• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Anggaran

Dalam dokumen laporan praktek lapangan (Halaman 37-41)

PEMBAHASAN TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN 3.1 Pendelegasian Kewenangan Pemerintahan

3.2 Perencanaan Anggaran

3.2.1 Perencanaan Anggaran Kecamatan

Pada saat kecamatan sebagai wilayah administrasi pemerintahan dalam rangka asas dekonsentrasi, anggaran kecamatan bersumber dari APBN dan bantuan dari APBD (Provinsi dan kabupaten/kota). Setelah kedudukan kecamatan berubah menjadi wilayah kerja perangkat daerah dan Camat sebagai perangkat daerah, sumber utama anggaran penyelenggaraan pemerintahan kecamatan berasal dari APBD kabupaten/kota. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut, maka anggaran kecamatan disusun dengan prinsip anggaran berbasis kinerja (Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002) dan anggaran berdasarkan prestasi kerja.

(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006) dan diperlakukan sama dengan organisasi perangkat daerah lainnya. Tugas pokok dan fungsi unit kerja merupakan dasar dalam penyusunan anggaran unit kerja perangkat daerah.

Kebijakan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan oleh masing- masing daerah mengalami peralihan. Kondisi obyektif perlakuan kecamatan khususnya anggaran kecamatan belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta beban kerja kecamatan, tetapi masih menggunakan pendekatan pragmatis dan praktis dalam menentukan kriteria dan besaran alokasi anggaran sehingga cenderung dibuat seragam.

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa setiap Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah – termasuk Camat sebagai salah satu Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah - mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

c. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

f. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; dan

g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

Uraian lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan kecamatan dapat dilihat dalam butir – butir berikut :

1. Dilihat dari segi pengelolaannya, keuangan daerah dapat dibagi menjadi keuangan daerah yang pengelolaannya dilakukan secara terpisah (contoh BUMD) dan pengelolaan keuangan daerah yang pengelolaannya dilakukan secara tidak terpisah (contoh APBD).

2. Kecamatan sebagai bagian integral dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) memiliki kewenangan untuk menyusun dan mengelola anggarannya sendiri.

3. Camat sebagai pengguna anggaran setiap tahun memiliki kewajiban untuk menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA SKPD) dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

4. Kecamatan sebagai SKPD wajib menyusun program dan anggaran sesuai pedoman (Permendagri No. 13/2006).

5. Program tahunan kecamatan merupakan pejabaran dari Renstra Kecamatan (5 tahunan) yang setiap tahunnya masih harus diselaraskan dengan RKPD.

6. Program tahunan yang sudah diselaraskan dengan RKPD dirinci lebih lanjut dalam kegiatan atau aktivitas sesuai dengan jenis urusan atau fungsinya.

7. Berdasarkan rincian program (kegiatan/aktivitas) sebagaimana butir 3 di atas disusunlah anggaran kecamatan.

Adapun penyusunan program dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah, termasuk untuk kecamatan mekanismenya adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan kewenangan atributif (Pasal 126 UU No. 32/2004) dan kewenangan delegatif yang dilimpahkan oleh kepala daerah serta berdasarkan potensi unggulan daerah, Camat menyusun visi misi kecamatan yang dituangkan dalam renstra kecamatan.

2. Renstra kecamatan berisi program kerja indikatif dan terukur yang akan dicapai selama lima tahun guna mendukung atau memberikan kontribusi pencapaian visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD.

3. Program-program indikatif dan terukur yang tercantum di dalam renstra kecamatan harus digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran kecamatan. 4. Program kerja lima tahunan tersebut secara sistematis dan logis dijabarkan ke

dalam program kerja tahunan sebagai dasar penyusunan anggaran kecamatan. 5. Program kerja tahunan kecamatan setelah diselaraskan dengan RKPD dirinci

ke dalam kegiatan menurut jenis urusan dan fungsinya.

6. Jenis urusan terbagi menjadi 2 (dua) yakni : (1) Urusan wajib dan (2) Urusan pilihan.

Untuk kecamatan, urusan wajib dan urusan pilihannya mengikuti urusan tersebut pada tingkat kabupaten/kota dengan penekanan sesuai dengan potensi kecamatan masing-masing.

1. Jenis urusan menurut fungsi terbagi menjadi 9 (sembilan), yaitu :

 Fungsi pelayanan umum;

 Fungsi ketertiban dan ketentraman;

 Fungsi ekonomi;

 Fungsi lingkungan hidup;

 Fungsi perumahan dan fasilitas umum;

 Fungsi kesehatan;

 Fungsi pariwisata dan budaya;

 Fungsi pendidikan;

 Fungsi perlindungan sosial;

Sedangkan penyusunan program anggaran satuan kerja perangkat daerah, termasuk untuk kecamatan mekanismenya adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Surat Edaran Kepala Daerah (SE KDH) tentang permintaan anggaran dari kerja satuan pemerintah daerah, Camat menyusun RKA SKPD kecamatan.

2. SE KDH berisi tentang jumlah atau plafond anggaran sementara, petunjuk teknis pengisian RKA SKPD dan lampiran Keputusan Kepala Daerah tentang harga satuan barang dan jasa.

3.2.2 Permasalahan Prencanaan Anggaran di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di susun dua kali dalam setahun, yaitu pada akhir tahun dan pertengahan tahun. Penyusunan RKA tahun 2015 disusun pada akhir tahun 2014. Setelah RKA disusun dengan baik sesuai dengan prosedur, terdapat perubahan yang perlu dilakukan pada RKA tahun 2015, hal ini dikarenakan terdapat ketidak jelasan aturan yang ditetapkan antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten.

Kecamatan menerima Surat Gubernur yang didalamnya berisi tentang pelarangan beberapa jenis pengeluaran yang tidak boleh dimasukkan kedalam RKA, jenis pengeluaran yang dilarang diantaranya adalah biaya makan minum harian pegawai dan transportasi pegawai. Karena adanya perubahan aturan ini kecamatan terpaksa merubah kembali RKA yang sebelumnya sudah disusun, akan tetapi terdapat ketidaksesuaian antara aturan yang ditetapkan oleh surat gurbernur dan pemberitahuan dari DPPKAD.

Apabila aturan yang ditetapkan dalam Surat Gubernur sepenuhnya dijalankan, maka program kegiatan yang disusun oleh kecamatan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan kekurangan anggaran. Contohnya didalam penyaluran raskin, raskin terlebih dahulu diletakkan di dalam gudang sebelum didistribusikan ke nagari-nagari, dalam hal ini diperlukan dana untuk penyewaan gudang, bila disesuaikan dengan surat gubernur maka penganggaran dana penyewaan gudang ini tidak boleh dimasukkan ke dalam RKA. Berdasarkan pemberitahuan DPPKAD kepada pihak kecamatan yang dilarang dianggarkan adalah biaya makan minum harian pegawai dan transportasi pegawai, tidak adanya kejelasan tentang apa apa saja yang tidak boleh dianggarkan ini menimbulkan kesulitan pemerintah kecamatan dalam penyusunan anggaran.

BAB IV

REKOMENDASI ATAS TEMUAN PRAKTEK LAPANGAN

Dalam dokumen laporan praktek lapangan (Halaman 37-41)

Dokumen terkait