PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN GIBERELIN
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
NENAS (
Ananas comosus
L.Merr) KLON PASIR KUDA-1
AULIA DINA PRAMESTI
A24061714
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
AULIA DINA PRAMESTI. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Giberelin terhadap Pertumbuhan Vegetatif Nenas (Ananas comosus L.Merr) Klon
Pasir Kuda-1. (Dibimbing oleh DINY DINARTI dan SOBIR).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pupuk nitrogen dan
giberelin serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nenas Klon Pasir
Kuda-1. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda, Bogor pada
bulan Maret – Juli 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk nitrogen dengan tiga
taraf konsentrasi yaitu urea 0 g/l, 25 g/l dan 40 g/l. Faktor kedua adalah giberelin
dengan tiga taraf konsentrasi 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm. Tanaman nenas yang
digunakan berasal dari stek basal daun mahkota yang berumur 7.5 bulan setelah
tanam (BST). Aplikasi pupuk nitrogen dilakukan dua minggu sekali. Giberelin
diaplikasikan setiap sebulan sekali. Aplikasi pupuk nitrogen dan giberelin
dilakukan selama 4 bulan. Volume siram pupuk nitrogen dan giberelin adalah
30 ml/tanaman. Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berbeda
nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf 5%. Peubah yang diamati
terdiri dari jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, warna daun
dan stomata daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan
giberelin pada konsentrasi dan intensitas yang diberikan tidak meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman nenas. Interaksi pupuk nitrogen dan giberelin
berpengaruh terhadap peubah lebar daun saat 16 MSA. Peningkatan konsentrasi
pupuk urea pada level konsentrasi giberelin yang sama relatif meningkatkan
pertumbuhan lebar daun. Nenas tidak responsif terhadap dosis pupuk urea sampai
PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN GIBERELIN
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
NENAS (
Ananas comosus
L.Merr) KLON PASIR KUDA-1
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
AULIA DINA PRAMESTI
A24061714
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
KLON PASIR KUDA-1
Nama : AULIA DINA PRAMESTI
NIM : A24061714
Menyetujui:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Diny Dinarti, MSi Dr.Ir. Sobir, MSi
NIP.19660408 199203 2 003 NIP.19640512 198903 1 002
Mengetahui:
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP.19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surakarta, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal
9 Februari 1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Sugeng Iriyanto dan
Ibu Kusmiyatun.
Tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN II
Gemolong dan lulus dari SLTPN I Gemolong pada tahun 2003. Penulis
melanjutkan pendidikannya di SMAN I Gemolong dan menamatkannya pada
tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya
pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan non kurikuler menjadi panitia seminar Training Penulisan Ilmiah tahun 2008. Panitia HERBAL 44 dan SAUNG
TANI pada tahun 2008. Praktek magang di LIPI UPT Balai Konservasi
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Giberelin terhadap Pertumbuhan Vegetatif Nenas (Ananas comosus L.Merr) Klon Pasir Kuda-1” dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda, Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ir. Diny Dinarti, MSi dan Dr.Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan saran selama pelaksanaan penelitian
dan penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Winarso D Widodo, MS selaku dosen penguji.
3. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Agr selaku pembimbing akademik.
4. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teknisi kebun dan teknisi
laboratorium yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
5. Ayahanda Sugeng Iriyanto, Ibunda Kusmiyatun, dan Kakak Rizqia Annisa
Paramita serta teman-teman AGH 43 yang telah memberikan dukungan yang
tulus baik moril maupun materiil serta telah menyampaikan kritik dan saran
yang membangun.
Bogor, Januari 2011
DAFTAR ISI
Deskripsi Nenas Klon Pasir Kuda-1 ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Interaksi antara Nitrogen dan Giberelin ... 21
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rekapitulasi Respon, Peluang, dan Koefisien Keragaman ... 17 2. Rata-rata Pertambahan Lebar Daun Hasil Perlakuan Giberelin (G) ... 19 3. Rata-rata Pertambahan Lebar Daun saat 16 MSA Hasil Perlakuan Pupuk
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur Morfologi Tanaman Nenas ... 3
2. Pengelompokan daun nanas menurut Sideris dan Kraus (1963) ... 13
3. Pengamatan Beberapa Peubah Vegetatif Tanaman ... 14
4. Tanaman Nanas di Kebun Percobaan Pasir Kuda ... 15
5. Kondisi Beberapa Tanaman yang Ditemukan Selama Penelitian ... 16
6. Pertambahan Jumlah Daun pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda ... 18
7. Pertambahan Panjang Daun pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda ... 19
8. Pertambahan Lebar Daun pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda ... 20
9. Pertambahan Tinggi Tanaman pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda ... 20
10. Persentase Warna Hijau Daun pada Perlakuan yang Berbeda. ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Klimatologi ... 29
2. Data Hasil Analisis Tanah ... 29
3. Sidik Ragam Jumlah Daun ... 30
4. Sidik Ragam Panjang Daun ... 31
5. Sidik Ragam Lebar Daun ... 32
6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman ... 33
7. Sidik Ragam Warna Daun ... 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nenas merupakan salah satu buah unggulan Indonesia dan memiliki
potensi ekonomi yang tinggi. Berdasarkan data BPS (2008) ekspor buah terbesar
di Indonesia adalah nenas sebagai konsumsi segar. Produksi nenas di Indonesia
pada tahun 2009 sebesar 1 558 049 ton menduduki peringkat 4 dunia. Namun
Indonesia hanya menyumbang 215 ton atau kurang dari 1% ekspor nenas dunia
sebagai konsumsi segar (FAO, 2010).
Rendahnya ekspor nenas di Indonesia disebabkan oleh nenas yang
diproduksi belum memenuhi standar mutu perdagangan dunia atau selera
konsumen terutama untuk konsumsi segar (Deptan, 2008). Pengembangan
varietas dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan varietas/klon unggul baru
yang sesuai dengan karakter yang telah ditetapkan berdasarkan informasi pasar
dan proyeksi kebutuhan konsumen yang akan datang (RUSNAS, 2008). Nenas
klon Pasir Kuda-1 merupakan salah satu klon unggul yang berhasil dikembangkan
oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) yang termasuk dalam kultivar Smooth
Cayenne. Smooth Cayenne adalah kultivar yang paling penting dalam
perdagangan dunia (Rohrbach et al., 2003).
Menurut Chan et al. (2003) nenas Smooth Cayenne biasanya diperbanyak
menggunakan anakan yang sangat terbatas produksinya. Naibaho et al. (2008)
menambahkan ketersediaan bibit anakan sangat terbatas, yaitu dua anakan per
tanaman per tahun dan untuk mendapatkan produksi yang optimal dibutuhkan
minimal 40 000 bibit nenas untuk tiap hektarnya. Alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan menggunakan stek basal daun
mahkota sebagai bibit.
Stek basal daun mahkota adalah perbanyakan tanaman nenas dengan
menggunakan tunas-tunas dorman yang terdapat pada mahkota nenas. Bahan
perbanyakan yang dapat dihasilkan dari satu mahkota nenas sekitar 20 – 25 bahan
stek sehingga jumlah bibit nenas yang dihasilkan cukup banyak (Octaviani, 2009).
Tanaman yang berasal dari stek daun memiliki fase vegetatif yang lebih lama jika
dipengaruhi oleh ukuran bibit. Semakin kecil ukuran bibit maka semakin sedikit
jumlah daun. Jika jumlah daun sedikit pada awal penanaman maka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai fase generatif akan semakin lama. Menurut Wee dan
Thongtham (1997) tanaman nenas memasuki fase generatif jika jumlah daun
sudah mencapai 70-80 lembar. Salah satu usaha untuk meningkatkan
pertumbuhan vegetatif adalah dengan menambahkan unsur hara dan zat pengatur
tumbuh sehingga diharapkan tanaman lebih cepat berbuah.
