• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 7afb6ba8fe BAB VIIIBAB 8 ASPEK TEKNIS KOTA MOKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 7afb6ba8fe BAB VIIIBAB 8 ASPEK TEKNIS KOTA MOKER"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

VIII-1

BAB

VIII ASPEK TEKNIS PER

SEKTOR

Pada bab 8 (delapan) tentang aspek teknis per sektor di Kota Mojokerto

akan menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang

mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan

bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan

penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan,

dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari

pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting

sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang

harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan

pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan

kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan

merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

8.1. Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian

yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,

sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di

kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan

permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan

permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan

untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan

permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

(2)

VIII-2

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat

peraturan perundangan, antara lain :

a. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

(3)

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan

kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung

bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut

mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan

RPJMN berikutnya.

b. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir

c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan

perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

c. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah

susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab

pemerintah.

d. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan

penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan

penanggulangan kawasan kumuh.

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di

kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan

permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang

sebagai berikut :

A.Tugas

1.Pemerintah Pusat

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan

(4)

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian

dan kawasan permukiman.

(5)

2.Pemerintah Provinsi

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada

kebijakan nasional.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi

di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan

hunian, dan kawasan permukiman.

e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi

masyarakat, terutama bagi MBR.

h.Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3.Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan

berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,

permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. Melaksanakan

pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan

perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

(6)

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

(7)

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B.Wewenang

1.Pemerintah Pusat

a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,

perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan

aman.

b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman.

d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan

peraturanperundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan

strategipenyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

nasional.

g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan

kawasan permukiman.

h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

2.Pemerintah Provinsi

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat provinsi.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

(8)

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

(9)

d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang- undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3.Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasanpermukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan

bidangperumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan

dankawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan

perundang-undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman bagi MBR.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh

dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

(10)

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan

Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,

pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang

pengembangan permukiman. Adapun fungsiDirektorat Pengembangan

Permukiman adalah:

Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di

perkotaan dan perdesaan;

Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan

kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan

perdesaan potensial;

Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan

rumah susun sederhana;

Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan

pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan

permukiman;

Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Penanganan Prasarana dan Sarana bidang keciptakaryaan di Kota

Mojokerto dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas

Pekerjaan Umum Kota Mojokerto yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota

Mojokerto Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Pekerjaan Umum Kota Mojokerto. Adapun tugas pokok dan fungsi Dinas

Pekerjaan Umum Kota Mojokerto seperti berikut :

Tugas : Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dibidang Pekerjaan

Umum

Fungsi :

(11)

 Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum ;

 Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum ; dan

 Pelaksanaan tugas dinas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

(12)

a.Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan

permukiman saat ini antara lain :

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi

dan adaptasi terhadap perubahan iklim ;

 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah

tangga kumuh perkotaan ;

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive

Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI ;

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi

Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan ;

 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin ;

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk

perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan

bertambahnya kawasan kumuh ;

 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun ;

 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman ;

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan

permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan

kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara

dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan

perumahan dan permukiman.

Kemudian untuk isu strategis Kota Mojokerto yang berpengaruh terhadap

pengembangan permukiman saat ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto

1 Permukiman Pengembangan perumahan PerumnasSurodinawan,

Perumnas Pulorejo Pengembangan

kualitas permukiman

Kelurahan

Miji,Kelurahan

(13)

b.Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian

Kota Mojokerto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni, terkait Pengembangan Permukiman di Kota Mojokerto

No

Perda/Pergub/Perwa/Perbub/Peraturan Lainnya

Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

1

6 Penyiapan Prasarana dan sarana perkotaan nasional

7 Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah

 Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan berkeadilan

 Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau

 Penciptaan iklim kehidupan sosial

Nomor Kebijakan

 Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan

 Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah

 Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam pembangunan perkotaan

 Sistem informasi perkotaan secara

Nomor Kebijakan

(14)

salah satu indikatornya. Secara keseluruhan jumlah rumah yang ada di Kota

(15)

yang terbanyak di Kecamatan Magersari sejumlah 16.902 unit, dengan distribusi

tertinggi berada di Kelurahan Wates sebanyak 4.556 unit. Untuk Kecamatan

Prajurit Kulon jumlah rumahnya adalah sebanyak 15.665, dengan distribusi

terbanyak jumlah rumah ada di Kelurahan

Kranggan sebanyak 4.311 unit. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 8.3.

