• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BARITO UTARA - DOCRPIJM c0e2078361 BAB VIIIBab 8 Aspek Teknis Per Sektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BARITO UTARA - DOCRPIJM c0e2078361 BAB VIIIBab 8 Aspek Teknis Per Sektor"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir | VIII-1

Bab 8

8.1.

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BARITO

UTARA

Pengembangan permukiman di Kota maupun di Perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi permukiman di perkotaan dan perdesaan yang layak huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkesinambungan. Permukiman adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh sebab itu pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, proses pembebasan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Dalam Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman (SPPIP) Kabupaten Barito Utara dijelaskan bahwa Kabupaten Barito Utara memiliki kebijakan di Sub Bidang Perumahan dan Permukiman yaitu program pengembangan perumahan dan program pemberdayaan komunitas perumahan serta program Mamangun dan Mahaga (PM2L).

Adapun strategi yang terkait dalam menjalankan kebijakan tersebut yaitu mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui pemberdayaan dan peningkatan kinerja pasar primer perumahan; pengembangan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang; pengembangan kredit mikro dan pemberdayaan ekonomi lokal; pengembangan Kasiba/Lisiba; serta pengembangan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), rumah sederhana, dan rumah sederhana sehat.

8.1.1.

Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

(2)

Laporan Akhir | VIII-2

3. Undang-Undang N. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, maka arah kebijakan dan lingkup kegiatan dalam pengembangan permukiman, khususnya pada Kabupaten Barito Utara adalah sebagai berikut.

RTRW KABUPATEN BARITO UTARA

Arah kebijakan terkait pengembangan permukiman meliputi : 1. Pembangunan transportasi

2. Pengelolaan sumber daya air

3. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perkotaan dan perdesaan

4. Penyediaan dan pengelolaan prasarana lingkungan

5. Penyediaan RTH

RPJMD KABUPATEN BARITO UTARA

Arah kebijakan terkait pengembangan permukiman meliputi : 1. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana air bersih

2. Pengendalian lingkungan permukiman

8.1.2.

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Secara kondisi fisik pengembangan permukiman di Kabupaten Barito Utara dapat dibedakan atas dua kawasan pengembangan permukiman, yaitu:

 Pengelolaan Kawasan Permukiman Perkotaan; dan

 Pengelolaan Kawasan Permukiman Perdesaan.

Untuk pengelolaan kawasan permukiman perkotaan sudah cukup baik untuk

memenuhi kebutuhan penduduk, sedangkan untuk kawasan permukiman perdesaan masih perlu peningkatan mutu permukiman sehingga dapat layak memenuhi kebutuhan penduduk. Adapun isu strategis terkait pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Barito Utara, yaitu :

Tabel 8. 1 Isu Strategi Bidang Permukiman di Kabupaten Barito Utara

No Isu Strategis Keterangan

1 System jaringan jalan tidak terpola, kkhususnya jalan antar unit lingkungan dan jalan lingkungan ke jalan utama

Sistem jaringan di Kabupaten Barito Utara belum terpola dengan baik, maka

diperlukan perencanaan mengenai jaringan jalan ini, khususnya jalan antar

unit lingkungan, jalan lingkungan ke jalan utama.

2 Sistem jaringan drainase tidak terpola dengan baik

(3)

Laporan Akhir | VIII-3

No Isu Strategis Keterangan

dengan baik. 3 Fungsi drainase untuk air hujan dan buangan

tidak berfungsi secara optimal

Jaringan drainase juga belum berfungsi secara optimal.

4 Prasarana dan sarana persampahan di kawasan permukiman masih terbatas

Adanya keterbatasan prasarana dan sarana persampahan di kawasan permukiman

5 Tingkat distribusi air minum belum

optimal sehingga masyarakat dominan menggunakan air tanah dan air sungai

Optimalisasi distribusi air minum diperlukan untuk kebutuhan penduduk

Kabupaten Barito Utara 6 Kualitas air sungai belum memenuhi syarat,

dan masyarakat terbiasa menggunakan tawas untuk menetralkan air

Secara kualitas air sungai yang digunakan panduduk beum memenuhi

syarat. 7 Kurangnya penyediaan RTH sempadan sungai

sebagai pengendali pertumbuhan area terbangun

Tingginya pertumbuhan area terbangun di sekitar sempadan sungai perlu dikendalikan dengan penetapan fungsi garis sempadan sungai, salah satunya dengan menjadikannya RTH.