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
besar pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman (Prihmantoro, 1999) dan
nitrogen cenderung merupakan unsur pembatas dalam pertumbuhan tanaman
(Harjadi, 1993). Selain unsur hara, salah satu zat pengatur tumbuh yang mampu
merangsang pertumbuhan adalah giberelin. Menurut Arteca (1996) giberelin
mampu merangsang pembelahan dan pembesaran sel. Hasil penelitian Hayashi
pada tahun 1961 menunjukkan bahwa pemberian GA3 melalui daun dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat karena terjadi peningkatan luas daun
efektif sehingga fotosintesis meningkat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk nitrogen dan
giberelin serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nenas Klon Pasir
Kuda-1.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pupuk nitrogen akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif nenas.
2. Aplikasi giberelin akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif nenas.
3. Terdapat interaksi antara pupuk nitrogen dan giberelin terhadap pertumbuhan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Nenas (Ananas comosus L.Merr) termasuk dalam famili Bromeliaceae.
Bromeliaceae merupakan famili terbesar dari ordo Bromeliales yang penyebaran
alaminya terbatas di Amerika. Nenas adalah tanaman parenial yang berbentuk semak dan termasuk dalam golongan monokotil (d‟Eeckenbrugge dan Leal,
2003).
Struktur morfologi nenas secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.
Menurut d‟Eeckenbrugge dan Leal (2003) nenas memiliki batang yang
panjangnya berukuran antara 25 - 50 cm dengan diameter 2 - 5 cm di bagian
pangkal dan 5 - 8 cm di bagian ujung. Tinggi nenas dapat mencapai 1 - 2 m.
Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga
secara visual batang tersebut tidak terlihat karena disekelilingnya tertutup oleh
daun.
Gambar 1. Struktur Morfologi Tanaman Nenas
Sumber: Royal University of Bhutan, 2008.
Mahkota buah
Buah
Batang
Tunas ketiak daun Tunas tangkai buah
Daun
Akar nenas dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar samping. Akar
primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar samping.
Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut
spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan
kiri. Daun nenas berbentuk pedang, agak kaku, berserat, beralur dan tidak
mempunyai tulang daun utama. Daunnya ada yang tumbuh duri tajam dan ada
yang tidak berduri. Ada juga yang durinya hanya terdapat di ujung daun
(d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003).
Nenas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya.
Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 50 - 200, masing-masing
berkedudukan di ketiak daun pelindung. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian
dasar menuju bagian atas memakan waktu 10 - 15 hari (d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003).
Menurut Wee dan Thongtham (1997) buah nenas berbentuk silinder
dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang disebut
mahkota. Ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula
tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota
ganda). Selain tunas mahkota juga terbentuk tunas batang (slips) yaitu tunas yang
tumbuh pada batang dibawah buah dan tunas ketiak daun (suckers) yang
kedua-duanya dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan.
Deskripsi Nenas Klon Pasir Kuda-1
Nenas Klon Pasir Kuda-1 termasuk dalam kultivar Smooth Cayenne.
Deskripsi nenas Klon Pasir Kuda-1 adalah:
5
7. Umur panen 16 BST (Bulan Sesudah Tanam).
8. Panjang tangkai buah 16 cm. 9. Bobot buah 1360 gram.
Pemilihan lahan untuk nenas ditentukan berdasarkan empat faktor utama
yaitu kemiringan lahan, aspek lingkungan, tanah dan air (Gene Technology
Regulator, 2003). Nenas dibudidayakan antara 250LU dan LS. Umur tanaman
meningkat sejalan dengan semakin jauhnya dari ekuator dan semakin tingginya
tempat tumbuh (Wee dan Thongtham, 1997).
Nenas dapat tumbuh dengan baik pada suhu hangat dengan perbedaan
suhu yang kecil selama setahun. Nakasone dan Paull (1998) mengemukakan
bahwa kisaran suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan nenas 150C – 200C,
sedangkan kisaran suhu maksimum 250C – 320C. Prihatman (2000) menambahkan
bahwa nenas dapat tumbuh baik jika cahaya dan suhu diterima secara maksimum.
Nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33 - 71% dari
kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2 000 jam.
Di Florida, nenas mampu bertahan hidup pada suhu 280F (-2.20C) tetapi
daun mengalami kerusakan dan mati pada suhu yang lebih rendah. Suhu yang
terlalu rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan akar. Suhu
yang terlalu panas menyebabkan tanaman terbakar dan buah mudah retak (Malo
dan Campbell, 1994).
Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman nanas
yang optimal adalah 1000 – 1500 mm/th atau 83.33 – 125 mm/bln atau 2.78 –
4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998). Menurut Hepton (2003) jika curah hujan
kurang dari 5 cm/bln pertumbuhannya akan terhambat, siklus panen menjadi lebih
Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh
baik pada tanah alluvial muda dan alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah
asam cocok untuk pertanaman nenas. Pada pH 4.5 – 5.5 soil born disease dapat
dikurangi. Tanah liat yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak
kondusif bagi pertanaman nenas (Evans et al., 2002).
Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran,
berat, dan jumlah sel (Lakitan, 1996). Menurut Salisbury dan Ross (1995) ciri
pertumbuhan dapat diukur melalui pengukuran pertambahan volume.
Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu
atau dua arah, seperti panjang, diameter, atau luas.
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi melalui tiga proses sederhana
yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Sel dapat membelah ke
arah yang berbeda-beda. Pembesaran sel sebagian besar merupakan peristiwa
penyerapan air ke dalam vakuola yang mengembang. Pada organ tumbuhan yang
memanjang, pembesaran terjadi terutama ke satu dimensi hanya ke arah
memanjangnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman nanas membentuk suatu roset yang lambat laun daun-daunnya
yang lebih besar mencapai ukuran yang mencerminkan keadaan pertumbuhan
normal. Setelah itu ukuran daun konstan jika meristem pucuknya telah
menghasilkan 70 - 80 lembar daun dengan kecepatan satu lembar daun per
minggu selama periode pertumbuhannya yang cepat (Wee dan Thongtham, 1997).
Pemupukan
Pemberian pupuk pada tanaman nenas dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu pemupukan melalui akar atau penyemprotan melalui daun dalam bentuk
larutan (Seaver, 2000). Pupuk anorganik NPK dan urea sangat dibutuhkan
tanaman nenas. Pada periode pertumbuhan 2 - 11 bulan nenas membutuhkan
nutrisi tambahan (Rohrbach, 2002). Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal
7
Cara pemupukan melalui daun biasanya digunakan untuk mengatasi
masalah pemupukan melalui akar. Pemupukan melalui daun diharapkan pupuk
dapat langsung diserap dan digunakan tanaman. Pemupukan melalui daun
dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air kemudian larutan
disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 1999).
Pemupukan pada tanaman nenas pertama kali dilakukan pada saat
pembibitan dengan pupuk kandang. Pemupukan di lahan dilakukan sebelum
penanaman menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar.
Pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur 2 - 3 bulan dengan
pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3 - 4 bulan sekali
sampai tanaman berbunga dan berbuah. Cara pemberian pupuk
dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10 - 15 cm diantara barisan
tanaman nenas, kemudian ditutup dengan tanah. Cara lain adalah disemprotkan
pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram urea per liter atau
kurang lebih 900 liter larutan urea per hektar (Prihatman, 2000).
Menurut Hepton (2003) total nutrisi yang diberikan pada tanaman nanas
ditentukan oleh tiga tahap penting yaitu pemupukan sebelum tanam dengan cara ditebar untuk perbaikan tanah, pemupukan setelah tanam untuk meningkatkan
munculnya akar dan penyerapan nutrisi, dan terakhir pemupukan dalam larikan
atau pemupukan daun untuk menambah nutrisi yang mungkin masih terbatas.
