• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pajak adalah tahapan pertama di dalam penghematan pajak. Perencanaan pajak ini biasa dilakukan oleh manajemen pajak, yang dapat dilakukan sendiri oleh intern perusahaan atau pun juga oleh pihak luar, dalam hal ini konsultan pajak.

Menurut Sophar Lumbantoruan (2000:435) berpendapat bahwa: “Perencanaan pajak (Tax Planning) adalah rencana kebijakan keuangan perusahaan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kewajiban pembayaran pajak

b. Peraturan pembayaran pajak

c. Kapasitas badan usaha dan faktor eksternal.”

Sedangkan menurut Joel K. Siegel dan Jae K. Shim, yang diterjemahkan oleh Mohammad Kurdi (2004:46), menyatakan bahwa: “Pengertian perencanaan pajak merupakan analisis sistematik dalam membedakan kebebasan pajak yang ditujukan untuk meminimalkan kewajiban pajak dalam periode perpajakan yang berjalan di masa depan.”

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan. Karena itu, pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Sebagai wajib

27 pajak, yayasan harus mematuhi dan melaksanakan kewajiban- kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku (Alim: Jurnal FE Universitas Surabaya).

Perencanaan pajak penghasilan di Indonesia menganut self assessment artinya wajib pajak yang berperan untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan jumlah pajak, bukan kantor pajak. Pajak penghasilan yang diberlakukan di Indonesia menuntut setiap wajib pajak untuk memenuhi 2 kewajiban, yaitu :

1) Kewajiban untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan Pajak Penghasilan yang menjadi tanggungannya.

2) Kewajiban untuk menghitung, memotong/memungut, menyetorkan dan melaporkan Pajak Penghasilan yang merupakan beban orang lain.

Perencanaan pajak yang baik harus memungkinkan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak dengan baik, benar dan dengan beban yang minimal.

a. Aspek Formal dan Administratif Perencanaan Pajak

Sanksi administratif maupun pidana merupakan pemborosan sumberdaya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan.

28 Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wjib Pajak (NPWP) dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, membayar pajak, menyampaikan Suratt Pemberitahuan (SPT) disamping memotong atau memungut pajak. Kewajiban perpajakan berakhir pada saat pelunasan oleh Wajib Pajak.

b. Aspek Material dalam Perencanaan Pajak

Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. Pelaporan objek pajak yang benar dan lengkap harus bebas dari berbagai rekayasa negatif.

c. Penghindaran Sanksi Pajak

Pembayaran sanksi yang tidak seharusnya terjadi merupakan pemborosan sumber daya yayasan. Sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga, maupun kenaikan. Sanksi tersebut merupaka denda keuangan (financial penalty) yang merupakan pemborosan dana. Sedangkan sanksi pidana dapat berupa pidana

29 penjara dan atau denda keuangan.

d. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak, ada dua hal yang perlu dikuasasi dan dilaksanakan yaitu :

1) Memahami ketentuan peraturan perpajakan

Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti Undang- undang, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak, dan Surat Edaran Dirjen Pajak dapat diketahui peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.

2) Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat

Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang.

e. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak

Banyak motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak (tax planning), namun semua itu bersumber dari adanya 3 unsur perpajakan yaitu :

1) Kebijakan perpajakan (tax policy) 2) Undang-undang perpajakan (tax law)

30 3) Administrasi perpajakan (tax administrasion)

Ketiga unsur tersebut terjadi menurut proses sesuai dengan urutan waktu penyusunan sistem perpajakan.

f. Tahapan dalam Membuat Perencanaan Pajak

Agar perencanaan pajak dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan tahap-tahap berikut :

1) Menganalisis informasi (basis data) yang ada

Tahap pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak (tax burden) yang harus ditanggung. Untuk itu perlu diperhatikan faktor-faktor baik internal maupun eksternal yaitu :

(a) Fakta yang relevan (b) Faktor pajak

(c) Faktor non-pajak lainnya

2) Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.

Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional 3) Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak

31 Perlu dilakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak (tax burden), perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan. Variabel-variabel tersebut akan sihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai berikut :

(a) Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan (b) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil

dengan baik

(c) Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tetapi gagal Dari ketiga hipotseis tersebut akan memberikan hasil yang berbeda. Dari hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.

4) Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak

Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian, keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin bentuk perencanaan pajak yang diinginkan, kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya

32 perubahan peraturan/perundangan-undangan. Tindakan perubahan (up to date planning) harus tetap dijalankan walaupuun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilannya sangat kecil. Sepanjang penghematan pajak (tax saving) masih besar, rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang ditanggung merupakan kerugian minimal. Jadi, akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai dengan gambaran/perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba (benefit) potensial yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian (loss) potensial jika terjadi kegagalan

5) Memutakhirkan rencana pajak.

Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi, baik dari undang-undang maupun pelaksanaannya (negara dimana aktivitas tersebut dilakukan) yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian. Pemutakiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang

33 bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.

Dokumen terkait