Rencana Pengumpulan Sampah Tingkat Rumah Tangga
Pengumpulan sampah dari rumah tangga atau sumber sampah lainnya tetap menggunakan pola pengumpulan sampah yang ada saat ini. Sampah dikumpulkan dari rumah tangga dengan menggunakan gerobak atau becak sampah kemudian dibuang ke TPS. Pengumpulan sampah dari rumah tangga atau sumber sampah lainnya tetap menjadi tanggung jawab masyarakat dengan cara membayar petugas pengumpul sampah. Pengumpulan sampah dari lokasi fasilitas umum dan hasil penyapuan jalan menjadi tanggung jawab Badan Lingkungan Hidup .
Faktor-faktor penting dalam perencanaan pengumpulan sampah yang sangat perlu diperhatikan adalah :
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
a. Jumlah sampah.
b. Waktu pengumpulan sampah. c. Pemilihan peralatan.
d. Kebutuhan tenaga kerja. e. Petunjuk/perencanaan.
Tabel 6. 4Kebutuhan Penampungan Sementara Sampah Pada 2012
No Kecamatan Timbulan Sampah
yang Dikelola 2012
Kebutuhan Kontainer 6m3 tahun 2012 (Unit)
TPS Eksisiting (Unit)
Kontainer TPS Depo Kontainer
1 Pandaan 150,95 26 11 - 15 2 Gempol 112,23 19 4 - 15 3 Beji 57,27 10 2 - 8 4 Bangil 46,76 8 8 3 - 5 Rembang 68,56 12 - - 12 6 Kraton 15,86 3 1 - 2 7 Pohjentrek 19,43 4 - - 4 8 Gondang Wetan 89,22 13 1 - 12 9 Rejoso 124,16 19 - - 19 10 Winongan 12,80 - - 1 - 11 Grati 12,25 - - - - 12 Lekok 126,03 19 1 - 18 13 Nguling 18,03 1 - - 1 14 Lumbang 0,00 - - - - 15 Pasrepan 0,00 - - - - 16 Kejayan 70,17 12 1 - 11 17 Wonorejo 107,43 16 - - 16 18 Purwosari 32,86 6 1 - 5 19 Prigen 72,28 13 3 - 10 20 Sukorejo 60,93 11 1 - 10 21 Purwodadi 53,24 9 - - 9 22 Tutur 0,00 - - - - 23 Puspo 0,00 - - - - 24 Tosari 0,00 - - - - Total 1.250,46 201 34 4 167
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Pada perencanaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah direncanakan
penambahan 167 kontainer dan 7 TPS Transfer Depo sampai dengan tahun 2012.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh petugas kebersihan kota atau mandiri oleh masyarakat (pribadi, institusi, badan swasta atau dikelola RT/RW). Pada bagian ini akan diproyeksikan sarana pengumpulan sampah dari tahun 2007 s/d 2012, dengan perencanaan sebagai berikut :
a. Direncanakan sarana pengumpulan berupa gerobak dengan kapasitas 1,0 m3
b. Jumlah timbulan sampah tanpa di reduksi terlebih dahulu a. Ritasi pengangkutan sanpah 2 kali sehari
Rencana Tempat Penampungan Sementara Sampah
Rencana tempat pengumpulan sampah sementara pada Kabupaten Pasuruan yaitu
dengan menggunakan kontainer berkapasitas 6 m3 dan juga TPS Transfer Depo dengan
kapasitas 15 m3. Kebutuhan kontainer, TPS dan Volume Sampah yang masuk ke TPA
pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.5.berikut ini.
Rencana Pengangkutan Sampah
Sampai dengan tahun 2012 direncanakan pengembangan area pelayanan yaitu: 1. Kecamatan Kraton
2. Kecamatan Nguling 3. Kecamatan Grati 4. Kecamatan Winongan 5. Kecamatan Pohjentrek
Pemilihan area pengembangan pelayanan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa wilayah-wilayah tersebut berada tidak jauh dari rute pengangkutan eksisting sehingga sangat dimungkinkan membuat rute pengangkutan sampah baru yang terkoneksi dengan rute pengangkutan eksisting.