8 Keberadaan permukiman berada di

sekitar kawasan banjir/genangan dan kumuh (WAS)

Perlu adanya penataan lingkungan permukiman di sekitar kawasan banjir/genangan dan kumuh (WAS)

9 Tata letak bangunan tidak berpola

dengan intensitas kerapatan bangunan tinggi

Perlu adanya penataan lingkungan khuusnya di kawasan dengan kerapatan

bangunan tinggi 10 Lokasi bermukim sangat dipengaruhi

hubungan sosial, aktivitas dan mata pencaharian

Pola penggunaan lahan khususnya permukiman masih dipengaruhi oleh hubungan sosial, aktivitas dan mata pencaharian

11 Masyarakat di permukiman kumuh di dominasi oleh MBR

Perlu adanya penataan lingkungan permukiman khususnya di kawasan kumuh 12 Hunian tidak memenuhi estetika lingkungan

dan syarat kesehatan

Perlu adanya penataan lingkungan permukiman dengan memperhatikan estetika dan syarat kesehatan

13 Kawasan permukiman kumuh di perkotaan rawan kebakaran

Perlu adanya penataan lingkungan permukiman dengan memperhatikan tingkat kerawanan kebakaran

Sumber : Hasil Analisa, 2015

Berdasarkan isu strategis pada tabel di atas, pengembangan permukiman di Kabupaten Barito Utara juga dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan tantangan. Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Barito Utara, antara lain :

Tabel 8. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Barito Utara

No Permasalahan Tantangan

1 Perkembangan permukiman perkotaan di

masing-masing kecamatan memiliki kesenjangan yang cukup tinggi dengan tingkat kepadatan tertinggi di pusat kota. Kepadatan yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan prasarana

(4)

Laporan Akhir | VIII-4

No Permasalahan Tantangan

lingkungan yang memadai sehingga kemudian muncul masalah permukiman kumuh.

2 Kepadatan kurang merata Perlu peningkatan kondisi untuk pemenuhan potensi permukiman 3 Terdapat kawasan permukiman yang berada di

sempadan sungai, yaitu Sungai Barito dan Sungai Teweh

Angka kelahiran dan urbanisasi yang tinggi

4 Rawan kebakaran, karena kondisi fisik bangunan yang cenderung menggunakan bahan bangunan dari kayu dan semi permanen

Relokasi permukiman

5 Rawan banjir Kepadatan yang cukup tinggi pada

kawasan kumuh.

6 Intensitas bangunan tinggi Masyarakat berpikir bahwa kualitas fisik masih bisa menyelenggarakan kehidupan

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.1.3.

Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Target yang diharapkan berkaitan dengan pengembangan permukiman di Kabupaten Barito Utara adalah peningkatan mutu dan kualitas instansi yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan permukiman. Peningkatan tersebut berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) serta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat di Kabupaten Barito Utara untuk fasilitas pengembangan permukiman sehigga dapat menopang taraf hidup masyarakat. Untuk kebutuhan perumahan penduduk di Kabupaten Barito Utara dari Tahun 2016 – 2020 dapat dilihat pada Tabel 8.1.

Tabel 8. 1 Kebutuhan Fasilitas Perumahan di Kabupaten Barito Utara dari Tahun 2016-2020

Keterangan Jumlah (Jiwa)

Proyeksi Jumlah Penduduk Kebutuhan Rumah

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Penduduk Eksisting

123610 127788 128854 129929 131013 132106 25558 25771 25986 26203 26421

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.1.4.

Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa

serta

2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

(5)

Laporan Akhir | VIII-5

1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil;

2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE); dan

3. Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas, program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

1. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh;

 Infrastruktur permukiman RSH; dan

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya.

2. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

(Agropolitan/Minapolitan);

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana;

 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil;

Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW);

Infrastuktur perdesaan PPIP; dan

Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut ini.