Data Kawasan Kumuh di Kota Mojokerto

1 Balongkrai I Prajurit Kulon Pulorejo 1.18

2 Kradenan Prajurit Kulon Kauman 0.56

3 Gg. Tanggul Prajurit Kulon Mentikan 1.30

4 Ngaglik Prajurit Kulon Kranggan 0.21

5 Sentanan Selatan Magersari Sentanan 2.19

6 Sentanan Utara Magersari Sentanan 0.30

7 Sumolepen Magersari Balongsari 11.66

8 Balongrawe Magersari Kedundung 6.83

LUAS TOTAL KABUPATEN (Ha) :

Sedangkan untuk tipe atau pola permukiman yang terdapat di Kota Mojokerto

adalah berupa Permukiman Informal. Permukiman informal adalah permukiman

yang menempati tanah legal milik pemerintah yang dibangun atas hasil swadaya

warga kota atau biasa disebut permukiman kampung (perumahan lama) yang

merupakan permukiman yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengertian

permukiman informal lainnya adalah perumahan yang dibangun tidak pada lahan

yang diperuntukkan untuk membangun perumahan atau tidak mendapatkan izin

pemilikan tanah dari pemerintah contohnya adalah huniar liar yang berada di

stren sungai maupun disepanjang rel kereta api yang merupakan lahan milik PT.

KAI. Kondisi permukiman informal dan marginal tersebut akan cenderung kumuh.

Berdasarkan atas Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan

(Dirjen Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana

wilayah), suatu kawasan dapat dikatakan kumuh jika aspek - aspek lingkungan

permukiman secara jelas menunjuk kepada keadaan tidak layak, kondisi

(16)

tidak aman, kepadatan bangunan tinggi, rawan terjangkit berbagai penyakit,

tingkat pelayanan prasarana dan sarana lingkungan tidak memadai, serta

(17)

VIII-10

Permukiman formal adalah permukiman yang diberi izin oleh pemerintah dalam

skala luas dan biasanya dibangun oleh developer swasta ataupun pemerintah

yang bekerjasama dengan developer untuk membantu warga kota dalam

mendapatkan rumah. Permukiman formal ini juga dapat disebut sebagai

perumahan massal meliputi perumahan yang biasanya berbentuk real estate

atau kompleks yang dikembangkan oleh pengembang secara komersial.

Perkembangan hunian massal di Kota Mojokerto cukup pesat, kondisi tersebut

dapat dilihat di lapangan beberapa hunian massal yang mulai berkembang di

Kota Mojokerto diantaranya adalah Perumahan Griya Ijen, Perumahan Wates di

Kelurahan Wates, Perumahan Magersari Indah di Kelurahan Magersari, Griya

Permata Meri (GPM) di Kelurahan Meri, Perumahan Kedundung Indah di

Kelurahan Kedundung, Perum Kranggan Permai di Kelurahan Kranggan.

Kemudian mengenai jumlah rumah sederhana sehat (RSH) di Kota Mojokerto

dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 8.4. Data Jumlah Rumah Sederhana Sehat (RSH) Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto

(18)

VIII-10

Program Rincian Kegiatan LOKASI Volum

e

SATUAN

Pengembangan SPAM di Desa

(19)

VIII-11

Kecamatan Prajurit Kulon mempunyai luas sebesar 775,8 Ha, dengan kepadatan

penduduk sebesar 7.838 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan

Mentikan sebesar 39.621 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada

di Kelurahan Blooto sebesar 3.267 jiwa/km², kesenjangan ini jika dibiarkan maka

dapat berdampak pada rawan akan menurunnya kondisi lingkungan di kelurahan

yang memiliki kepadatan hunian tinggi. Secara umum bahwa permasalahan

perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon lebih banyak

menunjukkan permasalahan kualitas, terutama dalam hal permasalahan kualitas

fisik. Prosentase cakupan rumah layak huni pada Kecamatan Prajurit Kulon

adalah 95,5% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4,5%. Sehingga dalam

upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan

peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh.

Permasalahan lain yang terkait perumahan dan permukiman di Kecamatan

Prajurit Kulon adalah permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti

permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta

permasalahan di bantaran rel kereta api.

Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penertiban sedini mungkin di

kawasan tersebut agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.

Kecamatan Magersari

Kecamatan Magersari merupakan kecamatan yang paling luas yaitu sebesar

870,3 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 8.437 jiwa/km². Kepadatan

tertinggi berada di Kelurahan Jagalan sebesar 20.881 jiwa/km², kemudian untuk

kepadatan terendah berada di Kelurahan Gunung Gedangan sebesar 3.952

jiwa/km². Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di

Kecamatan Magersari terdiri dari permasalahan kualitas fisik, permasalahan

(20)

VIII-12

permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta

api.

Prosentase cakupan rumah layak huni di Kecamatan Magersari adalah 96% dan

rumah tidak layak huni sebanyak 4%. Sehingga dalam upaya meningkatkan

cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas

(21)

Melihat kondisi permukiman yang ada di Kecamatan Magersari maka dibutuhkan

kegiatan-kegiatan penanganan permukiman kumuh yang ada.

Sedangkan tantangan terkait dengan perkembangan perumahan dan

permukiman di Kota Mojokerto adalah :

 Memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman terutama

bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Mojokerto ;

 Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar

tingkat golongan masyarakat di Kota Mojokerto ;

 Menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang

serasi dan berkelanjutan ; serta

 Mengelola pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan

efisien di Kota Mojokerto.

4 Aspek Peran Serta Masyarakat/

Swasta

5 Aspek Lingkungan

Permukiman

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisa kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi

kondisi eksisting. Analisa kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target

kebutuhan yang harus dicapai. Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap

kecamatan memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan

permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik.

Permasalahan yang bersifat fisik misalnya kondisi bangunan rumah yang tidak

permanen, kondisi lantai bangunan rumah yang masih tanah, fasilitas MCK

keluarga yang minim sementara hunian berdekatan dengan saluran air sehingga

digunakan sebagai alternatif MCK, lingkungan kumuh, dan sebagainya.

(22)

ekonomi kurang mampu, sehingga hunian yang dimilikinya relative kurang layak

(23)

Dalam menyikapi permasalahan yang beragam terkait pengembangan

perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto ada beberapa latar belakang

pemikiran yang menjadi paradigma dalam konsep nantinya, yaitu :

1. Penanganan permasalahan diupayakan untuk dilakukan secara komprehensif

atau menyeluruh. Misalnya dalam program perbaikan kampung kumuh tidak

hanya bangunan saja yang mendapat program tetapi lingkungan sekitarnya

juga perlu mendapatkan program ;

2. Pemberdayaan masyarakat setempat dalam setiap program bantuan, mulai

dari perencanaan, pelaksanaan dan perawatan ;

3. Bantuan diupayakan dalam bentuk prgram kegiatan yang pelaksanaannya

mengikut sertakan masyarakat lokal, tetapi jika hal tersebut masih terlalu

komplek dan mengalami banyak kendala dapat diubah dalam bentuk bantuan

non tunai ;

4. Perlu diupayakan menjajaki program kemitraan dengan pihak swasta yang

memiliki perhatian terhadap pembangunan perumahan dan permukiman

khususnya bagi keluarga miskin ;

Improvement Program/KIP), sehingga tidak hanya diperoleh permukiman yang

layak huni tapi juga lingkungan pendukung yang baik. Adapun elemen yang

ditata dari konsep penyediaan perumahan dan permukiman dengan pola ini

adalah perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air

hujan, saluran air limbah, sarana mandi cuci kakus (MCK), pengadaan air

bersih, serta penanganan persampahan ;

6. Bagi kawasan yang masih memiliki lahan relatif luas maka dapat

dikembangkan konsep kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan

rendah. Kemudian konsep Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang

dilaksanakan dengan subsidi pemerintah, usaha koperasi dalam pengadaan

rumah, dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat ;

7. Pada kawasan yang dinilai merupakan kawasan cepat tumbuh maka

(24)

(Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) diperdetail sehingga dihasilkan

desain tapak sebagai panduan perwujudan fisik bangunan dan lingkungan

serta panduan bagi pengendalian pelaksanaan. RTBL juga memuat rencana

keserasian antar bangunan dan estetika lingkungan, di samping rencana fisik

(25)

