• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 T2 T3 T4 G1= 0 mg/l 0.00 0.00 0.29 0.00 0.07 G2= 0.5 mg/l 0.43 0.00 0.14 0.00 0.14 G3= 1 mg/l 0.00 0.29 0.00 0.00 0.07 G4= 1.5 mg/l 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Rataan 0.11 0.07 0.11 0.00

Keterangan: Perlakuan T1= Perendaman GA3 0 mg/l sebelum pengkulturan; T2= PerendamanGA3 5 mg/l sebelum pengkulturan; T3= Perendaman GA3 10 mg/l sebelum pengkulturan; T4= Perendaman GA3 15 mg/l sebelum pengkulturan.

Kehadiran kalus

Pada semua kultur yang dilakukan tidak ada satupun yang menunjukkan kehadiran kalus. Ketidakhadiran kalus pada tunas mikro tanaman karet merupakan hal yang diharapkan dalam penelitian ini, sebab microcutting pada tahapprimary culture merupakan tahapan awal sehingga tidak diharapkan kehadiran kalus dan hingga akhir penelitian tidak ditemukan kalus.

Warna kalus dan morfogenesis

Ketidakhadiran kalus hingga akhir penelitian menyebabkan tidak adanya warna kalus yang diamati secara visual. Morfogenesis berdasarkan kemunculan tunas mikro tanaman karet maka tidak diperoleh kemunculan tunas diluarjaringan meristem aksilar (pangkal batang, ujung batang, bagian lain dari eksplan).

Tabel 7.Pengaruh Aplikasi GA3Dalam Induksi Tunas Mikro Tanaman KaretSecara In Vitro (6 MST) Terhadap Kehadiran Kalus.

Peubah Amatan Perlakuan

G T GXT

Kehadiran Kalus Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Warna Kalus Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Morfogenesis Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Keterangan: G = Penambahan GA3

T = Perendaman nodus

GXT = Interaksi penambahan GA3 dengan perendaman nodus

Pengaruh penambahan GA3 dalam media terhadap pertumbuhan dan perkembangan induksi tunas mikro tanaman karet

Hasil analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan penambahan GA3 dalam mediamemberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah terbentuk daun tetapi belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, umur muncul tunas, kehadiran kalus, warna kalus dan morfogenesis.

Rataan jumlah tunas tertinggi diperoleh pada perlakuanG2 (GA3 0.5 mg/l)sedangkan rataan jumlah tunas terendah pada perlakuanG1 (GA30 mg/l). Hal ini dapat dilihat dari hasil penambahan konsentrasi giberelin berpengaruh dalam pertumbuhan jumlah tunas. Menurut SeneviratnadanWijesekera (1997) GA3 adalah zat pengatur tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan dan morfologi dari jaringan tanaman kultur untuk kultivar yang berbeda dari spesies yang berbeda, kultivar yang berbeda dari spesies yang sama dan eksplan yang berbeda dari tanaman yang sama. Menurut Mudyantini (2008) kehadirangiberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin.Mekanisme lain menyebutkan bahwa giberelin akanmenstimulasi pemanjangan sel karena adanya hidrolisispati yang dihasilkan dari giberelin akan mendukungterbentuknyaα-amilase.Sebagai akibat dari prosestersebut, maka konsentrasi gula meningkat yangmengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik,sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang. Berdasarkan penelitian Ariyanti et al., (2010) rataan pertambahan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan zeatin 3 mg/l dan GA30,5 mg/ yaitu 1,00 ± 0,71. Pembentukan tunas tercepat ada pada perlakuan BAP + GA3, hal ini diduga dikarenakan eksplan telah dapat beradapatasi dengan cepat sehingga pada minggu pertama, eksplan telah dapat menyerap nutrisi dari media pertumbuhan dengan optimal pada tanaman (Anacardium Occidentale L.).