(6)

Laporan Akhir | VIII-6 Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

a. Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

b. Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. c. Kesiapan lahan (sudah tersedia).

d. Sudah tersedia DED.

e. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,

f. Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

g. Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah

h. Untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. i. Ada unit pelaksana kegiatan.

j. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

2. Khusus

a. Rusunawa

 Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA

 Dalam Rangka penanganan Kawasan Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD

lainnya

 Ada calon penghuni

b. RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.

 Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal

 5% dari BLM.

c. PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program

Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik

 Tingkat kemiskinan desa >25%

d. PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah

 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)

transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan serta (vi) kesehatan

(7)

Laporan Akhir | VIII-7 Adapun program-program yang diusulkan berkaitan dengan pengembangan permukiman, antara lain :

1. Peningkatan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak; Program Strategis :

a. Pengembangan lembaga kredit mikro perumahan;

b. Fasilitasi dan stimulasi permbangunan perumahan swadaya;

c. Perbaikan perumahan dan lingkungan permukiman; dan

d. Penanganan kawasan kumuh perkotaan.

2. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman; Program Strategis :

a. Peningkatan pelayanan air bersih;

b. Pengembangan system penyediaan prasarana dasar perumahan dan

permukiman berbasis masyarakat; dan

c. Peningkatan kualitas jalan di lingkungan permukiman dan perumahan.

8.2.

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannnya. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelengaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

(8)

Laporan Akhir | VIII-8

8.3.

SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

8.3.1.

Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Tujuan program penyediaan air bersih adalah meningkatkan pelayanan air bersih di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin yang tinggal di kawasan rawan air disamping itu untuk meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan air bersih di perkotaan. Adapun program air bersih di Kabupaten Barito Utara adalah untuk menyediakan prasarana dan sarana air bersih untuk desa miskin dan rawan air serta daerah-daerah yang direncanakan untuk dikembangkan.

Arahan kebijakan penyediaan air bersih berdasarkan dokumen RISPAM Kabupaten Barito Utara, difokuskan pada pelayanan air bersih. sistem pelayanan untuk SPAM Kabupaten Barito Utara dibagi menjadi 3 bagian, yaitu SPAM perpipaan PDAM, SPAM perpipaan Non PDAM dan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan. Sistem pelayanan perpipaan PDAM direncanakan untuk wilayah yang saat sekarang sudah terlayani oleh sistem PDAM dan seluruh ibukota kecamatan berikut desa desa yang berada di sekitar wilayah ibukota kecamatan. Sistem pelayanan perpipaan Non PDAM direncanakan untuk desa-desa yang berada jauh dari lokasi ibukota kecamatan dan sudah memiliki sistem penyediaan air minum perdesaan atau belum memiliki sistem penyediaan air minum perdesaan tetapi memiliki sumber air baku. Sedangkan sistem pelayanan non perpipaan direncanakan untuk desa-desa yang berada jauh dari lokasi ibukota kecamatan serta tidak memiliki sumber air baku.

8.3.2.

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Pelayanan air bersih untuk wilayah Kabupaten Barito Utara dilayani oleh PDAM dan non PDAM (sumber air bersih berasal dari sumur, mata air atau air permukaan). Penyediaan air bersih yang dilayani oleh PDAM saat ini meliputi 8 (delapan) ibukota kecamatan dan 1 (satu) desa. Wilayah pelayanan PDAM terdiri dari : BNA Muara Teweh, IKK Lahei, IKK Jingah, IKK Trahean, IKK Kandui, IKK Tumpung Laung, IKK Lampeong, IKK Benangin, Unit Lemo dan Desa Sikan. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang terlayani air bersih yang bersumber dari PDAM adalah 56.220 jiwa. Jumlah sambungan pipa PDAM yang aktif untuk melayani kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Barito Utara sebanyak 11.244 unit.

