RINGKASAN
AULIA DINA PRAMESTI. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Giberelin terhadap Pertumbuhan Vegetatif Nenas (Ananas comosus L.Merr) Klon Pasir Kuda-1. (Dibimbing oleh DINY DINARTI dan SOBIR).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pupuk nitrogen dan giberelin serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nenas Klon Pasir Kuda-1. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda, Bogor pada bulan Maret – Juli 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk nitrogen dengan tiga taraf konsentrasi yaitu urea 0 g/l, 25 g/l dan 40 g/l. Faktor kedua adalah giberelin dengan tiga taraf konsentrasi 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm. Tanaman nenas yang digunakan berasal dari stek basal daun mahkota yang berumur 7.5 bulan setelah tanam (BST). Aplikasi pupuk nitrogen dilakukan dua minggu sekali. Giberelin diaplikasikan setiap sebulan sekali. Aplikasi pupuk nitrogen dan giberelin dilakukan selama 4 bulan. Volume siram pupuk nitrogen dan giberelin adalah 30 ml/tanaman. Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf 5%. Peubah yang diamati terdiri dari jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, warna daun dan stomata daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan giberelin pada konsentrasi dan intensitas yang diberikan tidak meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman nenas. Interaksi pupuk nitrogen dan giberelin berpengaruh terhadap peubah lebar daun saat 16 MSA. Peningkatan konsentrasi pupuk urea pada level konsentrasi giberelin yang sama relatif meningkatkan pertumbuhan lebar daun. Nenas tidak responsif terhadap dosis pupuk urea sampai 384 kg/ha dan giberelin sampai 50 ppm.
Latar Belakang
Nenas merupakan salah satu buah unggulan Indonesia dan memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Berdasarkan data BPS (2008) ekspor buah terbesar di Indonesia adalah nenas sebagai konsumsi segar. Produksi nenas di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 1 558 049 ton menduduki peringkat 4 dunia. Namun Indonesia hanya menyumbang 215 ton atau kurang dari 1% ekspor nenas dunia sebagai konsumsi segar (FAO, 2010).
Rendahnya ekspor nenas di Indonesia disebabkan oleh nenas yang diproduksi belum memenuhi standar mutu perdagangan dunia atau selera konsumen terutama untuk konsumsi segar (Deptan, 2008). Pengembangan varietas dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan varietas/klon unggul baru yang sesuai dengan karakter yang telah ditetapkan berdasarkan informasi pasar dan proyeksi kebutuhan konsumen yang akan datang (RUSNAS, 2008). Nenas klon Pasir Kuda-1 merupakan salah satu klon unggul yang berhasil dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) yang termasuk dalam kultivar Smooth
Cayenne. Smooth Cayenne adalah kultivar yang paling penting dalam
perdagangan dunia (Rohrbach et al., 2003).
Menurut Chan et al. (2003) nenas Smooth Cayenne biasanya diperbanyak menggunakan anakan yang sangat terbatas produksinya. Naibaho et al. (2008) menambahkan ketersediaan bibit anakan sangat terbatas, yaitu dua anakan per tanaman per tahun dan untuk mendapatkan produksi yang optimal dibutuhkan minimal 40 000 bibit nenas untuk tiap hektarnya. Alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan menggunakan stek basal daun mahkota sebagai bibit.
Stek basal daun mahkota adalah perbanyakan tanaman nenas dengan menggunakan tunas-tunas dorman yang terdapat pada mahkota nenas. Bahan perbanyakan yang dapat dihasilkan dari satu mahkota nenas sekitar 20 – 25 bahan stek sehingga jumlah bibit nenas yang dihasilkan cukup banyak (Octaviani, 2009). Tanaman yang berasal dari stek daun memiliki fase vegetatif yang lebih lama jika dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari anakan. Lamanya fase vegetatif
2
dipengaruhi oleh ukuran bibit. Semakin kecil ukuran bibit maka semakin sedikit jumlah daun. Jika jumlah daun sedikit pada awal penanaman maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fase generatif akan semakin lama. Menurut Wee dan Thongtham (1997) tanaman nenas memasuki fase generatif jika jumlah daun sudah mencapai 70-80 lembar. Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif adalah dengan menambahkan unsur hara dan zat pengatur tumbuh sehingga diharapkan tanaman lebih cepat berbuah.
