B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
8.1. Pengembangan Permukiman
8.1.6. Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Sebagai upaya untuk menjaga konsistensi dan sinergitas antar rencana tata ruang
wilayah, khususnya RTRW Kabupaten Pasuruan dan RPIJM Bidang Permukiman
Kabupaten Pasuruan, maka rencana sistem pusat permukiman perkotaan di Kabupaten
Pasuruan akan menyelaraskan dengan rencana sistem pusat permukiman perkotaan dari
RTRW Kabupaten Pasuruan. Dimana berdasarkan arahan dari RTRW Kabupaten
Pasuruan, wilayah Kabupaten Pasuruan termasuk dalam Orde P III yang memiliki fungsi
utama sebagai penunjang sistem metropolitan dan sebagai pusat pertumbuhan wilayah.
Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Pasuruan arahan
kebijaksanaan yang ditetapkan mengacu pada :
Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru
Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas/prasarana
yang dibutuhkan
Penggunaan lahan eksistingnya
Berdasarkan acuan-acuan tersebut di atas pengembangan kawasan permukiman
perkotaan di Kabupaten Pasuruan lebih diarahkan pada penggunaan lahan non produktif
dengan kebijaksanaan penataan ruang secara rinci meliputi:
Pemenuhan kebutuhan perumahan dengan penambahan luas kawasan permukiman
perkotaan di lahan yang tingkat produktivitasnya rendah, yaitu lahan pertanian kering
(tegalan, tambak, dll)
Tindakan preventif terhadap dampak bencana yang terjadi di kawasan rawan
bencana alam.
Penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan permukiman dengan memperhatikan
proporsi ketersediaan ruang terbuka hijau dan infrastruktur penunjang permukiman
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Permukiman lahan perkotaan berdasarkan deliniasi rencana kawasan perkotaan meliputi
Kecamatan Bangil, Kecamatan Gempol, Kecamatan Beji, Kecamatan Kraton, Kecamatan
Pohjentrek dibagi berdasarkan karakteristik kawasan permukiman, antara lain: kawasan
Rumah Siap Huni (RSH), kawasan peremajaan, kawasan rumah susun sederhana sewa
(RSSS), dan peningkatan kualitas permukiman yang selanjutnya akan dijelaskan
masing-masing.
Permukiman pada lahan perdesaan dengan skala kawasan yang berpotensi dalam
proses pengembangannya didorong pada :
1. Pembangunan RUSUNAWA di pada kawasan perkotaan Beji, Perkotaan Bangil dan
Perkotaan Pandaan, Kecamatan Gempol, Sukorejo, Purwodadi
2. Pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Tosari
3. Pengembangan kawasan mata air Umbulan di Desa Umbulan dan sekitarnya
Kecamatan Winongan
4. Pengembangan permukiman pada kawasan industri d Kecamatan Rembang
5. Serta kawasan lainnya.
Target dan Sasaran
A. Rencana Pembangunan RUSUNAWA
Target dari rencana pembangunan RUSUNAWA di beberapa kecamatan atau di
wilayah perkotaan di Kabupaten Pasuruan adalah sebagai berikut :
Target yang akan terbangun RUSUNAWA :
Terbangunnya 6 Unit RUSUNAWA pada 6 lokasi
Setiap unit bangunan RUSUNAWA mampu menampung 3.000 unit hunian rumah
susun sederhana dengan asumsi :
Terbangunan type hunian RUSUNAWA dengan luas minimum 18 m2 hingga
54 m2 dengan tipe-tipe dari type 18, type 21, type 36, type 42 dan type 54.
Dalam setiap hunian RUSUNAWA akan terbangun minimal 120 unit hunian
dengan ketinggian lantai bangunan mencapai 3 lantai hingga 5 lantai.
Sedangkan sasarannya adalah :
Terletak di pada kawasan industri
Menampung pekerja / buruh industri sekitar RUSUNAWA
Menyediakan hunian bagi masyarakat yang kurang mampu di wilayah perkotaan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
B. Rencana Sarana dan Prasarana Dasar Permukiman di Kabupaten Pasuruan
Target dari rencana sarana dan prasarana dasar permukiman di Kabupaten adalah
sebagai perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman berikut :
1. Ditekankan pada program-program perbaikan sarana dan prasarana dasar
permukiman diantaranya pembangunan jalan lingkungan dengan jenis perbaikan
berupa paving, pembangunan lapem-makadam jalan poros desa.
2. Target dan sasaran lainnya adalah desa yang berada di Kecamatan Kejayan,
Kecamatan Gondangwetan, Kecamatan Winongan dan Kecamatan Sukorejo.
C. Pengembangan Kawasan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Pasuruan direncanakankan pada
2 (dua) kawasan yaitu kawasan Agropolitan yang meliputi Kecamatan Tutur, Tosari,
Purwodadi, Wonorejo, Kejayan dan Puspo dengan pusat kegiatan di kecamatan
Purwodadi. Sedangkan untuk kawasan Agropolitan II meliputi kecamatan Nguling
Lekok, Grati, Pasrepan dan Lumbang dengan pusat pengembangan di kecamatan
Grati.komoditas agrobisnis berupa perkebunan dan peternakan di Kecamatan Grati,
Kawasan agropolitan Zona I lebih diutamakan untuk pengembangan pertanian,
sedangkan kawasan agropolitan zona II untuk pengembangan perikanan dan
peternakan. Adapun pengembangan kawasan agropolitan berupa pembangunan
jalan poros desa di Kecamatan Grati, Kecamatan Lekok, Kecamatan Purwodadi,
Kecamatan Tosari dan Kecamatan-kecamatan lain pada kawasan agropolitan.
D. Pengembangan Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir
Pengembangan permukiman kumuhi kawasan pesisir di Kabupaten Pasuruan di
alokasikan di Kecamatan Nguling, Kecamatan Lekok, Kecamatan Kraton dan
Kecamatan Bangil dimana keberadaan permukiman kumuh bagi nelayan selama ini
mengalami penurunan kualitas lingkungan serta mengatur deliniasi pengembangan
permukiman agar tidak merambah pada kawasan konservasi hutan bakau yang
sudah ada. Adapun pengembangan permukiman kumuh di Kawasan Pesisir adalah :
1. Pembangunan Tangkis Laut guna mencegah abrasi air laut ke permukiman
nelayan di Kecamatan Nguling, Kraton, Bangil dan Kecamatan Lekok.
2. Penataan ulang kawasan permukiman di pesisir kecamatan Kratonsesuai dengan
sempadan pantai Kraton.
E. Peningkatan Prasarana dan Sarana Perdesaan Skala Kawasan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Peningkatan jalan poros desa sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer)
dengan besaran perubahan maksimum 20% dari luas lahan pertanian yang ada.
Peningkatan pemanfaatan kawasan holtikultura yang diarahkan pada
kaidah-kaidah lingkungan.
Pembangunan saluran-saluran primer drainase, serta dioptimalkan sebagai
saluran navigasi irigasi pertanian.
Perluasan daerah tanggapan air
Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum perdesaan pada skala
kawasan.
Program yang Diusulkan
Berdasarkan struktur ruang wilayah Kabupaten Pasuruan, pengembangan
permukiman dioptimalkan pada kawasan perkotaan dan perdesaan. Pada kawasan
perkotaan dan perdesaan pengembangan permukiman lebih diorientasikan sebagai
berikut :
1. Pembangunan RUSUNAWA
6 Unit RUSUNAWA pada 6 lokasi diantaranya Kecamatan Bangil, Kecamatan
Beji, Kecamatan Pandaan, Kecamatan Gempol, Kecamatan Beji, Kecamatan
Kraton.
Dalam 1 Unit RUSUNAWA tebagi dalam 1 Twin Blok RUSUNAWA.
Terbangunan type hunian RUSUNAWA dengan luas minimum 18 m2 hingga 54
m2 dengan tipe-tipe dari type 18, type 21, type 36, type 42 dan type 54
Setiap unit bangunan RUSUNAWA mampu menampung 3.000 unit hunian
RUSUNAWA
Dalam setiap hunian RUSUNAWA akan terbangun minimal 120 unit hunian
dengan ketinggian lantai bangunan mencapai 3 lantai hingga 5 lantai.
Terbangun berada sangat dekat dengan kawasan Industri atau lokasi tidak
padat penduduk.
