A. Kajian Teoretik
3. Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
a. Pengertian Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Penilaian kinerja (Performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan
22
Ahmad Sofyan dkk., op.cit., h. 23.
23
kemampuan siswa dalam proses maupun produk yang mengacu pada standar tertentu.24
Albert Oosterhof mengungkapkan bahwa “a performance assessment is used to observe this performance systematically. The selection of the performance to be observed must be based on a clear awareness of the capability being assessed. Identifying the capability helps us determine the type of behavior we should observe and how broadly our observation must generalize.”25
Arti dari kalimat di atas ialah bahwa penilaian kinerja digunakan untuk mengamati performa atau penampilan/pertunjukkan secara sistematis. Seleksi dari penampilan yang akan diamati harus berdasarkan pada kriteria yang jelas pada kemampuan yang akan dinilai. Pengenalan kemampuan tersebut dapat membantu kita melihat tipe perilaku yang bisa diamati dan bagaimana secara luas pengamatan kita harus bersifat generalisasi.
Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment). Marzano, Popham dan Bookhart menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas asesmennya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata.26
Berkaitan dengan penilaian alternatif dan penilaian otentik, Wiggins di dalam Airasian mengungkapkan bahwa penilaian kinerja termasuk dalam keduanya. Performance assessments may also be called alternative or authentic assessments. The term “alternative” is used to describe performance assessments
because they serve as an alternative to a multiple-choice or short-answer test. The
term “authentic” is used because some performance assessments permit students
to show what they can do in real situation.27 Arti dari kalimat di atas ialah bahwa penilaian kinerja bisa disebut dengan penilaian alternatif atau penilaian otentik.
24
Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Portofolio pada Pembelajaran Biologi, Handout kuliah FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung: FPMIPA UPI), diakses dari http://file.upi.edu/, pada 25 Juni 2013 pk 15.03, h.1.
25
Albert Oosterhof, Developing and Using Classroom Assessment, (USA: R. R Donnelley & Sons Company, 2003), 3rd ed, h. 163.
26
Ana Ratna Wulan, op.cit., h.1.
27
Peter W Airasian and Michael K Russel, Classroom Assessment Concepts and Applications, (New York: McGraw-Hill Companies, 2008), 6th ed., h. 202.
Kata alternatif digunakan untuk menggambarkan penilaian kinerja karena mereka hadir sebagai alternatif dari tes pilihan ganda atau tes jawaban singkat. Kata otentik digunakan karena beberapa penilaian kinerja mengijinkan para peserta didik untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan pada situasi nyata.
NSTA tahun 2002, dalam buku Masnur Muslich menyatakan bahwa Assessment Performance pada hakekatnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen ini peserta didik dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan keterampilan, dan melakukan berbagai tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata.28
Menurut Ana Ratna Wulan, asesmen kinerja adalah prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang belajar siswa. Asesmen kinerja mensyaratkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kinerjanya menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, tindakan atau unjuk kerja. Tes Unjuk Kerja meminta siswa melakukan kinerja ilmiah seperti mempersiapkan alat, menggunakan alat/merangkai alat, menuliskan data, menganalisis data, menyimpulkan, menyusun laporan dan sebagainya. Penilaian kinerja dapat menjelaskan kemampuan-kemampuan siswa, pemahaman konseptual, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan, kemampuan melaksanakan kinerja dan kemampuan melakukan suatu proses.29
Permendikbud No.81A tentang Implementasi Kurikulum 2013 Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran menjelaskan definisi tentang penilaian unjuk kerja bahwa penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas
28
Masnur Muslich, op.cit., h. 124.
29
I Ketut Susila, “Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assesment) Laboratorium Pada Mata Pelajaran Fisika Sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kelas X Di Kabupaten Gianyar”, Artikel Pendidikan, (Bali: Program Studi Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2012) diakses pada tanggal 15 Januari 2014 pk 08.03,h. 5.
tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik sholat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll.30
Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa performance assessment atau penilaian kinerja ialah suatu cara melihat atau menilai kinerja siswa dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Penilaian kinerja ini didapat dari hasil mengamati aktivitas siswa dalam bekerja ilmiah seperti melakukan eksperimen atau pratikum di laboratorium, mulai dari menemukan masalah sampai kepada mengambil kesimpulan dan menyusunnya menjadi sebuah laporan.
b. Rubrik atau Pedoman Penskoran
Standar diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan. Standar tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai panduan pemberian skor yang menunjukkan sejumlah kriteria performance pada proses atau hasil yang diharapkan.31
Rubrik menurut Masnur Muslich adalah suatu pedoman penskoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) peserta didik dalam mengerjakan suatu tugas. Di dalam suatu rubrik, guru mendeskripsikan masing-masing tingkat kemahiran peserta didik untuk setiap kriteria.32
Terdapat dua macam rubrik, yaitu rubrik dengan daftar cek (checklist) dan rubrik dengan skala penilaian (rating scale).
a. Rubrik dengan Daftar Cek
Dalam menggunakan daftar cek, guru hanya perlu menunjukan elemen tertentu ada atau tidak dalam unjuk kerja peserta didik.33 Misalnya, pada indikator penggunaan termometer, rubrik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
30
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pedoman Umum Pembelajaran, h.27.