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman (Prihmantoro, 1999) dan nitrogen cenderung merupakan unsur pembatas dalam pertumbuhan tanaman (Harjadi, 1993). Selain unsur hara, salah satu zat pengatur tumbuh yang mampu merangsang pertumbuhan adalah giberelin. Menurut Arteca (1996) giberelin mampu merangsang pembelahan dan pembesaran sel. Hasil penelitian Hayashi pada tahun 1961 menunjukkan bahwa pemberian GA3 melalui daun dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat karena terjadi peningkatan luas daun efektif sehingga fotosintesis meningkat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk nitrogen dan giberelin serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nenas Klon Pasir Kuda-1.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pupuk nitrogen akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif nenas. 2. Aplikasi giberelin akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif nenas.
3. Terdapat interaksi antara pupuk nitrogen dan giberelin terhadap pertumbuhan vegetatif nenas.
Botani
Nenas (Ananas comosus L.Merr) termasuk dalam famili Bromeliaceae. Bromeliaceae merupakan famili terbesar dari ordo Bromeliales yang penyebaran alaminya terbatas di Amerika. Nenas adalah tanaman parenial yang berbentuk semak dan termasuk dalam golongan monokotil (d‟Eeckenbrugge dan Leal,
2003).
Struktur morfologi nenas secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut d‟Eeckenbrugge dan Leal (2003) nenas memiliki batang yang panjangnya berukuran antara 25 - 50 cm dengan diameter 2 - 5 cm di bagian pangkal dan 5 - 8 cm di bagian ujung. Tinggi nenas dapat mencapai 1 - 2 m. Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak terlihat karena disekelilingnya tertutup oleh daun.
Gambar 1. Struktur Morfologi Tanaman Nenas Sumber: Royal University of Bhutan, 2008.
Mahkota buah Buah
Batang
Tunas ketiak daun Tunas tangkai buah
Daun
Akar serabut Tunas ketiak daun
4
Akar nenas dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar samping. Akar primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar samping. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monocotyledonae). Akar mampu menyebar secara lateral sampai 1 - 2 m dan kedalaman sampai 0.85 m di bawah kondisi ideal (d‟Eeckenbrugge dan Leal,
2003).
Panjang daun dapat mencapai 1.6 m dan lebar 7 cm. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 40 - 80 helai yang tata letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan kiri. Daun nenas berbentuk pedang, agak kaku, berserat, beralur dan tidak mempunyai tulang daun utama. Daunnya ada yang tumbuh duri tajam dan ada yang tidak berduri. Ada juga yang durinya hanya terdapat di ujung daun
(d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003).
Nenas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 50 - 200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10 - 15 hari (d‟Eeckenbrugge dan Leal,
2003).
Menurut Wee dan Thongtham (1997) buah nenas berbentuk silinder dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota. Ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota ganda). Selain tunas mahkota juga terbentuk tunas batang (slips) yaitu tunas yang tumbuh pada batang dibawah buah dan tunas ketiak daun (suckers) yang kedua-duanya dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan.
Deskripsi Nenas Klon Pasir Kuda-1
Nenas Klon Pasir Kuda-1 termasuk dalam kultivar Smooth Cayenne. Deskripsi nenas Klon Pasir Kuda-1 adalah:
1. Tinggi tanaman 84 cm. 2. Diameter tajuk 134 - 140 cm. 3. Jumlah daun 32. 4. Lebar daun 5.4 - 5.7 cm. 5. Panjang daun 83 - 85 cm. 6. Umur berbunga 13 BST
7. Umur panen 16 BST (Bulan Sesudah Tanam).
8. Panjang tangkai buah 16 cm. 9. Bobot buah 1360 gram. 10.Bobot mahkota 280 gram. 11.Diameter buah 10 - 11cm. 12.Panjang buah 12 - 13 cm. 13.Tebal daging buah 4 cm.