2. Rencana Sarana dan Prasarana Dasar Permukiman di Kabupaten Pasuruan
Terbangunnya jalan lingkungan di kawasan perdesaan dan permukiman bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
Berada pada desa-desa di Kecamatan Kejayan, Kecamatan Gondangwetan,
Kecamatan Winongan dan Kecamatan Sukorejo
3. Pengembangan Kawasan Agropolitan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Kawasan Agrolitan yang berada di Kecamatan Grati, Kecamatan Nguling,
Kecamatan Lekok dan Kecamatan Purwodadi.
4. Penataan Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir
Pembangunan Tangkis Laut guna mencegah abrasi air laut ke permukiman
nelayan di Kecamatan Nguling.
Pembangunan Tangkis Laut guna mencegah abrasi air laut ke permukiman
nelayan di Kecamatan Kraton.
Pembangunan Tangkis Laut guna mencegah abrasi air laut ke permukiman
nelayan di Kecamatan Bangil.
Pembangunan Tangkis Laut guna mencegah abrasi air laut ke permukiman
nelayan di Kecamatan Grati.
Penataan ulang kawasan permukiman dengan letak pantai sesuai dengan
sempadan pantai Kraton.
5. Peningkatan Prasarana dan Sarana Perdesaan Skala Kawasan
Pembangunan Jalan Poros Desa sepanjang jalan utama
Pembangunan Saluran Drainase Primer
Pembangunan Perluasan Tangkapan Air
Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum skala kawasan
6. Penataan Permukiman Kumuh di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan.
Perbaikan / rehabilitasi rumah tidak layak huni di kawasan perkotaan dan
perdesaan
Perbaikan kawasan / lingkungan kumuh di kawasan perkotaan dan perdesaan
Prioritas Penanganan dan Asumsi Pelaksanaan
Berpijak dari kondisi eksisting permukiman yang ada di wilayah Kabupaten
Pasuruan yang masih belum dapat dikatakan memenuhi syarat-syarat suatu permukiman
yang bagus, maka prioritas penanganan untuk program pengembangan permukiman
antara lain :
1. Perbaikan dan rehab rumah tidak layak huni.
2. Pembangunan jalan-jalan poros desa terutama pada kawasan yang strategis untuk
dikembangkan, seperti kawasan agropolitan, kawasan industri kecil, kawasan sentra
produksi pertanian, peternakan dan perikanan, juga kawasan wisata.
3. Penataan permukiman nelayan di sepanjang kawasan pesisir Kabupaten Pasuruan.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
9. Kecamatan Kejayan
10. Kecamatan Rejoso
11. Kecamatan Gondang Wetan
12. Kecamatan Purwodadi
13. Kecamatan Rembang
14. Kecamatan Wonorejo
Pelayanan sampah di wilayah-wilayah tersebut belum menjangkau seluruh
wilayah kecamatan. Sebagian besar wilayah yang terlayani adalah ibukota
kecamatan, pusat kegiatan dan area komersial. Sedangkan wilayah kecamatan
yang belum terlayani pengelolaan sampah Kabupaten Pasuruan adalah sebagai
berikut: Kecamatan Kraton, Kecamatan Tutur, Kecamatan Nguling, Kecamatan
Tosari, Kecamatan Puspo, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Pasrepan,
Kecamatan Winongan, Kecamatan Grati, Kecamatan Pohjentrek .
Pelayanan sampah meliputi sampah domestik (permukiman), area komersial,
fasilitas umum dan industri. Untuk fasilitas umum meliputi: Perkantoran DPRD
Kabupaten Pasuruan, dan Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten
Pasuruan yang berada di Kecamatan Kraton, Kantor Pemerintah Kabupaten
Pasuruan yang terletak pada Kota Pasuruan. Sedangkan untuk industri dan
kawasan industri yang mendapat pelayanan antara lain:
1. PT. Multicon
2. Pt. Scalmun
3. PT Nestle
4. PT. Indofood
5. PT. Sampoerna
6. PT. Investama
7. PT. Gema
8. PT. Philip
9. PT. ABC
10. PT. Coca Cola
11. PT. Sorini
12. PT Ineos
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
B. Timbulan Sampah
Jumlah Timbulan Sampah.Untuk penentuan jumlah timbulan sampah didasarkan
pada klasifikasi kota menurut Departemen Pekerjaan Umum. Laju timbulan
sampah berdasarkan klasifikasi kota dapat digolongkan sebagai berikut :
a.) Kota Besar ( 500.000 - 1.000.000 jiwa ) dan Kota Sedang
(100.000 – 500.000 jiwa )
Volume : 2,75 - 3,25 L/org/hr
Berat : 0,70 - 0,80 Kg/orang/hari
b.) Kota Kecil ( 20.000 - 100.000 jiwa )
Volume : 2,50 - 2,75 L/org/hr
Berat : 0,625 – 0,70 Kg/orang/hari
Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil, Kota
sedang dan Kota Besar di Indonesia. Dept. PU. LPMB, Bandung, 1993
Untuk memperoleh perkiraan produksi sampah domestik digunakan pendekatan
laju timbulan sampah per orang di Kabupaten Pasuruan yang merupakan kategori
kota sedang. Laju timbulan sampah yang digunakan adalah sebesar 3,0
L/org/hari. Untuk pendekatan timbulan sampah seluruh Kabupaten Pasuruan
digunakan data dasar penduduk pada tahun 2006 yaitu sebesar 1.455.453 jiwa.
Pendekatan produksi sampah domestik adalah sebagai berikut:
Timbulan sampah domestik tiap kecamatan di Kabupaten Pasuruan pada Tahun
2006 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
C. Tingkat Pelayanan Sampah Kabupaten Pasuruan
Tingkat pelayanan sampah merupakan representasi sampah yang
terangkut/tertangani dibandingkan jumlah produksi sampah di tiap kecamatan.
Tingkat pelayanan sampah di Kabupaten Pasuruan tahun 2006 dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Volume sampah yang terangkut merupakan volume sampah yang masuk ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) (Pusat Pengolahan Sampah) Kenep. Sampah yang
terangkut ini merupakan sampah yang berasal dari kegiatan domestik dan non
domestik. Tingkat pelayanan sampah dari kegiatan non domestik ini diasumsikan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Tabel 6. 3Jumlah Pasukan Kuning Penyapu Jalan Kabupaten Pasuruan
No Kecamatan Petugas Penyapu Jalan (Orang)
1 Wonorejo 2
2 Purwosari 3
3 Prigen 2
4 Sukorejo 3
5 Pandaan 7
6 Gempol 2
7 Bangil 48
Jumlah 67
Sumber : Badan Lingkungan Hidup , 2006
Kegiatan pengumpulan sampah yang dilaksanakan secara mandiri oleh
masyarakat dilakukan dengan membiayai pasukan pengumpul sampah untuk
lingkungan mereka sendiri. Kegiatan ini dilaksanakan pada tingkat RT, RW atau di
tingkat kelurahan/desa setempat. Pembayaran dilakukan dengan sistem retribusi
kebersihan yang dikelola RT atau RW setempat. Sistem ini pada umumnya
diterapkan di lingkungan permukiman yang tidak teratur (organis).
Kegiatan pengumpulan sampah untuk area pasar dilaksanakan oleh Dinas Pasar.
Sampah yang telah dikumpulkan dari area pasar selanjutnya dimasukkan ke TPS
yang ada pada area pasar lalu dari TPS tersebut dibuang ke TPA. Seluruh
kegiatan dari pengumpulan sampai dengan pengangkutan ke TPA dilaksanakan
oleh Dinas Pasar kecuali pada Pasar Kidul Dalem Kecamatan Bangil, dimana TPS
yang digunakan milik Badan Lingkungan Hidup sehingga pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup .
Sarana Prasarana Penampungan Sementara
Proses pengelolaan sampah selanjutnya setelah kegiatan pengumpulan sampah
adalah sampah dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). TPS yang
beroperasi di Kabupaten Pasuruan terkelompokkan menjadi 2 (dua) jenis TPS.
Jenis TPS yang pertama adalah jenis TPS transfer depo. TPS ini berjumlah 3 unit.
Kapasitas dari TPS depo transfer ini adalah 10 – 20 m³. Distribusi persebaran TPS
transfer depo antara lain : TPS Kauman; TPS Pasar Bangil (Kidul Dalem); dan
TPS Segok.
Pada setiap TPS transfer depo ini dilaksanakan kegiatan pengomposan sampah
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Armada tersebut digunakan untuk melayani pengangkutan sampah seluruh
Kabupaten Pasuruan. Armada pengangkut ini mengangkut sampah dari TPS yang
ada di seluruh wilayah Kabupaten Pasuruan menuju lokasi pembuangan akhir di
TPA Kenep. Kondisi sebagian armada pengangkut Armada truk ini didukung
dengan pasukan pengangkut yang berjumlah 23 orang dengan rincian sebagai
berikut: Supir : 14 orang dan Kernet : 9 orang.
