3.4 PROSEDUR PENELITIAN
3.4.4 Perhitungan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengkuran-pengukuran yang dilakukan dianalisis dengan menggunakan persamaan-persamaan. Dengan melakukan analisis data akan diperoleh kesimpulan mengenai perbandingan kinerja traktor tangan yang menggunakan bahan bakar B5, campuran B5 dengan biodiesel minyak sawit murni (B20, B40, B60, dan B80), dan biodiesel minyak sawit murni (B100) untuk beroperasi di lahan.
3.4.4.1 Kinerja Tarik (drawbar) dan Slip
Pengukuran drawbar bertujuan untuk mengetahui besarnya gaya tarik horizontal yang dihasilkan roda traksi traktor tangan dengan berbagai tingkatan yang diberikan dari traktor beban
24
Yanmar YM330T. Dilakukan untuk beberapa kecepatan dengan menggunakan load cell yang dilengkapi handy strain meter. Pada waktu berjalan, kecepatan maju traktor diukur dengan cara mengukur waktu tempuh traktor pada jarak 10 m (Gambar 3.9). Drawbar power kemudian dihitung menggunakan persamaan berikut ini (Anami, 2008; Wanders, 1978).
𝐷𝑏𝑃 = 𝐷𝑏𝑝𝑢𝑙𝑙 x v dengan, DbP = tenaga pada drawbar (drawbar power) (Watt)
Dbpull = gaya tarik bersih yang terukur (drawbar pull) (N) v = kecepatan rata-rata maju traktor (m/s)
Keterangan: * Traktor beban dioperasikan dengan transmisi L1; dengan lima level kecepatan putaran mesin pada kisaran 1200 – 2000 rpm (putaran engine ditingkatngan dengan skala 200 rpm) ** Traktor uji dioperasikan pada kondisi tetap (transmisi L2 pada 2000 rpm)
Gambar 3.9 Skema uji unjuk kerja kinerja tarik traktor roda dua
Slip roda traksi merupakan selisih antara jarak tempuh traktor saat dikenai beban dengan jarak tempuh traktor tanpa beban pada putaran roda penggerak yang sama. Pengukuran slip roda dapat dilihat pada Gambar 3.10. Untuk menghitung slip roda traksi digunakan persamaan berikut (Suastawa dkk., 2006):
St = 1 −Sb
So × 100 dengan, St = slip roda traksi (%)
Sb = jarak tempuh traktor saat diberi pembebanan dalam 5 putaran roda (m) So = jarak tempuh traktor tanpa beban dalam 5 putaran roda (m)
Gambar 3.10 Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda
* Traktor beban ** Traktor uji
(6)
25
3.4.4.2 Kinerja Pengolahan Tanah
Seperti dijelaskan sebelumnya, implemen yang digunakan untuk mengolah lahan yaitu bajak singkal. Kapasitas lapang teoritis (KLT) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Suastawa dkk., 2006):
KLT = 0.36 v x lp dengan, KLT = kapasitas lapang teoritis (ha/jam)
V = kecepatan rata-rata (m/detik) lp = lebar pembajakan rata-rata (m)
0.36 = faktor konversi (1 m2/det = 0,36 ha/jam).
Untuk menghitung kapasitas lapang pengolahan efektif (KLE) diperlukan data waktu kerja keseluruhan; dari mulai bekerja hingga selesai (WK) dan luas tanah hasil pengolahan keseluruhan (L). Persamaan yang digunakan untuk menghitung KLE adalah sebagai berikut (Suastawa dkk., 2006):
KLE = L WK dengan, KLE = kapasitas lapang efektif (ha/jam)
L = luas lahan hasil pengolahan (m2) WK = waktu kerja (s).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi lapang (EL) adalah sebagai berikut (Suastawa dkk., 2006):
EL =KLE
KLT× 100% dengan, EL = efisiensi lapang (%)
3.4.4.3 Analisis Keekonomian Implementasi Biodiesel
Pada analisis keekonomian implementasi biodiesel untuk traktor tangan akan dibandingkan biaya pokok pengolahan tanah (menggunakan bajak singkal) menggunakan bahan bakar B5, campuran B5 dengan B100 (B20, B40, B60, dan B80), dan B100 (murni biodiesel minyak sawit). Menurut Pramudya dan Nesia (1992), biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk setiap unit produk, dalam hal ini yaitu besarnya biaya yang digunakan untuk mengolah satu satuan luas lahan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung biaya pokok adalah:
BP = BT
x + BTT k dengan, BP = biaya pokok (Rp/ha)
BT = biaya tetap (Rp/tahun) BTT = biaya tidak tetap (Rp/jam)
x = perkiraan jam kerja dalam satu tahun (jam/tahun) k = kapasitas kerja (ha/jam)
(8)
(9)
(10)
26
Menurut Pramudya dan Nesia (1992), biaya mesin dan alat pertanian terdiri atas dua komponen, yaitu biaya tetap (fixed costs) dan biaya tidak tetap (variable costs).