Rute pengangkutan untuk masing-masing kecamatan d iatas akan dijelaskan sebagai berikut :
1). Kecamatan Nguling dan Grati akan diambilkan dari truk yang biasanya melayani rute sampah dari Kecamatan Lekok dan Rejoso.
2). Dan untuk Kecamatan Winongan ini nantinya akan diambilkan dari rute yang biasanya melayani rute sampah untuk Kecamatan Gondangwetan.
3). Sedangkan untuk Kecamatan Pohjentrek ini mengambil rute yang melayani Kota Pasuruan.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Perhitungan kebutuhan Armroll Truck pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Pengangkutan
Kontainer yang ditambahkan = 167
Ritasi = 3
Kebutuhan armroll truck (6 m3) = 56
Armroll truck eksisting = 10
Jadi berdasarkan pehitungan kebutuhan armroll truck sampai dengan tahun 2012 ditambah 46 unit armroll truck.
Rencana Pusat Pengolahan Sampah (TPA)
Kapasitas Tempat Pembuangan Akhir yang ada saat ini tidak mencukupi untuk mengolah timbulan sampah yang direncanakan untuk ditangani sampai dengan 5 tahun yang akan datang. Untuk itu diperlukan perluasan lahan TPA/PSS Kenep.
Sistem pengolahan yang direncanakan adalah Sistem Controlled Landfill untuk mengurangi pencemaran udara dan lindi ke lingkungan sekitarnya terutama pencemaran pada lahan pertanian di sebelah utara TPA yang secara topografi elevasinya lebih rendah daripada elevasi area TPA.
Sampai dengan tahun 2012 juga perlu dilakukan rehabilitas area TPA diantaranya direncanakan pembuatan dinding penahan dan saluran lindi di sekeliling lahan TPA untuk mencegah pencemaran lindi ke area permukiman dan lahan pertanian. Lapisan dasar area penimbunan di TPA harus dilapisi clay atau geotekstil untuk mencegah pencemaran lindi pada tanah dan air tanah.
Rencana luasan TPA pada Kabupaten Pasuruan sampai dengan Tahun 2012 dihitung dengan menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
Luas TPA pada tahun pertahun =
timbunantinggipemadafaktorharijumlahsampahTimbu
lantan××
Direncanakan:
• Timbulan sampah (m3
/hari)
• Jumlah hari = 365 hari/tahun
• Tinggi timbunan sampah = 15 m • Faktor pemadatan= 0,7
Luas TPA pada tahun 2012 = 157,036546,1250XX = 21.300 m2 = 2,13 Ha
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Direncanakan:
• L = luas setahun • J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efekif (1,2)
Luas total lahan (H) = 0,425 Ha x 1,2 = 0,511 Ha
Area Pelayanan Pengelolaan Sampah
Kecamatan yang mendapatkan pelayanan sampah dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan meliputi 14 kecamatan. Kecamatan-kecamatan pada Kabupaten Pasuruan yang mendapatkan pelayanan persampahan pada saat ini antara lain:
1.Kecamatan Bangil 2. Kecamatan Beji 3. Kecamatan Gempol 4. Kecamatan Pandaan 5. Kecamatan Prigen 6. Kecamatan Purwosari 7. Kecamatan Sukorejo 8. Kecamatan Lekok 9. Kecamatan Kejayan 10. Kecamatan Rejoso
11. Kecamatan Gondang Wetan 12. Kecamatan Purwodadi 13. Kecamatan Rembang 14. Kecamatan Wonorejo
Selain itu ada beberapa kecamatan yang direncanakan akan mendapatkan pelayanan sampah, kecamatan tersebut yang antara lain:
1. Kecamatan Kraton 2. Kecamatan Pohjentrek 3. Kecamatan Winongan 4. Kecamatan Grati 5. Kecamatan Nguling
Optimalisasi Kondisi Eksisiting
Berdasarkan hasil evaluasi pada bab 5 maka dapat dilakukan suatu kegiatan optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana persampahan yang ada. Sarana dan prasarana persampahan eksisting yang masih dapat dioptimalkan penggunaannya antara lain:
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Optimalisasi TPA Kenep.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan Sistem Penyediaaan Air Minum yang didalamnya mengatur juga masalah sanitasi dan persampahan, bahwa penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untuk perlindungan air baku air minum, dan secara tegas bahwa metode pembuangan akhir yang dilakukan adalah secara sanitary landfill untuk kota besar dan metropolitan dan controlled landfill untuk kota sedang/kecil, yang mulai diberlakukan pada tahun 2008. Berdasarkan hal tersebut TPA Kenep yang selama iniberoperasi dengan sistem open dumping harus dihentikan dan dibutuhkan upaya optimalisasi dan rehabilitasi yang bertujuan untuk:
a. Mengurangi dampak pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya b. Mendapatkan bahan sampah lama sebagai tanah penutup bila dilakukan
penambangan dan selanjutnya dimanfaatkan kembali sebagai penutup lahan TPA. Kompos hasil landfill mining bila digunakan untuk pupuk, hanya dapat diperuntukkan untuk tanaman non-pangan.