14.Diameter empulur 2,10 cm. 15.Nilai TSS (°Brix) : 20 - 22. 16.Total asam daging buah : 0.7 -
0.8.
17.Tepi daun tidak berduri. 18.Warna buah matang kuning
merata.
19.Warna daging buah kuning cerah.
Sumber: PKBT, 2010.
Syarat Tumbuh
Pemilihan lahan untuk nenas ditentukan berdasarkan empat faktor utama yaitu kemiringan lahan, aspek lingkungan, tanah dan air (Gene Technology Regulator, 2003). Nenas dibudidayakan antara 250LU dan LS. Umur tanaman meningkat sejalan dengan semakin jauhnya dari ekuator dan semakin tingginya tempat tumbuh (Wee dan Thongtham, 1997).
Nenas dapat tumbuh dengan baik pada suhu hangat dengan perbedaan suhu yang kecil selama setahun. Nakasone dan Paull (1998) mengemukakan bahwa kisaran suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan nenas 150C – 200C, sedangkan kisaran suhu maksimum 250C – 320C. Prihatman (2000) menambahkan bahwa nenas dapat tumbuh baik jika cahaya dan suhu diterima secara maksimum. Nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33 - 71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2 000 jam.
Di Florida, nenas mampu bertahan hidup pada suhu 280F (-2.20C) tetapi daun mengalami kerusakan dan mati pada suhu yang lebih rendah. Suhu yang terlalu rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan akar. Suhu yang terlalu panas menyebabkan tanaman terbakar dan buah mudah retak (Malo dan Campbell, 1994).
Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman nanas yang optimal adalah 1000 – 1500 mm/th atau 83.33 – 125 mm/bln atau 2.78 –
4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998). Menurut Hepton (2003) jika curah hujan kurang dari 5 cm/bln pertumbuhannya akan terhambat, siklus panen menjadi lebih lama, dan rata-rata bobot buah berkurang.
6
Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh baik pada tanah alluvial muda dan alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah asam cocok untuk pertanaman nenas. Pada pH 4.5 – 5.5 soil born disease dapat dikurangi. Tanah liat yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak kondusif bagi pertanaman nenas (Evans et al., 2002).
Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, berat, dan jumlah sel (Lakitan, 1996). Menurut Salisbury dan Ross (1995) ciri pertumbuhan dapat diukur melalui pengukuran pertambahan volume. Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang, diameter, atau luas.
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi melalui tiga proses sederhana yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Sel dapat membelah ke arah yang berbeda-beda. Pembesaran sel sebagian besar merupakan peristiwa penyerapan air ke dalam vakuola yang mengembang. Pada organ tumbuhan yang memanjang, pembesaran terjadi terutama ke satu dimensi hanya ke arah memanjangnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman nanas membentuk suatu roset yang lambat laun daun-daunnya yang lebih besar mencapai ukuran yang mencerminkan keadaan pertumbuhan normal. Setelah itu ukuran daun konstan jika meristem pucuknya telah menghasilkan 70 - 80 lembar daun dengan kecepatan satu lembar daun per minggu selama periode pertumbuhannya yang cepat (Wee dan Thongtham, 1997).
Pemupukan
Pemberian pupuk pada tanaman nenas dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui akar atau penyemprotan melalui daun dalam bentuk larutan (Seaver, 2000). Pupuk anorganik NPK dan urea sangat dibutuhkan tanaman nenas. Pada periode pertumbuhan 2 - 11 bulan nenas membutuhkan nutrisi tambahan (Rohrbach, 2002). Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan. Kalium diperlukan untuk perkembangan buah (Lakitan, 2004).
Cara pemupukan melalui daun biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pemupukan melalui akar. Pemupukan melalui daun diharapkan pupuk dapat langsung diserap dan digunakan tanaman. Pemupukan melalui daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air kemudian larutan disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 1999).
