• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Keuangan Desa

Dalam dokumen Modul Tata Kelola Keuangan Desa (Halaman 27-35)

C. Penatausahaan Keuangan Desa

D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya bahwa tahapan pengelolaan keuangan desa men-cakup perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.

Perencanaan pengelolaan keuangan desa identik dengan proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APB Desa (APB Desa). APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang secara formal ditetapkan dengan peraturan desa. Artinya Perdes APB Desa sebelum di-sahkan oleh pemerintah desa terlebih dahulu harus dibahas dan disepakati bersama oleh kepala desa dan BPD.

APB Desa disusun sebagai dasar pengambilan kebijakan berkaitan dengan anggaran, penentuan prioritas program, kegiatan dan menjaga kesesuaian dengan (konsistensi) program jangka panjang dan jangka pendek sebagaimana yang menjadi visi dan misi desa, menjadi arahan operasional bagi kepala desa, dan menciptakan akuntabilitas, serta mempermudah pengendalian dan pengawasan. Struktur APB desa terdiri dari : Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Secara lengkap struktur APB Desa dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

A | Perencanaan Keuangan Desa

Pengertian Pendapatan Desa adalah semua penerimaan uang melalui rekening desa yang

merupa-kan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Pendapa-tan Desa terdiri dari: PendapaPendapa-tan Asli Desa, Transfer, Bantuan Keuangan, dan pendapaPendapa-tan lain-lain. Selengkapnya struktur pendapatan desa seperti di bawah ini:

PADes TRANSFER BANTUAN

KEUANGAN PENDAPATAN LAIN-LAIN

Hasil Usaha Desa Dana Desa Bantuan Keuangan dari

Kabupaten Hibah dan Sumbangan dari Pihak Ketiga yang tidak mengikat

Hasil Aset Desa Bagi Hasil

Pajak Daerah Bantuan Keuangan dari Provinsi Lain-lain pendapatan desa yang sah Swadaya, partisipasi,

Gotong-royong Bagi Hasil Retribusi Daerah

Lain-lain PADes Alokasi Dana Desa

Adapun pengertian belanja adalah semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban

desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa.

Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.

Struktur belanja desa dikelompokkan menjadi 4 (empat) bidang, meliputi :

1. Belanja bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti : a. Penetapan dan penegasan batas Desa;

b. Pengembangan sistem administrasi dan informasi Desa; c. Pengembangan tata ruang dan peta sosial Desa; d. Pendataan dan pengklasifikasian tenaga kerja Desa; e. Penetapan organisasi Pemerintah Desa;

f. Pembentukan Badan Permusyaratan Desa; g. Penetapan perangkat Desa;

h. Penetapan BUM Desa; i. Penetapan APB Desa; j. Penetapan peraturan Desa; k. Penetapan kerja sama antar-Desa;

l. Belanja lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah desa. 2. Belanja bidang pelaksanaan pembangunan, seperti :

a. Pelayanan dasar Desa; contoh pengembangan pos kesehatan dan Polindes, pengelolaan dan pembinaan Posyandu, dan pelayanan dasar lainnya.

b. Sarana dan prasarana Desa; contoh: pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai Desa, pembangunan dan pemeliharaan jalan Desa, dan pembangunan sarana dan prasarana lainnya. c. Pengembangan ekonomi lokal Desa; contoh : pembangunan dan pengelolaan pasar Desa dan kios Desa, pembangunan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik Desa,

dan pengembangan ekonomi desa lainnya

d. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan Desa; contoh : penghijauan, pembuatan terasering, pemeliharaan hutan bakau, dan pemanfaatan sumber daya alam lainnya

3. Belanja bidang pembinaan kemasyarakatan, seperti :

a. Membina keamanan, ketertiban dan ketenteraman wilayah dan masyarakat Desa; b. Membina kerukunan warga masyarakat Desa;

c. Memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan mediasi di Desa; d. Melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat Desa;

e. Melestarikan ekosistem dan lingkungan hidup; f. Dan lain-lain sesuai kondisi desa.

