yang memberikan suatu batas umum dan arah tempat manajerial

action akan dilakukan.

c. Standar

Didalam perencanaan juga harus ditentukan standarnya, tanpa ditentukan standar akan sulit untuk melakukan kontrol dalam pelaksanaan kerja. Standar merupakan ukuran baik burunya serta tepat tidaknya jumlah hasil suatu pekerjaan yang harus distandarisasi.

(42)

Prosedur-prosedur juga merupakan rencana, karena prosedur menunjukkan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan aktivitas-aktivitas masa depan. Prosedur benar-benar merupakan petunjuk untuk tindakan dan bukan untuk cara berfikir. Prosedur memberikan detil-detil tindakan, dengan sesuatu aktivitas tertentu yang harus dilaksanakan.

e. Program

Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah mengga mbarkan rencana yang kongkret, karena dalam program sudah tercantum baik sasaran, kebijaksanaan, prosedur maupun anggarannya.

Dengan demikian program juga merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing. Suatu rencana umumnya meliputi bidang-bidang produksi, finansial, dan pemasaran. Masing-masing disusun dalam berbagai program dan setiap program ini harus saling menunjang pelaksanaan berbagai macam program itu.

f. Budget (anggaran)

Budget atau anggaran adalah suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya hasil dan biaya yang akan diperbolehkan. Dengan demikian anggaran harus rasional.

Anggaran adalah suatu ikhtisar dari hasil yang diharapkan dan pengeluaran yang disediakan untuk hasil tersebut disyaratkan dalam kesatuan uang.

(43)

Metode merupakan hal yang fundamental bagi setiap tindakan dan berhubungan dengan prosedur, suatu prosedur terdiri dari serangkaian metode. Suatu metode dapat didefinisikan sebagai hasil penentuan cara pelaksanaan suatu tugas dengan suatu pertimbangan yang memadai yang menyangkut tujuan, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan jumlah pengguna waktu, uang, dan usaha.

Perencanaan atas investasi dalam aktiva tetap merupakan bagian dari penganggaran. Investai adalah keseluruhan aktivitas yang berupa perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau suatu aktivitas investasi dimana dikeluarkan dana untuk membentuk aktiva produktif dengan harapan untuk memperoleh manfaat di waktu yang akan datang, ini merupakan aktivitas yang akan datang. Ini merupakan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan selama jangka waktu tertentu yang panjang.

Tugas perencaaan banyak dipengaruhi situasi masa depan yang penuh ketidakpastian, misalnya kondisi pasar, kondisi sosial politik, dan lain-lain. Disini diperlukan keahlian dan pengalaman yang cukup untuk dapat mengestimamsi dan mengolah informasi masa depan yang mendukung hasil perencanaannya.

Willson dan Campbell (terjemahan RTF Tjandra, 2000, hal, 482) menyebutkan tugas-tugas yang perlu dilakukan pihak manajemen didalam melakukan perencanaan aktiva tetap adalah :

(44)

1. Perencanaan prosedur pengeluaran modal.

2. Penetapan pedoman alat pengukur pengembalian investasi.

3. Penyelenggaraan catatan atas aktiva tetap.

4. Sistem pelaporan.

b. Perencanaan yang berhubungan erat dengan aktiva tetap seperti :

1. Kebijakan pengadaan aktiva tetap menyangkut persoalan apakah investasi aktiva tetap tersebut dilakukan secara tunai atau tidak, atau dibuat sendiri atau dengan cara lain. Dengan adanya perencanaan dan pengadaan aktiva tetap pihak yang berwenang dapat menentukan langkah dalam pemilihan, perolehan dan pemakaian aktiva tetap, sehingga penggunaan investasi dalam aktiva tetap dapat seefisien dan seekonomis mungkin guna mencapai tujuan yang ingin di capai.

2. Kebijaksanaan batas anggaran menyangkut ke persoalan berapa batas dari pembelian aktiva tetap dan siapa yang berwenang menyetujui anggaran itu, tetapi pada perusahaan besar telah ada tingkatan dari manajemen untuk memberikan persetujuan dan biasanya disesuaikan dengan jumlah uang.

(45)

penjualan, misalnya dari segi penurunan produktivitas atau karena aktiva tersebut ditinggal mode. Alasan melakukan penyingkiran biasanya erat kaitannya dengan masa manfaat dari aktiva tersebut, oleh karena itu harus dikaji ulang apakah penilaian aktiva tersebut sudah rasional.

Penyusutan aktiva tetap dapat di definisikan sebagai “alokasi jumlah aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan utnuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. PSAK (2002, paragraf 2).