Pemupukan pada tanaman nenas pertama kali dilakukan pada saat pembibitan dengan pupuk kandang. Pemupukan di lahan dilakukan sebelum penanaman menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur 2 - 3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3 - 4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10 - 15 cm diantara barisan tanaman nenas, kemudian ditutup dengan tanah. Cara lain adalah disemprotkan pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram urea per liter atau kurang lebih 900 liter larutan urea per hektar (Prihatman, 2000).
Menurut Hepton (2003) total nutrisi yang diberikan pada tanaman nanas ditentukan oleh tiga tahap penting yaitu pemupukan sebelum tanam dengan cara ditebar untuk perbaikan tanah, pemupukan setelah tanam untuk meningkatkan munculnya akar dan penyerapan nutrisi, dan terakhir pemupukan dalam larikan atau pemupukan daun untuk menambah nutrisi yang mungkin masih terbatas. Ketepatan tempat pemupukan setelah tanam dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan penyerapan N, P, dan K untuk perkembangan kanopi daun. Pemupukan dalam larikan harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan perakaran dan tanaman muda selama 3 - 4 bulan sampai kanopi cukup perkembangannya untuk membuat aplikasi pemupukan daun efisien dan efektif.
Pemupukan melalui daun
Pupuk daun biasanya diberikan pada tanaman dalam bentuk cair dengan konsentrasi tertentu sesuai kebutuhan. Volume semprot yang digunakan pada tanaman nenas berkisar antara 225 – 2 250 liter/ha. Besarnya volume semprot tergantung umur tanaman (ukuran kanopi), volume semprot diharuskan mengenai seluruh permukaan tanpa melukai jaringan daun (Hepton, 2003).
8
Menurut Prihmantoro (1999) respon tanaman terhadap pemupukan melalui daun tergantung dari bentuk pupuk, frekuensi aplikasi pupuk, spesies tanaman dan fase pertumbuhan tanaman. Penyemprotan dilaksanakan selama pertumbuhan sampai tanaman tiba masanya untuk berbunga, yaitu pada saat fase vegetatifnya telah maksimum. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki warna daun, kualitas dan besarnya buah.
Banyak unsur hara dapat diserap lewat daun dan penyerapannya berlangsung cepat. Pemupukan lewat daun untuk tanaman nenas mudah diaplikasikan. Penyerapan nutrisi terjadi melewati kutikula dan nutrisi disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Struktur morfologi tanaman nenas memudahkan dalam menerima larutan semprot dan menyalurkannya ke akar adventif yang berada di pangkal daun (Hepton, 2003).
Menurut Ignatieff dan Page (1958) terdapat beberapa kesulitan dalam melakukan penyemprotan pupuk daun. Pertama, terbakarnya daun karena larutan pupuk yang terlalu pekat. Kedua, sedikitnya nutrisi yang diaplikasikan dalam bentuk pupuk tunggal. Ketiga, beberapa aplikasi membutuhkan pupuk dalam jumlah yang tinggi. Keempat, tingginya biaya setiap unit nutrisi tanaman dan peralatannya.
Nitrogen
Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial seperti protein dan enzim. Selain itu, nitrogen juga terkandung dalam klorofil (Lakitan, 2004). Nitrogen cenderung menjadi pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Kandungan nitrogen dalam tanah tergantung kandungan bahan organik dan jasad renik. Akibatnya jumlah nitrogen yang tersedia tergantung cara budidaya tanaman dan pemupukan. Pemupukan bertanggung jawab pada sebagian besar nitrogen yang tersedia dalam tanah yang telah diusahakan secara intensif (Harjadi, 1993).
Sumber nitrogen dapat diperoleh antara lain dari hasil mineralisasi nitrogen organik tanah, atmosfer, pupuk kandang, dan pemberian pupuk buatan. Nitrogen yang hilang atau berkurang dapat disebabkan antara lain pencucian oleh air hujan, penguapan, denitrifikasi, dan erosi tanah (Laegreid et al., 1999)
Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman agar subur, tetapi bukan diperlukan pada saat rangsangan bunga, sebab pertumbuhan yang subur akan mengurangi reaksi pembungaan (Wee dan Thongtham, 1997).Prihmantoro (1999) menambahkan bahwa tanaman buah membutuhkan banyak nutrisi pada masa vegetatif. Tanaman membutuhkan pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi untuk pertumbuhan. Pertumbuhan daun sangat penting karena daun merupakan tempat mengolah makanan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pertumbuhan yang cepat terkadang tidak disertai dengan ketersediaan unsur hara yang cukup. Menurut Lakitan (2004), tanaman yang kekurangan unsur hara nitrogen tajuknya akan berwarna hijau terang, daun tua menguning, mengering, menjadi berwarna coklat muda. Namun, gejala kekurangan suatu unsur hara yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama tergantung spesies tanaman, tingkat keseriusan masalah, dan fase pertumbuhan tanaman.