31
Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Portofolio pada pembelajaran Biologi, Handout Kuliah FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung: FPMIPA UPI),diakses dari http://file.upi.edu/, pada 25 Juni 2013 pk 15.03, h. 1.
32
Masnur Muslich, op.cit., h. 131.
33
Tabel 2.1 Contoh Rubrik dengan Daftar Cek34
Berilah tanda √ untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang
dilakukan peserta didik seperti yang diuraikan di bawah ini!
… 1) Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian
ujung yang tidak berisi air raksa.
… 2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya. … 3) Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut, di ketiak, atau di dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh
orang yang diukur suhu tubuhnya.
… 4) Menunggu beberapa menit termometer yang tinggal dalam tubuh orang yang diukur suhunya. … 5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur dengan memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa. … 6) Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer dengan
posisi mata tegak lurus. Total Skor =
Rubrik di atas memiliki karakteristik butir-butir yang mengandung uraian perbuatan yang sudah pasti. Jika perbuatan dalam rubrik nampak dalam setiap kriteria, maka guru hanya menuliskan tanda cek saja sedangkan jika perbuatan itu tidak nampak maka kolom cek dikosongkan.35 Contoh lain rubrik penilaian dengan daftar cek seperti ditunjukkan gambar di bawah ini.
Tabel 2.2 Contoh 2 Rubrik dengan Daftar Cek36
Nama Siswa
Aspek yang dinilai Ide berhubungan erat dengan topik permasalahan Pendapat benar/tepat (sesuai konsep biologi) Ide disampaikan jelas dan sistematis Argumentasi baik/mempertahankan pendapat dengan alasan yang logis dan ilmiah Bersikap menghargai pendapat orang lain Orisinal (pendapat yang disampaikan baru) Ana Andi Anya Bima 34 Ibid. 35 Ibid., h. 132. 36
b. Rubrik dengan Skala Penilaian
Pada rubrik ini, guru menetapkan derajat standar. Misalnya ditetapkan
skala 1 sampai 5. Skala 1 berarti “tidak baik” dan skala 5 “sangat baik”. Skala
penilaian dalam rubrik ini terbagi atas 2 macam yaitu skala holistik dan analitik. Dalam rubrik holistik, baik peserta didik melakukan kegiatan dinilai dengan memperhatikan semua kriteria secara bersama-sama atau menyeluruh.37 Berikut ini disajikan contoh rubrik dengan skala penilaian holistik.
Tabel 2.3 Contoh Rubrik dengan Skala Penilaian Holistik38
Skor Deskripsi
5 Menunjukkan pemahaman yang sempurna tentang permasalahan.
Semua yang diperlukan dalam tugas dimasukkan dalam respon/jawaban.
4 Menunjukkan pemahaman yang substansial tentang permasalahan. Semua yang diperlukan dalam tugas dimasukkan dalam
respon/jawaban.
3 Menunjukkan pemahaman parsial/sebagian tentang permasalahan. Sebagian besar yang diperlukan dalam tugas dimasukkan dalam respon/jawaban.
2 Menunjukkan pemahaman sedikit/kurang tentang permasalahan. Banyak yang diperlukan dalam tugas dimasukkan dalam
respon/jawaban.
1 Tidak menunjukkan pemahama terhadap permasalahan. 0 Tidak ada respon/jawaban atau tidak ada usaha
Contoh lain rubrik dengan skala penilaian holistik seperti ditunjukkan gambar di bawah ini.
Tabel 2.4 Contoh 2 Rubrik dengan Skala Penilaian Holistik39
Nilai Deskripsi
A Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan memberikan pemahaman yang utuh dari tugas. Jawaban jelas, singkat dan langsung ke masalah yang diminta dengan menggunakan berbagai informasi yang akurat. Pendapat dan kesimpulan mengalir secara baik dan logis. Secara keseluruhan respons terhadap tugas lengkap dan sangat baik.
37
Masnur Muslich, op.cit., h. 132.
38
Ibid.
39
Yani Kusmarni, “Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio dalam Pembelajaran
B Respons terhadap tugas sudah baik. Informasi yang diberikan cukup akurat dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Respons yang dikemukakan dalam tulisan baik dengan pendapat serta kesimpulan yang baik pula. Jawaban dan uraian tugas cenderung bertele-tele.