Definisi diatas menekankan pada pengalokasian harga perolehan. Aktiva tetap yang akan dipakai dalam menjalankan kegiatan usaha pada akhirnya akan disingkirkan karena tidak lagi dipakai, oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap tersebut sepanjang periode penggunaannya, untuk itulah dilakukan penyusutan. Jadi tidak seperti pengertian dalam ekonomi perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk pembelian aktiva tetap, yang baru setelah yang lama tidak dapat dipakai lagi. Dengan kata lain penyusutan merupakan pengalokasian harga perolehan aktiva tetap pada periode dimana penghasilan direalisasikan melalui penggunaan aktiva tetap tersebut. Pengalokasian ini juga ditujukan untuk mempertemukan penghasilan dan biaya secara layak.

(46)

1. Harga perolehan aktiva

Menurut SAK (2004, 16.2) biaya perolehan adalah jumlah kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk perolehan suatu aktiva tetap pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam keadaan kondisi dan tempat yang siap digunakan.

2. Nilai residu (residual value / nilai sisa (salvage value)

Nilai residu adalah jumlah uang yang diharapkan atau diperoleh dari penjualan aktiva tetap yang bersangkutan, apabila diberhentikan dari pemakaian atau operasi.

3. Umur atau masa manfaat (expected useful life)

Umur dan masa manfaat adalah masa pemakain aktiva tetap dalam usaha, dan dapat dilihat dari umur teknis dan umur ekonomis, umur disesuaikan dengan kriteria teknis atau fisik aktiva tetap yang bersangkutan. Karena keadaan fisiknya, pada suatu saat aktiva tetap tidak lagi dapat dipakai. Ini dapat disebabkan aus dalam pemakaian, rusak, atau hancur akibat kecelakaan atau bencana, dengan demikian umur fisikpun berakhir.

(47)

Taksiran umur bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau jam.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menetukan besarnya beban penyusutan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 17.3) adalah :

1. Berdasarkan waktu :

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Depreciation)

Menurut metode ini besarnya biaya penyusutan untuk setiap periode adalah sama yaitu dengan membagikan harga perolehan setelah dikurangi taksiran nilai sisa dengan taksiran umur pemakaian. Metode ini banyak dipakai dalam praktek karena dianggap paling mudah dan sederhana dalam pelaksanaannya. Pembebanan penyusutan tiap tahunnya dihitung dengan :

D = C - s n

Dimana : D = Jumlah penyusutan

C = Harga perolehan aktiva tetap

N = Taksiran umur

S = Nilai sisa

(48)

Sebuah mesin mempunyai data - data sebagai berikut :

Harga perolehan (c) = Rp. 24.000.000

Nilai sisa (s) = Rp. 2. 000.000

Taksiran umur (n) = Rp. 5 tahun

Maka jumlah penyusutan (D) pertahun aktiva tetap adalah :

D =

5 tahun (estimasi umur)

Rp. 24.000.000 (biaya) – Rp. 2.000.000 (estimasi nilai residu)

D = Rp. 4.400.000 (penyusutan tahunan)

b. Pembebanan menurun (decreasing charge depreciation) :

1) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)

Menurut metode ini besarnya biaya penyusutan tiap tahunnya dihitung dengan mengalikan suatu pecahan yang setiap tahunnya akan semakin kecil sehingga beban biaya penyusutan semakin kecil. Penyusutan dari pecahan itu yang setiap tahunnya berubah, adalah jumlah sisa umur aktiva tetap dari data-data diatas penyusutan pertahun adalah sebagai berikut :

D = n (n + 1)

(49)

D = 5 (5 + 1)

D = 15

Maka penyusutannya :

Tahun I = 5 x Rp. 95.000 = Rp. 31.667 15

Tahun II = 4 x Rp. 95.000 = Rp. 25.333 15

Tahun III = 3 x Rp. 95.000 = Rp. 19.000 15

Tahun IV = 2 x Rp. 95.000 = Rp. 12.667. 15

Tahun V = 1 x Rp. 95.000 = Rp. 6.333 15

Total penyusutan = Rp. 95.000

2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining balancing method/double declining balancing)

(50)

( 1 – r ) n x Hp = R

( 1 – r ) n = Hp

R

1 – r = n

R = 1 – n

Contoh :

Taksiran umur pemakaian ( n ) = 5 tahun

Nilai residu ( R ) = Rp. 5.000

Harga perolehan = Rp. 100.000

Jadi berdasarkan data diatas :

r = 1 -

100.000 5.000

= 1 - 0.05

= 1 – 0,5493

[image:50.612.120.533.663.699.2]