Peubah amatanrataan panjang tunas memperlihatkan bahwa tunas tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (GA3 0.5 mg/l)sedangkan rataan panjang tunas terendah pada perlakuan G3 (GA3 1 mg/l) ini berarti penambahan GA3 dalam media mempengaruhi perpanjangan batang tanaman. Menurut Gunatilleke dan Chandra (1988) GA3 0.5 mg/l suboptimal untuk pertumbuhan tunas sedangkan 2 mg/l mungkin telah optimal untuk pertumbuhan tunas. Tingkat GA3 diantara kedua mungkin efektif dalam meningkatkan perpanjangan tunas.Menurut Santoso dan Fatimah (2001) GA dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu mempengaruhi pemanjangan batang atau ruas batang. Kegiatan kultur jaringan tanaman tanpa penambahan GA sesungguhnya dapat berjalan dan proses induksi serta diferensiasi dapat dilakukan, meski demikian tidak menutup bahwa GA endogen dalam eksplan walaupun dalam kadar yang relatif kecil diduga tetap merupakan komponen yang essensial.

Rataan jumlah terbentukdaun tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (GA3 0.5 mg/l)sedangkan rataan jumlah terbentuk daun terendah pada perlakuanG1 (GA30 mg/l) pemberiankonsentrasi perlakuan G2 menghasilkan rataan jumlah terbentuk daun tertinggi. Berdasarkan penelitian Farhatullah et al., (2007) perlakuan T4 (GA3 0.5 mg/l) meningkatkan pertumbuhan daun 90% pada eksplan tanaman kentang.Ini berarti pemberian GA3 merangsang jumlah terbentuknya bakal daun melalui perpanjangan batang tanaman. Menurut Sari et al., (2012) secara umum zat pengatur tumbuh dapat membantu peningkatan pertumbuhan tanaman. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah perkembangan suatu kultur. Tanaman yang berbeda dapat merespon zat pengatur

tumbuh dalam berbagai konsentrasi secara berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan konsentrasi hormon endogen tumbuhan itu sendiri. Tunas dikatakan sempurna apabila batang terus mengalami perpanjangan dan daun yang terbentuk berwarna hijau tua.

Rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan G2 (GA3 0.5 mg/l) sedangkan untuk perlakuan G4 (GA3 1.5 mg/l) daun belum terbentuk.Pada perlakuan GA3dapat dikatakan GA3belum merangsang pertumbuhan jumlah daun karet. Karena satu efek fisiologis GA3 lebih banyak pengaruhnya pada

pertumbuhan ruas-ruas batang daripada pada pertumbuhan daun. Menurut Salisbury dan Ross (1995) GA3 diketahui dapat memacu pertumbuhan seluruh

tanaman, termasuk daun dan akar. GA3 yang diberikan dengan cara apapun di tempat yang dapat mengangkutnya ke ujung tajuk, maka akan terjadi peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel yang mengarah kepada pemanjangan batang dan perkembangan daun muda.

Umur muncul tunas adalah waktu yang dibutuhkan untuk melihat respon tanaman dalam menghasilkan tunas baru. Dalam penelitian ini waktu tunas paling lama terdapat pada perlakuan G3 (GA31 mg/l) yaitu berkisar 24 hari dan umur muncul tunas tertinggi adalah pada perlakuan G1 (GA3 0 mg/l). Waktu pembentukan tunas tanaman karet dihitung pada saat penanaman. Eksplan yang digunakan buku satu tunas tanpa daun. Menurut penelitian Kosmiatin et al., (2005) waktu induksi tunas tercepat diperoleh dari eksplan buku tanpa daun. Eksplan yang relatif lebih mudah diinduksi tunasnya adalah eksplan yang memiliki jaringan meristem atau bakal tunas seperti tunas terminal dan bakal tunas pada buku.Hasil penelitian Nursetiadi (2008) diperoleh bahwa media WPM

(Woody Plant Medium) merupakan media yang mampu dioptimalkan oleh eksplan untuk pembentukan tunas.Menurut Sari et al., (2012)media tanam dan komposisinya juga mempengaruhi pertumbuhan tunas tanaman. Jenis dan komposisi media sangat mempengaruhi besarnya daya tahan eksplan untuk hidup pada media tersebut, sedangkan zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen berpengaruh terhadap besarnya penyerapan zat makanan yang tersedia dalam media kultur.