Dalam kegiatan pengangkutan sampah ini Pemerintah Kabupaten Pasuruan tidak
melibatkan pihak ketiga (swasta).
Sarana Prasarana Pembuangan Akhir (TPA)
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Pasuruan pada tahap pembuangan
akhir direncanakan untuk dilayani 2 unit TPA yaitu TPA yang berada di Desa
Kenep Kecamatan Beji yang digunakan untuk melayani wilayah bagian barat
Kabupaten Pasuruan dan TPA yang berada di Desa Rebalas Kecamatan Grati
untuk melayani wilayah bagian timur Kabupaten Pasuruan.
Namun pada saat ini TPA yang beroperasi hanya 1 (satu) unit TPA yaitu TPA
Kenep. Pemerintah Kabupatan Pasuruan saat ini memiliki kebijakan untuk
menggunakan nama Pusat Pengolahan Sampah (TPA) bukan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini dikarenakan di TPA dilaksanakan kegiatan
pengolahan dan daur ulang sampah. Untuk lebih jelasnya kondisi masing-masing
TPA akan diuraikan pada sub bab berikut.
A. Sarana Prasarana TPA Kenep
TPA yang saat ini beroperasi di Kabupaten Pasuruan adalah TPA Kenep yang
terletak di Desa Kenep, Kecamatan Beji dengan luas lahan ± 2,5 Ha. Sistem
pengelolaan pembuangan akhir sampah yang digunakan pada TPA Kenep adalah
open dumping meskipun di sebagian area pembuangan akhir dilakukan
pengurugan menyerupai metode lahan urug kembali (Controlled Landfill).
Sedangkan berdasarkan klasifikasinya, landfill pada TPA Kenep adalah landfill
yang mengisi lembah, dimana pada awal pembangunan TPA Kenep tahun 1989
lahan yang digunakan untuk TPA Kenep berupa jurang dengan kedalaman kurang
lebih 13 meter. Volume sampah yang masuk ke TPA Kenep rata-rata 200-275
m3/hari. Saat ini kegiatan pemilahan sebagian besar dilakukan di TPA oleh
pemulung. Sedangkan sisanya langsung ditimbun dan dipadatkan di lokasi
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar di atas menunjukkan lay out TPA Kenep, dimana terdapat sarana dan
prasarana yang dapat mendukung operasional/kegiatan TPA Kenep yaitu antara
lain :
1. Sarana dan prasarana penunjang. Berupa jalan masuk ke TPA Kenep,
kantor/pos jaga, saluran drainase dan pagar. Kondisi fisik saluran drainase
sudah rusak pada beberapa bagian.
2. Fasilitas Perlindungan Lingkungan. Berupa bangunan pengumpul lindi,
ventilasi gas dan tanah penutup. Bangunan pengumpul lindi pada TPA Kenep
kondisinya kering pada saat musim kemarau dan hanya terisi air pada saat
musim hujan. Pada pengoperasian bangunan pengumpul lindi, air yang
terkumpul pada bangunan pengumpul lindi dipompa kembali ke atas ke
tumpukan sampah sebagai resirkulasi proses degradasi sampah.
3. Sarana Air Bersih
4. Fasilitas Operasional
Berupa alat berat yang terdiri atas buldozer 1 unit dan louder 1 unit.
Secara fisik lokasi TPA Kenep berbatasan dengan :
a. permukiman terdekat : jarak 100 m
b. pantai terdekat : jarak 8 km
c. sungai/badan air terdekat : Terdapat aliran sungai yang mengalir di bawah
lokasi TPA Kenep.
Rencana Perluasan TPA / TPA Kenep Saat ini Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan merencanakan pengembangan lahan TPA Kenep. Rencana
perluasan lahan TPA ini berada pada sisi barat TPA Kenep yang ada saat ini.
Rencananya TPA akan diperluas kurang lebih seluas 1 Ha.
Pengolahan dan Daur Ulang Sampah
Pada kegiatan pengolahan sampah di Kabupaten Pasuruan, Badan Pengendali
Dampak Lingkungan (Bapedalda) melaksanakan program 3R. Program 3R ini
meliputi kegiatan:
1. Reduce (mengurangi sampah)
2. Reuse (mengunakan kembali sampah)
3. Recycle (mendaur ulang sampah)
Dari skema di atas diketahui bahwa salah satu kegiatan yang merupakan
implementasi program recycle adalah kegiatan pengomposan sampah organik.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
kompos yang sudah jadi memerlukan waktu ± 3 bulan. Program ini dilakukan
dengan 2 skala pendekatan yaitu :
1. Skala Rumah Tangga. Kegiatan pengomposan pada skala ini dilakukan pada
tiap rumah tangga pada daerah perumahan. Sistem yang digunakan untuk
kegiatan pengomposan ini adalah menggunakan sistem pengomposan
aerobik dengan menggunakan penutup. Pada pada pembuatan kompos ini
dilakukan secara alami tidak menggunakan starter kompos seperti cacing
atau bahan kimia pembusuk lainnya.
2. Skala Kawasan. Pengomposan skala kawasan ini menggunakan metode
pengomposan aerobik dengan menggunakan sistem windrow (windrow
composting). Sistem windrow ini dilakukan secara terbuka sehingga suplai
oksigen dapat diperoleh secara alamiah ke dalam sampah. Pada kegiatan ini
diperlukan pengadukan dan pembalikan sampah serta penyiraman air untuk
menjaga kelembaban selama proses pengomposan berlangsung.
Aspek Kelembagaan Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah pada Kabupaten Pasuruan saat ini ditangani oleh dua
instansi. Instansi yang pertama adalah Badan Lingkungan Hidup. Pada Badan
Lingkungan Hidup ini pengelolaan sampah dilaksanakan dan menjadi
wewenangnya, bertanggung jawab terhadap kegiatan teknis pengelolaan sampah
di seluruh area pelayanan Kabupaten Pasuruan, kegiatan pembersihan oleh
pasukan kuning, pewadahan untuk tepi jalan dan fasilitas umum, pengumpulan,
operasional TPS, pengangkutan sampah dan juga operasional TPA Kenep, serta
bertanggung jawab atas kegiatan pengolahan sampah baik di TPS, rumah tangga
(permukiman) maupun di TPA. Salah satu program yang sedang dilaksanakan
oleh Badan Lingkungan Hidup adalah kegiatan pengomposan sampah.
Peran Serta Masyarakat
Saat ini peran serta masyarakat pada kegiatan pengelolaan sampah masih belum
optimal meskipun Pemerintah Kabupaten Pasuruan sudah memberikan stimulan
guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan. Khususnya Badan
Lingkungan HIdup Kabupaten Pasuruan yang giat menginformasikan dan
mengkampanyekan pelaksanaan Program 3R, dimana produk sampingan yang
dihasilkan dari kegiatan ini berupa pupuk kompos.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
• Tidak ada pengolahan lindi, lindi yang terkumpulkan pada musim hujan dipompa
kembali pada tumpukan sampah.
• Tidak dilakukan penyemprotan insektisida pada sampah apabila tidak ditutup secara harian
• Tumpukan sampah mencapai ketinggian ±13 meter dari tanah eksisting tanpa
pemadatan dan tanpa pengaturan cell sampah.
• Sampah tidak ditutup dengan tanah penutup secara periodik dan pada ketinggian
tertentu.
6. Dan untuk aspek teknis lainnya yaitu :
a. Pelayanan persampahan. Tingkat pelayanan persampahan Kabupaten Pasuruan
pada saat ini baru mencapai 4,88% dari total timbulan sampah. Pelayanan yang
rendah salah satu penyebabnya adalah jumlah sarana prasarana yang digunakan
untuk pengelolaan sampah masih sangat terbatas jumlahnya disamping
kondisinya yang rusak. Selain itu tingkat pelayanan yang rendah ini diidentifikasi
juga disebabkan luas wilayah Kabupaten Pasuruan yang besar sehingga untuk
pelayanan dengan 1 TPA tidak mencukupi dan jarak pengangkutan yang relatif
jauh.
b. Kontainer dan Landasan Kontainer. Permasalahan yang dihadapi pada saat ini
jumlah TPS pada Kabupaten Pasurunan masih belum mencukupi untuk melayani
timbulan sampah di area pelayanan. Selain itu pada beberapa tempat kondisi
kontainer sudah tidak layak lagi digunakan.
c. Pemindahan Sampah. Kegiatan pemindahan sampah dari TPS ke TPA kurang
berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya armada pengangkut. Selain
itu kadangkala kontainer yang dipindahkan terlalu penuh melebihi kapasitas
kontainer sehingga sampah tercecer di sepanjang jalan yang dilewati.
