VIII-1
BAB
VIII ASPEK TEKNIS PER
SEKTOR
Pada bab 8 (delapan) tentang aspek teknis per sektor di Kota Mojokerto
akan menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan
bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan,
dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari
pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting
sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang
harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan
pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan
kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan
merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
8.1. Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan
untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
VIII-2
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat
peraturan perundangan, antara lain :
a. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
b. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir
c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan
perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
c. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
d. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan
penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan
permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang
sebagai berikut :
A.Tugas
1.Pemerintah Pusat
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian
dan kawasan permukiman.
2.Pemerintah Provinsi
a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada
kebijakan nasional.
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi
di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan
hunian, dan kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
h.Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3.Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,
permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. Melaksanakan
pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B.Wewenang
1.Pemerintah Pusat
a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan
aman.
b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturanperundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategipenyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
nasional.
g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.
h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman.
2.Pemerintah Provinsi
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan
perundang- undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.
h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
3.Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasanpermukiman
pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidangperumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan
dankawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan
perundang-undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi MBR.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh
dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan
Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang
pengembangan permukiman. Adapun fungsiDirektorat Pengembangan
Permukiman adalah:
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan
kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan
perdesaan potensial;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan
pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Penanganan Prasarana dan Sarana bidang keciptakaryaan di Kota
Mojokerto dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
Pekerjaan Umum Kota Mojokerto yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota
Mojokerto Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Mojokerto. Adapun tugas pokok dan fungsi Dinas
Pekerjaan Umum Kota Mojokerto seperti berikut :
Tugas : Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dibidang Pekerjaan
Umum
Fungsi :
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum ;
Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum ; dan
Pelaksanaan tugas dinas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
a.Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini antara lain :
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi
dan adaptasi terhadap perubahan iklim ;
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah
tangga kumuh perkotaan ;
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI ;
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan ;
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin ;
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan
bertambahnya kawasan kumuh ;
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun ;
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman ;
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan
permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan
kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara
dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan
perumahan dan permukiman.
Kemudian untuk isu strategis Kota Mojokerto yang berpengaruh terhadap
pengembangan permukiman saat ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto
1 Permukiman Pengembangan perumahan PerumnasSurodinawan,
Perumnas Pulorejo Pengembangan
kualitas permukiman
Kelurahan
Miji,Kelurahan
b.Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian
Kota Mojokerto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni, terkait Pengembangan Permukiman di Kota Mojokerto
No
Perda/Pergub/Perwa/Perbub/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal
1
6 Penyiapan Prasarana dan sarana perkotaan nasional
7 Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah
Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan berkeadilan
Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau
Penciptaan iklim kehidupan sosial
Nomor Kebijakan
Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan
Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah
Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam pembangunan perkotaan
Sistem informasi perkotaan secara
Nomor Kebijakan
salah satu indikatornya. Secara keseluruhan jumlah rumah yang ada di Kota
yang terbanyak di Kecamatan Magersari sejumlah 16.902 unit, dengan distribusi
tertinggi berada di Kelurahan Wates sebanyak 4.556 unit. Untuk Kecamatan
Prajurit Kulon jumlah rumahnya adalah sebanyak 15.665, dengan distribusi
terbanyak jumlah rumah ada di Kelurahan
Kranggan sebanyak 4.311 unit. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.3.
Data Kawasan Kumuh di Kota Mojokerto
1 Balongkrai I Prajurit Kulon Pulorejo 1.18
2 Kradenan Prajurit Kulon Kauman 0.56
3 Gg. Tanggul Prajurit Kulon Mentikan 1.30
4 Ngaglik Prajurit Kulon Kranggan 0.21
5 Sentanan Selatan Magersari Sentanan 2.19
6 Sentanan Utara Magersari Sentanan 0.30
7 Sumolepen Magersari Balongsari 11.66
8 Balongrawe Magersari Kedundung 6.83
LUAS TOTAL KABUPATEN (Ha) :
Sedangkan untuk tipe atau pola permukiman yang terdapat di Kota Mojokerto
adalah berupa Permukiman Informal. Permukiman informal adalah permukiman
yang menempati tanah legal milik pemerintah yang dibangun atas hasil swadaya
warga kota atau biasa disebut permukiman kampung (perumahan lama) yang
merupakan permukiman yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengertian
permukiman informal lainnya adalah perumahan yang dibangun tidak pada lahan
yang diperuntukkan untuk membangun perumahan atau tidak mendapatkan izin
pemilikan tanah dari pemerintah contohnya adalah huniar liar yang berada di
stren sungai maupun disepanjang rel kereta api yang merupakan lahan milik PT.