C Respons yang diberikan kurang memuaskan. Informasi yang diberikan akurat dengan menggunakan berbagai sumber informasi tetapi tidak ada kesimpulan atau pendapat. Alur berpikir yang dikemukakan dalam tugas kurang logis dan cenderung bertele-tele.
D Respons tidak menjawab tugas yang diminta. Banyak informasi yang tidak akurat karena tidak menggunakan sumber informasi. Tidak ada kesimpulan dan pendapat. Secara keseluruhan respons tidak akurat dan tidak lengkap.
Rubrik dengan skala penilaian yang lain yaitu skala analitik. Dalam rubrik skala analitik, unjuk kerja dinilai secara terpisah-pisah untuk setiap kriteria. Sistem penilaian holistik lebih efisien dibandingkan dengan skala analitik, tetapi sistem penilaian analitik memberikan informasi yang lengkap yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan peningkatan pembelajaran peserta didik.40 Berikut ini disajikan contoh rubrik dengan skala penilaian analitik.
Tabel 2.5 Contoh Rubrik dengan Skala Penilaian Analitik41
Lingkarilah angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika agak tepat, angka 2 jika tidak tepat dan angka 1 jika sangat tidak tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!
5 4 3 2 1 Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa
5 4 3 2 1 Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-rendahnya.
5 4 3 2 1 Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut, di ketiak, atau di dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.
5 4 3 2 1 Menunggu beberapa menit termometer yang tinggal dalam tubuh orang yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur dengan memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa.
5 4 3 2 1 Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer dengan posisi mata tegak lurus.
Contoh lain rubrik dengan penilaian analitik seperti ditunjukkan gambar di bawah ini.
40
Masnur Muslich, op.cit., h. 133.
41
Tabel 2.6 Contoh 2 Rubrik dengan Skala Penilaian Analitik42
Nama Kegiatan: Membuat Peta Konsep tentang Pengaruh Imprealisme Barat Terhadap Kehidupan Sosial, Politik dan Ekonomi Indonesia Pada Abad ke- 20
Skor Peta Konsep Spesifikasi Rasional
4 Tampilan gambar
memberikan visualisasi untuk memahami dan mengkomunikasikan apa yang telah dipelajari.
Semua spesifikasi yang diberikan benar
Rasionalisasi yang diberikan jelas
3 Sebagian besar gambar yang ditampilkan cukup baik
Semua spesifikasi yang diberikan benar
Penjelasan yang diberikan masih membutuhkan
perbaikan
2 Beberapa gambar yang ditampilkan cukup baik
Hanya sebagian spesifikasi yang diberikan benar
Rasional yang
diberikan tidak lengkap
1 Gambar yang disajikan hanya sebagian yang benar
Spesifikasi yang diberikan pada umumnya salah
Rasional yang
diberikan tidak benar
c. Perbandingan Performance Assessment dengan Tes Konvensional
Jika dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian unjuk kerja memiliki beberapa penekanan seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.43
Tabel 2.7 Perbandingan Antara Penilaian Unjuk Kerja dan Tes Konvensional
Penilaian Unjuk Kerja Tes Konvensional
Mementingkan kemampuan
peserta didik dalam menerapkan pengetahuannya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan
Lebih mengutamakan
pemahaman konsep peserta didik
Membutuhkan waktu yang
banyak untuk membuat dan
melaksanakan tetapi
menghasilkan format penilaian
Membutuhkan waktu yang
banyak untuk membuat,
pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk peserta
42
Yani Kusmarni, op.cit., h. 20.
43
yang dapat digunakan berulang-ulang pada peserta didik yang sama atau peserta didik yang baru
didik dalam jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok peserta didik.
Memungkinkan untuk
mendiagnosis dan meremediasi performansi peserta didik dan
memetakan kemajuan peserta
didik sepanjang waktu
Memungkinkan untuk
mendiagnosis dan meremediasi performansi peserta didik tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended)
Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja peserta didik
Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran.
d. Jenis atau Metode Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Metode-metode yang dapat digunakan dalam menilai kinerja siswa antara lain: 44
1) Observasi. 2) Interviu. 3) Portofolio. 4) Penilaian essay.
5) Ujian praktek (practical examination). 6) Paper.
7) Penilaian proyek. 8) Kuesioner.
9) Daftar cek (checklist).
10) Penilaian oleh teman (peer rating). 11) Penilaian diskusi.
12) Penilaian jurnal kerja ilmiah.