= 0,4507 = 45 %

Tabel 2. Penyusutan aktiva tetap metode saldo menurun

(51)

1 45% x Rp. 100.000 = Rp. 45.000 Rp. 45.000 Rp. 55.000

2 45% x Rp. 55.000 = Rp. 24.750 Rp. 69.750 Rp. 30.250

3 45% x Rp. 30.250 = Rp. 13.612 Rp. 83.362,38 Rp. 16.637

4 45% x Rp.16.637 = Rp. 7.846,88 Rp. 90.849,38 Rp. 9.150,62

5 45% x Rp. 9.150,62 = Rp. 4.117,78 Rp. 94.967,16 Rp. 5.032,84

Sumber : Sofyan Safri, 2008 (hal.202)

2. Berdasarkan Penggunaan :

a. Metode jam jasa (service hours method)

b. Metode Jumlah Unit Produksi

Metode Jumlah unit produksi menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlah pengguna aktiva. Untuk menerapkan metode ini, umur aktiva dinyatakan dalam kapasitas produksi, seperti jam mesin, kilometer atau jumlah unit. Penyusutan pertama-tama dihitung perunit produksi, dan kemudian penyusutan untuk setiap periode aktiva dihitung dengan membandingkan penyusutan perunit dengan jumlah unit yang terpakai selama periode tersebut. Pembebanan penyusutan setiap tahunnya dihitung dengan rumus :

(52)

t

Dimana : D = Jumlah penyusutan

C = Harga perolehan aktiva tetap

N = Taksiran umur

S = Nilai sisa

Contoh :

Sebuah mesin pabrik mempunyai data-data sebagai berikut :

Harga pokok perolehan = Rp. 18.000.000

Nilai sisa = Rp. 1. 000.000

Memiliki umur selama = 10.000 jam mesin

Maka jumlah penyusutan per unit untuk satu jam mesin dihitung sebagai berikut :

D =

10.000 estimasi jam

Rp. 18.000.000 (biaya) – 1.000.000 (estimasi nilai residu)

D = Rp.1.700 (penyusutan per jam)

(53)

2.200 x Rp. 1.700 = 3. 740.000.

Apabila jumlah pengguna aktiva tetap berubah-ubah dari tahun ke tahun, maka metode unit produksi ini lebih wajar ketimbang metode garis lurus. Metode ini menghasilkan aloksi biaya pendapatan periodik secara lebih wajar.

3. Berdasarkan kriteria lainnya :

a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok

b. Metode anuitas

c. Sistem persediaan

4. Kebijaksanaan pengeluaran modal adalah penting untuk membedakan dari pengeluaran biasanya, dimana kebijaksanaan itu tergantung dari kondisi masing-masing perusahaan. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu cukup luas dan berkaitan dengan akuntansi dan keuangan serta baik tidak hasilnya tergantung kepada kemampuan penyusun rencana melihat masa depan.

Dana yang ditanam dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran. Secara konseptual ada perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar.

(54)

dana yang diinvestasikan dalam aktiva tersebut. Demikian pula halnya apabila perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap, adalah juga dengan harapan yang sama dengan aktiva lancar, tetapi perputaran dana yang tertanam pada kedua aktiva itu adalah berbeda, yaitu dalam aktiva lancar diharapkan akan diterima kembali dalam waktu dekat dan secara sekaligus, yaitu dalam waktu paling lama satu tahun. Sebaliknya investasi dalam aktiva tetap dana yang tertanam didalam akan diperoleh kembali keseluruhan dalam beberapa tahun dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi.

Perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dan aktiva lancar adalah terletak dalam soal waktu dan cara perputaran.

Metode yang sering digunakan dalam memilih dan menilai usulan investasi adalah :

1. Metode payback period

Payback period adalah suatu periode yang diperlakukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi awal dengan menggunakan net cash flow (arus kas bersih). Dengan metode ini kita melihat kelayakan suatu proyek diukur dari beberapa lama proyek itu dapat mengembalikan investasi semula, proyek yang dipilih adalah proyek yang paling cepat melunasi investasi mula-mula.

Contoh : Jumlah investasi Rp. 45.000.000

Jumlah proses tahunan Rp. 22.500.000

(55)

Pay back period = Rp. 45.000.000 x 1 tahun = 2 tahun

Rp. 22.500.000

Berdasarkan hasil diatas diketahui dana yang tercatat dalam aktiva tersebut Rp. 45.000.000 sudah dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam 2 tahun, maka tahap berikutnya adalah membandingkan antara periode investasi yang diusulkan dengan maksimum period payback yang ditetapkan. Apabila metode payback dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek daripada

payback yang ditetapkan maka usul investasi tersebut dapat direima.