8. Sebagai kegiatan turunan dari setiap pengembangan perumahan dan

permukiman, perlu dikembangkan konsep progran penyehatan lingkungan

perumahan dan permukiman yang meliputi pengelolaan persampahan,

pengelolaan dainase dan pengelolaan air limbah yaitu :

a) Di dalam pengelolaan persampahan antara lain dikembangkan sistm

modul dalam pelayanan dan pengelolaan sampah. Pengumpulan sampah

dari rumah tangga sampai dengan tempat pembuangan sementara

dilakukan oleh RT/ RW setempat atau dengan cara pemilahan sampah,

sedangkan pengangkutan sampah selanjutnya ke tempat pembuangan

akhir (TPA) dilakukan oleh Pemerintah Daerah/Perusahaan Daerah.

b) Penanganan drainase diutamakan untuk mengatasi kawasan di perkotaan

yang rawan genangan. Secara bertahap dimulai pengembangan sistem

jaringan drainase perkotaan yang lebih luas. Pengelolaan drainase masih

terbatas pada penanganan genangan- genangan pada kawasan

perkotaan dengan merahabilitasi dan menyempurnakan jaringan saluran

drainase perkotaan, termasuk pompa dan bangunan drainase lainnya.

c) Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep pelayanan dan

pengelolaan dengan cara sanitasi setempat menggunakan teknologi

murah dan tepat guna. Konsep pelayanan menggunakan jamban

keluarga, MCK dan sebagainya diterapkan pada kawasan berkepadatan

rendah dan memiliki muka air tanah rendah. Dalam hal penanganan

dengan cara sanitasi setempat sudah tidak memadai, mulai

dikembangkan sistem pengelolaan terpusat dengan menggunakan

perpipaan, terutama pada kawasan berkepadatan tinggi.

d) Penyediaan dan pengelolaan air bersih konsepnya ditekankan pada

peningkatan kapasitas produksi serta penambahan jumlah sambungan

rumah. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan,

khususnya untuk meluaskan pelayanan bagi kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah, terpencil dan sulit air. Salah satu konsep yang

dapat dikembangkan adalah dengan pembangunan kran umum dan

terminal air yang dilanjutkan pemasangan sambungan ke rumah-rumah

(26)

8.1.4. Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan

permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :

1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa,

(27)

2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau

kecil ;

2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE) ;

3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan

permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan

RPKPP ataupun review bilamana diperlukan. Adapun alur fungsi dan program

pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut.

Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman

Untuk Kota Mojokerto program yang akan diterapkan dalam sector pengembangan permukiman antara lain :

1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perumahan dan /Permukiman

Program ini bertujuan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang

layak, sehat, aman dan terjangkau. Kegiatan pokok yang akan dilakukan

(28)

a) Pembangunan rumah secara efektif : rumah susun, rumah mewah dan

(29)

b)Pembangunan rumah swadaya ;

c) Pembuatan regulasi yang memuat tata cara mendirikan bangunan di pusat kota ; dan

d)Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman

2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perumahan melalui

penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial

kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang berkemampuan mewujudkan

lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan. Kegiatan

pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut

adalah :

a) Peningkatan kualitas lingkungan secara umum pada kawasan kumuh

perkotaan, serta daerah genangan ;

b)Fasilitasi dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh dan perkotaan ;

c) Fasilitasi dan pemberian stimulan pembangunan perumahan swadaya yang

berbasis pemberdayaan rakyat ;

d)Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perumahan ; dan

e)Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan tanggap bencana.

3.Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan

permukiman sesuai dengan standar paradigma sehat. Kegiatan pokok yang

akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

a)Peningkatan pengelolaan limbah padat, cair dan udara ;

b)Peningkatan pengelolaan sanitasi lingkungan ;

c) Pemantapan manajemen perkotaan ;

d)Peningkatan sarana dan prasarana TPA ; dan

e)Optimalisasi dan penyediaan sarana 3R.