44
Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Portofolio, Handout kuliah FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung: FPMIPA UPI), diakses dari http://file.upi.edu/, pada 25 Juni 2013 pk 15.03, h. 4.
e. Langkah-langkah Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Dalam penilaian pembelajaran, penilaian unjuk kerja dapat dilakukan secara efektif dengan langkah-langkah sebagai berikut: 45
1) Tetapkan kinerja yang akan dinilai
2) Buat daftar yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dari masing-masing mata pelajaran dan butir-butir yang dipertimbangkan untuk menentukan apakah pekerjaan itu memenuhi standar yang telah ditetapkan. 3) Tentukan pekerjaan peserta didik yang mencakup semua elemen kinerja yang
dinilai dan alokasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. 4) Buat semua daftar, alat dan dan gambar yang diperlukan peserta didik untuk
mengerjakan penilaian.
5) Siapkan petunjuk tertulis yang jelas untuk peserta didik. 6) Siapkan sistem penskoran (scoring).
f. Kelebihan dan Kelemahan Performance Assessment (Penilaian Kinerja)
Kelebihan Performance Assessment (Penilaian Kinerja) di antaranya: 46 1) Siswa dapat mendemonstrasikan suatu proses.
2) Proses yang didemonstrasikan dapat diobservasi langsung.
3) Menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran, kemampuan lisan, dan keterampilan-keterampilan fisik.
4) Adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas-tugas yang akan dikerjakan.
5) Menilai hasil pembelajaran dan keterampilan-keterampilan yang kompleks. 6) Memberi motivasi yang besar bagi siswa.
7) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
45
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 145-146.
46
Keuntungan lain dari penilaian kinerja kinerja ialah: 47
1) Guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki peserta didik dan apa yang seharusnya dilakukan peserta didik untuk belajar selanjutnya.
2) Guru memiliki metode asesmen yang lebih sesuai dan relevan dengan peserta didik.
3) Guru memiliki metode untuk menemukan apa yang diketahui peserta didik dan bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya.
4) Guru memiliki cara yang efisien untuk mengevaluasi peserta didik dalam sistem pendidikan yang berbasis standar/kompetensi.
5) Guru memiliki cara penilaian yang dapat diadaptasi untuk menilai berbagai bakat dan kemampuan peserta didik.
6) Peserta didik lebih terlibat aktif dalam pembelajaran.
Adapun kekurangan Performance Assessment (Penilaian Kinerja) di antaranya: 48
1) Sangat menuntut waktu dan usaha.
2) Pertimbangan (judgement) dan penskoran sifatnya lebih subyektif. 3) Lebih membebani guru.
4) Mempunyai reliabilitas yang cenderung rendah.
4. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dan digunakan dalam bidang olahraga. Secara etimologis curriculum yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Jadi
istilah kurikulum pada zaman Romawi kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.49
47
Masnur Muslich, op.cit., h. 124-125.
48
Ana Ratna Wulan, op.cit., h. 3.
49
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cetakan pertama, h. 19.
Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah atau madrasah, itulah kurikulum.50
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.51 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat 16 menyebutkan penjelasan yang sama mengenai kurikulum.
Kehadiran Kurikulum 2013 adalah untuk menyempurnakan pelaksanaan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan kurikulum dirasa perlu dilakukan demi menjawab tantangan masa depan yang semakin berkembang menuju globalisasi dunia. Pendidikan sebagai pondasi utama suatu negara, harus terus ditingkatkan agar menghasilkan generasi-generasi penerus yang siap menyongsong masa depan dengan lebih produktif, inovatif, dan kreatif.
Secara konseptual Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak dengan terintegrasikannya nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, tidak lagi menjadi suplemen seperti dalam kurikulum 2006.52
Pengembangan Kurikulum 2013 difokuskan pada pembentukan
kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.53
50
Ibid., h. 20.
51
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, h.1.
52
Sholeh Hidayat, op.cit., h. 113.
53
Berdasarkan Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Marasah Aliyah, Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 54
1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
b. Urgensi Perubahan Kurikulum 2013
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Mendikbud seperti dikutip E. Mulyasa mengungkapkan bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan
54
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, h.3-4.
persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman.55
Perlunya perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 didorong oleh beberapa hasil studi internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah internasional. 56
1) Hasil survei “Trends in International Math and Science” tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukkan hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi, padahal peserta didik Korea dapat mencapai 71 persen. Sebaliknya 78 persen peserta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hapalan berkategori rendah, sementara siswa Korea 10 persen.
2) Data lain diungkapkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA, hasil studinya tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar, dari 65 negara peserta PISA.
Dari data di atas membuktikan bahwa prestasi peserta didik Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Oleh sebab itulah diperlukan perubahan dan pengembangan kurikulum. Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut: 57
1) Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.
2) Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3) Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan
55 E. Mulyasa, op.cit., h. 60. 56 Ibid. 57 Ibid., h. 60-61.
dan metode pembelajaran konstruktifistik, keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.