4. Belanja bidang pemberdayaan masyarakat desa, seperti : a. Pengembangan seni budaya lokal;

b. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat; c. Fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat;

d. Dan lain-lain sesuai kondisi desa.

MODUL KEUANGAN DESA BAB III TAHAPAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Selengkapnya struktur belanja dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

BELANJA DESA

Klasifikasi Kegiatan Jenis

• Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

• Pelaksanaan Pembangunan Desa • Pembinaan Kemasyarakatan Desa • Pemberdayaan Masyarakat Desa • Belanja Tak Terduga

Sesuai dengan kebutuhan desa yang telah

ditu-angkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RKPDesa)

• Belanja Pegawai (pengeluaran peng-hasilan tetap dan tunjangan)

• Belanja Desa dan Jasa (Pengeluaran dalam rangka pembelian/

pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari12 bulan

• Belanja Modal (Pengeluaran

dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang man-faatnya lebih dari 12 bulan

Sedangkan yang dimaksud pembiayaan desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan mau-pun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Contoh Penerimaan pembiayaan :

Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya; Pencairan Dana Cadangan; dan Hasil pen-jualan kekayaan desa yang dipisahkan, Penerimaan pinjaman.

Contoh Pengeluaran pembiayan:

Pembentukan dana cadangan; Dana penyertaan modal desa, Pembayaran utang desa. Selengkapnya struktur pembiayaan desa sebagaimana bagan di bawah ini.

PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN

• Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya

• Pencairan dana cadangan

• Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan

• Pembentukan Dana Cadangan • Penyertaan Modal Desa

1. Tahapan Penyusunan APB Desa

Peraturan Desa tentang APB Desa merupakan salah satu kebijakan publik di desa. karenanya dalam proses penyusunannya harus mengedepankan prinsip-prinsip partisipasi dan transparansi. Di samping itu, penyusunan APB Desa harus secara konsisten menjadikan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Desa (Perdes RKP Desa) sebagai dasar penyusunan anggaran. RKP Desa harus sepenuhnya menjabar-kan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa).

Secara singkat perencanaan Rancangan Peraturan Desa APB Desa sampai proses evaluasi Raperdes APB Desa di tingkat kabupaten atau yang didelegasikan di tingkat kecamatan, dapat digambarkan sebagai berikut :

MODUL KEUANGAN DESA BAB III TAHAPAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Bagan Penyusunan APBDes menurut Permendagri No. 113/2014, Pasal 21 Ayat (3) & (4), Pasal 22 , Pasal 23 Menyampaikan

rancangan Perdes tentang APBDesa kepada BPD

Menyusun rancangan Perdes tentang APB-Desa

Beberapa hal penting yang perlu diingat dalam proses penyusunan Raperdes APB Desa ada-lah sebagai berikut :

Menurut Permendagri No. 113/2014,

Bab V Bagian Kesatu Perencanaan, Pasal 21 Ayat (3) & (4), Pasal 22 :

• Bila Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam 20 hari kerja sejak diterima- nya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

• Bila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyem-purnaan paling lama 7 hari kerja sejak diterimanya hasil evaluasi.

• Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti (Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa), Bupati/Walikota membatal-kan Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota. Hal tersebut sekaligus menya-takan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya dan Kepala Desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa. • Kepala Desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama 7 hari kerja

setelah pembatalan tersebut, selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud

Menurut Permendagri No. 113/2014,

Bab V Bagian Kesatu Perencanaan, Pasal 23 :

• Bila Camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam 20 hari kerja, maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

• Bila Camat menyatakan hasil evaluasi tidak sesuai dengan kepentingan umum dan perun-dang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

• Bila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti (Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Pera-turan Desa tentang APBDesa menjadi PeraPera-turan Desa), Camat menyampaikan usulan pembatalan Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota.