Ketepatan tempat pemupukan setelah tanam dapat meningkatkan pertumbuhan
akar dan penyerapan N, P, dan K untuk perkembangan kanopi daun. Pemupukan
dalam larikan harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan
perakaran dan tanaman muda selama 3 - 4 bulan sampai kanopi cukup
perkembangannya untuk membuat aplikasi pemupukan daun efisien dan efektif.
Pemupukan melalui daun
Pupuk daun biasanya diberikan pada tanaman dalam bentuk cair dengan
konsentrasi tertentu sesuai kebutuhan. Volume semprot yang digunakan pada
tanaman nenas berkisar antara 225 – 2 250 liter/ha. Besarnya volume semprot
tergantung umur tanaman (ukuran kanopi), volume semprot diharuskan mengenai
Menurut Prihmantoro (1999) respon tanaman terhadap pemupukan melalui
daun tergantung dari bentuk pupuk, frekuensi aplikasi pupuk, spesies tanaman dan
fase pertumbuhan tanaman. Penyemprotan dilaksanakan selama pertumbuhan
sampai tanaman tiba masanya untuk berbunga, yaitu pada saat fase vegetatifnya
telah maksimum. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki warna daun, kualitas dan
besarnya buah.
Banyak unsur hara dapat diserap lewat daun dan penyerapannya
berlangsung cepat. Pemupukan lewat daun untuk tanaman nenas mudah
diaplikasikan. Penyerapan nutrisi terjadi melewati kutikula dan nutrisi disalurkan
ke seluruh bagian tanaman. Struktur morfologi tanaman nenas memudahkan
dalam menerima larutan semprot dan menyalurkannya ke akar adventif yang
berada di pangkal daun (Hepton, 2003).
Menurut Ignatieff dan Page (1958) terdapat beberapa kesulitan dalam
melakukan penyemprotan pupuk daun. Pertama, terbakarnya daun karena larutan
pupuk yang terlalu pekat. Kedua, sedikitnya nutrisi yang diaplikasikan dalam
bentuk pupuk tunggal. Ketiga, beberapa aplikasi membutuhkan pupuk dalam
jumlah yang tinggi. Keempat, tingginya biaya setiap unit nutrisi tanaman dan peralatannya.
Nitrogen
Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial
seperti protein dan enzim. Selain itu, nitrogen juga terkandung dalam klorofil
(Lakitan, 2004). Nitrogen cenderung menjadi pembatas dalam pertumbuhan
tanaman. Kandungan nitrogen dalam tanah tergantung kandungan bahan organik
dan jasad renik. Akibatnya jumlah nitrogen yang tersedia tergantung cara
budidaya tanaman dan pemupukan. Pemupukan bertanggung jawab pada sebagian
besar nitrogen yang tersedia dalam tanah yang telah diusahakan secara intensif
(Harjadi, 1993).
Sumber nitrogen dapat diperoleh antara lain dari hasil mineralisasi
nitrogen organik tanah, atmosfer, pupuk kandang, dan pemberian pupuk buatan.
Nitrogen yang hilang atau berkurang dapat disebabkan antara lain pencucian oleh
9
Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman agar subur, tetapi bukan
diperlukan pada saat rangsangan bunga, sebab pertumbuhan yang subur akan
mengurangi reaksi pembungaan (Wee dan Thongtham, 1997).Prihmantoro (1999)
menambahkan bahwa tanaman buah membutuhkan banyak nutrisi pada masa
vegetatif. Tanaman membutuhkan pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi
untuk pertumbuhan. Pertumbuhan daun sangat penting karena daun merupakan
tempat mengolah makanan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pertumbuhan yang cepat terkadang tidak disertai dengan ketersediaan
unsur hara yang cukup. Menurut Lakitan (2004), tanaman yang kekurangan unsur
hara nitrogen tajuknya akan berwarna hijau terang, daun tua menguning,
mengering, menjadi berwarna coklat muda. Namun, gejala kekurangan suatu
unsur hara yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama tergantung spesies
tanaman, tingkat keseriusan masalah, dan fase pertumbuhan tanaman.
Giberelin
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang merangsang pembelahan sel
atau pemanjangan sel dan dikenal sebagai gibberellic acid (GA3). GA3 adalah
giberelin yang pertama kali tersedia secara komersial. Giberelin telah digunakan
sebagai standar dalam sistem bioassay (Arteca, 1996). Menurut Salisbury dan
Ross (1995) pemanjangan batang pada keseluruhan tumbuhan oleh giberelin
disebabkan oleh tiga peristiwa. Pertama, pembelahan sel dipacu di apeks tajuk
terutama di sel meristematik yang terletak lebih bawah yang menumbuhkan jalur
panjang sel korteks dan sel empulur. Kedua, giberelin memacu pertumbuhan sel
karena zat itu meningkatkan hidrolisis pati, fruktan, dan sukrosa menjadi molekul
glukosa dan fruktosa. Ketiga, giberelin sering meningkatkan plastisitas.
Menurut Moore (1979) giberelin dihasilkan di meristem apikal tunas ujung
dan akar, daun muda serta embrio. Arteca (1996) menambahkan secara umum
giberelin disintesis melalui lintasan asam mevalonik pada tunas muda yang
tumbuh aktif dan biji yang berkembang. Daun muda merupakan tempat sintesis
geberelin yang utama kemudian ditransportasikan ke seluruh tanaman secara
ditransportasikan ke tunas melalui xilem. Giberelin yang tinggi ditemukan pada
biji yang belum matang.
Giberelin berkaitan dengan proses fisiologi tanaman. Genus atau spesies
dan faktor lain menentukan jenis giberelin yang lebih efektif digunakan. Proses
fisiologi yang dipengaruhi oleh giberelin antara lain pertumbuhan tanaman,
pembungaan, perkecambahan, dormansi, ekpresi seks, senescence, partenokarpi,
dan fruit set (Arteca, 1996). Giberelin mendukung pembentukan enzim protolitik
yang akan membebaskan tryptophan sebagai bentuk asal dari auksin. Hal ini
berarti bahwa giberelin dapat meningkatkan kandungan auksin (Abidin, 1983).
Banyak tanaman biennial (dua tahunan) dapat dirangsang untuk
mempunyai siklus hidup setahun menggunakan giberelin. Giberelin berbeda
dengan auksin, giberelin lebih efektif pada tanaman utuh sedangkan kebanyakan
pengaruh auksin terlihat pada organ-organ yang dipotong (Heddy, 1989).
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan pertumbuhan oleh GA3
disebabkan oleh adanya peningkatan luas daun efektif, peningkatan fotosintesis,
atau modifikasi penyaluran fotosintat. Hasil penelitian Hayashi pada tahun 1961
menunjukkan bahwa pemberian GA3 melalui daun dapat meningkatkan pertumbuhan karena terjadi peningkatan luas daun efektif sehingga fotosintesis
meningkat (Arteca, 1996).
Respon positif terhadap giberelin terjadi dalam kisaran konsentrasi yang
luas. Kandungan GA yang tinggi tidak bersifat racun dan tidak menyebabkan
respon negatif, kecuali pada tanaman kerdil yang peka (Gardner et al.,1991).
Pengaruh pemberian GA3 melalui akar dalam fotosintesis dan pertumbuhan telah
dievaluasi pada beberapa spesies tanaman termasuk tanaman C3 dan C4. Respon
terhadap pemberian GA3 melalui akar tidak berkaitan dengan monokotil atau
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Pasir Kuda dengan
ketinggian 261 m diatas permukaan laut dan suhu pada bulan Maret sampai Juni
berkisar antara 25.9 - 27.10C. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juli
2010.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah nenas klon
Pasir Kuda-1 yang berasal dari stek basal daun mahkota. Nenas berumur 7.5 BST
(Bulan Setelah Tanam) atau 3 bulan di pembibitan dan 4.5 bulan di lahan, pupuk
urea, giberelin SUN NEO (GA3 10%), alkohol dan air. Sedangkan alat yang
digunakan selama penelitian adalah label, alat siram, alat budidaya, ember, alat
takar, timbangan, BWD (Bagan Warna Daun), penggaris dan meteran.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktorial 3 x 3 yang diulang 3 kali. Faktor
pertama adalah pupuk nitrogen dengan tiga taraf konsentrasi yaitu urea 0 g/l,
25 g/l dan 40 g/l. Faktor kedua adalah giberelin dengan tiga taraf konsentrasi
0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm.