Kebutuhan air bersih yang dapar terlayani oleh PDAM Kabupaten Barito Utara berdasarkan Laporan PDAM Tahun 2014, tercatat :

1. Pusat Muara Teweh yang membawahi Kecamatan Teweh Tengah dan sekitarnya

mampu melayani 73,71% penduduk;

2. SPAM IKK Lahei yang membawahi Kelurahan Lahei dan sekitarnya mampu melayani 61,15% penduduk;

3. SPAM IKK Jingah yang membawahi Desa Jingah dan sekitarnya mampu

melayani 37,41% penduduk;

4. SPAM IKK Trahean yang membawahi Kelurahan Bintang Ninggi dan sekitarnya

(9)

Laporan Akhir | VIII-9 5. SPAM IKK Kandui yang membawahi Kelurahan Kandui, Payang Ara, Jaman,

Majangkan, Baliti dan sekitarnya mampu melayani 40,65% penduduk;

6. SPAM IKK Tumpung Laung yang membawahi Kecamatan Montalat dan

sekitarnya mampu melayani 54,75% penduduk;

7. SPAM IKK Lampeong yang membawahi Kelurahan Muara Mea, Lampeong dan

sekitarnya mampu melayani 31,21% penduduk;

8. SPAM IKK Lemo yang membawahi Kecamatan Teweh Tengah dan sekitarnya mampu melayani 37,73% penduduk; dan

9. SPAM ABP Sikan yang membawahi Kecamatan Montalat dan sekitarnya mampu

melayani 36,19% penduduk.

Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Barito Utara dilayani pula oleh sistem bukan jaringan perpipaan. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan jaringan perpipaan dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur gali/bor), air sungai atau mata air.

Berikut adalah jumlah pengguna sarana BJP di kabupaten Barito Utara yang terdiri dari sumur pompa, mengambil langsung dari sungai/danau dan pemanfaatan mata air serta sarana lainnya seperti penampungan air hujan.

Tabel 8. 3 Sarana Air Bersih Bukan Jaringan Perpipaan Kabupaten Barito Utara

No Kecamatan Sumur

Pompa Sungai/Danau Mata Air Lainnya

1 Kecamatan Montallat 368 286 1.561 635 2 Kecamatan Gunung Timang 115 1.717 821 3.159 3 Kecamatan Gunung Purei 296 465

4 Kecamatan Teweh Timur 125 1.378 393 5 Kecamatan Teweh Tengah 136 1.672 109

6 Kecamatan Lahei 3.219

7 Kecamatan Teweh Baru 1.169 2.037 12 8 Kecamatan Teweh Selatan 1.780 705 328 9 Kecamatan Lahei Barat 2.431 133

Sumber : RISPAM Kabupaten Barito Tahun 2015

Kebutuhan air bersih sebagai salah satu kebutuhan pokok penduduk Kabupaten Barito Utara tentunya akan meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk. Kebutuhan pelayanan air bersih ini secara umum didasarkan pada beberapa hal terutama yang menunjang fungsi kesehatan, sosial dan ekonomi. Setiap lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan prasarana air minum yang memenuhi syarat. Maka dari itu diperlukan suatu Masterplan/Rencana Induk untuk pengembangan air bersih secara bertahap di Kabupaten Barito Utara dengan tujuan meningkatkan pelayanan untuk kebutuhan penduduknya.

(10)

Laporan Akhir | VIII-10

 Sudah banyak jaringan perpipaan yang sudah tua, sehingga banyak terjadi kebocoran;

 Kawasan permukiman belum semuanya dapat dilayani oleh PDAM;

 Minat masyarakat untuk berlangganan PDAM masih kurang;

 Sumber air baku dan sumber mata air yang ada belum digunakan secara optimal;

 Sebagian kawasan tidak layak untuk dikembangkan sumber air bakunya;

 Perbaikan sistem manajemen di dalam PDAM sehingga pelayanan bagi masyarakat dapat lebih efisien dan efektif

 Belum adanya Rencana Induk Sistem/Masterplan Air Minum.

8.3.3.

Analisis Kebutuhan Sistem Air Minum

Berdasarkan kondisi yang ada saat ini di Kabupaten Barito Utara berkaitan dengan sumber daya alam (air permukaan dan air bawah tanah), maka target yang ingin dicapai adalah pemanfaatan secara maksimal SDA yang ada tanpa mengesampingkan faktor kestabilan lingkungan. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan masayarakat akan air bersih di seluruh kawasan administrasi Kabupaten Barito Utara walaupun dengan sistem bertahap/prioritas. Untuk mengetahui kebutuhan penduduk akan air bersih digunakan proyeksi kebutuhan air bersih dengan metode SPM dengan prediksi dari tahun 2016-2020.