Giberelin
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang merangsang pembelahan sel atau pemanjangan sel dan dikenal sebagai gibberellic acid (GA3). GA3 adalah giberelin yang pertama kali tersedia secara komersial. Giberelin telah digunakan sebagai standar dalam sistem bioassay (Arteca, 1996). Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemanjangan batang pada keseluruhan tumbuhan oleh giberelin disebabkan oleh tiga peristiwa. Pertama, pembelahan sel dipacu di apeks tajuk terutama di sel meristematik yang terletak lebih bawah yang menumbuhkan jalur panjang sel korteks dan sel empulur. Kedua, giberelin memacu pertumbuhan sel karena zat itu meningkatkan hidrolisis pati, fruktan, dan sukrosa menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Ketiga, giberelin sering meningkatkan plastisitas.
Menurut Moore (1979) giberelin dihasilkan di meristem apikal tunas ujung dan akar, daun muda serta embrio. Arteca (1996) menambahkan secara umum giberelin disintesis melalui lintasan asam mevalonik pada tunas muda yang tumbuh aktif dan biji yang berkembang. Daun muda merupakan tempat sintesis geberelin yang utama kemudian ditransportasikan ke seluruh tanaman secara nonpolar. Akar juga mempunyai kemampuan mensintesis giberelin yang
10
ditransportasikan ke tunas melalui xilem. Giberelin yang tinggi ditemukan pada biji yang belum matang.
Giberelin berkaitan dengan proses fisiologi tanaman. Genus atau spesies dan faktor lain menentukan jenis giberelin yang lebih efektif digunakan. Proses fisiologi yang dipengaruhi oleh giberelin antara lain pertumbuhan tanaman, pembungaan, perkecambahan, dormansi, ekpresi seks, senescence, partenokarpi, dan fruit set (Arteca, 1996). Giberelin mendukung pembentukan enzim protolitik yang akan membebaskan tryptophan sebagai bentuk asal dari auksin. Hal ini berarti bahwa giberelin dapat meningkatkan kandungan auksin (Abidin, 1983).
Banyak tanaman biennial (dua tahunan) dapat dirangsang untuk mempunyai siklus hidup setahun menggunakan giberelin. Giberelin berbeda dengan auksin, giberelin lebih efektif pada tanaman utuh sedangkan kebanyakan pengaruh auksin terlihat pada organ-organ yang dipotong (Heddy, 1989).
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan pertumbuhan oleh GA3 disebabkan oleh adanya peningkatan luas daun efektif, peningkatan fotosintesis, atau modifikasi penyaluran fotosintat. Hasil penelitian Hayashi pada tahun 1961 menunjukkan bahwa pemberian GA3 melalui daun dapat meningkatkan pertumbuhan karena terjadi peningkatan luas daun efektif sehingga fotosintesis meningkat (Arteca, 1996).
Respon positif terhadap giberelin terjadi dalam kisaran konsentrasi yang luas. Kandungan GA yang tinggi tidak bersifat racun dan tidak menyebabkan respon negatif, kecuali pada tanaman kerdil yang peka (Gardner et al.,1991). Pengaruh pemberian GA3 melalui akar dalam fotosintesis dan pertumbuhan telah dievaluasi pada beberapa spesies tanaman termasuk tanaman C3 dan C4. Respon terhadap pemberian GA3 melalui akar tidak berkaitan dengan monokotil atau dikotil, fotosintesis C3 atau C4, tetapi tergantung pada spesiesnya (Arteca, 1996).