c. Bila kapasitasnya masih memungkinkan, menyiapkan lahan tersebut agar sesuai dengan kebutuhan operasional contolled landfill.
Optimalisasi kegiatan pengomposan yang sudah ada
Untuk optimalisasi kegiatan pengomposan yang sudah ada dapat dilakukan dengan jalan:
A. Pengomposan skala rumah tangga .
Reaktor untuk pengomposan menggunakan komposter. Saat ini komposter skala rumah tangga dilaksanakan pada 2 area perumahan di Kecamatan Bangil. Tata cara pemasangan komposter yang ada pada saat ini penempataannya kurang benar. Seharusnya komposter ditanam dalam tanah bukan hanya diletakkan di pinggir jalan. Penempatan seperti ini tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan:
a. Mengurangi estetika lingkungan meski komposter ini memiliki wadah, b. Proses pengomposan tidak berjalan optimal karena suhunya tidak terjaga
c. Lindi yang terbentuk bisa mencemari air tanah karena tidak terdapat resapan di sekitar komposter.
B. Pengomposan Skala Kawasan
Dari hasil pengamatan di lapangan, mekanisme pengomposan yang ada pada saat ini dilakukan secara manual. Sampah yang datang dipilah secara manual, sampah organik juga dicacah secara manual, hal ini mengakibatkan proses pengomposan ini
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
membutuhkan waktu yang lama. Sampah organik yang telah dicacah kemudian dibiarkan
secara alami menjadi pupuk kompos.
C. Pemasaran Kompos
Terkait dengan kegiatan pengomposan ini, diperlukan juga upaya pemasaran hasil kompos, sehingga bila pendekatan ini bisa memberi manfaat langsung bagi masyarakat (indirect benefit). Hal ini akan menjadi stimulan guna keberhasilan program. Teknik pemasaran hasil kompos ini dapat dilakukan dengan sistem pemasaran sebagai berikut : 1. Sistem pemasaran tertutup, segmen pengomposan skala kecil atau pasar lokal yakni
sekitar perumahan,
2. Sistem pemasaran terbuka, dimana sistem ini hingga menjangkau masyarakat luas
dengan cara menjualnya hingga ke toko – toko atau supermarket dan pasar tanaman.
Program 3R
Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk maka meningkat pula timbulan sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah dengan mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saja tidak cukup, mengingat semakin sulit mencari lahan TPA dan besarnya biaya operasi dan pemeliharaan TPA. Oleh karenanya harus ada pengurangan dan pemilahan sampah dari sumber timbulan, TPS maupun di TPA. Program yang direncanakan untuk pengurangan sampah ini adalah program 3R. Program ini meliputi kegiatan:
Reduce (R1)
Upaya meminimalkan produk sampah dengan merubah pola hidup konsumtif Reuse (R2)
Upaya penggunaan bahan-bahan yang potensial menjadi sampah dan bahan refill Recycle (R3)
Memanfaatkan kembali sampah setelah melalui proses seperti kompos, daur ulang, waste to energy, dan lain-lain)
Prioritas Penanganan dan Asumsi Pelaksanaan
Berpijak dari kondisi eksisting, potensi dan permasalah pengelolaan/penanganan persampahan di Kabupaten Pasuruan, maka dapat direncanakan prioritas penanganan persampahan di Kabupaten Pasuruan, yaitu :
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
2. Peningkatan Peran Aktif Masyarakat Dan Dunia Usaha/Swasta Sebagai Mitra Pengelolaan.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