4.Program Pengelolaan Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kebersihan, kesehatan dan

kerapian lingkungan permukiman dan perkotaan serta pemakaman menuju

(30)

8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan

antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program

dan kegiatan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, setiap

kecamatan di Kota

Mojokerto memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan

permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik, oleh

karena itu perlu ada program dan kegiatan yang bisa menyelesaikan

permasalahan tersebut. Adapun rincian dan kegiatan program perumahan dan

(31)

RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM ) BIDANG PU CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA DISETIAP ENTITAS

PROVINSI : JAWA TIMUR KOTA: MOJOKERTO

NO Sektor/Program Rincian

Kegiatan

LOKASI KSK SEKTOR VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-APBN

DAK APBD PROV. APBD KAB / BUMD KPS/SWAS MASYARAK CSR Rp. MURNI PLN

1 2 3 4 5 6 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

11 Pengembangan Kawasan Permukiman Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawsan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 900,000

12 Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 3,225,000 570,000

16 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kecamatan Magersari(Kedundung- BANGKIM 2015 2,500,000

32 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prajurit Kecamatan Prajurit BANGKIM 2015 2,500,000

11 Pengembangan Kawasan Permukiman Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawsan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 900,000

12 Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 3,225,000 570,000

16 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kecamatan Magersari(Kedundung- BANGKIM 2015 2,500,000

32 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prajurit Kecamatan Prajurit BANGKIM 2015 2,500,000

(32)
(33)

VIII-19

8.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di

perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang

dan peraturan antara lain :

1)UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan,

pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan

kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat

yang terkoordinasi dan terpadu.

Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah

yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,

penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2)UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus

diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan

fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan

gedung.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a.Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

(34)

VIII-29

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan

dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan

(35)

Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur

bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,

persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan,

keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan

bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan

pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan

peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun

2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas

ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung,

penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan

dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan

pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat

pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan

dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007

tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam

peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik

di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang

cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,

serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL

yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

(36)

pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang

(37)

VIII-21

setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator

pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian

PU beserta sektor-sektornya.

6. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan

bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di

bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk

pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan

bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan

rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan

Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara ;

b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan

pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi

bangunan gedung istana kepresidenan ;

c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan

penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan

masyarakat dalam penataan lingkungan;

d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan

dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta

penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial ;

e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan

kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan ; dan

f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada

sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan

(38)

VIII-22

pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti

ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik

sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :

a.Kegiatan penataan lingkungan permukiman

(39)

• Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ;

• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman

kumuh dan nelayan ;

• Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

b.Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan ;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung ;

• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur ;

• Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan ;

• Paket dan replikasi.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

a.Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Isu strategis untuk penataan bangunan dan lingkungan (PBL) Kota Mojokerto

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1)Penataan Lingkungan Permukiman

 Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;

 PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ;

 Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di

perkotaan ;

 Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan

bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh

kembangnya ekonomi lokal

 Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal ;

 Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam

penataan bangunan dan lingkungan.

2)Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

 Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung

(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan) ;

 Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda

(40)

 Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan ;

 Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara ;

 Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah

Negara.

3)Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

 Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam

penanggulangan kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, scenario

pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat

dari rencana tindak yang meliputi

a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d)

penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan

lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

b.Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tata letak perkotaan Kota Mojokerto sesuai dengan RTRW Kota Mojokerto,

dimana pusat kota berada di Kantor Walikota Mojokerto yang disekitarnya

terdapat fasilitas-fasilitas perkantoran Pemerintah Daerah dan fasilitas umum

peribadatan, pendidikan serta fasilitas umum kesehatan. Namun demikian, pada

bangunanbangunan tersebut sebagian telah ada yang direnovasi, sehingga

bentuk peninggalan jaman dahulu telah tertutup oleh bangunan modern.

Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, bangunan perumahan-perumahan

penduduk masih ada yang menggunakan bangunan lama. Hal tersebut dapat

dilihat di Jalan Gajah Mada maupun di sekitar alun-alun. Ciri khas bangunan

lama masih terlihat dengan jelas. Di wilayah perkotaan dominasi bangunan

modern sangat jelas terlihat.

Bangunan-bangunan pertokoan dengan segala fasilitasnya berdiri disekitar jalan

utama kota dan sekitar pusat kota, sehingga mengurangi estetika dari bangunan

kuno. Saat ini konservasi bangunan kuno belum diterapkan di Kota Mojokerto,

sehingga apabila bangunan tersebut tidak dipelihara, akan hilang

(41)

Bangunan-bangunan di wilayah Kota Mojokerto secara umum saat ini diarahkan

kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu

perdagangan dan jasa, industri, permukiman, perkantoran, pertanian, pariwisata,

(42)

1)Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan, dan Kenyamanan

Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kota di wilayah Kota

Mojokerto disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan

dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya.

Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan

(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain.

Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran dan banjir,

maka disyaratkan bangunan-bangunan tersebut harus tahan dan memiliki tingkat

keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

2)Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran

Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki

sarana hidran, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang

telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak/tidak berfungsi.

Keberadaan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama

pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan

mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu

ada penataan sarana hidran, dengan membuat rencana induk sistem proteksi

kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun

dinas terkait.

3)Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan

Beberapa daerah kawasan di Kota Mojokerto memang telah memiliki rencana

tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata

bangunan dan lingkungan tersebut dikarenakan RTBL yang ada belum disahkan

yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan. Keadaan

(43)

yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap

(44)

mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka

bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/

kawasan.

Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan

dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan,

keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud

dengan baik.

4)Kondisi Sumber Mata Air

Parameter kunci untuk estimasi atau prediksi kuantitas dari sumber air adalah

debit dan kecepatan arus yang dihasilkan overflownya. Arus dan debit adalah

parameter fisika air yang dapat dijadikan pembeda beberapa ekosistem perairan

tawar. Secara kasat mata adalah pembeda untuk ekosistem perairan air tawar

menggenang (kolam, waduk, dan sumber air) atau mengalir (sungai dan saluran

air). Selain itu, sebagai pelengkap kedua parameter fisika ini juga dapat

mempengaruhi kualitas fisik kimia dari sumber air.

Sumber air Kota Mojokerto adalah berasal dari Sungai Brantas. Sungai Brantas

sebagai sumber aliran air baku melalui 2 unit pipa saluran diameter 20” yang

tertanam dan dilengkapi oleh 2 bak kontrol untuk pemeliharaan. Diperkirakan

dengan asumsi kecepatan aliran lebih dari 0,3 liter/detik dan kemiringan garis

hidraulik 2 cm/10 meter atau 0,2% maka kapasitas aliran yang diperoleh sekitar

87 liter/detik sedangkan untuk garis hidraulik 0,5% dengan aliran penuh diperoleh

aliran sebesar 137 liter/detik. Untuk 2 saluran diameter 20” dalam keadaan bersih

tanpa endapan maka kapasitas yang dihasilkan mencapai 270 liter/detik.

Kemudian untuk kebutuhan air rata-rata harian untuk memenuhi target sebesar

60% penduduk di area pelayanan diperkirakan sebesar 179,8 liter/detik dan

untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan mengantisipasi fluktuasi pemakaian air

oleh masyarakat, maka kapasitas sistem distribusi harus diperhitungkan terhadap

debit jam puncak yang besarnya 323,62 liter/detik dan kapasitas terpasang IPA

dan transmisi sebesar 217,75 liter/detik.

(45)

Untuk memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Mojokerto, perlu

dilakukan inventarisasi dan alokasi terhadap lahan-lahan yang potensial untuk

dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Data kondisi eksisting terkait dengan

Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda

(46)

Mojokerto, Peraturan Gubernur/Walikota Mojokerto, yang terkait sektor PBL.

Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini.

c.Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi di Kota Mojokerto, antara lain :

Penataan Lingkungan Permukiman :

Masih terdapatnya permukiman penduduk yang tergolong kumuh

dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata

dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana

prasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.

Belum terkelolanya sarana parkir, dan bus transmition system (BTS)

menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial

dan lingkungan di wilayah perkotaan.

Keberadaan usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak

tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi

dan selaras.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :

Masih banyaknya bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara,

rusak bahkan hilang karena pembangunan fasilitas perkotaan yang tidak

terencana, tertata dan terkendali. Saat ini belum ada penataan terhadap

bangunan gedung dan rumah negara. Hal ini berdampak pada tidak

tertibnya dan ketidaksesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan pada

masa-masa mendatang.

Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang

berwenang terhadap penataan bangunan gedung dan rumah negara, hal ini

mengakibatkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan

bangunan gedung misalnya pembangunan gedung yang tidak sesuai dengan

fungsi kawasan.

Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin

bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan

aglomerasi perkotaan Kota Mojokerto sering menyulitkan penanggulangan

(47)

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :

Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau, taman jalan dan sarana

olah raga belum tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan

dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau, taman jalan serta sarana olah

(48)

Kapasitas Kelembagaan Daerah :

Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam

pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan.

Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan

peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.

Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan

gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan program dan kegiatan untuk sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan meliputi antara lain :

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK),

pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan

bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai

panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang

dimaksudkan untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan

lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program

bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan

rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana,

(49)

lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata

(50)

- Program Bangunan dan Lingkungan ;

- Rencana Umum dan Panduan Rancangan ;

- Rencana Investasi ;

- Ketentuan Pengendalian Bencana ;

- Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti

yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang

Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri

atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang

maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk

tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun

cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan

lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan

gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis

dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,

pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran

(51)

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan

Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kota Mojokerto

untuk kurun waktu 10 tahun, tetapi RISPK Kota Mojokerto saat ini

belum tersusun, diharapkan ditahun kedepannya RISPK Kota

(52)

dilaksanakan. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan

kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman

bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan

bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan

kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma,

Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat

rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari

rencana kegiatan pemadaman

kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan

Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :

- Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Kota Mojokerto ;

- Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap

aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat

setempat ;

- Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan

penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan ;

- Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin

aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan

keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan

masyarakat.

(53)

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada

Permen PU tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk

(54)

VIII-30

Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan

permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan

kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah

Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan

Rumah Negara meliputi :

Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum

memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan,

keamanan, kenyamanan dan kemudahan) ;

Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah

Negara ;

Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan

gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap

tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan

kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan

Kemiskinan Program yang mencakup pemberdayaan komunitas

dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan

program pemerintah yang secara substansi berupaya

(55)

VIII-30

dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah

Daerah dan kelompok peduli setempat.

Kemudian analisis kebutuhan program dan kegiatan untuk sektor

PBL di Kota Mojokerto, mengacu pada lingkup tugas Ditjen Cipta

(56)

VIII-31

dinyatakan pada Permen PU No. 8 tahun 2010. Analisa ini merupakan

proses merumuskan rencana tata ruang di Kota Mojokerto, adapun

tujuan dari analisa ini yaitu untuk mengevaluasi jenis kebijakan yang

berkaitan dengan rencana tata ruang wilayah Kota Mojokerto.

Kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan yang digariskan dalam

kebijaksanaan Kota Mojokerto secara umum adalah :

a)Mewujudkan penataan ruang yang berkualitas dan partisipatif

berdasarkan prinsip adil, efiesien dan berkelanjutan ;

b)Mewujudkan penataan bangunan kota yang berkualitas dan handal ;

c) Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi

persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan

kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya ;

d)Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan

yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan ;

e)Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai

tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang

menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat

yang lebih baik ;

f) Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional,

visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras

dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan

(57)

VIII-32

dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya

bangsa ;

(58)

teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar

internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang

bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.

6.2.4. Program-program dan Kriteria Kesiapan Sektor

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan di

Kota Mojokerto terdiri dari :

a)Kegiatan penataan lingkungan permukiman ;

b)Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara ;

c)Kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan

Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan

(Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,

indikator kinerja, komitmen Pemda Kota Mojokerto dalam mendukung

pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,

pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan

yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset

proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) untuk sektor Penataan

Bangunan dan Lingkungan (PBL) antara lain :

(59)

- Kabupaten/Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda

Bangunan Gedung, untuk Kota Mojokerto belum menyusun

(60)

- Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi

Ranperda Bangunan Gedung.

Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

Berbasis Komunitas, kriteria khusus fasilitasi penyusunan

rencana penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas

yaitu :

- Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri

Perkotaan, Kota Mojokerto memiliki lokasi PNPM-mandiri ;

Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM

Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program

Penanggulangan Kemiskinan)-nya ;

- Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL), kriteria lokasi :

- Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006 ;

- Kawasan terbangun yang memerlukan penataan ;

- Kawasan yang dilestarikan/heritage ;

- Kawasan rawan bencana ;

- Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi

(61)

fungsi khusus, kawasan sentra niaga/central business

district) ;

(62)

- Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan

investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang

terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau

pengembangan wilayahnya ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

- Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang

Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah.