Metode payback sangat mudah perhitungannya, metode ini banyak digunakan tetapi dilain fihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan prinsipil yaitu :

• Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proyek

yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya kriteria ini bukan alat pengukur “profitability” tetapi alat pengukur kecepatan kembalinya dana.

• Metode ini juga mengabaikan nilai waktu uang.

• Dalam metode ini harus dihitung nilai diskonto (present value) dari arus

(56)

Hasil perhitungan yang diinginkan nilai present value dari proyek lebih besar dari pada present value dari tambahan investasi yang berarti net present valuenya positif. Maka usul penggantian mesin lama dengan mesin baru dapat diterima.

2. Metode internal rate of return

Metode ini menggunakan tingkat bunga diskonto. Disini IRR merupakan tingkat bunga yang berlaku pada saat present value dari cash flow yang akan diterima dari proyek tersebut sama dengan awal atau

present value dari modal awal tersebut. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari dengan cara trial and error atau dengan coba-coba.

3. Metode accounting rate of return

Metode accounting rate of return berdasarkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku sesudah accounting rate of return yang dianggap wajar. Apabila accounting rate of return lebih besar daripada minimum

accounting rate of return maka usulan investasi tersebut dapat diterima, sebaliknya kalau lebih kecil investasi tersebut ditolak.

Kebaikan dari metode ini dalam perhitungannya ialah pada

kesederhanaannya dan mudah dimengerti. Metode ini dalam perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah tersedia, sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan. Sesudah accounting

(57)

ini lebih besar daripada minimum accounting rate of return maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya bila lebih kecil dapat ditolak.

Sebagai kelemahan dari metode ini adalah :

• Tidak memperhatikan “time of value

• Menitikberatkan pada masalah accounting dan kurang memeperhatikan data cash flow dari investasi yang bersangkutan. • Merupakan pendekatan jangka pendek.

• Kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi.

Dengan mengadakan analisis dalam memilih dan menilai investasi aktiva tetap yang baik tetap akan memberikan nilai tambah terhadap keuangan perusahaan.

E. Pengawasan aktiva tetap

1. Pengertian pengawasan aktiva tetap

(58)

Menurut Terry (2000, hal 235) “Pengendalian dapat dirumuskan sebagai penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar.

Pengawasan diadakan sebagai tindak lanjut dari sebuah perencanaan yang dilakukan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam mewujudkan apa yang telah dicapai. Cara yang dilakukan dalam pengawasan yaitu menggabungkan segala sesuatu yang telah dijalankan dengan standar atau rencana, serta melakukan perbaikan-perbaikan bila mana terjadi penyimpangan.

Tindakan pengawasan tidak dapat diartikan sebagai usaha untuk mencari kesalahan, tetapi untuk mencari usaha perbaikan guna menghindari penyimpangan dan pemborosan. Dengan adanya pengawasan diharapkan tercapai efisiensi dalam pengelolaan faktor-faktor produksi yang tersedia.

Pada dasarnya fungsi pengawasan dapat dilakukan untuk :

a. Mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan dengan dilakukannya pengawasan yang baik maka kemungkinan terjadinya kesalahan akan sangat kecil, hal ini disebabkan orang-orang yang melaksanakan rencana yang telah ditetapkan akan senantiasa waspada dalam melakukan pekerjaan.

(59)

c. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan pengawasan sehingga dapat diketahui tugas masing-masing personil yang saling menyalahkan.

d. Untuk mendinamisir perusahaan segenap kegiatan manajemen lainnya. Pengawasan yang baik akan dapat mencegah terjadinya penyimpangan sedini mungki n, dengan demikian maka segala kegiatan dalam pelaksanaan tugas dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

2. Teknik pengawasan

Menurut Arthur W. Holmes, 2000 (hal.124) teknik pengawasan yaitu:

a. Pengawasan fisik

Pengawasan fisik dilakukan bertujuan untuk mencegah atau melacak pencurian aktiva tetap yang hilang mencegah kecurangan yang dilakukan karyawan yang berusaha memperoleh akses tanpa izin pencatat aktiva atau dokumen lainnya, dengan cara membuat alarm pencurian atau mempekerjakan satpam dan membuat ruang bawah tanah atau lemari besi yang tahan api untuk menyimpan dokumen dan alat penting lainnya.