Penelitian ini terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan
sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri
dari 8 tanaman sehingga terdapat 216 tanaman nenas yang diamati seluruhnya.
Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. P0G0 : pupuk urea 0 g/l + giberelin 0 ppm
2. P0G1 : pupuk urea 0 g/l + giberelin 25 ppm
3. P0G2 : pupuk urea 0 g/l + giberelin 50 ppm
4. P1G0 : pupuk urea 25 g/l + giberelin 0 ppm
6. P1G2 : pupuk urea 25 g/l + giberelin 50 ppm
7. P2G0 : pupuk urea 40 g/l + giberelin 0 ppm
8. P2G1 : pupuk urea 40 g/l + giberelin 25 ppm
9. P2G2 : pupuk urea 40 g/l + giberelin 50 ppm
Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berbeda nyata
maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf 5%.
Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = Pertumbuhan vegetatif dari kelompok ke-i, pupuk nitrogen ke-j,
giberelin ke-k.
µ = Rataan umum.
Ui = Pengaruh kelompok ke-i.
Pj = Pengaruh pupuk nitrogen ke-j.
Gk = Pengaruh giberelin ke-k.
(P x G)jk = Pengaruh interaksi antara pupuk nitrogen (P) dan giberelin (G).
Pelaksanaan Penelitian
Pertama kali dilakukan pengamatan peubah vegetatif 216 tanaman nenas
yang dilakukan sebelum aplikasi. Peubah vegetatif yang diamati meliputi jumlah
daun, panjang daun, lebar daun, dan tinggi tanaman. Selanjutnya dilakukan
aplikasi sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan. Aplikasi pupuk urea
dilakukan dua minggu sekali. Giberelin diaplikasikan setiap sebulan sekali.
Aplikasi dilakukan selama 4 bulan. Setiap 2 MSA (Minggu Setelah Aplikasi)
dilakukan pengamatan peubah vegetatif sampai 16 MSA. Pengamatan warna daun
dilakukan saat 16 MSA.
Volume siram pupuk urea dan giberelin adalah 30 ml/tanaman. Larutan
disiramkan di bagian tengah tanaman. Struktur morfologi tanaman nenas
memudahkan dalam menerima larutan dan menyalurkannya ke akar adventif yang
berada di basal daun (Hepton, 2003). Larutan pupuk urea diperoleh dari campuran
pupuk urea dan air dengan konsentrasi yang sudah ditentukan yaitu 25 gram/liter
dan 40 gram/liter. Pembuatan larutan giberelin pada penelitian ini dibutuhkan
13
sedikit alkohol agar mudah larut kemudian dicampur dengan air sesuai dengan
konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi 25 ppm diperoleh dari 1 gram giberelin
yang ditambah 4 liter air. Konsentrasi 50 ppm diperoleh dari 1 gram giberelin
yang ditambah 2 liter air.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan tanaman meliputi
pengendalian gulma dan pengendalian hama. Pengendalian gulma dilakukan dua
minggu sekali dengan cara mencabut gulma. Hama dikendalikan dengan cara
membunuhnya secara manual menggunakan tangan atau alat budidaya.
Pengamatan
Peubah yang diamati antara lain:
1. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung dari banyaknya daun yang ada termasuk daun yang
masih muda.
2. Panjang Daun.
Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun dari daun yang
terpanjang. Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun „D-leaf‟. Menurut Malezieux dan Bartholomew (2003) „D-leaf‟ merupakan daun yang terpanjang
pada tanaman nenas. Daun „D-leaf‟ menunjukkan standar daun yang mudah diidentifikasi dan umumnya digunakan sebagai indeks pertumbuhan.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
.
3. Lebar Daun.
Lebar daun diukur dari bagian daun terlebar dari daun yang terpanjang.
4. Tinggi Tanaman.
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang
yang ditangkupkan ke atas.
5. Warna Daun.
Warna hijau daun diukur menggunakan BWD yang terdiri dari empat warna
yang berbeda. Skor yang diberikan sebagai berikut:
2 : 25% 2-3 : 37.5%
3 : 50% 3-4 : 62.5%
4 : 75% 4-5 : 87.5%
5 : 100%
Semakin besar nilainya maka semakin hijau daun tersebut.
Cara pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
A B C D
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Tempat penelitian terletak di Kebun Percobaan Pasir Kuda dengan
ketinggian 261 mdpl. Suhu pada bulan Maret sampai Juni antara 25.9 - 27.10C.
Curah hujan rata-rata pada bulan Maret sampai Juni adalah 370.75 mm/bulan.
Curah hujan tertinggi selama penelitian terjadi pada bulan Maret sebesar 658 mm
dan terendah pada bulan April sebesar 149 mm (BMKG, 2010).
Tekstur tanah di Kebun Percobaan Pasir Kuda termasuk dalam kategori
liat berdebu. Kandungan C (Carbon) dan N (Nitrogen) pada tanah sebelum
diberikan perlakuan termasuk dalam kategori rendah. Kemasaman tanah di kebun
tersebut adalah 5.3 (Balai Penelitian Tanah, 2010).
A B
Gambar 4. Tanaman Nanas di Kebun Percobaan Pasir Kuda A. Awal penelitian sebelum aplikasi (Maret), B. Akhir penelitian (Juni)
Tanaman nenas yang digunakan merupakan klon Pasir Kuda I hasil stek
basal daun mahkota yang berada di pembibitan selama 3 bulan dan 4.5 bulan di
lahan. Pupuk yang sudah diberikan sebelum dilakukan perlakuan adalah pupuk
kandang dan pupuk NPK. Tanaman diberikan perlakuan saat berumur 7.5 BST -
11.5 BST. Kondisi tanaman saat awal penelitian sebelum dilakukan aplikasi dan
saat akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Selama penelitian berlangsung ditemukan telur serangga yang menempel
daun berwarna coklat yang semakin meluas kemudian daun membusuk dan patah.
Pada awal pengamatan beberapa tanaman tampak berwarna coklat pada ujung
daun sehingga terlihat seperti daun kering yang semakin meluas. Satu tanaman
mengalami mutasi sehingga posisi daun menjadi tidak teratur. Selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kondisi Beberapa Tanaman yang Ditemukan Selama Penelitian A. Telur Serangga, B. Daun membusuk dan patah, C. Pucuk daun mengering, D. Mutasi
Hasil
Hasil rekapitulasi respon, peluang, dan koefisien keragaman (KK)
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai koefisien keragaman (KK) pada
penelitian ini berkisar antara 10.05 - 53.06 %. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh lingkungan yang bervariasi. Hal ini terlihat dari hasil sidik ragam bahwa
ulangan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap beberapa peubah
pengamatan (Lampiran 3 – 7). Menurut Gomez dan Gomez (1995) semakin tinggi
nilai koefisien keragaman maka percobaan tersebut kurang dapat diandalkan.