Data hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada terbentuknya kalus, warna kalus dan morfogenesis pada induksi tunas mikro tanaman karet akibat penambahan GA3. Tidak ada kalus yang terbentuk sehingga tidak terdapat peubah amatan warna kalus. Zat pengatur tumbuh dalam kultur jaringan mempunyai peran yang sangat penting dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan

eksplan dalam kultur jaringan. Menurut Santoso dan Fatimah (2001). kalus terbentuk pada tanaman yang mengalami pelukaan (infeksi bakteri, gigitan

serangga atau nematoda) dan dapat pula terbentuk akibat tanaman mengalami stres. Penambahan GA kedalam kultur jaringan banyak dijumpai mengakibatkan munculnya akar atau tunas. Pada percobaan pada kalus atau eksplan dengan pemberian GA yang dibarengi pemberian auksin atau sitokinin dalam konsentrasi yang sama akan mendorong proses morfogenesis yang normal tetapi kadang malah menghambat. Kemudian dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa induksi tunas mikro tanaman karet tidak mengalami morfogenensis diluar jaringan meristem aksilar (pangkal batang, ujung batang, bagian manapun dari eksplan). Menurut Zulkarnain (2009) tipe morfogenesis pada kultur in vitroyang terbentuk tergantung pada rasio serta kondisi auksin dan

sitokinin. Inisiasi akar, embriogenesis, dan induksi pembentukan kalus umumnya terjadi bila terdapat rasio yang tinggi antara auksin dan sitokinin, sedangkan proliferasi pucuk adventif dan pucuk aksilar apabila rasio tersebut rendah.

Pengaruh perendaman nodus terhadap pertumbuhan dan perkembangantunas mikro tanaman karet

Hasil analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan perendaman nodus memberikan pengaruh sangat nyata jumlah tunas, panjang tunas dan jumlah terbentuk dauntetapi belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, umur muncul tunas, kehadiran kalus, warna kalus dan morfogenesis.

Peubah amatan rataan jumlah tunas rataan tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (GA3 5 mg/l) dan T1 (GA3 0 mg/l), perlakuan T2 (GA3 5 mg/l) tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan terendah pada perlakuan T3 (GA3

10 mg/l). Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam perpanjangan batang. Konsentrasi GA3 yang diberikan pada media kultur mempengaruhi jumlah tunas yang terbentuk. Menurut Heddy (1996) respon terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan sel dan pembesaran sel dalam mendorong pertumbuhan dan mempengaruhi panjang batang.Menurut Azwin (2007) secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti sitokinin yang dinamakan dengan hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen ditanaman terdapat pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh dan membelah. Sehingga pemberian hormon eksogen sangat mempengaruhi kerja hormon endogen sebagai fungsinya dalam proses cytokinesis(proses pembelahan sel) pada berbagai organ tanaman. Pemberian hormon eksogen dengan konsentrasi yang melebihi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan pembentukan tunas terhambat.

Rataan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (GA3 5 mg/l) dan T1 (GA3 0 mg/l), perlakuan T2 (GA3 5 mg/l) tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan terendah pada perlakuanT4 (GA3 15 mg/l). Hal ini berarti perlakuan T2 (GA3 5 mg/l) dan tanpa GA3 memberikan panjang tunas tertinggi. Hal ini dikemukakan Zulkarnain (2009) peranan asam giberelat didalam tanaman adalah menginduksi pemanjangan ruas. Senyawa itu digunakan didalam media kultur untuk meningkatkan pemanjangan pucuk-pucuk yang sangat kecil dan merangsang pembentukan embrio dan kalus.

Peubah amatan rataan jumlah terbentuknya daun tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (GA3 5 mg/l) dan T1 (GA3 0 mg/l), perlakuan T2 (GA3 5 mg/l)

tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan terendah pada perlakuan T3 (GA3 10 mg/l).Hal tersebut disebabkan tunas yang terbentuk pada perlakuan

ini tidak seluruhnya membentuk daun.Menurut Azwin (2007) pada tanamanAquilaria malaccencis, semakin tinggikonsentrasi zat pengatur tumbuh yang diberikan maka jumlah daun Aquilaria malaccencisyang dihasilkan semakin rendah. Penambahan zat pengatur tumbuh yang lebih tinggi tidak mampu meningkatkan jumlah daun. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan zat pengatur tumbuh pada media mampu merangsang pembelahan sel di meristem apikal tunas dibanding konsentrasi yang tinggi.Menurut Penelitian Mubarok (2003) pemberian GA akan merangsang sintesis enzim proteolisis yang melepaskan triptofan sebagai rekursor IAA sehingga kandungan auksin didalam tanaman meningkat, konsentrasi tersebut akan merangsang pembelahan dan perpanjangan sel. Penambahan tinggitanaman akbat pembesaran GA3 yang dapat

merangsang pembelahan dan perpanjangan sel, yang akan berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman krisan.