(60)

Pengendalian organisasi adalah pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kecurangan, pencurian dan kekeliruan serta kepastian bahwa tugas-tugas yang dilaksanakan oleh karyaawan yang memenuhi syarat dan kepastian operasi akan tetap lancar jika terjadi pergantian personil. Untuk mencegah kecurangan ini perlu dilakukan pembebanan tanggng jawab yang pasti untuk melaksanakan setiap tugas yang perlu untuk menjalankan kegiatan usaha, penggantian wajib tugas akuntansi, cuti wajib untuk karyawan yang menduduki jabatan penting, penetapan cara-cara yang sehat dalam penerimaan karyawan dan menghindarkan pemberian tugas yang tidak boleh dirangkap dan tanggung jawab untuk memprakarsai transaksi yaitu :

• Menyimpan aktiva tetap, dan

• Akuntansi untuk transaksi harus dipisahkan dan ditugaskan kepada orang lain.

c. Kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi dilakukan untuk mencegah dan melacak kecurangan, pencurian dan kekeliruan. Untuk mencegah terjadinya kekurangan ini perlu dilakukan beberapa teknik pengawasa yaitu penggunaan biaya standar yang sudah ditetpakan lebih dahulu pemakaian perkiraan pengawasan serta taat terhadap prinsip akuntansi yang sudah lazim.

d. Pengawasan administrasi

(61)

bernomor urut, pengendalian atas nomor formulir, penggunaan formulir rangkap banyak dan penghindaran informasi akuntansi dengan tangan, pemberian tanda dokumen yang sudah selesai digunakan pembuatan dokumen sebagai bukti operasi membandingkan dokumen yang sudah siap dan yang berhubungan dengan proses transaksi akuntansi.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa fungsi dan tujuan dari pengawasan sangat berguna bagi manajemen atau pihak-pihak yang berwenang didalam menjaga keberadaan aktiva tetap dari suatu perusahaan, yang sangat berguna demi keberlangsungan dari operasi perusahaan secara umum.

Menurut T. Hani Handoko, 2001 (hal 376 – 378) metode pengawasan ada dua, yang terdiri dari :

1) Metode pengawasan non-kuantitatif

Metode pengawasan non-kuantitatif adalah metode-metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Umumnya hal ini mengawasi keseluruhan organisasi dan sebagian besar mengawasi sikap dan performance para karyawan.

Teknik-teknik yang sering digunakan meliputi :

• Pengamatan (control by observation) • Inspeksi teratur dan langsung

(62)

• Diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan.

Ukuran-ukuran tersebut biasanya digunakan dalam pengarahan dan pengawasan satuan kerja.

2) Metode pengawasan kuantitatif

Sebagian besar teknik-teknik pengawasan kuantitatif cenderung untuk menggunakan data khusus dan metode-metode kuantitatif untuk mengukur dan memeriksa kualitas dan kuantitas keluaran. Metode-metode kuantitatif tersebut terdiri dari :

• Anggaran seperti, anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal,

anggaran perubahan aktiva tetap dan anggaran-anggran khusus lainnya. • Audit seperti internal audit, eksternal audit dan manajemen audit. • Analisa break event

• Analisa rasio

• Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan.

F. Hubungan Perencanaan Dan Pengawasan Aktiva Tetap

(63)

Invetasi dalan harta tetap mempunyai dampak lain atau konsekuensi yang mungkin tidak ditemukan dalam pengeluaran kas sehari-hari dari perusahaan. Apabila dana telah dipergunakan untuk pembelian aktiva tetap, maka akan memakan waktu yang lama sebelum dana itu kembali. Pengeluaran yang tidak tepat dalam aktiva tetap adalah sulit untuk dapat ditarik kembali tanpa menimbulkan kerugian besar bagi investornya. Sudah jelas komitmen jangka panjang yang kurang berhati-hati dapat mengakibatkan kepailitan atau kesulitan-kesulitan lain dalam keuangan.

1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Aktiva Tetap

Menurut M. Munandar (2000.hal.1) “Anggaran adalah suatu renacana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku dalam jangka waktu tertentu yang akan datang”.

Dari pengertian tersebut nampak bahwa suatu anggaran mempunyai empat unsur, yaitu :

a. Rencana adalah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas suatu kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang.

b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan yaitu

mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.

c. Dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam.

d. Jangka waktu tertentu yang akan datang

(64)

Anggaran sebagai perencanaan terpadu dimaksudkan bahwa dengan anggaran perusahaan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu, hal ini dimungkinkan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu, hal ini dimungkinkan karena dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan disentuh oleh anggaran perusahaan.