A B
17
Tabel 1. Rekapitulasi Respon, Peluang, dan Koefisien Keragaman
No Peubah Pengamatan P-G P G Pr>F KK (%)
Nitrogen dan Giberelin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen tidak
berpengaruh pada semua peubah yang diamati. Perlakuan giberelin berpengaruh
pada pertumbuhan lebar daun saat 10 dan 12 MSA.
a. Jumlah Daun
Perbedaan konsentrasi pupuk urea dan giberelin yang diberikan tidak
berpengaruh pada pertumbuhan jumlah daun selama 16 MSA. Daun yang
bertambah selama 16 minggu mencapai 13 daun. Jumlah daun diawal pengamatan
(7.5 BST) berkisar antara 11 - 14 daun dan 23 - 28 daun diakhir pengamatan (11.5
BST) yang terlihat pada Gambar 6.
a b
Gambar 6. Pertambahan Jumlah Daun pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda
b. Panjang Daun
Gambar 7 menunjukkan bahwa pertambahan panjang daun saat 2 - 8 MSA
lebih cepat dibandingkan minggu setelahnya terlihat dari lebih curamnya garis
yang terbentuk pada grafik. Pertambahan panjang daun semakin meningkat pada
2 - 8 MSA, panjang daun yang bertambah berkisar antara 4 - 6 cm per 2 minggu.
Pertambahan panjang daun mulai menurun saat 10 - 16 MSA, panjang daun yang
bertambah berkisar antara 1 - 3 cm per 2 minggu. Panjang daun diawal
19
dihasilkan oleh tanaman yang diberikan perlakuan giberelin 0 ppm yaitu sebesar
0.51 cm tetapi tidak berbeda dengan perlakuan giberelin 25 ppm. Saat 12 MSA
penambahan lebar daun yang tertinggi dihasilkan oleh tanaman yang diberikan
perlakuan giberelin 0 ppm dan 25 ppm. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Lebar Daun Hasil Perlakuan Giberelin (G)
Perlakuan 10 MSA 12 MSA G0 (0 ppm) 0.51a 0.62a
G1 (25 ppm) 0.48ab 0.63a
G2 (50 ppm) 0.38b 0.46b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey (BNJ) 5%.
a b
Gambar 8. Pertambahan Lebar Daun pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda
d. Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih cepat terjadi saat 2 - 8 MSA jika
dibandingkan dengan minggu setelahnya terlihat dari garis yang lebih curam
(Gambar 9). Penambahan tinggi tanaman semakin meningkat pada 2 - 8 MSA
berkisar antara 5 - 6 cm per 2 minggu. Penambahan tinggi tanaman mulai
menurun saat 10 - 16 MSA berkisar antara 1 - 3 cm per 2 minggu. Tinggi tanaman
pada awal pengamatan berkisar antara 32 - 36 cm dan 60 - 65 cm.
a b
Gambar 9. Pertambahan Tinggi Tanaman pada Konsentrasi Urea (a) dan Giberelin (b) yang Berbeda
e. Warna Daun
Selain pertumbuhan, juga dilakukan pengamatan warna daun untuk
mengetahui tingkat nitrogen pada tanaman. Status hara tanaman nenas memiliki
pengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman dan konsekuensinya terhadap
21
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pupuk urea dan giberelin tidak
berpengaruh terhadap peubah warna daun. Persentase warna daun yang diperoleh
berkisar antara 60.94% - 67.53%. Rata-rata persentase warna hijau daun pada
setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Persentase Warna Hijau Daun pada Perlakuan yang Berbeda.
Interaksi antara Nitrogen dan Giberelin
Interaksi pupuk nitrogen dan giberelin hanya berpengaruh pada peubah
lebar daun saat 16 MSA. Peningkatan konsentrasi pupuk urea pada level
konsentrasi giberelin yang sama relatif meningkatkan pertambahan lebar daun
tanaman nenas. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Lebar Daun saat 16 MSA Hasil Perlakuan Pupuk Nitrogen (P) dan Giberelin (G)
Perlakuan G0 (0 ppm) G1 (25 ppm) G2 (50 ppm) P0 (0 g/l) 0.83bc 0.90abc 0.81bc
P1 (25 g/l) 0.94abc 0.97abc 1.01abc
P2 (40 g/l) 1.20a 1.09ab 0.68c
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey (BNJ) 5%.
Pembahasan
Aplikasi pupuk melalui daun bertujuan untuk menambah nutrisi yang
mungkin masih terbatas jumlahnya. Nutrisi yang kurang pada tanaman nenas
penelitian ini terlihat dari hasil analisis tanah sebelum diberikan perlakuan
(Lampiran 2.) yang menunjukkan bahwa persentase kandungan bahan organik
nitrogen (N) dan karbon (C) termasuk dalam kategori rendah. Pertumbuhan nenas
selain dipengaruhi oleh jenis tanah juga dipengaruhi oleh kandungan hara tanah.
Nenas cocok dibudidayakan pada lahan lempung berpasir dengan kandungan
nitrogen tinggi (RUSNAS, 2006).
Menurut Evans et al. (2002) kebutuhan nitrogen pada tanaman nenas saat
4 - 10 bulan sebesar 556 kg urea/ha pada populasi 58 710 tanaman/ha atau sebesar
379 kg urea/ha pada populasi 40 000 tanaman/ha. Pada penelitian ini digunakan
konsentrasi urea 25 g/l dan 40 g/l sehingga diperoleh dosis urea 240 kg/ha dan
384 kg/ha (Lampiran 8). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
nitrogen yang diberikan tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati.
Hal ini menunjukkan bahwa nenas tidak terlalu responsif terhadap dosis pupuk
urea sampai 384 kg/ha meskipun dosis tersebut sudah melebihi dosis
rekomendasi. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Partini (2003)
bahwa pemupukan urea sampai dosis 300 kg/ha yang diberikan melalui tanah
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif nenas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun nenas yang bertambah selama
16 minggu mencapai 13 daun. Pertumbuhannya dapat dikatakan lambat karena
menurut Wee dan Thongtham (1997) selama periode pertumbuhannya yang cepat
tanaman nenas mampu bertambah daunnya dengan kecepatan satu lembar daun
per minggu atau 5 - 6 daun per bulan (Nakasone dan Paull, 1998). Rohrbach
(2002) menambahkan periode pertumbuhan yang cepat pada tanaman nenas
terjadi saat tanaman nenas berumur 2 - 11 bulan.
Jumlah daun nenas pada umur 11.5 BST berkisar antara 23-28 daun.
Jangka waktu yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai fase generatif kurang
lebih 12 bulan lagi dengan kecepatan 3-4 lembar daun per bulan. Menurut Wee
dan Thongtham (1997) ukuran daun akan konstan jika meristem pucuknya
23
bunga dan bongkol tanaman, yaitu poros tengah yang memanjang ke bunga dan
buah.
Daun merupakan salah satu bagian tanaman yang penting dalam
pertumbuhan. Banyaknya daun akan menentukan luas bidang permukaan yang
berfungsi untuk menerima sinar matahari guna proses fotosintesis. Proses tersebut
akan menghasilkan karbohidrat yang didistribusikan ke seluruh tubuh tanaman
untuk pertumbuhannya (Suhaendi, 1990). Semakin banyak jumlah daun yang
terbentuk berarti proses fotosintesis semakin optimal.
Panjang daun juga menentukan luas bidang permukaan daun. Tinggi
tanaman akan mempengaruhi banyaknya jumlah daun. Semakin tinggi batang
akan semakin banyak jumlah daun. Menurut d‟Eeckenbrugge dan Leal (2003)
jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 40-80 helai yang tata
letaknya seperti spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas
arah kanan dan kiri. Berdasarkan grafik pertumbuhan panjang daun dan tinggi
tanaman (Gambar 7 dan 8). Pertumbuhan yang cepat pada tanaman nenas terjadi
saat 2 - 8 MSA (8 - 9.5 BST). Pertambahan panjang dan tinggi tanaman mulai
konstan saat 10 - 16 MSA (10 - 11.5 BST). Menurut Lakitan (1996) laju pertumbuhan tanaman yang konstan terjadi selama fase linier. Laju pertumbuhan
tidak berubah walaupun ukuran tanaman terus membesar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal giberelin
berpengaruh pada pertumbuhan lebar daun saat 10 dan 12 MSA. Saat 10 MSA
penambahan lebar daun yang tertinggi dihasilkan oleh tanaman yang diberikan
perlakuan giberelin 0 ppm yaitu sebesar 0.51 cm tetapi tidak berbeda dengan
perlakuan giberelin 25 ppm. Saat 12 MSA penambahan lebar daun yang tertinggi
dihasilkan oleh tanaman yang diberikan perlakuan giberelin 0 ppm dan 25 ppm.