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan

termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan

pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED. Kriteria

umumnya yaitu :

- Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi

perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau ;

- Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan

wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha) ;

- Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan

investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang

terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau

pengembangan wilayahnya;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kemudian untuk kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana

(63)

- Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai

strategis ; Terjadi penurunan fungsi, ekonomi

(64)

- Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Sedangkan kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak

ruang terbuka hijau yaitu :

- Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia

dengan taman (RTH Publik) ;

- Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik

alamiah maupun ditanam (UU No.26/2007 tentang Tata ruang) ;

- Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal

20% dari luas wilayah kota ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak permukiman

tradisional bersejarah adalah :

- Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten) ;

- Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan

yang khas dan estetis ;

- Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;

(65)

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) :

- Ada Perda Bangunan Gedung ;

- Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang ;

- Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi ;

- Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP

No.26/2008 ttg Tata Ruang ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan PSD untuk Revitalisasi Kawasan, RTH

dan Permukiman Tradisional/Gedung Bersejarah :

- Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman

Tradisional- Bersejarah ;

- Prioritas pembangunan berdasarkan program

investasinya ; Ada DDUB ;

- Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran ;

- Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk

permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas

umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas

masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

(66)
(67)

SK/peraturan bupati/walikota) ;

- Memiliki Perda Bangunan Gedung (minimal Raperda Bangunan

Gedung dalam tahap pembahasan dengan DPRD) ;

- Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun ;

- Ada lahan yg disediakan Pemda ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan :

- Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan ;

- Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat

peribadatan, terminal, stasiun, bandara) ;

- Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas

sosial masyarakat (taman, alun-alun) ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

6.2.5. Usulan Program dan Kegiatan PBL

Untuk usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan

Lingkungan pada Kota Mojokerto adalah sebagai berikut :

1.Program Perencanaan Ruang Kota

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan pranata tata ruang

Kota Mojokerto disesuaikan dengan keinginan dan dinamika

(68)

pendukungnya, sehingga lebih memantapkan pemanfaatan ruang

(69)

mekanisme pelaksanaannya secara konsekuen.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan

program tersebut adalah :

Menyusun rencana tata ruang kota yang efisien, adil dan berkelanjutan sesuai

dengan dinamika kehidupan masyarakat ;

Menyediakan pelayanan informasi tata ruang kota pada masyarakat ;

Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan berbagai

elemen masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan

partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota;

Menyusun dan memantapkan instrumen pendukung

implementasi rencana tata ruang kota ;

Menyusun kebijakan tata guna tanah.

2.Program Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan

Ruang Kota Program ini bertujuan untuk meningkatkan

pengendalian dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota

sesuai dengan peruntukannya.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan

program tersebut adalah :

Menyusun peraturan daerah tentang pengendalian

pemanfaatan ruang kota yang disesuaikan dengan dinamika

(70)

Meningkatkan pelayanan pemanfaatan ruang kota sekaligus

sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang kota ;

Gambar

Tabel 8.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto
Tabel 8.2.Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan
Tabel 8.3.
Tabel 8.4. Data Jumlah Rumah Sederhana Sehat (RSH) Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saat menemukan teman maupun kelompok yang nyaman bagi remaja tersebut, remaja akan sulit untuk melepaskan diri dari kelompok sebaliknya remaja akan mulai mengadopsi nilai-

Hasil analisis menunjukkan nilai p sebesar 0,001 (p &lt; 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara stres akademik dan Adversity Quotient pada mahasiswa tahun

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala penyertaan, pengalaman, kesempatan, serta pilihan yang diberikan sehingga penelitian yang berjudul “Dukungan

Imam Ghozali menyatakan ada sepuluh adab yang harus diperhatikan ketika seseorang berdoa kepada Allah yaitu: (1) Memilih waktu yang tepat untuk mengajukan doa

yang bisa dilakukan adalah dengan membandingkan hasil data. wawancara dengan observasi, membandingkan apa

Dengan mengacu pada kebutuhan nurturance khususnya menyayangi anak-anak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengasuh mengenai pengaruh

Qur’an. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Al- Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar

Tim Pusat Layanan Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala atas segala perhatian, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penggarapan