Menurut M. Munandar (2000, hal.10) manfaat anggaran mempunyai tiga pokok kegunaan yaitu :

1) Sebagai pedoman kerja dan memberi arah sekaligus target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang 2) Sebagai alat pengkoordinasian kerja agar semua

bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan dapat saling bekerja sama dengan baik untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan.

3) Sebagai alat pengawasan kerja atas realisasi kerja perusahaan, dengan membandingkan antara apa yang tertuang didalam budget

dengan apa yang telah dicapai oleh realisasi kerja perusahaan. 2. Penggunaan anggaran dalam pengawasan

Anggaran merupakan peralatan pengawasan yang digunakan sangat meluas baik didunia bisnis maupun pemerintahan. Penyiapan anggaran adalah bagian integral dari proses perencanaan, dan anggaran itu sendiri adalah hasil akhir proses perencanaan atau pernyataan rencana. Untuk menghindari reaksi negatif yang sering dihubungkan dengan konsep pengawasan banyak manajer menyebut pengawasan anggaran sebagai pengawasan laba.

(65)

3. Tujuan Perencanaan dan pengawasan aktiva tetap

Pengeluaran untuk aktiva tetap dilakukan untuk penambahan harta baru, penggantian atau pemeliharaan harta lama yang telah ada. Berbagai pengeluaran ini tidak dapat ditunda apabila operasi ingin dilanjutkan, yang lain mungkin bisa ditangguhkan untuk suatu jangka waktu yang wajar.

Perencanaan berhubungan dengan pengikatan dan secara tepat dalam harta tetap. Pengendalian terhadap pengeluaran terhadap aktiva tetap mempunyai tujuan untuk memberikan persetujuan pembelian harta hanya setelah pertimbangan yang cermat mengenai keperluan atau keharusannya dilakukan dan sesuai dengan ketersediaan dana yang direncanakan.

Mulai dari dibuatnya komitmen untuk aktiva tetap sampai disposisi terakhir melalui penjualan, ada fase-fase pengendalian lain yang harus dilaksanakan. Aktiva tetap harus dipertanggungjawabkan, dipergunakan secara wajar, diasuransikan secukupnya, dan ditangani dengan cara lain sebagaimana yang telah ditetapkan. Menurut James D. Wilson dan Jhon B. Campbell (2000,hal 483). Termasuk dalam tujuan-tujuan yang lebih spesifik dari perencanaan dan pengawasan aktiva tetap adalah sebagai berikut :

• Menetapkan tingkat pengembalian yang mungkin diperoleh atas

investasi aktiva tetap yang direncanakan.

• Menetapkan bahwa seluruh pengeluaran untuk barang modal yang

direncanakan berada dalam batas-batas kemampuan keuangan perusahaan. • Menetapkan bahwa program jangka pendek aktiva tetap adalah

(66)

• Mendorong usaha penelaahan jenis peralatan yang paling sesuai

dengan kebutuhan perusahaan dan cara yang paling menguntungkan untuk membiayai pembelian aktiva tetap.

• Meninjau fasilitas-fasilitas secara kritis untuk menentukan apakah

penghematan biaya dapat membenarkan adanya penggantian.

• Menetapkan berdasarkan pengeluaran untuk barang modal yang

lalu dan yang diusulkan, serta juga berdasarkan harga ganti, bahwa cara perlakuan yang bersangkutan mengenai biaya penyusutan dan amortisasi sekarang akan menghasilkan adanya perhitungan harga pokok secara wajar untuk berbagai produk dan fungsi.

• Menetapkan tanggung jawab yang wajar untuk aktiva tetap. • Memajukan penggunaan yang lebih efektif dari peralatan yang

ada.

• Menetapkan prosedur-prosedur yang memberi perlindungan dan

pemeliharaan fisik untuk aktiva tetap.

• Menyusun anggran aktiva tetap baik jangka panjang, menengah,

(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

• Tempat penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka tempat penulis mengadakan penelitian adalah PT. Deka Konsultan Medan di jalan DI. Panjaitan no. 108 Medan.

• Waktu penelitian

(68)

B. SUMBER DAN JENIS DATA

Dalam melakukan penelitian ini sumber data diperoleh dari :

1. Data primer yang diperoleh dari sumber data lapangan dan merupakan .data yang langsung diperoleh dari perusahaan, melalui observasi dilapangan dan wawancara.

2. Data skunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa data tertulis dan data yang diperlakukan dalam penelitian ini.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti.