Potensi Pengelolaan Sampah
1). Aspek Teknis
a. Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah pada Kabupaten Pasuruan sebagian besar menggunakan tong
sampah. Hal ini sesuai dengan kriteria pewadahan sampah yaitu: tidak mudah rusak,
kedap air, mudah diperbaiki dan mudah dan cepat dikosongkan.
b. Pengumpulan Sampah
Kegiatan pengumpulan sampah pada Kabupaten Pasuruan khususnya Kecamatan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Target Pelayanan
Timbulan sampah Kabupaten Pasuruan tahun 2006 adalah sebesar 4.366,61
m3/hr. Persentase palayanan sampah pada Kabupaten Pasuruan pada tahun 2006
mencapai 4,88% dari total jumlah timbulan sampah yang dihasilkan penduduk Kabupaten
Pasuruan. Tingkat pelayanan ini mencakup sampah domestik maupun sampah non
domestik.
Untuk menentukan target pelayanan sampai dengan akhir periode perencanaan yaitu
tahun 2012 mengacu pada target pencapaian MDGs. Cakupan pelayanan persampahan
di Kabupaten Pasuruan jika di proyeksikan dari tahun 2006 s/d tahun 2015 dapat dilhat
pada di bawah ini.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa target pelayanan sampah sampai dengan
tahun 2015 adalah sebesar 47,54% dan target pelayanan sampai dengan tahun 2012
adalah 33,32% dari total produksi sampah di Kabupaten Pasuruan.
Direncanakan peningkatan pelayanan sampah pada area pelayanan eksisting. Selain
peningkatan pelayanan eksisting, direncanakan juga pengembangan area pelayanan.
Beberapa wilayah kecamatan yang saat ini belum mendapat pelayanan sampah
direncanakan akan mendapat pelayanan. Wilayah yang merupakan area pengembangan
pelayanan adalah:
1. Kecamatan Kraton
2. Kecamatan Pohjentrek
3. Kecamatan Winongan
4. Kecamatan Grati
5. Kecamatan Nguling
8.1.3. Perencanaan Pengelolaan Sampah
Rencana Pengumpulan Sampah Tingkat Rumah Tangga
Pengumpulan sampah dari rumah tangga atau sumber sampah lainnya tetap
menggunakan pola pengumpulan sampah yang ada saat ini. Sampah dikumpulkan dari
rumah tangga dengan menggunakan gerobak atau becak sampah kemudian dibuang ke
TPS. Pengumpulan sampah dari rumah tangga atau sumber sampah lainnya tetap
menjadi tanggung jawab masyarakat dengan cara membayar petugas pengumpul
sampah. Pengumpulan sampah dari lokasi fasilitas umum dan hasil penyapuan jalan
menjadi tanggung jawab Badan Lingkungan Hidup .
Faktor-faktor penting dalam perencanaan pengumpulan sampah yang sangat perlu
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Pada perencanaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah direncanakan
penambahan 167 kontainer dan 7 TPS Transfer Depo sampai dengan tahun 2012.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan oleh petugas kebersihan kota atau mandiri oleh
masyarakat (pribadi, institusi, badan swasta atau dikelola RT/RW). Pada bagian ini akan
diproyeksikan sarana pengumpulan sampah dari tahun 2007 s/d 2012, dengan
perencanaan sebagai berikut :
a. Direncanakan sarana pengumpulan berupa gerobak dengan kapasitas 1,0 m3
b. Jumlah timbulan sampah tanpa di reduksi terlebih dahulu
a. Ritasi pengangkutan sanpah 2 kali sehari
Rencana Tempat Penampungan Sementara Sampah
Rencana tempat pengumpulan sampah sementara pada Kabupaten Pasuruan yaitu
dengan menggunakan kontainer berkapasitas 6 m3 dan juga TPS Transfer Depo dengan
kapasitas 15 m3. Kebutuhan kontainer, TPS dan Volume Sampah yang masuk ke TPA
pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.5.berikut ini.
Rencana Pengangkutan Sampah
Sampai dengan tahun 2012 direncanakan pengembangan area pelayanan yaitu:
1. Kecamatan Kraton
2. Kecamatan Nguling
3. Kecamatan Grati
4. Kecamatan Winongan
5. Kecamatan Pohjentrek
Pemilihan area pengembangan pelayanan ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa wilayah-wilayah tersebut berada tidak jauh dari rute pengangkutan eksisting
sehingga sangat dimungkinkan membuat rute pengangkutan sampah baru yang
terkoneksi dengan rute pengangkutan eksisting.
Rute pengangkutan untuk masing-masing kecamatan d iatas akan dijelaskan sebagai
berikut :
1). Kecamatan Nguling dan Grati akan diambilkan dari truk yang biasanya melayani rute
sampah dari Kecamatan Lekok dan Rejoso.
2). Dan untuk Kecamatan Winongan ini nantinya akan diambilkan dari rute yang biasanya
melayani rute sampah untuk Kecamatan Gondangwetan.
3). Sedangkan untuk Kecamatan Pohjentrek ini mengambil rute yang melayani Kota
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Direncanakan:
• L = luas setahun • J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efekif (1,2)
Luas total lahan (H) = 0,425 Ha x 1,2 = 0,511 Ha
Area Pelayanan Pengelolaan Sampah
Kecamatan yang mendapatkan pelayanan sampah dari Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan meliputi 14 kecamatan. Kecamatan-kecamatan pada Kabupaten Pasuruan
yang mendapatkan pelayanan persampahan pada saat ini antara lain:
1.Kecamatan Bangil
2. Kecamatan Beji
3. Kecamatan Gempol
4. Kecamatan Pandaan
5. Kecamatan Prigen
6. Kecamatan Purwosari
7. Kecamatan Sukorejo
8. Kecamatan Lekok
9. Kecamatan Kejayan
10. Kecamatan Rejoso
11. Kecamatan Gondang Wetan
12. Kecamatan Purwodadi
13. Kecamatan Rembang
14. Kecamatan Wonorejo
Selain itu ada beberapa kecamatan yang direncanakan akan mendapatkan
pelayanan sampah, kecamatan tersebut yang antara lain:
1. Kecamatan Kraton
2. Kecamatan Pohjentrek
3. Kecamatan Winongan
4. Kecamatan Grati
5. Kecamatan Nguling
Optimalisasi Kondisi Eksisiting
Berdasarkan hasil evaluasi pada bab 5 maka dapat dilakukan suatu kegiatan optimalisasi
penggunaan sarana dan prasarana persampahan yang ada. Sarana dan prasarana
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Optimalisasi TPA Kenep.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan
Sistem Penyediaaan Air Minum yang didalamnya mengatur juga masalah sanitasi dan
persampahan, bahwa penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untuk
perlindungan air baku air minum, dan secara tegas bahwa metode pembuangan akhir
yang dilakukan adalah secara sanitary landfill untuk kota besar dan metropolitan dan
controlled landfill untuk kota sedang/kecil, yang mulai diberlakukan pada tahun 2008.
Berdasarkan hal tersebut TPA Kenep yang selama iniberoperasi dengan sistem open
dumping harus dihentikan dan dibutuhkan upaya optimalisasi dan rehabilitasi yang
bertujuan untuk:
a. Mengurangi dampak pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya
b. Mendapatkan bahan sampah lama sebagai tanah penutup bila dilakukan
penambangan dan selanjutnya dimanfaatkan kembali sebagai penutup lahan TPA.
Kompos hasil landfill mining bila digunakan untuk pupuk, hanya dapat diperuntukkan
untuk tanaman non-pangan.
c. Bila kapasitasnya masih memungkinkan, menyiapkan lahan tersebut agar sesuai
dengan kebutuhan operasional contolled landfill.
Optimalisasi kegiatan pengomposan yang sudah ada
Untuk optimalisasi kegiatan pengomposan yang sudah ada dapat dilakukan dengan jalan:
A. Pengomposan skala rumah tangga .
Reaktor untuk pengomposan menggunakan komposter. Saat ini komposter skala rumah
tangga dilaksanakan pada 2 area perumahan di Kecamatan Bangil. Tata cara
pemasangan komposter yang ada pada saat ini penempataannya kurang benar.