3. Pengembangan Kelembagaan, Peraturan Dan Perundangan.
Asumsi pelaksanaan program di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
Strategi-strategi pengurangan sampah semaksimal mungkin dilakukan dengan jalan: Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce- Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga
Mengingat upaya pengurangan volume sampah di sumber sangat erat kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran dan peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang dilakukan secara berjenjang baik melalui promosi yang dapat memberi gambaran mengenai "nilai" pengurangan sampah di sumber dan dampaknya bagi kualitas kesehatan dan lingkungan maupun kampanye yang terus menerus untuk membangun suatu komitmen sosial. Pengurangan sampah di sumber ini dilakukan melalui mekanisme 3R, yaitu reduce (R1), reuse (R2) dan recycle (R3).
R1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola hidup konsumtif serta senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali pakai" yang ramah lingkungan. R2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan yang berulang agar tidak langsung menjadi sampah.
R3 adalah setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.
Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah tangga (lampu neon, kemasan pestisida, batu batere dan lain- lain) secara khusus.
Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R.
Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung dengar pemberian insentif yang dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa melakukan kegiatan 3R. Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah, pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat kelurahan dan lain-lain.
Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut harus diawali dengan kesiapan sistem pengelolaan sampah kota yang memadai.
Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian & perdagangan.
Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan disinsentif juga perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat tidak melakukan hal-hal diluar
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/pengangkutan untuk jenis sampah tercampur dan lain-lain.
2. Peningkatan Peran Aktif Masyarakat Dan Dunia Usaha/Swasta Sebagai Mitra Pengelolaan.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu . Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah
Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah dewasa terbukti tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu melalui mekanisme pendidikan masalah kebersihan/persampahan sejak dini di sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kecamatan pada Kabupaten Pasuruan (SD. SMP dan SMA).
Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada
masyarakat umum
Pemerintah Daerah perlu menyusun berbagai pedoman dan panduan bagi masyarakat agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan sehingga dapat bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media massa yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang terkandung di dalamnya
Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah
Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam jangka panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan masyarakat terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan sangat erat kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75 % sampah kota berasal dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekatusme pembinaan yang efektif untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum perempuan yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai vocal point.
Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat
Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara efektif dan bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di tempat lainnya
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif perlu diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta yang mau terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan kembali pedoman dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang persampahan perlu segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko dan dapat menarik faktor keuntungan yang proporsional.
Pemerintah Daerah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan uji coba kerjasama swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kecamatan percontohan. Kerjasama ini hendaknya dilakukan secara profesional dan transparan sehingga dapat menjadi contoh untuk multiplikasi di kota lainnya.
3. Pengembangan Kelembagaan, Peraturan Dan Perundangan.
Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan kualitas pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk institusi yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung jawabya, memiliki fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik dibidang manajemen persampahan.
Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir semua pemangku kepentingan persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis untuk menyelesaikannya. Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada beberapa contoh berikut : Pengelola Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum mengangkut sampah dari TPS sesuai ketentuan; atau mengoperasikan pembuangan sampah secara open dumping. Masyarakat juga memiliki andil kelemahan misalnya dalam hal tidak membayar retribusi sesuai ketentuan, atau membuang sampah sembarangan. Legislatif belum menyediakan anggaran sesuai ebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum mampu menyediakan ketentuan peraturan secara lengkap, dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara bertanggung jawab.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
4. Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan disinsentif juga perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat tidak melakukan hal-hal diluar ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/pengangkutan untuk jenis sampah tercampur dan lain-lain.