2. Wawancara, yaitu penulis mengadakan wawancara langsung dengan staf perusahaan yang berkaitan langsung dengan tugas perencanaan dan pengawasan serta yang berkaitan dan berkompeten memberikan keterangan.

(69)

Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode dengan cara mengelompokkan dan menginterpretasikan data sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang masalah yang dihadapi perusahaan.

Teknik analisis data bertujuan untuk mengolah data yang diperoleh dari penelitian guna dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum

a. Sejarah Singkat PT. Deka Konsultan Medan

(70)

pada tahun 1990, perusahaan didirikan dan disahkan oleh Notaris Neneng Salmiah, SH.

PT. Deka Konsultan mengembangkan perusahaannya dibidangkonstruksi, yang usaha pokoknya adalah memenuhi semua kebutuhan konsultan perusahaan kontraktor lainnya seperti : Dinas Pekerjaan Umum, dll.

b. Struktur Organisasi

Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, kegiatan-kegiatan perusahaan dikelompokkan dalam suatu struktur organisasi untuk mempermudah pelaksanaan, koordinasi dan mengawasi kegiatan.

Struktur organisasi menggambarkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap organisasi perusahaan. Untuk menjelaskan bagian yang dimasksud diatas, maka penulis akan menguraikan struktur organisasi PT. Deka Konsultan Medan secara keseluruhan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan struktur organisasi perusahaan.

Ganbar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan

DIREKTUR

(71)

Sumber : PT. DEKA KONSULTAN MEDAN

Secara umum tanggung jawab dan fungsi-fungsi dari setiap bagian dijelaskan sebagai berikut :

a. Direktur

Tugas, wewenang dan tannggung jawab :

• Mengkoordinir seluruh manajer-manajer untuk melaksanakan tugas

yang dibebankan kepadanya dalam mencapai tujuan perusahaan. • Mengadakan hubungan atau kontak atas nama perusahaan baik diluar

maupun didalam perusahaan.

• Memimpin dan mengawasi jalannya perusahaan.

• Mengawasi perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun.

MANAJER KEUANGAN

STAF PERPAJAKAN STAF KEUANGAN

STAF ADMINISTRASI

MANAJER TEKNIK PROJECT MANAJER

SITE MANAJER MEKANIIK

SITE MANAJER ELEKTRIK

SITE MANAJER SIPIL

(72)

b. Sekretaris

Tugas, wewenang dan tanggung jawabnya adalah :

• Membantu pekerjaan direktur dalam menjalankan tugasnya. • Mencatat dan mengawasi perkembangan perusahaan. • Menggantikan kedudukan direktur pada saat-saat tertentu.

• Melakukan dan mengatur pekerjaan-pekerjaan perkantoran dan

penataan ruang kerja. c. Manajer keuangan

Tugas, wewenang dan tanggung jawabnya adalah :

• Melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan dan

urusan administrasi dan keuangan serta menjamin dilaksanakannya sistem dan prosedur pembukuan sesuai dengan pedoman dari Direktur.

• Memberikan petunjuk-petunjuk dalam rangka pengembangan

metode, sistem dan prosedur pembukuan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan perusahaan.

• Melaksanakan pengolahan data-data keuangan serta menyiapkan

laporan keuangan perusahaan bagi direktur.

Dalam hal ini manajer keuangan dibantu oleh beberapa staf yang memiliki tugas-tugas yang berbeda yaitu :

1) Staf keuangan

(73)

• Melaksanakan sistem dan prosedur pembukuan sesuai dengan

pedoman dari menejer keuangan.

• Melaksanakan, mengkoordinasikan dan pengendalian kegiatan

urusan keuangan.

• Menyusun renacana penerimaan dan pengeluaran keuangan

perusahaan.

• Menyiapkan laporan keuangan kepada manajer keuangan.

2) Staf perpajakan

Tugas dan tanggung jawab adalah :

• Menyelesaikan dan mengurusi perbankan dan hubungan dengan kreditor

perusahaan.

• Menyelesaikan pajak dan asuransi-asuransi yang berkaitan dengan

perusahaan.

• Beserta staf keuangan yang lain menyiapkan laporan keuangan kepada

manajer keuangan.

3) Staf administrasi

Tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya adalah :

• Memeriksa dan memberikan kode pada aktiva dan bukti-bukti

pembukuan memorial.