Rataanjumlah daun tertinggi pada perlakuan T3 (GA3 10 mg/l) sedangkan untuk perlakuan T4 (GA3 15 mg/l) daun belum terbentuk. Rasio hormon yang diberikan diduga berpengaruh terhadap terbentuknya daun secara normal. Menurut Suryowinoto (1996) untuk meningkatkan jumlah daun dalam kultur jaringan sering diperlukan zat pengatur tumbuh, karena akan mempengaruhi pertumbuhan termasuk pembelahan dan pembesaran sel, penambahan plasma dan diferensiasi sel untuk kemudian membentuk organ-organ lain seperti tunas, akar, daun dan sebagainya. Menurut penelitian Mubarok (2003) pemberian GA3 pada tempat yang dapat mengangkutnya pada apeks tajuk. Peningkatan pembelahan dan pembesaran sel akan nampak pada pemanjangan dan perkembangan daun muda, dengan terpacunya perkembangan daun yang cepat ini fotosintesis akan terpacu yang dapat menghasikan peningkatan keseluruhan tumbuhan, perkembangan daun sangat penting pada produksi tanaman budidaya agar dapat asimilasi.

Umur muncul tunas adalah waktu yang dibutuhkan untuk melihat respon tanaman dalam menghasilkan tunas baru. Dalam penelitian ini waktu tunas paling lama terdapat pada perlakuan T4 (GA315 mg/l) yaitu berkisar 23 hari dan umur

muncul tunas tertinggi adalah pada perlakuan T3 (GA3 10 mg/l). Menurut Iskandaret al., (2006) hasil pengamatan tanaman gaharu menunjukkan

bahwa eksplan yang berasal dari tunas aksilar lebih lambat dalam induksi atau pembentukan tunas dibandingkan eksplan yang berasal dari tunas adventif. Lambatnya proses pembentukan tunas pada eksplan yang berasal dari tunas

aksilar diduga karena eksplan berasal dari bibit yang diambil dari rumah kaca, kemudian dilakukan sterilisasi dengan bahan sterilan menyebabkan eksplan tercekam akibat perlakuan mekanik sebelum inokulasi sehingga membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada kondisi lingkungan yang baru. Selain itu eksplan yang berasal dari lapangan yang awalnya pada lingkungan autotrof menjadi heterotrof. Berbeda dengan eksplan yang berassal dari tunas adventif. Pada awalnya sudah berasal dari dalam botol atau lingkungan aseptik, sehingga apabila dipindahkan dilingkungan yang baru tidak terlalu stres dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi. Kondisi ini akan terjadi apabila eksplan yang ditanam tidak terkontaminasi

Data hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada terbentuknya kalus pada pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman karet akibat perendaman nodus. Menurut Suryowinoto (1996) kalus akan mulai terbentuk dari bagian pelukaan eksplan atau bagian tepi irisan eksplan, karena kalus merupakan jaringan penutup luka yang bersifat meristematis. Hal ini juga dimungkinkan karena adanya salah satu bentuk respon tumbuhan terhadap terjadinya pelukaan pada jaringan atau selnya.Menurut Purnamaningsih (2006) kalus yang berbentuk remah dan terdapat globular (nodul-nodul) berwarna bening biasanya mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk membentuk tunas daripada kalus yang bersifat kompak dan berwarna cokelat kehitaman. Dalam hal ini media yang digunakan untuk memacu regenerasi kalus akan sangat menentukan. Keseimbangan nutrisi dalam media tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya membentuk tunas

Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman karet tidak mengalami morfogenesis di luar jaringan meristem aksilar (pangkal batang, ujung batang, bagian maupun dari eksplan).Menurut Lakitan (1996) pemberian zat pengatur tumbuh dalam konsentrasi yang sesuai dapat meningkatkan morfogenesis tanaman, tetapi apabila zat pengatur tumbuh diberikan dalam konsentrasi yang berlebihan maka akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan morfogenesis tanaman (Wartina, 2011).