Menurut Salisbury dan Ross (1995) pertambahan lebar daun angiosperma
disebabkan oleh meristem yang menghasilkan sejumlah sel baru di sepanjang tepi
poros daun tetapi aktivitas tersebut sudah lama berhenti sebelum daun mencapai
dewasa.
Interaksi pupuk nitrogen dan giberelin hanya berpengaruh pada peubah
lebar daun saat 16 MSA. Peningkatan konsentrasi pupuk nitrogen pada level
Menurut Gardner et al. (1991) pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap perluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun.
Pengaruh nitrogen juga diamati melalui warna daun. Menurut Malezieux
dan Bartholomew (2003) warna daun merupakan indeks diagnosa yang penting
untuk mengetahui kandungan nitrogen. Daun yang defisiensi N akan berwarna
hijau kekuningan sampai kuning. Tingkat warna hijau daun berasal dari banyak
sedikitnya kandungan klorofil yang terdapat pada tanaman tersebut. Menurut
Marschner (1995) tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara nitrogen akan
berkurang kandungan klorofilnya. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tidak
berpengaruh terhadap warna hijau daun. Warna hijau daun nenas berkisar antara
60.94 - 67.53% dapat diduga persentase tersebut menunjukkan karakteristik warna
hijau daun pada tanaman nenas Klon Pasir Kuda-1.
Respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan diduga dipengaruhi
oleh waktu aplikasi. Waktu aplikasi yang dilakukan pada pagi hari diduga kurang
efektif karena meskipun stomata daun masih membuka tetapi larutan mudah
menguap sedangkan penyerapan oleh tanaman belum sempurna. Menurut Lakitan
(2004) tanaman nenas termasuk dalam jenis tanaman CAM. Stomata pada tanaman CAM akan menutup pada siang hari dan membuka pada malam hari.
Menurut Nakasone dan Paull (1998) daun nenas menutup pada pukul 9 pagi -
2 siang dan membuka pada pukul 2 siang dan sepanjang malam hari. Hal ini
sesuai dengan hasil pengamatan mikroskopik stomata pada daun nenas yang dapat
dilihat pada Gambar 11.
A B
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan pupuk nitrogen dan giberelin melalui daun pada konsentrasi
dan intensitas yang diberikan tidak mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif
tanaman nenas. Interaksi antara pupuk nitrogen dan giberelin berpengaruh
terhadap peubah lebar daun pada saat 16 MSA. Peningkatan konsentrasi pupuk
urea pada level konsentrasi giberelin yang sama relatif meningkatkan lebar daun
tanaman nenas. Nenas tidak responsif terhadap dosis pupuk urea sampai
384 kg/ha dan giberelin sampai 50 ppm.
Saran
Waktu aplikasi yang tepat dalam pemupukan perlu diperhatikan agar unsur
hara dapat diserap oleh tanaman secara optimal. Pemberian pupuk atau zat
pengatur tumbuh pada tanaman nanas melalui daun sebaiknya dilakukan pada sore
atau malam hari saat stomata membuka sempurna. Interaksi antara pupuk nitrogen dan giberelin tidak signifikan dan pengaruhnya bersifat linier sehingga sebaiknya
Abidin, Z. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa.Bandung. 84 hal.
Arteca, R.N. 1996. Plant Growth Sunstances Principles and Aplication. Chapman and Hall. New York. 332p.
Balai Penelitian Tanah. 2010. Hasil Analisis Contoh Tanah. Bogor.
BMKG. 2010. Data Iklim. Darmaga, Bogor.
BPS. 2009. Data Statistik Ekspor 2003-2008. www.hortikultura.deptan.go.id. [5 Februari 2010].
Chan, Y.K., G.C. d‟Eeckenbrugge, and G.M. Sanewski. 2003. Breeding and Variety Improvement. P. 33 - 55. In: D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohrbach (Eds). The Pineapple: Botany, Production and Uses. CABI Publishing. Wallingford.
d‟Eeckenbrugge G.C. and F. Leal. 2003. Morphology, Anatomy and Taxonomy. P. 13 - 32. In: D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohrbach (Eds). The Pineapple: Botany, Production and Uses. CABI Publishing. Wallingford.
Deptan. 2008. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. http://agribisnis.deptan.go.id. [30 November 2010].
Evans, D.O., W.G. Sanford, and D.P. Bartholomew. 2002. Growing Pineapple. P. 4 - 8. In: D.P. Bartholomew, K.G. Rohrbach and D.O.Evans (Eds). Pineapple Cultivation in Hawaii. College of Tropical Agriculture and Human Resources. University of Hawaii.
FAO. 2010. FAOSTAT Agriculture. http://faostat.fao.org/site. [30 November 2010].
Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan dari : Physiology of Crop Plants. Penerjemah : H. Susilo dan Subiyanto. Penerbit UI Press. Jakarta. 428 hal.
Gene Technology Regulator. 2003. The Biology and Ecology of Pineapple in Australia (Anenas comosus var. comosus). http://www.ogtr.gov.au. [5 Februari 2010].
27
Harjadi, M.M.S.S. 1993. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta. 98 hal.
Hepton, A. 2003. Cultural System. P. 109 - 142. In: D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohrbach (Eds). The Pineapple: Botany, Production and Uses. CABI Publishing. Wallingford.
Ignatieef, V. and H.J. Page. 1958. Efficient Use of Fertilizers. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Italy. 367p.
Laegreid, M., O.C. Bockman, and O. Kaarstad. Agriculture Fertilizer and The Environment. CABI Publishing. Wallingford. 294p.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 218 hal.
Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 206 hal.
Malezieux, E and D.P. Bartholomew. 2003. Plant Nutrition. P. 143 - 165. In: D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohrbach (Eds). The Pineapple: Botany, Production and Uses. CABI Publishing. Wallingford.
Malo, S.E. and C.W. Campbell. The Pineapple. Florida Cooperative Extension Service. University of Florida. 3p
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of higher plants. Academic Press. Harcourt Brace and Company. London.
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor. 276 hal.
Moore, T.C. 1979. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. Springer Verlag. New York. 274p.
Naibaho, N., K. Darma, Sobir dan M.R. Suhartanto. 2008. Perbanyakan Massal Bibit Nenas dengan Stek Daun. Pusat Kajian Buah Tropika, LPPM – IPB. Bogor. 20 hal
Nakasone, H.Y. and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruit. CAB International. USA.
Octaviani, D. 2009. Pengaruh Media Tanam dan Asal Bahan Stek terhadap Keberhasilan Stek Basal Daun Mahkota Nenas (Ananas comosus L. Merr). Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Prihatman, K. 2000. Budidaya Pertanian (Nenas). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta. 17 hal.
Prihmantoro, H. 1999. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hal.
Rohrbach, K.G. 2002. Pineapple Cultivation in Hawaii. Fruits and Nuts 7:1 - 8.
Rohrbach, K.G., F. Leal, and G.C. d‟Eeckenbrugge. 2003. History, Distribution, and World Production. P. 1 – 12. In: D.P. Bartholomew, R.E. Paull and K.G. Rohrbach (Eds). The Pineapple: Botany, Production and Uses. CABI Publishing. Wallingford.