Tabel 8. 4 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Barito Utara Tahun 2016-2020

Kabupaten Satuan Proyeksi

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Penduduk Jiwa 127788 128854 129929 131013 132106

Jumlah KK KK 25558 25771 25986 26203 26421

Kebutuhan :

Lt/det

Rumah Tangga 7667254 7731230 7795740 7860788 7926379

Perkantoran 19168 19328 19489 19652 19816

Ekonomi 76673 77312 77957 78608 79264

Industri 12779 12885 12993 13101 13211

Sosial 44726 45099 45475 45855 46237

Kebutuhan Total Lt/det 7820599 7885855 7951655 8018004 8084907 Kebutuhan Rata-Rata Lt/det 1564120 1577171 1590331 1603601 1616981 Kebutuhan Hari

Maksimal Lt/det 9200705 9277476 9354888 9432946 9511655

Kehilangan Air Lt/det 2556 2577 2599 2620 2642

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.3.4.

Program, Kriteria Kesiapan dan Skema Kebijakan Pendanaan

Pengembangan

(11)

Laporan Akhir | VIII-11 Kabupaten Barito Utara, yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan sistem penyediaan air bersih Kabupaten Barito Utara di masa mendatang. Komponen tersebut adalah sebagai berikut :

Penambahan Kapasitas Produksi

Dalam upaya peningkatan pelayanan kebutuhan air bersih Kabupaten Barito Utara yang dapat dilakukan adalah dengan pengoptimalan debit sumber air, yaitu dengan melakukan peningkatan debit sumber air yang ada di Kabupaten Barito Utara. Rencana Pengembangan Transmisi/Distribusi

Rencana pengembangan transmisi atau distribusi bertujuan untuk peningkatan pelayanan air bersih di Kabupaten Barito Utara. Berdasarkan peruntukan lahan, pelayanan jaringan air bersih landfill diprioritaskan pada daerah permukiman yang saat ini masih belum berkembang namun direncanakan sebagai kawasan permukiman. Jaringan transmisi dan distribusi primer mencakup perpipaan sepanjang jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dengan variasi diameter antara 750-1000 mm. Pipa transmisi ini terpasang dari bangunan intake sampai ke daerah pelayanan. Selanjutnya akan dibangun ground reservoir atau menara air yang akan menjadi stasiun pengendali distribusi untuk setiap zona pelayanan.

Pemeliharaan dan Perbaikan Pipa

Pemeliharaan dan perbaikan pipa dilakukan untuk pengendalian tingkat kehilangan air. Upaya yang dilakukan berupa perbaikan dan pemeliharaan pipa jaringan distribusi pada jaringan pipa yang sudah rusak. Hal ini dilakukan dalam upaya mengantisipasi aliran air yang tidak lancar yang diakibatkan adanya udara dalam pipa sehingga berpengaruh terhadap tekanan air dalam pipa. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan debit yang didistribusikan berkurang. Upaya yang dapat dilakukan yaitu mengeluarkan udara dalam pipa melalui bran kran (BR) yang ada dalam system perpipaan.

Peningkatan Pelayanan terhadap Masyarakat serta Peningkatan Mutu dan Standar Pelayanan Air Bersih

Peningkatan pelayanan merupakan langkan yang ditempuh oleh pihak PDAM dalam memperlancar hubungan yang baik antara pelanggan dengan produsen. Selain itu yang seharusnya dilakukan oleh PDAM yaitu meningkatkan mutu dan kualitas air bersih yang diproduksi. Hal ini semata-mata hanya untuk memuaskan para pelanggan.

Pembuatan Master Plan Air Minum

(12)

Laporan Akhir | VIII-12 one river one plan. Sehingga meskipun air dieksploitasi tetap harus disesuaikan dengan daya dukungnya.

8.4.

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Bidang penyehatan lingkungan permukiman mempunyai tiga (3) Sub bidang yaitu : pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan pengelolaan drainase, masing-masing mempunyai isu dan/atau permasalahan yang berbeda, dalam usulan program menyangkut ketiga sub bidang tersebut masih terbatas di kawasan perkotaan dan kawasan daerah aliran sungai (DAS) khususnya alur Sungai Brantas. Usulan sub bidang : pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan pengelolaan drainase disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sangat prioritas segera ditangani dan berdasarkan kemampuan dana APBD untuk mendapinginya.