Pengaruh interaksi penambahan GA3 dalam media dan perendaman nodus dalam pertumbuhan dan perkembangan induksi tunas mikro tanaman karet

Hasil analisis data yang telah dilakukan, interaksi penambahan GA3 dalam media dan perendaman nodus terhadap induksi tunas mikro tanaman karet memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas, jumlah terbentuk bakal dauntetapi belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, umur muncul tunas, kehadiran kalus, warna kalus dan morfogenesis.

Peubah amatan rataan jumlah tunas, diketahui bahwa interaksi perlakuan penambahan GA3 dalam media dan perendaman nodus berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas. kombinasi kedua perlakuan, jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan G2T2(Penambahan 0.5 mg/l GA3dan Perendaman nodus 5 mg/l GA3) yaitu dengan rataan (1.00) sedangkan paling rendah pada perlakuan G1T3 (Penambahan GA3 dalam media 0 mg/l GA3 dan perendaman nodus 10 mg/l GA3) yaitu dengan rataan (0.71).Pertumbuhan eksplan (pembentukan tunas) dalam kultur jaringan ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya komposisi media, khususnya konsentrasi dari zatpengatur tumbuh yang digunakan. Konsentrasi zat pengatur tumbuh dalam media sangat mempengaruhi tingkat

inisiasi tunas dari eksplan yang dikultur. Menurut Abidin (1985) yang menyatakan bahwa giberelin mempunyai peran dalam mendukung perpanjangan sel, aktifitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein, Giberelin juga mempunyai pengaruh pada aktifitas kambium, aktifitas sel dan pertumbuhan. Menurut Warnita (2011) menyatakan bahwa Selain itu GA3 akan mendorong perpanjangan ruas batang sehingga juga akan meningkatkan tinggi daripada tanaman.

Peubah amatan rataan panjang tunasdiketahui bahwa interaksi perlakuan penambahan GA3 dalam media dan perendaman nodus berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. kombinasi kedua perlakuan, panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan G2T2(Penambahan 0.5 mg/l GA3dan Perendaman nodus 5 mg/l GA3) yaitu dengan rataan (1.83) sedangkan paling rendah pada perlakuan G3T2 (Penambahan GA3 dalam media 1 mg/l GA3 dan perendaman nodus 5 mg/l GA3) yaitu dengan rataan (0.13). Menurut Cresswell et al., (1982)dalam

Seneviratna danWijesekera (1997) peningkatan konsentrasi GA3 1 ppm sampai 10 ppm untuk perpanjangan ruas tunas. Panjang ruas meningkat dari 1 mm sampai 15 mm. Media yang mengandung 0,5 ppm GA3 memiliki tunas sehat dan akar yang lebih baik pada ecalyptus. Menurut Lakitan (1996) Giberelin memacu pertumbuhan yang ekstensif bagi tumbuhan utuh dan pengaruh utama giberelin adalah untuk memacu pembesaran sel sehingga radikal dapat didorong keluar menembus endosperma, kulit biji dan daging buah.

Peubah amatan rataan jumlah terbentuk daundiketahui bahwa interaksi perlakuan penambahan GA3 dalam media dan perendaman nodus berpengaruh nyata terhadap jumlah terbentuk bakal daun. kombinasi kedua perlakuan, panjang

tunas tertinggi terdapat pada perlakuan G2T2 (Penambahan 0.5 mg/l GA3dan Perendaman nodus 5 mg/l GA3) yaitu dengan rataan (1.00) sedangkan paling rendah pada perlakuan G4T3 (Penambahan GA3 dalam media 1.5 mg/l GA3dan perendaman nodus 10 mg/l GA3) yaitu dengan rataan (0.29). MenurutMudyantini (2008) senyawa asam giberelat merupakan hormon pada tanaman yang mempunyai pengaruh memacu pertumbuhanserta dapat meningkatkan ukuran daun, bunga, dan buah. Menurut Yanti (2005) pemberian GA3berpengaruh nyata terhadapjumlah daun dan total luas daun yang disebabkan oleh pembesaran dan pembelahan sel pada daun.

Dokumen terkait