Pengembangan Air Minum
Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Akses air minum yang aman kepada penduduk berdasar cara memperoleh airnya dibedakan menjadi 3 kelompok :
1. Memperoleh dengan usaha sendiri seperti menggunakan sumur rumah, berlangganan leding atau membeli dan sebagainya.
2. Diperoleh dengan bersama, beberapa kelompok rumah tangga memanfaatkan satu sumber air yang sama ( misal 1 sambungan PAM untuk 5 keluarga dan sebagainya)
3. Diperoleh dari terminal air yang diperuntukkan untuk umum (1 lingkungan RT atau RW bahkan desa).
Sesuai dengan hasil SUSENAS BPS dalam memperoleh airnya penduduk menggunakan sumber-sumber air sebagai berikut :
1. Leding/Perpipaan
2. Pompa
3. Sumur terlindungi
4. Mata Air terlindungi
5. Air Hujan
Kategori sumber air tidak aman :
1. Air kemasan (bukan digunakan sebagai kebutuhan pokok dari makanan, minum, mandi cuci dan kakus)
2. Air Sumur tak terlindungi 3. Mata air tak terlindungi 4. Air Sungai.
Kondisi pelayanan air minum penduduk telah terlayani Sistem Pelayanan Air Minum (SPAM) yang sudah terprogram dan terpantau. Yang dimaksud sistem ini adalah :
1. Sistem Perpipaan, yang terdiri dari sistem perpipaan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
b. Non PDAM (seperti HIPAM, WSLIC, BAPEMAS, Swasta yang tercatat dan
memperoleh pengakuan)
2. Sistem Non Perpipaan
a. Sumur bor artesis untuk umum.
b. Sumur dangkal sampai dalam terprogram tanpa jaringan distribusi.
c. Penampungan air hujan aman.
Berdasarkan pada Susenas 2004 Jawa Timur untuk Kabupaten Pasuruan diperoleh gambaran sebagai berikut :
Pengguna air perpipaan sebesar 19.32%
Pengguna sumur pompa sebesar 13.79%
Sumur gali terlindung sebesar 38.10%
Pengguna mata air terlindungi sebesar 17.92%
Pengguna air hujan sebesar 0%
Jadi total terakses air minum aman sebesar 89.13%
Pemenuhan air minum di Kabupaten Pasuruan juga didapat dari HIPPAM yang memanfaatkan sumber mata air atau air permukaan yang didistribusikan melalui bak penampung air dan pipa-pipa distribusi yang terpasang sampai ke rumah-rumah penduduk.
Tabel 8. 5Jumlah Penduduk Yang Terlayani Fasilitas Air Minum Tahun 2006
Jiwa SR % SR % jiwa % 1 Nguling 59824 420 0.41% 0 0.00% 59578 99.59% 2 Grati 80667 534 0.77% 0 0.00% 80047 99.23% 3 Puspo 26053 182 0.54% 0 0.00% 25914 99.46% 4 Lekok 72482 23 0.03% 0 0.00% 72459 99.97% 5 Winongan 43178 0 0.00% 0 0.00% 43178 100.00% 6 Gondangwetan 53850 0 0.00% 0 0.00% 53850 100.00% 7 Lumbang 33754 0 0.00% 0 0.00% 33754 100.00% 8 Pasrepan 53383 2 0.00% 0 0.00% 53381 100.00% 9 Pohjentrek 26885 0 0.00% 0 0.00% 26885 100.00% 10 Tosari 18177 0 0.00% 0 0.00% 18177 100.00% 11 Rejoso 51295 0 0.00% 0 0.00% 51295 100.00% 12 Kejayan 76423 0 0.00% 0 0.00% 76423 100.00% TOTAL 595971 1161 0.15% 0 0.00% 594941 99.85% No. Kecamatan Penduduk Tahun 2007
Jumlah Penduduk (jiwa)
Terlayani PDAM Terlayani HIPAM Belum Terlayani
Sumber : Perhitungan; Studi SPAM Kabupaten Pasuruan Tahun 2008