• Mengawasi, membimbing dan melaksanakan kegiatan pelaksanaan

(74)

• Beserta staf keuangan yang lain menyiapkan laporan keuangan kepada

manajer keuangan. d. Manajer teknik

Tugas dan tanggung jawabnya adalah :

• Memimpin, membina, mengarahkan, merencanakan, mengkoordinasikan

dan mengendalikan seluruh kegiatan bidang teknik perusahaan.

• Melaksanakan pengembangan metode sistem dan prosedur kerja untuk

lebih meningkatkan efisien dan produktivitas. e. Project manajer

Tugas dan wewenangnya adalah :

• Memberikan pengarahan dan kontrol kepada site manajer agar target yang diharapkan tercapai sepenuhnya dengan baik.

• Mengawasi, mengkoordinasi serta mengendalikan kegiatan teknik

perusahaan.

Project manajer dalam hal ini juga dibantu oleh beberapa site manajer yaitu :

1) Site manajer mekanik

Tugas dan wewenangnya adalah :

• Menyiapkan prosedur dan koordinasi proyek antar site manajer.

• Menentukan, mengangkat dan memberhentikan mandor serta sub

koordinat langsung dibawah site manajer.

• Mengadakan pengecekan secara teratur serta mengambil tindakan /

(75)

• Menjamin terisinya organisasi proyek dengan personil-personil yang

sesuai termasuk pelaksanaan koordinasi dan prosedur organisasi. 2) Site manajer elektrik

Tugas dan wewenangnya adalah :

• Menyiapkan prosedur dan koordinasi proyek antar site manajer.

• Menentukan, mengangkat dan memberhentikan mandor serta sub

koordinat langsung dibawah site manajer.

• Mengadakan pengecekan secara teratur serta mengambil tindakan /

keputusan untuk hal-hal yang menyimpang dari segi waktu, biaya dan kuantitas.

• Menjamin terisinya organisasi proyek dengan personil-personil yang

sesuai termasuk pelaksanaan koordinasi dan prosedur organisasi. • Menyiapkan master schedule.

3) Site manajer Sipil

Tugas dan wewenangnya adalah :

• Menyiapkan prosedur dan koordinasi proyek antar site manajer.

• Menentukan, mengangkat dan memberhentikan mandor serta sub

koordinat langsung dibawah site manajer.

• Mengadakan pengecekan secara teratur serta mengambil tindakan /

keputusan untuk hal-hal yang menyimpang dari segi waktu, biaya dan kuantitas.

• Menjamin terisinya organisasi proyek dengan personil-personil yang

(76)

• Menyiapkan master schedul.

f). Mandor

Tugas dan wewenangnya adalah :

• Melaporkan segala kegiatan yang telah dilakukan dan akan dilakukan

pada minggu yang akan datang pada site manajer. • Sebagai pengawas dari suatu item pekerjaan. • Sebagai contoh koordinator para tukang dan teknisi.

2. Penerapan Perencanaan dan Pengawasan Aktiva Tetap

a. Perencanaan Aktiva tetap

Keputusan investasi merupakan salah satu hal yang pe

Gambar

Tabel  2.  Penyusutan aktiva tetap metode saldo menurun
Tabel . 4.1. Tafsiran Umur Manfaat Ekonomi
Tabel . 4. 2. Perencanaan dan Pengawasan Aktiva Tetap

Referensi

Dokumen terkait

Menurut persepsi pengguna jasa pengiriman via truk, untuk analisis gabungan antara selisih biaya barang elektronik dan non-elektronik didapat bahwa apabila selisih

Musik Jazz Etnik di Kota Malang ini adalah: 1.5.1 Batasan Objek Objek Perancangan adalah Pusat Apresiasi Seni Musik Jazz Etnik yang dapat berisi beberapa fasilitas seperti

Supriatmo, Sp.A(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.. Hasibuan, M.Ked

Aplikasi kompos yang dicampur de- ngan top soil sebagai media tanam dengan dosis ½ atau 2/3 bagian dari media yang dikombinasikan dengan pupuk NPK 2 gr/bibit

Menurut Proboyo (1999), kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan

Kutipan di atas menggambarkan persaan miris yang diarasakan Hanum ketika melihat sebuah masjid yang merupakan situs bersejarah di kota tersebut telah berubah

Hasil tersebut tampak bahwa nilai signifikansi 0,782 lebih besar dari 0,05 sehingga, berdasarkan kriteria uji maka hipotesis nol (H0) diterima. Dengan hasil uji wilcoxon

Sasaran 1: Tersedianya dokumen hasil perencanaan pembangunan melalui penyelenggaraan Musrenbang, yang ditunjang dengan pelaksanaan 1 (satu) Program: 1. Program