1. Biaya tetap (fixed costs)
Menurut Pramudya dan Nesia (1992), biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja jumlahnya tetap. Biaya yang termasuk biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, dan biaya pajak. Berikut adalah penjelasan dari biaya-biaya tersebut: a. Biaya penyusutan (D)
Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian (waktu). Biaya penyusutan dihitung menggunakan persamaan berikut (Pramudya dan Nesia, 1992):
D =P − S N dengan, D = biaya penyusutan (Rp/tahun)
P = harga alat atau mesin (Rp) S = nilai akhir alat atau mesin (Rp)
N = perkiraan umur ekonomis alat atau mesin (tahun) b. Biaya bunga modal (I)
Biaya bunga modal dihitung menggunakan persamaan berikut (Pramudya dan Nesia, 1992):
I =i P (N + 1) 2N dengan, I = biaya bunga modal (Rp/tahun)
i = tingkat bunga modal (%/tahun) c. Biaya pajak (A)
Biaya pajak dihitung menggunakan persamaan berikut (Pramudya dan Nesia, 1992): A = a × P
dengan, A = pajak tiap tahun (Rp/tahun) a = faktor pajak (% harga awal/tahun)
Dengan demikian, besarnya biaya tetap (BT) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Pramudya dan Nesia, 1992):
BT = D + I + A 2. Biaya tidak tetap (variable costs)
Menurut Pramudya dan Nesia (1992), biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada alat atau mesin yang beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam kerja pemakaian. Biaya tidak tetap terdiri atas biaya perbaikan & pemeliharaan, biaya operator, biaya oli, biaya grease, dan biaya bahan bakar. Berikut ini adalah penjelasan dari biaya-biaya tersebut:
a. Biaya perbaikan dan pemeliharaan (PP)
Berdasarkan data dan pengalaman, besarnya biaya perbaikan dan pemeliharaan dapat dinyatakan dalam persentase terhadap harga awal suatu mesin pertanian. Besarnya biaya perbaikan dan pemeliharaan untuk traktor roda adalah 1.2% dari harga awal per 100 jam (12)
(13)
(14)
27
(1.2% P/100 jam), sedangkan untuk peralatan pertanian seperti bajak, garu, dan sebagainya diperkirakan 2% (P-S)/100 jam (Pramudya dan Nesia, 1992).
b. Biaya operator (OP)
Biaya operator biasanya dinyatakan dalam Rp/hari atau Rp/jam. Besarnya biaya operator tergantung pada kondisi lokal. Biaya operator dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Pramudya dan Nesia, 1992):
OP =Wop Wt dengan, OP = biaya operator tiap jam (Rp/jam)
Wop = upah operator tiap hari (Rp/hari) Wt = jam kerja tiap hari (jam/hari) c. Biaya oli (OL)
Besarnya biaya oli bergantung pada banyaknya penggantian oli pada suatu mesin pada beberapa jenis ukuran mesin pada setiap periode tertentu dan harga oli yang digunakan. Kebutuhan oli untuk traktor tangan Huanghai DF 12 L adalah 0.8 liter/hp/liter/100 jam. d. Biaya grease (BG)
Besarnya biaya grease didekati menggunakan persamaan berikut (Santosa dkk., 2008): BG = 0.6 × OL
dengan, BG = biaya grease (Rp/jam) e. Biaya bahan bakar (BB)
Biaya bahan bakar traktor untuk pengolahan tanah dihitung menggunakan persamaan berikut:
BB = Q × HB
dengan, BB = biaya bahan bakar (Rp/jam)
Q = laju konsumsi bahan bakar (liter/jam) HB = harga bahan bakar (Rp/liter)
Dengan demikian besarnya biaya tidak tetap (BTT) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Pramudya dan Nesia, 1992):
BTT = PP + OP + OL + BG + BB
(16)
(17)
(18)