8.4.1.

Air Limbah

Air limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari sisa air mandi, cuci, dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (Limbah B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat berisiko dapat juga menimbulkan berbagai penyakit seperti, diare,typhus,kolera dan lain-lain. Pengelolaan air limbah permukiman pada saat ini terdiri atas dua sistem, yaitu sistem on-site dan sistem off-site, maksud dari kedua sistem tersebut adalah :

Sistem off-site atau pengelolaan air limbah terpusat adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Sistem on-site atau pengelolaan air limbah setempat adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.

(13)

Laporan Akhir | VIII-13

8.4.1.1.

Analisis Kebutuhan Air Limbah

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik saat ini menjadi kebutuhan yang sangat mendesak guna mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Barito Utara perlu bekerjasama dengan berbagai pihak berusaha menambah pembuatan Instalasi Pengolahan Air limbah Domestik. Proyeksi jumlah air buangan di Kabupaten Barito Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. 5 Proyeksi Jumlah Air Buangan/Air Limbah di Kabupaten Barito Utara Tahun 2016-2020

Kabupaten Tahun

Jumlah Penduduk

Proyeksi

Kebutuhan Air Buangan (Liter/Hari)

Total Penduduk Perkantoran Sosial-Ekonomi Industri

Barito Utara

2016 127788 76673 3834 11501 27602 119609

2017 128854 77312 3866 11597 27832 120607

2018 129929 77957 3898 11694 28065 121614

2019 131013 78608 3930 11791 28299 122628

2020 132106 79264 3963 11890 28535 123652

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.4.1.2.

Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah

Untuk mencapai sasaran terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar permukiman, ditetapkan program sebagai berikut :

1. Program Lingkungan Sehat Permukiman.

2. Program penguatan kelembagaan dan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman.

3. Program pengembangan perangkat peraturan perundangan.

4. Program peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui system on-site maupun off-site.

5. Program peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pengembangan system sanitasi.

6. Program peningkatan dan pengembangan alternative pembiayaan/pendanaan

pembangunnan sarana dan prasarana air limbah di Kabupaten Barito Utara.

8.4.2.

Sampah

Untuk tetap dapat meningkatkan apa yang telah dicapai Kabupaten Barito Utara dalam hal persampahan, maka dibutuhkan program-program yang dapat terus menunjang pengelolaan persampahan agar dapat menuju sistem pengelolaan yang jauh lebih baik. Pogram-program untuk tetap mendukung sistem pengelolaan persampahan tersebut antara lain adalah :

1. Program Pembinaan Sistem Pengelolaan Persampahan

(14)

Laporan Akhir | VIII-14

3. Program Pengurangan Timbulan Sampah

4. Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan

5. Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah

6. Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung Perlindungan

Sumber Daya Air

7. Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta Meningkatkan Sistem Pengelolaan Persampahan

8. Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan Persampahan

9. Program Promosi Sistem Pengelolaan Sampah

10. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Pengelolaan Persampahan

Gambar

Tabel 8. 1 Isu Strategi Bidang Permukiman di Kabupaten Barito Utara
Tabel 8. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di
Tabel 8. 1 Kebutuhan Fasilitas Perumahan di Kabupaten Barito Utara dari Tahun 2016-2020
gambar berikut ini.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008

pembiayaan macet, BPRS sudah seharusnya mempunyai strategi untuk menghindari dan mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan manajemen risiko. Manajemen risiko

17 Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak, tergantung dari kesimpulan

Saat menemukan teman maupun kelompok yang nyaman bagi remaja tersebut, remaja akan sulit untuk melepaskan diri dari kelompok sebaliknya remaja akan mulai mengadopsi nilai-

Hasil analisis menunjukkan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara stres akademik dan Adversity Quotient pada mahasiswa tahun

Imam Ghozali menyatakan ada sepuluh adab yang harus diperhatikan ketika seseorang berdoa kepada Allah yaitu: (1) Memilih waktu yang tepat untuk mengajukan doa

Dengan mengacu pada kebutuhan nurturance khususnya menyayangi anak-anak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengasuh mengenai pengaruh

Tim Pusat Layanan Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala atas segala perhatian, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penggarapan