Royal University of Bhutan. 2008. Botany: Pineapple. http://cms.cnr.edu.bt. [9 Februari 2010].
RUSNAS, 2006. Ringkasan Pencapaian Hasil Tahun 2006. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional.
RUSNAS. 2008. Executive Summary Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia Komoditas Nenas. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan dari : Plant Physiology. Penerjemah : D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.
Seaver, L.A. 2000. Crop Profile for Pineapple in Northern Mariana Island. NSF Center for Integrated Pest Management. North Carolina State University. 9p
Suhaendi, H. 1990. Penggunaan pupuk dalam usaha pembangnan HTI. Prosiding Diskusi Hutan Tanaman Industri. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta, 13-14 Maret 1990.
LAMPIRAN
Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor Lintang : 6o31‟LS
Bujur : 106o44‟BT Elevasi : 261 m dpl
Lampiran 2. Data Hasil Analisis Tanah
31
Lampiran 4. Sidik Ragam Panjang Daun
Lampiran 4. Lanjutan
Lampiran 5. Sidik Ragam Lebar Daun
33
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman
35
Lampiran 7. Sidik Ragam Warna Daun
SK DB JK KT F-Hit F-Tab Pr > F KK
Ulangan 2 128.22 64.11 1.54 3.63 0.2437 10.05
Pupuk (P) 2 44.67 22.33 0.54 3.63 0.5942
Giberelin (G) 2 196.58 98.29 2.37 3.63 0.1258
P*G 4 111.04 27.76 0.67 3.01 0.6232
Galat 16 664.42 41.53
Total 26 1.144.93
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
Lampiran 8. Perhitungan Dosis Pupuk Urea
RUMUS
a. Konsentrasi urea 25 g/l
NENAS (
Ananas comosus
L.Merr) KLON PASIR KUDA-1
AULIA DINA PRAMESTI
A24061714
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
AULIA DINA PRAMESTI. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Giberelin terhadap Pertumbuhan Vegetatif Nenas (Ananas comosus L.Merr) Klon
Pasir Kuda-1. (Dibimbing oleh DINY DINARTI dan SOBIR).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pupuk nitrogen dan
giberelin serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nenas Klon Pasir
Kuda-1. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda, Bogor pada
bulan Maret – Juli 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk nitrogen dengan tiga
taraf konsentrasi yaitu urea 0 g/l, 25 g/l dan 40 g/l. Faktor kedua adalah giberelin
dengan tiga taraf konsentrasi 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm. Tanaman nenas yang
digunakan berasal dari stek basal daun mahkota yang berumur 7.5 bulan setelah
tanam (BST). Aplikasi pupuk nitrogen dilakukan dua minggu sekali. Giberelin
diaplikasikan setiap sebulan sekali. Aplikasi pupuk nitrogen dan giberelin
dilakukan selama 4 bulan. Volume siram pupuk nitrogen dan giberelin adalah
30 ml/tanaman. Analisis data yang digunakan yaitu uji F. Jika hasilnya berbeda
nyata maka dilakukan uji lanjut Tukey (BNJ) pada taraf 5%. Peubah yang diamati
terdiri dari jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, warna daun
dan stomata daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen dan
giberelin pada konsentrasi dan intensitas yang diberikan tidak meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman nenas. Interaksi pupuk nitrogen dan giberelin
berpengaruh terhadap peubah lebar daun saat 16 MSA. Peningkatan konsentrasi
pupuk urea pada level konsentrasi giberelin yang sama relatif meningkatkan
pertumbuhan lebar daun. Nenas tidak responsif terhadap dosis pupuk urea sampai
Latar Belakang
Nenas merupakan salah satu buah unggulan Indonesia dan memiliki
potensi ekonomi yang tinggi. Berdasarkan data BPS (2008) ekspor buah terbesar
di Indonesia adalah nenas sebagai konsumsi segar. Produksi nenas di Indonesia
pada tahun 2009 sebesar 1 558 049 ton menduduki peringkat 4 dunia. Namun
Indonesia hanya menyumbang 215 ton atau kurang dari 1% ekspor nenas dunia
sebagai konsumsi segar (FAO, 2010).
Rendahnya ekspor nenas di Indonesia disebabkan oleh nenas yang
diproduksi belum memenuhi standar mutu perdagangan dunia atau selera
konsumen terutama untuk konsumsi segar (Deptan, 2008). Pengembangan
varietas dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan varietas/klon unggul baru
yang sesuai dengan karakter yang telah ditetapkan berdasarkan informasi pasar
dan proyeksi kebutuhan konsumen yang akan datang (RUSNAS, 2008). Nenas
klon Pasir Kuda-1 merupakan salah satu klon unggul yang berhasil dikembangkan
oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) yang termasuk dalam kultivar Smooth
Cayenne. Smooth Cayenne adalah kultivar yang paling penting dalam
perdagangan dunia (Rohrbach et al., 2003).
Menurut Chan et al. (2003) nenas Smooth Cayenne biasanya diperbanyak
menggunakan anakan yang sangat terbatas produksinya. Naibaho et al. (2008)
menambahkan ketersediaan bibit anakan sangat terbatas, yaitu dua anakan per
tanaman per tahun dan untuk mendapatkan produksi yang optimal dibutuhkan
minimal 40 000 bibit nenas untuk tiap hektarnya. Alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan menggunakan stek basal daun
mahkota sebagai bibit.
Stek basal daun mahkota adalah perbanyakan tanaman nenas dengan
menggunakan tunas-tunas dorman yang terdapat pada mahkota nenas. Bahan
perbanyakan yang dapat dihasilkan dari satu mahkota nenas sekitar 20 – 25 bahan
stek sehingga jumlah bibit nenas yang dihasilkan cukup banyak (Octaviani, 2009).
Tanaman yang berasal dari stek daun memiliki fase vegetatif yang lebih lama jika
2
dipengaruhi oleh ukuran bibit. Semakin kecil ukuran bibit maka semakin sedikit
jumlah daun. Jika jumlah daun sedikit pada awal penanaman maka waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai fase generatif akan semakin lama. Menurut Wee dan
Thongtham (1997) tanaman nenas memasuki fase generatif jika jumlah daun
sudah mencapai 70-80 lembar. Salah satu usaha untuk meningkatkan
pertumbuhan vegetatif adalah dengan menambahkan unsur hara dan zat pengatur
tumbuh sehingga diharapkan tanaman lebih cepat berbuah.
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
besar pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman (Prihmantoro, 1999) dan
nitrogen cenderung merupakan unsur pembatas dalam pertumbuhan tanaman
(Harjadi, 1993). Selain unsur hara, salah satu zat pengatur tumbuh yang mampu
merangsang pertumbuhan adalah giberelin. Menurut Arteca (1996) giberelin
mampu merangsang pembelahan dan pembesaran sel. Hasil penelitian Hayashi
pada tahun 1961 menunjukkan bahwa pemberian GA3 melalui daun dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat karena terjadi peningkatan luas daun
efektif sehingga fotosintesis meningkat.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk nitrogen dan
giberelin serta interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman nenas Klon Pasir
Kuda-1.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pupuk nitrogen akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif nenas.
2. Aplikasi giberelin akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif nenas.
3. Terdapat interaksi antara pupuk nitrogen dan giberelin terhadap pertumbuhan
Botani
Nenas (Ananas comosus L.Merr) termasuk dalam famili Bromeliaceae.
Bromeliaceae merupakan famili terbesar dari ordo Bromeliales yang penyebaran
alaminya terbatas di Amerika. Nenas adalah tanaman parenial yang berbentuk semak dan termasuk dalam golongan monokotil (d‟Eeckenbrugge dan Leal,
2003).
Struktur morfologi nenas secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.