Seharusnya komposter ditanam dalam tanah bukan hanya diletakkan di pinggir jalan.
Penempatan seperti ini tidak diperbolehkan karena dapat menimbulkan:
a. Mengurangi estetika lingkungan meski komposter ini memiliki wadah,
b. Proses pengomposan tidak berjalan optimal karena suhunya tidak terjaga
c. Lindi yang terbentuk bisa mencemari air tanah karena tidak terdapat resapan di
sekitar komposter.
B. Pengomposan Skala Kawasan
Dari hasil pengamatan di lapangan, mekanisme pengomposan yang ada pada saat ini
dilakukan secara manual. Sampah yang datang dipilah secara manual, sampah organik
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
membutuhkan waktu yang lama. Sampah organik yang telah dicacah kemudian dibiarkan
secara alami menjadi pupuk kompos.
C. Pemasaran Kompos
Terkait dengan kegiatan pengomposan ini, diperlukan juga upaya pemasaran hasil
kompos, sehingga bila pendekatan ini bisa memberi manfaat langsung bagi masyarakat
(indirect benefit). Hal ini akan menjadi stimulan guna keberhasilan program. Teknik
pemasaran hasil kompos ini dapat dilakukan dengan sistem pemasaran sebagai berikut :
1. Sistem pemasaran tertutup, segmen pengomposan skala kecil atau pasar lokal yakni
sekitar perumahan,
2. Sistem pemasaran terbuka, dimana sistem ini hingga menjangkau masyarakat luas
dengan cara menjualnya hingga ke toko – toko atau supermarket dan pasar tanaman.
Program 3R
Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk maka meningkat pula timbulan
sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah dengan mengandalkan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) saja tidak cukup, mengingat semakin sulit mencari lahan TPA
dan besarnya biaya operasi dan pemeliharaan TPA. Oleh karenanya harus ada
pengurangan dan pemilahan sampah dari sumber timbulan, TPS maupun di TPA.
Program yang direncanakan untuk pengurangan sampah ini adalah program 3R. Program
ini meliputi kegiatan:
Reduce (R1)
Upaya meminimalkan produk sampah dengan merubah pola hidup konsumtif
Reuse (R2)
Upaya penggunaan bahan-bahan yang potensial menjadi sampah dan bahan refill
Recycle (R3)
Memanfaatkan kembali sampah setelah melalui proses seperti kompos, daur ulang,
waste to energy, dan lain-lain)
Prioritas Penanganan dan Asumsi Pelaksanaan
Berpijak dari kondisi eksisting, potensi dan permasalah pengelolaan/penanganan
persampahan di Kabupaten Pasuruan, maka dapat direncanakan prioritas penanganan
persampahan di Kabupaten Pasuruan, yaitu :
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
2. Peningkatan Peran Aktif Masyarakat Dan Dunia Usaha/Swasta Sebagai Mitra
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
3. Pengembangan Kelembagaan, Peraturan Dan Perundangan.
Asumsi pelaksanaan program di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.
Strategi-strategi pengurangan sampah semaksimal mungkin dilakukan dengan jalan:
Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce- Reuse-Recycle) dan
pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga
Mengingat upaya pengurangan volume sampah di sumber sangat erat kaitannya
dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu upaya penyadaran dan peningkatan
pemahaman untuk mendorong perubahan perilaku yang dilakukan secara berjenjang
baik melalui promosi yang dapat memberi gambaran mengenai "nilai" pengurangan
sampah di sumber dan dampaknya bagi kualitas kesehatan dan lingkungan maupun
kampanye yang terus menerus untuk membangun suatu komitmen sosial.
Pengurangan sampah di sumber ini dilakukan melalui mekanisme 3R, yaitu reduce
(R1), reuse (R2) dan recycle (R3).
R1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola hidup konsumtif
serta senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali pakai" yang ramah lingkungan.
R2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan yang berulang
agar tidak langsung menjadi sampah.
R3 adalah setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu dilakukan
pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.
Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah tangga (lampu neon,
kemasan pestisida, batu batere dan lain- lain) secara khusus.
Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan
3R.
Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung dengar pemberian insentif
yang dapat mendorong masyarakat untuk senantiasa melakukan kegiatan 3R. Insentif
tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah, pemberian kupon
belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat kelurahan dan lain-lain.
Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut harus diawali dengan kesiapan
sistem pengelolaan sampah kota yang memadai.
Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian & perdagangan.
Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat signifikan
dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan disinsentif juga
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta
Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai insentif perlu diciptakan
dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta yang mau terjun dalam bisnis
pelayanan publik persampahan. Peninjauan kembali pedoman dan ketentuan
penanaman modal swasta dalam bidang persampahan perlu segera dilakukan untuk
mengurangi hambatan faktor resiko dan dapat menarik faktor keuntungan yang
proporsional.
Pemerintah Daerah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan uji coba kerjasama
swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kecamatan percontohan. Kerjasama
ini hendaknya dilakukan secara profesional dan transparan sehingga dapat menjadi
contoh untuk multiplikasi di kota lainnya.
3. Pengembangan Kelembagaan, Peraturan Dan Perundangan.
Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan
untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan kualitas
pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan
pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk
institusi yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung jawabya, memiliki
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang
terdidik dibidang manajemen persampahan.
Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir semua pemangku kepentingan
persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis untuk menyelesaikannya.
Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada beberapa contoh berikut :
Pengelola Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum mengangkut sampah dari TPS
sesuai ketentuan; atau mengoperasikan pembuangan sampah secara open dumping.
Masyarakat juga memiliki andil kelemahan misalnya dalam hal tidak membayar
retribusi sesuai ketentuan, atau membuang sampah sembarangan. Legislatif belum
menyediakan anggaran sesuai ebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah
Pusat belum mampu menyediakan ketentuan peraturan secara lengkap, dan lain-lain.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar
aturan-aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk
menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
4. Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan sangat signifikan
dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat. Sedangkan disinsentif juga
perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat tidak melakukan hal-hal diluar
ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain peringatan, peningkatan biaya
pengumpulan/pengangkutan untuk jenis sampah tercampur dan lain-lain.
Pengembangan Air Minum
Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Akses air minum yang aman kepada penduduk berdasar cara memperoleh airnya
dibedakan menjadi 3 kelompok :
1. Memperoleh dengan usaha sendiri seperti menggunakan sumur rumah,
berlangganan leding atau membeli dan sebagainya.
2. Diperoleh dengan bersama, beberapa kelompok rumah tangga memanfaatkan
satu sumber air yang sama ( misal 1 sambungan PAM untuk 5 keluarga dan
sebagainya)
3. Diperoleh dari terminal air yang diperuntukkan untuk umum (1 lingkungan RT
atau RW bahkan desa).
Sesuai dengan hasil SUSENAS BPS dalam memperoleh airnya penduduk
menggunakan sumber-sumber air sebagai berikut :
1. Leding/Perpipaan
2. Pompa
3. Sumur terlindungi
4. Mata Air terlindungi
5. Air Hujan
Kategori sumber air tidak aman :
1. Air kemasan (bukan digunakan sebagai kebutuhan pokok dari makanan,
minum, mandi cuci dan kakus)
2. Air Sumur tak terlindungi
3. Mata air tak terlindungi
4. Air Sungai.
Kondisi pelayanan air minum penduduk telah terlayani Sistem Pelayanan Air
Minum (SPAM) yang sudah terprogram dan terpantau. Yang dimaksud sistem ini
adalah :
1. Sistem Perpipaan, yang terdiri dari sistem perpipaan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Pasuruan hanya terdiri dari 4 (empat) cabang saja, namun sekarang sudah
menjadi 8 (delapan) cabang dan 4 (empat) unit kerja, meliputi :
1. Cabang Bangil
2. Cabang Prigen
3. Cabang Gempol
4. Cabang Pandaan
5. Cabang Purwosari
6. Cabang Sukorejo
7. Cabang Tutur
8. Cabang Purwodadi
9. Unit Nguling
10. Unit Wonorejo
11. Unit Grati
12. Unit Puspo
Dengan demikian, daerah pelayanan PDAM masih separuh dari jumlah
kecamatan yang ada di Pasuruan yang terdiri dari 24 kecamatan. Jumlah
pelanggan sampai dengan tahun 2006 adalah 16.245 unit sambungan SR,
niaga 791 pelanggan, industri 51 pelanggan, sosial 236 pelanggan, dan
155 unit sambungan Kran Umum/KU yang dipenuhi dari sumber mata air,
air permukaan/sumur gali, air bawah tanah/sumur bor dengan total
kapasitas produksi mencapai 340,00 l/dt dari total kapasitas terpasang
460,08 l/dt.