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Pasir Kuda dengan ketinggian 261 m diatas permukaan laut dan suhu pada bulan Maret sampai Juni berkisar antara 25.9 - 27.10C. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2010.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah nenas klon Pasir Kuda-1 yang berasal dari stek basal daun mahkota. Nenas berumur 7.5 BST (Bulan Setelah Tanam) atau 3 bulan di pembibitan dan 4.5 bulan di lahan, pupuk urea, giberelin SUN NEO (GA3 10%), alkohol dan air. Sedangkan alat yang digunakan selama penelitian adalah label, alat siram, alat budidaya, ember, alat takar, timbangan, BWD (Bagan Warna Daun), penggaris dan meteran.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktorial 3 x 3 yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah pupuk nitrogen dengan tiga taraf konsentrasi yaitu urea 0 g/l, 25 g/l dan 40 g/l. Faktor kedua adalah giberelin dengan tiga taraf konsentrasi 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm.
Penelitian ini terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 8 tanaman sehingga terdapat 216 tanaman nenas yang diamati seluruhnya. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. P0G0 : pupuk urea 0 g/l + giberelin 0 ppm 2. P0G1 : pupuk urea 0 g/l + giberelin 25 ppm 3. P0G2 : pupuk urea 0 g/l + giberelin 50 ppm 4. P1G0 : pupuk urea 25 g/l + giberelin 0 ppm 5. P1G1 : pupuk urea 25 g/l + giberelin 25 ppm
12
6. P1G2 : pupuk urea 25 g/l + giberelin 50 ppm 7. P2G0 : pupuk urea 40 g/l + giberelin 0 ppm 8. P2G1 : pupuk urea 40 g/l + giberelin 25 ppm 9. P2G2 : pupuk urea 40 g/l + giberelin 50 ppm
Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf 5%.
Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = Pertumbuhan vegetatif dari kelompok ke-i, pupuk nitrogen ke-j, giberelin ke-k.
µ = Rataan umum.
Ui = Pengaruh kelompok ke-i. Pj = Pengaruh pupuk nitrogen ke-j. Gk = Pengaruh giberelin ke-k.
(P x G)jk = Pengaruh interaksi antara pupuk nitrogen (P) dan giberelin (G).
Pelaksanaan Penelitian
Pertama kali dilakukan pengamatan peubah vegetatif 216 tanaman nenas yang dilakukan sebelum aplikasi. Peubah vegetatif yang diamati meliputi jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan tinggi tanaman. Selanjutnya dilakukan aplikasi sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan. Aplikasi pupuk urea dilakukan dua minggu sekali. Giberelin diaplikasikan setiap sebulan sekali. Aplikasi dilakukan selama 4 bulan. Setiap 2 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) dilakukan pengamatan peubah vegetatif sampai 16 MSA. Pengamatan warna daun dilakukan saat 16 MSA.
Volume siram pupuk urea dan giberelin adalah 30 ml/tanaman. Larutan disiramkan di bagian tengah tanaman. Struktur morfologi tanaman nenas memudahkan dalam menerima larutan dan menyalurkannya ke akar adventif yang berada di basal daun (Hepton, 2003). Larutan pupuk urea diperoleh dari campuran pupuk urea dan air dengan konsentrasi yang sudah ditentukan yaitu 25 gram/liter dan 40 gram/liter. Pembuatan larutan giberelin pada penelitian ini dibutuhkan giberelin SUN NEO (GA3 10%), alkohol dan air. Serbuk giberelin ditambah
sedikit alkohol agar mudah larut kemudian dicampur dengan air sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi 25 ppm diperoleh dari 1 gram giberelin yang ditambah 4 liter air. Konsentrasi 50 ppm diperoleh dari 1 gram giberelin yang ditambah 2 liter air.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma dan pengendalian hama. Pengendalian gulma dilakukan dua minggu sekali dengan cara mencabut gulma. Hama dikendalikan dengan cara membunuhnya secara manual menggunakan tangan atau alat budidaya.
Pengamatan
Peubah yang diamati antara lain:
1. Jumlah Daun