Menurut d‟Eeckenbrugge dan Leal (2003) nenas memiliki batang yang
panjangnya berukuran antara 25 - 50 cm dengan diameter 2 - 5 cm di bagian
pangkal dan 5 - 8 cm di bagian ujung. Tinggi nenas dapat mencapai 1 - 2 m.
Batang sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga
secara visual batang tersebut tidak terlihat karena disekelilingnya tertutup oleh
daun.
Gambar 1. Struktur Morfologi Tanaman Nenas
Sumber: Royal University of Bhutan, 2008.
Mahkota buah
Buah
Batang
Tunas ketiak daun Tunas tangkai buah
Daun
4
Akar nenas dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar samping. Akar
primer mati setelah perkecambahan dan digantikan dengan akar samping.
Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut
spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah sampai ke atas arah kanan dan
kiri. Daun nenas berbentuk pedang, agak kaku, berserat, beralur dan tidak
mempunyai tulang daun utama. Daunnya ada yang tumbuh duri tajam dan ada
yang tidak berduri. Ada juga yang durinya hanya terdapat di ujung daun
(d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003).
Nenas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya.
Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 50 - 200, masing-masing
berkedudukan di ketiak daun pelindung. Pertumbuhan bunga dimulai dari bagian
dasar menuju bagian atas memakan waktu 10 - 15 hari (d‟Eeckenbrugge dan Leal, 2003).
Menurut Wee dan Thongtham (1997) buah nenas berbentuk silinder
dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang disebut
mahkota. Ujung buah biasanya tumbuh tunas mahkota tunggal, tetapi ada pula
tunas yang tumbuh lebih dari satu yang biasa disebut multiple crown (mahkota
ganda). Selain tunas mahkota juga terbentuk tunas batang (slips) yaitu tunas yang
tumbuh pada batang dibawah buah dan tunas ketiak daun (suckers) yang
kedua-duanya dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan.
Deskripsi Nenas Klon Pasir Kuda-1
Nenas Klon Pasir Kuda-1 termasuk dalam kultivar Smooth Cayenne.
Deskripsi nenas Klon Pasir Kuda-1 adalah:
7. Umur panen 16 BST (Bulan Sesudah Tanam).
8. Panjang tangkai buah 16 cm. 9. Bobot buah 1360 gram.
Pemilihan lahan untuk nenas ditentukan berdasarkan empat faktor utama
yaitu kemiringan lahan, aspek lingkungan, tanah dan air (Gene Technology
Regulator, 2003). Nenas dibudidayakan antara 250LU dan LS. Umur tanaman
meningkat sejalan dengan semakin jauhnya dari ekuator dan semakin tingginya
tempat tumbuh (Wee dan Thongtham, 1997).
Nenas dapat tumbuh dengan baik pada suhu hangat dengan perbedaan
suhu yang kecil selama setahun. Nakasone dan Paull (1998) mengemukakan
bahwa kisaran suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan nenas 150C – 200C,
sedangkan kisaran suhu maksimum 250C – 320C. Prihatman (2000) menambahkan
bahwa nenas dapat tumbuh baik jika cahaya dan suhu diterima secara maksimum.
Nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33 - 71% dari
kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2 000 jam.
Di Florida, nenas mampu bertahan hidup pada suhu 280F (-2.20C) tetapi
daun mengalami kerusakan dan mati pada suhu yang lebih rendah. Suhu yang
terlalu rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan akar. Suhu
yang terlalu panas menyebabkan tanaman terbakar dan buah mudah retak (Malo
dan Campbell, 1994).
Curah hujan yang ideal untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman nanas
yang optimal adalah 1000 – 1500 mm/th atau 83.33 – 125 mm/bln atau 2.78 –
4.17 mm/hr (Nakasone dan Paull, 1998). Menurut Hepton (2003) jika curah hujan
kurang dari 5 cm/bln pertumbuhannya akan terhambat, siklus panen menjadi lebih
6
Tanah pasir dan lempung sangat baik untuk nenas. Nenas dapat tumbuh
baik pada tanah alluvial muda dan alluvial tua dengan drainase yang baik. Tanah
asam cocok untuk pertanaman nenas. Pada pH 4.5 – 5.5 soil born disease dapat
dikurangi. Tanah liat yang terlalu pekat dan air permukaan yang tinggi tidak
kondusif bagi pertanaman nenas (Evans et al., 2002).
Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran,
berat, dan jumlah sel (Lakitan, 1996). Menurut Salisbury dan Ross (1995) ciri
pertumbuhan dapat diukur melalui pengukuran pertambahan volume.
Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu
atau dua arah, seperti panjang, diameter, atau luas.
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi melalui tiga proses sederhana
yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Sel dapat membelah ke
arah yang berbeda-beda. Pembesaran sel sebagian besar merupakan peristiwa
penyerapan air ke dalam vakuola yang mengembang. Pada organ tumbuhan yang
memanjang, pembesaran terjadi terutama ke satu dimensi hanya ke arah
memanjangnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman nanas membentuk suatu roset yang lambat laun daun-daunnya
yang lebih besar mencapai ukuran yang mencerminkan keadaan pertumbuhan
normal. Setelah itu ukuran daun konstan jika meristem pucuknya telah
menghasilkan 70 - 80 lembar daun dengan kecepatan satu lembar daun per
minggu selama periode pertumbuhannya yang cepat (Wee dan Thongtham, 1997).
Pemupukan
Pemberian pupuk pada tanaman nenas dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu pemupukan melalui akar atau penyemprotan melalui daun dalam bentuk
larutan (Seaver, 2000). Pupuk anorganik NPK dan urea sangat dibutuhkan
tanaman nenas. Pada periode pertumbuhan 2 - 11 bulan nenas membutuhkan
nutrisi tambahan (Rohrbach, 2002). Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal
Cara pemupukan melalui daun biasanya digunakan untuk mengatasi
masalah pemupukan melalui akar. Pemupukan melalui daun diharapkan pupuk
dapat langsung diserap dan digunakan tanaman. Pemupukan melalui daun
dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air kemudian larutan
disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 1999).
Pemupukan pada tanaman nenas pertama kali dilakukan pada saat
pembibitan dengan pupuk kandang. Pemupukan di lahan dilakukan sebelum
penanaman menggunakan pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar.
Pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur 2 - 3 bulan dengan
pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3 - 4 bulan sekali
sampai tanaman berbunga dan berbuah. Cara pemberian pupuk
dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10 - 15 cm diantara barisan
tanaman nenas, kemudian ditutup dengan tanah. Cara lain adalah disemprotkan
pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram urea per liter atau
kurang lebih 900 liter larutan urea per hektar (Prihatman, 2000).
Menurut Hepton (2003) total nutrisi yang diberikan pada tanaman nanas
ditentukan oleh tiga tahap penting yaitu pemupukan sebelum tanam dengan cara ditebar untuk perbaikan tanah, pemupukan setelah tanam untuk meningkatkan
munculnya akar dan penyerapan nutrisi, dan terakhir pemupukan dalam larikan
atau pemupukan daun untuk menambah nutrisi yang mungkin masih terbatas.
Ketepatan tempat pemupukan setelah tanam dapat meningkatkan pertumbuhan
akar dan penyerapan N, P, dan K untuk perkembangan kanopi daun. Pemupukan
dalam larikan harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk meningkatkan
perakaran dan tanaman muda selama 3 - 4 bulan sampai kanopi cukup
perkembangannya untuk membuat aplikasi pemupukan daun efisien dan efektif.
Pemupukan melalui daun
Pupuk daun biasanya diberikan pada tanaman dalam bentuk cair dengan
konsentrasi tertentu sesuai kebutuhan. Volume semprot yang digunakan pada
tanaman nenas berkisar antara 225 – 2 250 liter/ha. Besarnya volume semprot
tergantung umur tanaman (ukuran kanopi), volume semprot diharuskan mengenai