Struktur Tarif
Berdasarkan Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 11 Tahun 2006, tanggal 28
Maret 2006, maka terhitung sejak rekening Mei 2006 yang ditagihkan Juni
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Tabel 8. 7Penetapan Harga Air Minum Kabupaten Pasuruan Kelompok 1 ( Bangil, Prigen, Gempol, Pandaan, Purwosari, Sukorejo dan Purwodadi)
No.
Jenis Pemakaian TINGKAT PEMAKAIAN
Pelanggan Minimum 0 - 10
11 -
20
21 -
30 > 30
1 2 3 4 5 6 7
1 SOSIAL
1. Sosial Umum 500 500 500 500
2. Sosial Khusus 10 600 700 800 900
2 NON NIAGA
1. Rmh Tangga A 10 800 950 1150 1400
2. Rmh Tangga B 10 1000 1200 1450 1750
3. Rmh Tangga C 10 1200 1450 1750 2100
4. Rmh Tangga D 10 1300 1550 1850 2200
5. Inst. Pemerintah 10 1450 1800 2250 2800
3 NIAGA
1. Niaga Kecil 20 2300 2300 3450 5050
2. Niaga Sedang 20 2450 2450 3700 5550
3. Niaga Besar 20 2700 2700 4050 6100
4. Pelabuhan 30 4500 4500 4500 7650
4 INDUSTRI
1. Industri Kecil 20 3100 3100 4650 7000
2. Industri Besar 20 3250 3250 4900 7350
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
10. Niaga Besar (N.3) adalah kategori pelanggan yang kegiatan setiap harinya
berhubungan dengan suatu usaha yang bersifat besar dan dapat
mendatangkan keuntungan/penghasilan, meliputi : Perusahaan
Importir/Eksportir, Agen, Distributor, Komisioner, Makelar, Departemen Store,
Swalayan, Supermarket, Minimarket, Rumah Sakit Swasta Tipe A, B dan C,
Pom Bensin, Hotel Berbintang, Steambath, Kolam Renang Umum Swasta,
Bioskop, Tempat Karaoke, Night Club, Diskotik, Bengkel Besar, Service
Stasion, Showroom, Gedung Bertingkat Tinggi, Condominium dan Usaha
Besar lainnya.
11. Pelabuhan (N.4) adalah kategori pelanggan yang meliputi pelabuhan laut,
pelabuhan udara/bandara dan pelabuhan sungai.
12. Industri Kecil (I.1) adalah kategori pelanggan yang dalam kegiatan/usahanya
setiap hari merubah suatu barang menjadi barang yang lebih tinggi nilainya
untuk mendapatkan suatu keuntungan, meliputi : Industri Rumah Tangga,
Kerajinan Tangan, Peternak Kecil, Sanggar Seni Lukis, Usaha Konveksi Kecil
dan Usaha/Industri Kecil lainnya.
13.
Industri Besar (I.2) adalah kategori pelanggan yang dalam kegiatan/usahanyasetiap hari memproduksi barang yang lebih tinggi nilainya untuk mendapatkan
suatu keuntungan, meliputi : Pabrik atau Industri Motor/Mobil, Industri Kimia,
Pertambangan, Perkayuan, Pembuatan Kapal, Pabrik Makanan/Minuman,
Pabrik Es, Pabrik Makanan Ternak, Pabrik Kimia/Obat/Kosmetik, Pabrik
Tekstil, Pergudangan, Peternakan Besar, Pabrik Botol/Pembotolan, Pabrik Alat
Pertanian dan Pabrik/Industri Besar lainnya.
Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum
A. Kecamatan Grati
Penyediaan air minum di Kabupaten Pasuruan belum semua terlayani oleh PDAM,
hanya separuh (12 dari 24 kecamatan) yang terlayani oleh PDAM Kabupaten
Pasuruan. Pada pekerjaan ini lokasi kegiatan yang termasuk dalam cakupan
layanan PDAM hanya ada satu Cabang PDAM Kabupaten Pasuruan yaitu di
kecamatan Grati.
PDAM Kabupaten Pasuruan Cabang Grati melayani 548 Pelanggan yang
tersebar di Desa Ranukindungan, Desa Gratitunon, dan Desa Sumber Agung
dengan menggunakan sumber air Banyu Biru. Selain Dua Desa Tersebut PDAM
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
maksimal sehingga air baru didistribusikan tiap harinya mulai pukul 04.00 WIB
sampai dengan pukul 18.00 WIB, hal tersebut menurut keterangan dari warga
pengguna PDAM Cabang Grati air baru sampai ke Rumah Penduduk terjadi
keterlambatan sampai jam 10.00 WIB.
Gambar 8. 1Bak Pelepas Tekan dan bak penampung PDAM Cabang Grati
Rencana pengembangan wilayah pelayanan PDAM Cabang Grati adalah ke Desa
Kedawung (Kec. Nguling), dan sebagian Desa Sumber Gawe (Perumahan Griya
Katila).
Selain menggunakan air dari PDAM sebagian besar masyarakat memanfaatkan air
dari sumur gali, juga terdapat swadaya dari masyarakat yang memanfaatkan air
dari sumber air untuk disalurkan ke rumah-rumah atau di tampung di bak
penampung untuk dimanfaatkan bersama-sama.
Gambar 8. 2Pemanfaatan Sumur Gali Oleh Masyarakat
B. Kecamatan Nguling
Di kecamatan Nguling terdapat tiga desa yang telah terlayani PDAM yaitu Desa
Nguling, Desa Mlaten, dan Desa Kedawung dengan total 420 sambungan rumah
namun masih memiliki jam operasi 14 jam tiap harinya. Pelayanan PDAM di
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Secara administrasi Kecamatan Nguling tidak mempunyai Kantor Cabang PDAM
dan saat ini untuk pelayanan PDAM Kecanatan Nguling dikoordinasi oleh PDAM
Cabang Grati.
Seperti halnya di daerah lain di Kabupaten Pasuruan sebagian besar masyarakat
masih menggunakan sumur gali atau sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air.
Sebagian masyarakat juga menggunakan sumber air secara swadaya.
Gambar 8. 3Sumur Gali Milik Penduduk di Kecamatan Nguling
C. Kecamatan Puspo
Kecamatan Puspo sudah terlayani PDAM dengan memanfaatkan sumber air
Banyu Meneng sejak tahun 1989 dan sumber air Senogiri sejak tahun 2005.
Sumber air Banyu Meneng dan sumber air Senogiri mempunyai kapasitas
produksi sampai dengan 1,41 lt/dt.
Selain itu masyarakat Kecamatan Puspo juga memenuhi kebutuhan airnya dari
HIPAM yang memanfaatkan sumber air Baledono.
Gambar 8. 4Bak Penampung Di Desa Jimbaran
D. Kecamatan Lekok
Kecamatan Lekok merupakan salah satu kecamatan yang paling membutuhkan air
bersih. Kecamatan ini belum terlayani jaringan pipa PDAM ataupun HIPAM namun
telah mendapat bantuan berupa pengiriman air bersih dengan menggunakan truk
tangki dari PDAM Cabang Grati. Kecamatan Lekok juga mendapatkan bantuan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 8. 5Pembelian Air Melalui Jerigen di Sumur Bor Bantuan Pemerintah
Gambar 8. 6Sumur bor dan tandon air bantuan dari PKPS BBM IP Tahun 2005
Daerah Lekok merupakan daerah pesisir pantai Selat Madura dimana sebagian
masyarakatnya masih menggunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan
airnya. Sumur-sumur di daerah Lekok sebagian telah terinterupsi oleh air laut.
Gambar 6. 7Sumur gali milik warga Desa Lekok
E. Kecamatan Winongan
Masyarakat di Kecamatan Winongan sebagian besar memenuhi kebutuhan air
bersih dengan menggunakan sumur gali dan ada yang menggunakan sumber
yang berasal dari daerah Puspo kemudian dialirkan secara gravitasi dengan
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 8Bak Distribusi Yang Menyalurkan Air ke Rumah Penduduk
F. Kecamatan Gondangwetan
Kecamatan Gondangwetan masih belum terlayani PDAM. Masyarakat di daerah ini
masih menggunakan sumur gali dan ada pula yang menggunakan sumur bor.