• Ketentuan lebih lanjut tentang pendelegasian evaluasi diatur dalam Peraturan Bupati/ Walikota.

Perdes APB Desa adalah salah satu dari 4 (empat) perdes yang harus dilakukan evaluasi oleh Bupati sebelum disyahkan dan dituangkan dalam lembaran desa. Ketiga perdes lainnya meliputi: Perdes pu- ngutan desa, Perdes tata ruang desa dan Perdes struktur organisasi desa. Apabila dalam pelaksanaan evaluasi Bupati melimpahkan kewenangan evaluasi kepada Camat, maka pelaksanaan evaluasi cukup dilakukan oleh Camat. Artinya, proses penyusunan APB Desa berhenti di level kecamatan. Sementara, Bupati hanya memberikan pedoman teknis tentang tata cara evaluasi rancangan APB Desa kepada Camat.

Secara garis besar tahapan proses perencanaan pengelolaan keuangan desa atau tahapan penyusu-nan APB Desa yaitu : pencermatan RPJM Desa/ RKP Desa, penyusupenyusu-nan rancangan perdes APB Desa, penyerahan dari pemerintah desa kepada BPD untuk dibahas, musyawarah anggaran desa, pemba-hasan dan penyepakatan bersama BPD, Evaluasi Bupati, Penetapan, pengundangan dalam lembaran desa dan pelaksanaan APB Desa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah desa dan masyarakat dalam proses penyusunan APB Desa, diantaranya :

• Semua kegiatan koordinasi, konsultasi dan permintaan evaluasi rancangan APB Desa dari Desa kepada Bupati melalui Camat harus disertai dengan surat pengantar resmi dari desa. Hal ini dikare-nakan adanya batasan hari dalam proses evaluasi yang wajib dilakukan baik oleh pemerintah desa maupun tim evaluasi.

akhir penetapan APB Desa yaitu tanggal 31 Desember. Agar proses penyelenggaraan pemerintah-an desa tetap bisa berjalpemerintah-an dpemerintah-an mempunyai legalitas hukum, maka Kepala Desa harus membuat peraturan Kepala Desa tentang “Pengaturan Pengeluaran Desa Sebelum Ditetapkan Peraturan Desa Tentang APB Desa Tahun Anggaran 2015”. Meskipun bentuknya peraturan Kepala Desa, namun BPD tetap diberikan informasi, termasuk masyarakat.

• Jenis pengeluaran desa yang dapat dilakukan sebelum ditetapkan peraturan desa tentang APB Desa Tahun 2015 besarnya tidak boleh melebihi pagu anggaran APB Desa tahun sebelumnya dan hanya bersifat mengikat dan operasional perkantoran, seperti :

1. belanja pegawai yang bersifat mengikat (Penghasilan Tetap Kades dan Perangkat Desa) ; 2. belanja alat-alat tulis kantor;

3. belanja pembayaran rekening listrik; 4. belanja pembayaran rekening air; 5. belanja perjalanan dinas; dan

6. belanja lain yang bersifat operasional perkantoran.

• Seluruh kebutuhan anggaran untuk penyusunan APB Desa harus dianggarkan dan tercatat da-lam APB Desa. Demikian juga dengan keberadaan tim anggaran yang bertugas menyusun, harus mendapatkan Surat Keputusan dari Kepala Desa.

Pelaksanaan keuangan desa merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang dan kegiatan di lapangan. Kegiatan yang dilakukan sesuai kewenangan desa yang diolah melalui rekening desa. Artinya, semua penerimaan dan pengeluaran desa harus dikelola melalui rek-ening desa yang didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Sehingga harus benar-benar dilaku-kan pencatatan transaksi secara tertib dan dapat dipertanggungjawabdilaku-kan.

Dalam dokumen Modul Tata Kelola Keuangan Desa (Halaman 27-35)

Dokumen terkait