• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.4 Metode Analisis

4.4.1.4. Perhitungan dan Analisis PAM

Kriteria analisis kebijakan yang dihasilkan PAM adalah sebagai berikut: 1. Rasio Biaya Privat (Private Cost Ratio) = C/(A – B)

Rasio biaya privat adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga privat. Nilai PCR menunjukkan berapa banyak sistem produksi usahatani tebu dapat menghasilkan untuk membayar semua faktor domestik yang digunakannya, dan tetap dalam kondisi kompetitif. Keuntungan maksimal akan diperoleh jika sistem produksi usahatani tebu mampu meminimumkan nilai PCR, dengan cara meminimumkan biaya faktor domestik. Apabila nilai PCR < 1 dan nilainya makin kecil, berarti sistem produksi usahatani tebu mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat.

Merupakan rasio biaya domestik terhadap nilai tambah pada harga sosialnya, dalam mata uang asing (US$). Nilai DRC merupakan salah satu kriteria kemampuan sistem usahatani dalam membiayai faktor domestik pada harga sosialnya atau kriteria dari efisiensi ekonomi relatif dari suatu sistem produksi. Nilai DRC merupakan kriteria keunggulan komparatif dari usahatani tebu. DRC > 1 sistem produksi usahatani tebu dinilai tidak mampu bertahan tanpa

subsidi pemerintah, sehingga lebih baik melakukan impor saja daripada memproduksi sendiri, karena sistem produksi usahatani dinilai akan memboroskan sumberdaya yang langka.

DRC < 1 dan nilainya makin kecil, berarti sistem produksi usahatani tebu makin efisien dan memiliki daya saing di pasar dunia, sehingga dinilai memiliki peluang ekspor yang makin besar.

3. Transfer output (OT) = A – E

Transfer output adalah selisih antara penerimaan yang dihitung berdasarkan harga privat dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga sosial. Nilai OT menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang diterapkan pada output privat dengan harga output sosial.

OT > 0 besarnya transfer dari konsumen kepada produsen, artinya produsen akan menerima harga jual yang lebih tinggi dari harga yang seharusnya sehingga konsumen dirugikan.

OT < 0 konsumen menerima insentif dari produsen dan dalam hal ini petani atau produsen yang dirugikan.

Koefisien proteksi nominal terhadap output merupakan rasio antara penerimaan yang dihitung berdasarkan harga privat dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga sosial dan merupakan indikasi adanya transfer output. NPCO menunjukkan besarnya dampak kebijakan pemerintah yang mengakibatkan divergensi antara harga privat dan harga sosial atau output. NPCO >1 petani tebu menerima subsidi atas output di pasar domestik di atas

harga efisiennya (harga pasar dunia).

NPCO <1 terjadi pengurangan penerimaan petani akibat kebijakan output, seperti adanya pajak.

5. Input Transfer (IT) = B – F

Transfer input adalah selisih antara input tradable pada harga privat dengan biaya input non tradable pada harga sosial. Nilai IT menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input tradable.

IT > 0 harga sosial input asing lebih rendah akibat tarif impor, akibatnya petani harus membayar lebih mahal

IT < 0 ada subsidi pemerintah terhadap input asing, sehingga petani tidak membayar secara penuh korbanan sosial yang harusnya dibayar oleh petani.

6. Nominal Protection Coefficient of Input (NPCI) = B/F

Koefisien proteksi nominal terhadap input merupakan rasio antara biaya input tradable yang dihitung berdasarkan harga privat dengan biaya input tradable yang dihitung berdasarkan hara sosial, dan merupakan indikasi transfer input.

NPCI menunjukkan adanya kebijakan pemerintah yang menyebabkan divergensi antara harga privat dan harga sosial untuk input asing

NPCI>1 pemerintah menaikkan harga input asing di pasar domestik di atas harga efesiennya (harga dunia).

NPCI<1 petani menerima subsidi atas input asing 7. Factors Transfer (FT) = C – G

Nilai transfer faktor merupakan perbedaan harga antara harga privat dan harga sosial yang diterima produsen untuk membayar input non tradable. Nilai FT menunjukkan adanya kebijakan pemerintah (biasanya dalam bentuk kebijakan subsidi) terhadap produsen input domestik.

FT > 0 ada kebijakan pemerintah yang melindungi produsen input domestik

8. Koefisien proteksi efektif (EPC) = (A – B)/(E – F)

Koefisien proteksi efektif merupakan analisis gabungan antara koefisien proteksi output nominal dengan koefisien input nominal. Nilai EPC menggambarkan sejauh mana kebijakan pemerintah bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik dan merupakan transfer kebijakan dari pasar produk dan input tradable.

EPC > 1 dampak kebijakan pemerintah memberi dukungan dengan menaikan harga output dan atau input tradable di atas harga efisien.

EPC < 1 kebijakan pemerintah tidak berjalan efektif. 9. Transfer bersih (NT) = D – H

Transfer bersih merupakan selisih antara keuntungan bersih privat dengan keuntungan bersih sosialnya. Nilai NT mencerminkan dampak kebijakan pemerintah secara keseluruhan terhadap penerimaan petani.

NT > 0 terdapat tambahan surplus produsen yang disebabkan penerapan kebijakan pada input dan output

NT < 0 terdapat penurunan surplus produsen yang disebabkan penerapan kebijakan pada input dan output.

10.Koefisien profitabilitas (PC) = D/H

Koefisien keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan bersih privat dengan keuntungan bersih sosial dan merupakan indikasi yang menunjukkan dampak insentif dari semua kebijakan output, input asing dan input domestik PC > 1 secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif

kepada produsen

PC < 1 kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima petani produsen lebih kecil jika dibandingkan dengan tanpa kebijakan.

11.Rasio subsidi bagi produsen (SRP) = L/E

SRP merupakan proporsi dari penerimaan total pada harga sosial yang diperlukan apabila subsidi yang digunakan sebagai satu-satunya kebijakan untuk menggantikan seluruh kebijakan komoditi dan ekonomi makro. SRP menunjukkan besarnya proporsi penerimaan dalam harga dunia yang dapat meng-cover subsidi atau pajak.

SRP < 1 kebijakan pemerintah menyebabkan petani tebu mengeluarkan biaya produksi lebih besar dari biaya sosialnya.

SRP > 1 kebijakan pemerintah menyebabkan petani tebu mengeluarkan biaya produksi lebih kecil dari biaya sosialnya.

4.4.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas atas parameter-parameter yang penting seringkali amat membantu dalam melakukan analisis sebuah sistem usahatani. Perubahan yang terjadi pada harga input akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap keuntungan dibandingkan dengan perubahan harga output. Hal ini disebabkan oleh karena input tertentu hanya merupakan bagian kecil dari total biaya, sedangkan perubahan harga output akan mempengaruhi pendapatan secara keseluruhan.

Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengubah nilai output gula dan juga perubahan pada beberapa input seperti rendemen, produktivitas, dan kredit. Berdasarkan perubahan nilai tersebut kemudian dianalisis perubahannya terhadap nilai rasio PAM.

Dokumen terkait