KAI. Kondisi permukiman informal dan marginal tersebut akan cenderung kumuh.
Berdasarkan atas Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan
(Dirjen Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana
wilayah), suatu kawasan dapat dikatakan kumuh jika aspek - aspek lingkungan
permukiman secara jelas menunjuk kepada keadaan tidak layak, kondisi
tidak aman, kepadatan bangunan tinggi, rawan terjangkit berbagai penyakit,
tingkat pelayanan prasarana dan sarana lingkungan tidak memadai, serta
VIII-10
Permukiman formal adalah permukiman yang diberi izin oleh pemerintah dalam
skala luas dan biasanya dibangun oleh developer swasta ataupun pemerintah
yang bekerjasama dengan developer untuk membantu warga kota dalam
mendapatkan rumah. Permukiman formal ini juga dapat disebut sebagai
perumahan massal meliputi perumahan yang biasanya berbentuk real estate
atau kompleks yang dikembangkan oleh pengembang secara komersial.
Perkembangan hunian massal di Kota Mojokerto cukup pesat, kondisi tersebut
dapat dilihat di lapangan beberapa hunian massal yang mulai berkembang di
Kota Mojokerto diantaranya adalah Perumahan Griya Ijen, Perumahan Wates di
Kelurahan Wates, Perumahan Magersari Indah di Kelurahan Magersari, Griya
Permata Meri (GPM) di Kelurahan Meri, Perumahan Kedundung Indah di
Kelurahan Kedundung, Perum Kranggan Permai di Kelurahan Kranggan.
Kemudian mengenai jumlah rumah sederhana sehat (RSH) di Kota Mojokerto
dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 8.4. Data Jumlah Rumah Sederhana Sehat (RSH) Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto
VIII-10
Program Rincian Kegiatan LOKASI Volum
e
SATUAN
Pengembangan SPAM di Desa
VIII-11
Kecamatan Prajurit Kulon mempunyai luas sebesar 775,8 Ha, dengan kepadatan
penduduk sebesar 7.838 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan
Mentikan sebesar 39.621 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada
di Kelurahan Blooto sebesar 3.267 jiwa/km², kesenjangan ini jika dibiarkan maka
dapat berdampak pada rawan akan menurunnya kondisi lingkungan di kelurahan
yang memiliki kepadatan hunian tinggi. Secara umum bahwa permasalahan
perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon lebih banyak
menunjukkan permasalahan kualitas, terutama dalam hal permasalahan kualitas
fisik. Prosentase cakupan rumah layak huni pada Kecamatan Prajurit Kulon
adalah 95,5% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4,5%. Sehingga dalam
upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan
peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh.
Permasalahan lain yang terkait perumahan dan permukiman di Kecamatan
Prajurit Kulon adalah permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti
permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta
permasalahan di bantaran rel kereta api.
Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penertiban sedini mungkin di
kawasan tersebut agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.
Kecamatan Magersari
Kecamatan Magersari merupakan kecamatan yang paling luas yaitu sebesar
870,3 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 8.437 jiwa/km². Kepadatan
tertinggi berada di Kelurahan Jagalan sebesar 20.881 jiwa/km², kemudian untuk
kepadatan terendah berada di Kelurahan Gunung Gedangan sebesar 3.952
jiwa/km². Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di
Kecamatan Magersari terdiri dari permasalahan kualitas fisik, permasalahan
VIII-12
permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta
api.
Prosentase cakupan rumah layak huni di Kecamatan Magersari adalah 96% dan
rumah tidak layak huni sebanyak 4%. Sehingga dalam upaya meningkatkan
cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas
Melihat kondisi permukiman yang ada di Kecamatan Magersari maka dibutuhkan
kegiatan-kegiatan penanganan permukiman kumuh yang ada.
Sedangkan tantangan terkait dengan perkembangan perumahan dan
permukiman di Kota Mojokerto adalah :
Memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman terutama
bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Mojokerto ;
Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar
tingkat golongan masyarakat di Kota Mojokerto ;
Menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang
serasi dan berkelanjutan ; serta
Mengelola pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan
efisien di Kota Mojokerto.