Gambar 6. 9Sumur Gali di Desa Gondangwetan
G. Kecamatan Lumbang
Kecamatan Lumbang merupakan kecamatan paling timur di Kabupaten Pasuruan,
sebagian daerahnya berbukit-bukit dan berbatu. Masyarakat Desa Kronto
menggunakan sumber air dari Sumber Watu, Desa Pancur menggunakan sumber
air dari Sumber Brego, Desa Karangjati menggunakan sumber air dari
Sumber/Sungai Lawean, Desa Lumbang dan Desa Bulukandang menggunakan
sumber air dari Sumber Bedali, sedangkan Desa Lumbang, Desa Welulang, Desa
Banjarimbo, dan Desa Panditan menggunakan sumber air dari Sumber Mada
Kalipuro. Air-air dari sumber air tersebut ditampung dan disalurkan elalui
pipa-pipadistribusi. Pada musim hujan sumber-sumber air tersebut dapat mengalirtetapi
pada saat misum kemarau sumber-sumber air tersebut debitnya berkurang drastis
bahkan bisa tidak muncul air lagi.
Selain menggunakan air sumber masyarakat di Kecamatan Lumbang juga
menggunakan sumur gali dengan kedalaman rata-rata 16 m. Sumur-sumur gali
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 10Bak penampung pengambilan air di Desa Banjarimbo
H. Kecamatan Pasrepan
Sebagian besar masyarakat Kecamatan Pasrepan menggunakan sumur gali dan
HIPAM, sedangkan untuk pelayanan PDAM baru ada 2 (dua) sambungan rumah.
Secara garis besar Kecamatan Pasrepan belum mempunyai jaringan PDAM.
Gambar 6. 11Tandon air HIPAM
I. Kecamatan Pohjentrek
Masyarakat Kecamatan Pohjentrek mendapatkan pelayanan dari PDAM. Sebagian
masyarakat ada yang menggunakan sumur gali dan menggunakan sumur bor.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
J. Kecamatan Tosari
Masyarakat Tosari telah menggunakan sambungan pipa swadaya dari
sumber-sumber air di daerah itu. Masyarakat di Kecamatan Tosari secara swadaya
membangun bak penampung dan menyalurkan ke rumah-rumah melalui pipa.
Desa Mororejo dan Desa Kandangan memanfaatkan sumber air dari Sumber Ciri
di Desa Ngadiwono. Desa Podokoyo memanfaatkan sumber air dari Sumber
Kembar dan Sumber Cemoropukul. Desa Tosari memanfaatkan sumber air dari
Sumber Kulon. Desa Wonokitri memanfaatkan sumber air dari Sumber Krecek,
Sumber Tangan, dan Sumber Pananjakan. Desa Baledono memanfaatkan sumber
air dari Sumber Putuk. Sedangkan Desa Ngadiwono memanfaatkan sumber air
dari Sumber Ndasan.
Gambar 6. 13Tandon air HIPPAM
K. Kecamatan Kejayan
Masyarakat Kecamatan Kejayan mendapatkan pelayanan dari PDAM. Sebagian
masyarakat ada yang menggunakan sumur gali dan menggunakan sumur bor.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
L. Kecamatan Bangil
Jumlah penduduk Kecamatan Bangil pada tahun 2006 sejumlah 84045 jiwa. Dari
jumlah tersebut yang terlayani PDAM sejumlah 18392 jiwa (21.88%) sedangkan
65653 jiwa atau sebesar 78.12% masih belum terlayani fasilitas air minum atau
memperoleh air minum secara individu/pribadi. Pemenuhan kebutuhan air minum
penduduk di wilayah Kecamatan Bangil sebagian besar menggunakan sumur gali
atau sumur gali dengan pompa. Berdasarkan data dari Dinas Cipta Karya
Kabupaten Pasuruan, di Kecamatan Bangil tidak terdapat HIPPAM. Wilayah
Kecamatan Bangil di sebelah Utara penduduknya bermata pencaharian sebagai
nelayan dan kondisi sumur yang ada cukup dangkal tetapi terasa asin karena
Terlayani HIPPAM; 0,00%
Terlayani PDAM; 5,44%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
94,56%
Gambar 6. 15Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Bangil Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
M. Kecamatan Rejoso
Masyarakat di Kecamatan Rejoso sebagian besar memenuhi kebutuhan air bersih
dengan menggunakan sumur gali. Kecamatan Rejoso masih belum terlayani
jaringan PDAM.
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
N. Kecamatan Prigen
Jumlah penduduk Kecamatan Prigen pada tahun 2006 sejumlah 80053 jiwa. Dari
jumlah tersebut yang terlayani PDAM sejumlah 36.91% atau 29544 jiwa,
sedangkan yang terlayani oleh HIPPAM sejumlah 26.96% atau 21586 jiwa. Sisa
dari tersebut adalah sebesar 36.13% masih belum terlayani fasilitas air minum
atau memperoleh air minum secara individu/pribadi. Pemenuhan kebutuhan air
minum di wilayah Kecamatan Prigen sebagian besar menggunakan air yang
berasal dari sumber yang ditampung di tandon dan disalurkan melalui pipa-pipa
distribusi sampai ke rumah-rumah penduduk. Pendistribusian air dikelola oleh
HIPPAM yang ada di desa. Prigen merupakan daerah tujuan wisata dimana
terdapat penginapan atau hotel. Penginapan tersebut mengambil air langsung dari
sumber.
Terlayani HIPPAM; 26,96% Terlayani
PDAM; 12,75%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
36,13%
Gambar 6. 17Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Prigen Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
O. Kecamatan Gempol
Jumlah penduduk Kecamatan Gempol pada tahun 2006 sejumlah 114587 jiwa.
Dari jumlah tersebut yang terlayani oleh PDAM sebesar 38.95% atau sebanyak
44632 jiwa, yang terlayani HIPPAM sebesar 10.81% atau sebanyak 12382 jiwa.
Sisanya sebesar 36.13% masih belum terlayani fasilitas air minum atau
memperoleh air minum secara individu/pribadi. Di Desa Sumbersuko merupakan
daerah industri dimana terdapat pabrik dan gudang. Selain itu juga terdapat
penambangan sirtu. Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan
Gempol sebagian besar menggunakan air yang berasal dari sumber yang
ditampung di tandon dan disalurkan melalui pipa-pipa distribusi sampai ke
rumah-rumah penduduk. Pendistribusian air dikelola oleh HIPPAM yang ada di desa.
Tetapi tidak semua desa terdapat HIPPAM masih ada beberapa desa yang
menggunakan sumur.
Terlayani HIPPAM; 10,81%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
67,99% Terlayani PDAM;
21,20%
Gambar 6. 19Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Gempol Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 21Kran Umum di Desa Jeruk Purut
Gambar 6. 22Sumur Warga di Desa Winong
P. Kecamatan Pandaan
Jumlah penduduk Kecamatan Pandaan pada tahun 2006 sejumlah 94578 jiwa.
Dari jumlah tersebut penduduk yang terlayani PDAM sebesar 30.01% atau
sejumlah 28382 jiwa., yang terlayani oleh HIPPAM sebesar 13.12% atau
sejumlah 12404 jiwa. Sedangkan sisanya sebesar 56.88% atau sejumlah 53792
jiwa masih belum terlayani fasilitas air minum atau memperoleh air minum secara
individu/pribadi. Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Pandaan
sebagian besar menggunakan air yang berasal dari sumber yang ditampung di
tandon dan disalurkan melalui pipa-pipa distribusi sampai ke rumah-rumah
penduduk. Pendistribusian air dikelola oleh HIPPAM yang ada di desa. Tetapi
tidak semua desa terdapat HIPPAM ada beberapa desa yang masih
menggunakan sumur. Di Kecamatan Pandaan ini terdapat pabrik Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yang mengambil sumber air dengan cara membuat
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Terlayani HIPPAM; 13,12% Terlayani
PDAM; 10,90%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
75,99%
Gambar 6. 23Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Pandaan Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
Gambar 6. 24Sumur di Desa Kebonwaris
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 26Bak Pembagi HIPPAM Desa Pecalukan
Q. Kecamatan Purwosari
Jumlah penduduk di Kecamatan Purwosari sejumlah 75443 jiwa. Dari jumlah
tersebut sebesar 44.46% atau sejumlah 33540 jiwa sudah terlayani fasilitas
PDAM, sedangkan sebesar 28.29% atau sejumlah 21343 jiwa terlayani HIPPAM.
Sedangkan sejumlah 20560 jiwa atau sebesar 27.25% masih belum terlayani
fasilitas air minum atau memperoleh air minum secara individu/pribadi.
Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Purwosari sebagian
besar menggunakan air yang berasal dari sumber yang ditampung di tandon dan
disalurkan melalui pipa-pipa distribusi sampai ke rumah-rumah penduduk.
Pendistribusian air dikelola oleh HIPPAM yang ada di desa. Tetapi tidak semua
desa terdapat HIPPAM ada beberapa desa yang masih menggunakan sumur.
Terlayani HIPPAM; 28,29%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
51,72%
Terlayani PDAM; 19,99%
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 28Tandon Air HIPPAM Desa Karangrejo
Gambar 6. 29Tandon Air HIPPAM Desa Sumberejo
R. Kecamatan Sukorejo
Jumlah penduduk di Kecamatan Sukorejo tahun 2006 sejumlah 76911 jiwa. Dari
jumlah tersebut yang terlayani oleh fasilitas PDAM sejumlah 15026 jiwa atau
sebesar 19.54%, yang terlayani oleh HIPPAM sejumlah 16989 jiwa atau sebesar
22.09%. Sedangkan sejumlah 44896 jiwa atau sebesar 58.37% masih belum
terlayani fasilitas air minum atau memperoleh air minum secara individu/pribadi.
Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Sukorejo sebagian besar
menggunakan air yang berasal dari sumber yang ditampung di tandon dan
disalurkan melalui pipa-pipa distribusi sampai ke rumah-rumah penduduk.
Pendistribusian air dikelola oleh HIPPAM yang ada di desa. Tetapi tidak semua
desa terdapat HIPPAM ada beberapa desa yang masih menggunakan sumur.
Selain melalui HIPPAM juga terdapat tandon yang dibuat berdasarkan hasil
swadaya masyarakat. Di Sukorejo juga terdapat pengambilan air yang ditampung
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Terlayani HIPPAM; 20,79%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
71,73% Terlayani
PDAM; 7,48%
Gambar 6. 30Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Sukorejo Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
Gambar 6. 31Tandon Air di desa Kenduruan
Gambar 6. 32Sumur Gali Di Desa Kalisat
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 34Pemanfaatan Air Sumber Yang Dijual Melalui Tangki
Gambar 6. 35Tandon Desa Tanjungarum Hasil Swadaya Masyarakat
S. Kecamatan Tutur
Jumlah penduduk Kecamatan Tutur tahun 2006 sejumlah 51415 jiwa. Dari jumlah
tersebut yang terlayani fasilitas PDAM sejumlah 6060 jiwa atau sebesar 11.79%,
yang terlayani oleh HIPPAM sejumlah 19278 jiwa atau sebesar 37.49%.
Sedangkan yang masih belum terlayani fasilitas air minum atau memperoleh air
minum secara individu/pribadi sejumlah 26077 jiwa atau sebesar 50.72%.
Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Tutur sebagian besar
menggunakan air yang berasal dari sumber yang ditampung di tandon dan
disalurkan melalui pipa-pipa distribusi sampai ke rumah-rumah penduduk.
Pendistribusian air dikelola oleh HIPPAM yang ada di desa. Tetapi tidak semua
desa terdapat HIPPAM ada beberapa desa yang masih menggunakan sumur. Di
Kecamatan Tutur ini juga terdapat tandon air bantuan dari Perum Perhutani yang
dimanfaatkan penduduk di Desa Ngembal.
Terlayani HIPPAM; 37,49% Belum Terlayani
PDAM/HIPPAM; 53,85%
Terlayani PDAM; 8,66%
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 37Tandon Air Bantuan Dari Perhutani untuk Desa Ngembal
Gambar 6. 38Kran Umum yang Terdapat di Desa Tutur
T. Kecamatan Purwodadi
Jumlah penduduk Kecamatan Purwodadi tahun 2006 sejumlah 62969 jiwa. Dari
jumlah tersebut yang terlayani fasilitas PDAM sejumlah 17622 jiwa atau sebesar
27.99%, yang terlayani oleh HIPPAM sejumlah 32548 jiwa atau sebesar 51.69%.
Sedangkan yang masih belum terlayani fasilitas air minum atau memperoleh air
minum secara individu/pribadi sejumlah 12799 jiwa atau sebesar 20.33%.
Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Purwodadi sebagian
besar menggunakan air yang berasal dari sumber yang ditampung di tandon dan
disalurkan melalui pipa-pipa distribusi sampai ke rumah-rumah penduduk.
Pendistribusian air dikelola oleh HIPPAM yang ada di desa. Tetapi tidak semua
desa terdapat HIPPAM ada beberapa desa yang masih menggunakan sumur. Di
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Terlayani HIPPAM; 51,69% Belum Terlayani
PDAM/HIPPAM; 36,61%
Terlayani PDAM; 11,70%
Gambar 6. 39Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Purwodadi Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
Gambar 6. 40Tandon Air di Desa Jatisari
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 42Gambar Kran Umum di Desa Tambaksari
U. Kecamatan Wonorejo
Jumlah penduduk Kecamatan Wonorejo tahun 2006 sejumlah 53019 jiwa. Dari
jumlah tersebut yang terlayani fasilitas PDAM sejumlah 4504 jiwa atau sebesar
8.50%. Sedangkan yang masih belum terlayani fasilitas air minum atau
memperoleh air minum secara individu/pribadi sejumlah 48515 jiwa atau sebesar
91.50%. Berdasarkan data dari Dinas Cipta Karya Kabupaten Pasuruan di
Kecamatan Wonorejo belum terdapat HIPPAM, jadi masyarakat memenuhi
kebutuhan air minum secara individu/ dalam kelompok kecil. Pemenuhan kebutuhan
air minum di wilayah Kecamatan Wonorejo sebagian besar menggunakan air yang
berasal dari sumur gali. Untuk mempermudah dalam pengambilan air maka
digunakan pompa air yang juga berfungsi untuk menyalurkan air ke rumah-rumah.
Di daerah ini merupakan daerah yang terbilang cukup susah untuk mendapatkan air
dari sumber/ matair, sehingga penduduk harus membuat sumur dengan kedalaman
9 – 15m.
Terlayani HIPPAM; 0,00% Terlayani PDAM;
5,24%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
94,76%
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
Gambar 6. 44Tandon di Desa Sambisirah
Gambar 6. 45Sumur Gali di Desa Tamansari
Gambar 6. 46Sumur Gali di Desa Rebono
V. Kecamatan Beji
Jumlah penduduk Kecamatan Beji tahun 2006 sejumlah 76434 jiwa. Seperti yang
dituliskan dalam bab 3, PDAM masih belum melayani penduduk di Kecamatan
Beji, penduduk yang terlayani oleh HIPPAM sebesar 6.53% atau sejumlah 4988
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
air minum secara individu/pribadi sejumlah 71446 jiwa atau sebesar 93.47%.
Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Beji sebagian besar
menggunakan air yang berasal dari sumur gali. Pendistribusian air dikelola oleh
HIPPAM yang ada di desa. Tetapi tidak semua desa terdapat HIPPAM ada
beberapa desa yang masih menggunakan sumur.
Terlayani HIPPAM; 6,53%
Terlayani PDAM; 0,00%
Belum Terlayani PDAM/HIPPAM;
93,47%
Gambar 6. 47Prosentase Jumlah Penduduk Kecamatan Beji Yang Terlayani Fasilitas Air Minum
Gambar 6. 48Sumur Gali Sebagai Salah Satu Sumber Air Minum
B a b - VIIIAspek Teknis Per Sektor
W. Kecamatan Kraton
Jumlah penduduk Kecamatan Kraton tahun 2006 sejumlah 87272 jiwa. Seperti
yang dituliskan dalam bab 3, PDAM masih belum melayani penduduk di
Kecamatan Kraton. Berdasarkan data dari Dinas Cipta Karya Kabupaten
Pasuruan di Kecamatan Kraton belum terdapat HIPPAM, jadi masyarakat
memenuhi kebutuhan air minum secara individu/ dalam kelompok kecil.
Pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kecamatan Kraton sebagian besar
menggunakan air yang berasal dari sumur gali. Untuk mempermudah dalam
pengambilan air maka digunakan pompa air yang juga berfungsi untuk
menyalurkan air ke rumah-rumah. Di daerah ini merupakan daerah yang terbilang
cukup susah untuk mendapatkan air dari sumber/ matair, sehingga penduduk
harus membuat sumur.
Gambar 6. 51Kondisi Salah Satu Desa (Desa kalirejo) Di Kecamatan Kraton