4 Aspek Peran Serta Masyarakat/
Swasta
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisa kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi
kondisi eksisting. Analisa kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target
kebutuhan yang harus dicapai. Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap
kecamatan memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan
permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik.
Permasalahan yang bersifat fisik misalnya kondisi bangunan rumah yang tidak
permanen, kondisi lantai bangunan rumah yang masih tanah, fasilitas MCK
keluarga yang minim sementara hunian berdekatan dengan saluran air sehingga
digunakan sebagai alternatif MCK, lingkungan kumuh, dan sebagainya.
ekonomi kurang mampu, sehingga hunian yang dimilikinya relative kurang layak
Dalam menyikapi permasalahan yang beragam terkait pengembangan
perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto ada beberapa latar belakang
pemikiran yang menjadi paradigma dalam konsep nantinya, yaitu :
1. Penanganan permasalahan diupayakan untuk dilakukan secara komprehensif
atau menyeluruh. Misalnya dalam program perbaikan kampung kumuh tidak
hanya bangunan saja yang mendapat program tetapi lingkungan sekitarnya
juga perlu mendapatkan program ;
2. Pemberdayaan masyarakat setempat dalam setiap program bantuan, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan perawatan ;
3. Bantuan diupayakan dalam bentuk prgram kegiatan yang pelaksanaannya
mengikut sertakan masyarakat lokal, tetapi jika hal tersebut masih terlalu
komplek dan mengalami banyak kendala dapat diubah dalam bentuk bantuan
non tunai ;
4. Perlu diupayakan menjajaki program kemitraan dengan pihak swasta yang
memiliki perhatian terhadap pembangunan perumahan dan permukiman
khususnya bagi keluarga miskin ;
Improvement Program/KIP), sehingga tidak hanya diperoleh permukiman yang
layak huni tapi juga lingkungan pendukung yang baik. Adapun elemen yang
ditata dari konsep penyediaan perumahan dan permukiman dengan pola ini
adalah perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air
hujan, saluran air limbah, sarana mandi cuci kakus (MCK), pengadaan air
bersih, serta penanganan persampahan ;
6. Bagi kawasan yang masih memiliki lahan relatif luas maka dapat
dikembangkan konsep kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan
rendah. Kemudian konsep Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang
dilaksanakan dengan subsidi pemerintah, usaha koperasi dalam pengadaan
rumah, dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat ;
7. Pada kawasan yang dinilai merupakan kawasan cepat tumbuh maka
(Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) diperdetail sehingga dihasilkan
desain tapak sebagai panduan perwujudan fisik bangunan dan lingkungan
serta panduan bagi pengendalian pelaksanaan. RTBL juga memuat rencana
keserasian antar bangunan dan estetika lingkungan, di samping rencana fisik
8. Sebagai kegiatan turunan dari setiap pengembangan perumahan dan
permukiman, perlu dikembangkan konsep progran penyehatan lingkungan
perumahan dan permukiman yang meliputi pengelolaan persampahan,
pengelolaan dainase dan pengelolaan air limbah yaitu :
a) Di dalam pengelolaan persampahan antara lain dikembangkan sistm
modul dalam pelayanan dan pengelolaan sampah. Pengumpulan sampah
dari rumah tangga sampai dengan tempat pembuangan sementara
dilakukan oleh RT/ RW setempat atau dengan cara pemilahan sampah,
sedangkan pengangkutan sampah selanjutnya ke tempat pembuangan
akhir (TPA) dilakukan oleh Pemerintah Daerah/Perusahaan Daerah.
b) Penanganan drainase diutamakan untuk mengatasi kawasan di perkotaan
yang rawan genangan. Secara bertahap dimulai pengembangan sistem
jaringan drainase perkotaan yang lebih luas. Pengelolaan drainase masih
terbatas pada penanganan genangan- genangan pada kawasan
perkotaan dengan merahabilitasi dan menyempurnakan jaringan saluran
drainase perkotaan, termasuk pompa dan bangunan drainase lainnya.
c) Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep pelayanan dan
pengelolaan dengan cara sanitasi setempat menggunakan teknologi
murah dan tepat guna. Konsep pelayanan menggunakan jamban
keluarga, MCK dan sebagainya diterapkan pada kawasan berkepadatan
rendah dan memiliki muka air tanah rendah. Dalam hal penanganan
dengan cara sanitasi setempat sudah tidak memadai, mulai
dikembangkan sistem pengelolaan terpusat dengan menggunakan
perpipaan, terutama pada kawasan berkepadatan tinggi.
d) Penyediaan dan pengelolaan air bersih konsepnya ditekankan pada
peningkatan kapasitas produksi serta penambahan jumlah sambungan
rumah. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan,
khususnya untuk meluaskan pelayanan bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah, terpencil dan sulit air. Salah satu konsep yang
dapat dikembangkan adalah dengan pembangunan kran umum dan
terminal air yang dilanjutkan pemasangan sambungan ke rumah-rumah
8.1.4. Program-program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan
permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa,
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau
kecil ;
2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE) ;
3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan
permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan
RPKPP ataupun review bilamana diperlukan. Adapun alur fungsi dan program
pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut.
Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman
Untuk Kota Mojokerto program yang akan diterapkan dalam sector pengembangan permukiman antara lain :
1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perumahan dan /Permukiman
Program ini bertujuan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang
layak, sehat, aman dan terjangkau. Kegiatan pokok yang akan dilakukan
a) Pembangunan rumah secara efektif : rumah susun, rumah mewah dan
b)Pembangunan rumah swadaya ;
c) Pembuatan regulasi yang memuat tata cara mendirikan bangunan di pusat kota ; dan
d)Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman
2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perumahan melalui
penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial
kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang berkemampuan mewujudkan
lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan. Kegiatan
pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut
adalah :
a) Peningkatan kualitas lingkungan secara umum pada kawasan kumuh
perkotaan, serta daerah genangan ;
b)Fasilitasi dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh dan perkotaan ;
c) Fasilitasi dan pemberian stimulan pembangunan perumahan swadaya yang
berbasis pemberdayaan rakyat ;
d)Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perumahan ; dan
e)Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan tanggap bencana.
3.Program Penyehatan Lingkungan Permukiman
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan
permukiman sesuai dengan standar paradigma sehat. Kegiatan pokok yang
akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :
a)Peningkatan pengelolaan limbah padat, cair dan udara ;
b)Peningkatan pengelolaan sanitasi lingkungan ;
c) Pemantapan manajemen perkotaan ;
d)Peningkatan sarana dan prasarana TPA ; dan
e)Optimalisasi dan penyediaan sarana 3R.
4.Program Pengelolaan Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kebersihan, kesehatan dan
kerapian lingkungan permukiman dan perkotaan serta pemakaman menuju
8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan
antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program
dan kegiatan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, setiap
kecamatan di Kota
Mojokerto memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan
permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik, oleh
karena itu perlu ada program dan kegiatan yang bisa menyelesaikan
permasalahan tersebut. Adapun rincian dan kegiatan program perumahan dan
RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM ) BIDANG PU CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA DISETIAP ENTITAS
PROVINSI : JAWA TIMUR KOTA: MOJOKERTO
NO Sektor/Program Rincian
Kegiatan
LOKASI KSK SEKTOR VOLUME SATUAN TAHUN
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-APBN
DAK APBD PROV. APBD KAB / BUMD KPS/SWAS MASYARAK CSR Rp. MURNI PLN
1 2 3 4 5 6 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
11 Pengembangan Kawasan Permukiman Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawsan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 900,000
12 Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 3,225,000 570,000
16 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kecamatan Magersari(Kedundung- BANGKIM 2015 2,500,000
32 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prajurit Kecamatan Prajurit BANGKIM 2015 2,500,000
11 Pengembangan Kawasan Permukiman Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawsan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 900,000
12 Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 3,225,000 570,000
16 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kecamatan Magersari(Kedundung- BANGKIM 2015 2,500,000
32 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prajurit Kecamatan Prajurit BANGKIM 2015 2,500,000
VIII-19
8.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang
diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang
dan peraturan antara lain :
1)UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah
yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2)UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan
gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a.Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
VIII-29
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan
Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan,
persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan,
keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan
bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan
pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan
peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun
2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas
ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung,
penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan
dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan
pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat
pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam
peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik
di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang
cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,
serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL
yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang
VIII-21
setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator
pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian
PU beserta sektor-sektornya.
6. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan
bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di
bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk
pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan
bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan
rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :
a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara ;
b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi
bangunan gedung istana kepresidenan ;
c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan
masyarakat dalam penataan lingkungan;
d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan
dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta
penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial ;
e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan ; dan
f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada
sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan
VIII-22
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti
ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik
sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :
a.Kegiatan penataan lingkungan permukiman
• Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ;
• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan ;
• Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.
b.Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan ;
• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung ;
• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur ;
• Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan ;
• Paket dan replikasi.
8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a.Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
Isu strategis untuk penataan bangunan dan lingkungan (PBL) Kota Mojokerto
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1)Penataan Lingkungan Permukiman
Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;
PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ;
Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan ;
Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal
Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal ;
Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2)Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan) ;
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan ;
Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara ;
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah
Negara.
3)Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, scenario
pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat
dari rencana tindak yang meliputi
a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d)
penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan
lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
b.Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tata letak perkotaan Kota Mojokerto sesuai dengan RTRW Kota Mojokerto,
dimana pusat kota berada di Kantor Walikota Mojokerto yang disekitarnya
terdapat fasilitas-fasilitas perkantoran Pemerintah Daerah dan fasilitas umum
peribadatan, pendidikan serta fasilitas umum kesehatan. Namun demikian, pada
bangunanbangunan tersebut sebagian telah ada yang direnovasi, sehingga
bentuk peninggalan jaman dahulu telah tertutup oleh bangunan modern.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, bangunan perumahan-perumahan
penduduk masih ada yang menggunakan bangunan lama. Hal tersebut dapat
dilihat di Jalan Gajah Mada maupun di sekitar alun-alun. Ciri khas bangunan
lama masih terlihat dengan jelas. Di wilayah perkotaan dominasi bangunan
modern sangat jelas terlihat.
Bangunan-bangunan pertokoan dengan segala fasilitasnya berdiri disekitar jalan
utama kota dan sekitar pusat kota, sehingga mengurangi estetika dari bangunan
kuno. Saat ini konservasi bangunan kuno belum diterapkan di Kota Mojokerto,
sehingga apabila bangunan tersebut tidak dipelihara, akan hilang
Bangunan-bangunan di wilayah Kota Mojokerto secara umum saat ini diarahkan
kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu
perdagangan dan jasa, industri, permukiman, perkantoran, pertanian, pariwisata,
1)Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan, dan Kenyamanan
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kota di wilayah Kota
Mojokerto disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan
dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya.
Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain.
Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran dan banjir,
maka disyaratkan bangunan-bangunan tersebut harus tahan dan memiliki tingkat
keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.
2)Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki
sarana hidran, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang
telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak/tidak berfungsi.
Keberadaan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama
pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan
mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu
ada penataan sarana hidran, dengan membuat rencana induk sistem proteksi
kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun
dinas terkait.
3)Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Beberapa daerah kawasan di Kota Mojokerto memang telah memiliki rencana
tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata
bangunan dan lingkungan tersebut dikarenakan RTBL yang ada belum disahkan
yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan. Keadaan
yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap
mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka
bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/
kawasan.
Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan
dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan,
keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud
dengan baik.
4)Kondisi Sumber Mata Air
Parameter kunci untuk estimasi atau prediksi kuantitas dari sumber air adalah
debit dan kecepatan arus yang dihasilkan overflownya. Arus dan debit adalah
parameter fisika air yang dapat dijadikan pembeda beberapa ekosistem perairan
tawar. Secara kasat mata adalah pembeda untuk ekosistem perairan air tawar
menggenang (kolam, waduk, dan sumber air) atau mengalir (sungai dan saluran
air). Selain itu, sebagai pelengkap kedua parameter fisika ini juga dapat
mempengaruhi kualitas fisik kimia dari sumber air.
Sumber air Kota Mojokerto adalah berasal dari Sungai Brantas. Sungai Brantas
sebagai sumber aliran air baku melalui 2 unit pipa saluran diameter 20” yang
tertanam dan dilengkapi oleh 2 bak kontrol untuk pemeliharaan. Diperkirakan
dengan asumsi kecepatan aliran lebih dari 0,3 liter/detik dan kemiringan garis
hidraulik 2 cm/10 meter atau 0,2% maka kapasitas aliran yang diperoleh sekitar
87 liter/detik sedangkan untuk garis hidraulik 0,5% dengan aliran penuh diperoleh
aliran sebesar 137 liter/detik. Untuk 2 saluran diameter 20” dalam keadaan bersih
tanpa endapan maka kapasitas yang dihasilkan mencapai 270 liter/detik.
Kemudian untuk kebutuhan air rata-rata harian untuk memenuhi target sebesar
60% penduduk di area pelayanan diperkirakan sebesar 179,8 liter/detik dan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan mengantisipasi fluktuasi pemakaian air
oleh masyarakat, maka kapasitas sistem distribusi harus diperhitungkan terhadap
debit jam puncak yang besarnya 323,62 liter/detik dan kapasitas terpasang IPA
dan transmisi sebesar 217,75 liter/detik.
Untuk memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Mojokerto, perlu
dilakukan inventarisasi dan alokasi terhadap lahan-lahan yang potensial untuk
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Data kondisi eksisting terkait dengan
Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda
Mojokerto, Peraturan Gubernur/Walikota Mojokerto, yang terkait sektor PBL.
Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini.
c.Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa
permasalahan dan tantangan yang dihadapi di Kota Mojokerto, antara lain :
Penataan Lingkungan Permukiman :
Masih terdapatnya permukiman penduduk yang tergolong kumuh
dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata
dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana
prasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.
Belum terkelolanya sarana parkir, dan bus transmition system (BTS)
menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial
dan lingkungan di wilayah perkotaan.
Keberadaan usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak
tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi
dan selaras.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :
Masih banyaknya bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara,
rusak bahkan hilang karena pembangunan fasilitas perkotaan yang tidak
terencana, tertata dan terkendali. Saat ini belum ada penataan terhadap
bangunan gedung dan rumah negara. Hal ini berdampak pada tidak
tertibnya dan ketidaksesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan pada
masa-masa mendatang.
Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang
berwenang terhadap penataan bangunan gedung dan rumah negara, hal ini
mengakibatkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan
bangunan gedung misalnya pembangunan gedung yang tidak sesuai dengan
fungsi kawasan.
Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin
bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan
aglomerasi perkotaan Kota Mojokerto sering menyulitkan penanggulangan
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :
Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau, taman jalan dan sarana
olah raga belum tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan
dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau, taman jalan serta sarana olah
Kapasitas Kelembagaan Daerah :
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan.
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan program dan kegiatan untuk sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan meliputi antara lain :
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK),
pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan
bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai
panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang
dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan
lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana,
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata
- Program Bangunan dan Lingkungan ;
- Rencana Umum dan Panduan Rancangan ;
- Rencana Investasi ;
- Ketentuan Pengendalian Bencana ;
- Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti
yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk
tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun
cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis
dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kota Mojokerto
untuk kurun waktu 10 tahun, tetapi RISPK Kota Mojokerto saat ini
belum tersusun, diharapkan ditahun kedepannya RISPK Kota
dilaksanakan. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan
kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman
bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan
bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan
kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma,
Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat
rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari
rencana kegiatan pemadaman
kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :
- Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Kota Mojokerto ;
- Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap
aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat
setempat ;
- Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan
penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan ;
- Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin
aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan
keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan
masyarakat.
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada
Permen PU tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk
VIII-30
Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan
permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan
kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
Rumah Negara meliputi :
Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum
memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan) ;
Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara ;
Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan
gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap
tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan
kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan
Kemiskinan Program yang mencakup pemberdayaan komunitas
dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan
program pemerintah yang secara substansi berupaya
VIII-30
dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah
Daerah dan kelompok peduli setempat.
Kemudian analisis kebutuhan program dan kegiatan untuk sektor
PBL di Kota Mojokerto, mengacu pada lingkup tugas Ditjen Cipta
VIII-31
dinyatakan pada Permen PU No. 8 tahun 2010. Analisa ini merupakan
proses merumuskan rencana tata ruang di Kota Mojokerto, adapun
tujuan dari analisa ini yaitu untuk mengevaluasi jenis kebijakan yang
berkaitan dengan rencana tata ruang wilayah Kota Mojokerto.
Kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan yang digariskan dalam
kebijaksanaan Kota Mojokerto secara umum adalah :
a)Mewujudkan penataan ruang yang berkualitas dan partisipatif
berdasarkan prinsip adil, efiesien dan berkelanjutan ;
b)Mewujudkan penataan bangunan kota yang berkualitas dan handal ;
c) Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya ;
d)Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan ;
e)Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai
tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang
menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik ;
f) Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional,
visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras
dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan
VIII-32
dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya
bangsa ;
teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar
internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang
bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.
6.2.4. Program-program dan Kriteria Kesiapan Sektor
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kota Mojokerto terdiri dari :
a)Kegiatan penataan lingkungan permukiman ;
b)Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara ;
c)Kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan
(Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,
indikator kinerja, komitmen Pemda Kota Mojokerto dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,
pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan
yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset
proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) untuk sektor Penataan
Bangunan dan Lingkungan (PBL) antara lain :
- Kabupaten/Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda
Bangunan Gedung, untuk Kota Mojokerto belum menyusun
- Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi
Ranperda Bangunan Gedung.
Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
Berbasis Komunitas, kriteria khusus fasilitasi penyusunan
rencana penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas
yaitu :
- Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri
Perkotaan, Kota Mojokerto memiliki lokasi PNPM-mandiri ;
Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program
Penanggulangan Kemiskinan)-nya ;
- Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL), kriteria lokasi :
- Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006 ;
- Kawasan terbangun yang memerlukan penataan ;
- Kawasan yang dilestarikan/heritage ;
- Kawasan rawan bencana ;
- Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi
fungsi khusus, kawasan sentra niaga/central business
district) ;
- Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan
investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang
terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
- Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah.
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan
termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan
pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED. Kriteria
umumnya yaitu :
- Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi
perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau ;
- Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha) ;
- Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan
investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang
terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kemudian untuk kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana
- Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai
strategis ; Terjadi penurunan fungsi, ekonomi
- Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Sedangkan kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak
ruang terbuka hijau yaitu :
- Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia
dengan taman (RTH Publik) ;
- Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik
alamiah maupun ditanam (UU No.26/2007 tentang Tata ruang) ;
- Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal
20% dari luas wilayah kota ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak permukiman
tradisional bersejarah adalah :
- Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten) ;
- Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan
yang khas dan estetis ;
- Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) :
- Ada Perda Bangunan Gedung ;
- Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang ;
- Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi ;
- Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP
No.26/2008 ttg Tata Ruang ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan PSD untuk Revitalisasi Kawasan, RTH
dan Permukiman Tradisional/Gedung Bersejarah :
- Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman
Tradisional- Bersejarah ;
- Prioritas pembangunan berdasarkan program
investasinya ; Ada DDUB ;
- Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran ;
- Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk
permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas
umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas
masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
SK/peraturan bupati/walikota) ;
- Memiliki Perda Bangunan Gedung (minimal Raperda Bangunan
Gedung dalam tahap pembahasan dengan DPRD) ;
- Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun ;
- Ada lahan yg disediakan Pemda ;
- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan :
- Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan ;
- Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat
peribadatan, terminal, stasiun, bandara) ;
- Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas
sosial masyarakat (taman, alun-alun) ;
- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
6.2.5. Usulan Program dan Kegiatan PBL
Untuk usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan
Lingkungan pada Kota Mojokerto adalah sebagai berikut :
1.Program Perencanaan Ruang Kota
Program ini bertujuan untuk menyempurnakan pranata tata ruang
Kota Mojokerto disesuaikan dengan keinginan dan dinamika
pendukungnya, sehingga lebih memantapkan pemanfaatan ruang
mekanisme pelaksanaannya secara konsekuen.
Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan
program tersebut adalah :
Menyusun rencana tata ruang kota yang efisien, adil dan berkelanjutan sesuai
dengan dinamika kehidupan masyarakat ;
Menyediakan pelayanan informasi tata ruang kota pada masyarakat ;
Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan berbagai
elemen masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota;
Menyusun dan memantapkan instrumen pendukung
implementasi rencana tata ruang kota ;
Menyusun kebijakan tata guna tanah.
2.Program Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Kota Program ini bertujuan untuk meningkatkan
pengendalian dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota
sesuai dengan peruntukannya.
Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan
program tersebut adalah :
Menyusun peraturan daerah tentang pengendalian
pemanfaatan ruang kota yang disesuaikan dengan dinamika
Meningkatkan pelayanan pemanfaatan ruang kota sekaligus
sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang kota ;