• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MAKNA RAMADHAN” DALAM TAYANGAN “YUK KITA SAHUR” DI TRANS TV (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV)."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi per syar atan memper oleh Gelar Sar jana Ilmu Komunikasi pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh: Rika Indr ianti NPM. 1043010035

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PE RUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayanan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan – kekurangan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada DR. Catur Suratnoaji, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi keada penulis. Selain itu, penulis juga menerima bantun dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materil. Untuk itu penulis mengucakan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Saifuddin Zuhri, Drs, Msi selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi 5. Dosen – dosen Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala ilmunya.

(3)

tak berhenti memberi semangat, masukan untuk kelancaran proses skripsi ini.. 9. Pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Desember 2013

(4)

HALAMAN J UDUL ... i

LEMBAR PE RSETUJ UAN... ii

LEMBAR PE NGESAHAN ... iii

KATA PE NGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABTRAK ... ix

ABSTRACT... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 16

(5)

2.3.1. Program Televisi ... 31

2.3.2. Variety Show ... 34

2.3.3. Ramadhan Dalam Televisi ... 35

2.3.4. Program Ramadhan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 38

2.4. Masyarakat Sebagai Khalayak (Audience) ... 40

2.5. Reception Analysis ... 42

2.6. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Definisi Konseptual ... 49

3.2.1. Persepsi ... 49

3.3 Lokasi Penelitian ... 50

3.4 Karakteristik Informan dan Teknik Pemilihan Informan ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.6 Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian... 54

4.1.1. Tayangan “Yuk Kita Sahur” (YKS) di Trans TV ... 54

(6)

4.2.4. Format acara dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV... 61

4.2.5. Icon YKS (goyang Caesar) dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 63

4.2.6. Scene (adegan) dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 65

4.2.7. Bintang tamu yang dihadirkan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 66

4.2.8. Musik yang disuguhkan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 67

4.2.9. Setting (dekorasi studio) dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 68

4.2.10.Gaya bahasa dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 69

4.2.11.Durasi jam tayangan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 71

4.2.12.Jam tayang dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV... 72

4.2.13.Makna keseluruhan terhadap tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 73

4.3. Pembahasan ... 74

4.3.1. Pandangan Tentang Makna Ramadhan ... 75

(7)

4.3.5. Scene (adegan) dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 84

4.3.6. Bintang tamu yang dihadirkan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 87

4.3.7. Musik yang disuguhkan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 90

4.3.8. Setting (dekorasi studio) dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 92

4.3.9. Gaya bahasa dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 93

4.3.10.Durasi jam tayangan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 95

4.3.11.Jam tayang dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV... 97

4.3.12.Makna keseluruhan terhadap tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV ... 100

4.4. Analisis Resepsi ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 109

5.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(8)

Kemasan YKS yang penuh dengan hiburan dianggap tidak memasukkan makna religi terhadap bulan Ramadhan yang seharusnya diisi dengan nilai-nilai suci. Penyajian itu akan memberikan penyimpangan persepsi khalayak terhadap makna Ramadhan yang bisa saja dimaknai sebagai suatu yang hura-hura. Adanya kekhawatiran ini, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi masyarakat Surabaya terhadap “makna Ramadhan” dalam tayangan YKS di Trans TV dengan menggunakan pendekatan Analisis Resepsi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kualitatif dengan disertai in-depth interview (wawancara mendalam) dalam mengumpulkan data yang diperlukan penelitian.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui analisis dari rekap hasil wawancara mendalam dengan setiap informan. Ditunjukkan bahwa setiap khalayak memiliki cara sendiri dalam memahami dan memaknai tayangan YKS. Dari hasil penelitian muncul 3 kategori makna yaitu; pertama, khalayak memaknai tayangan YKS mengandung unsur religi dan hura-hura ( Dominan-Hegemonik Position); kedua, khalayak memaknai tayangan YKS lebih banyak unsur hura-hura sedangkan unsur religinya sangat sedikit (Negotiation Position); ketiga, khalayak memaknai tayangan YKS adalah tayangan yang hura-hura tanpa unsur religi (Oppositional Position)

Kata kunci : Persepsi, Tayangan Ramadhan, Analisis Resepsi ABSTRACT

RIKA INDRIANTI, THE AUDIENCE’S PERCEPTION IN SURABAYA OF “THE MEANING OF RAMADAN” IN “YUK KITA SAHUR” TRANS TV. (Qualitative Descriptive Study On The Audience’s Perception Of “The Meaning Of Ramadan” In “Yuk Kita Sahur” Trans TV).

The YKS packaging full of entertainment is considered not entering religious meaning of the month of Ramadan, which is supposed to be filled with sacred values. The presentation will provide a diversion against the audience's perception in Surabaya of the meaning of Ramadan could have been meant as a glamour. The existence of these concerns, researcher interested in doing research to find out the audience’s perception in Surabaya of “the meaning of Ramadan” in YKS Trans TV by using the approach of Reception Analysis.

The method that used in this research is decriptive qualitative, accompanied by in-depth interviews to collect the necessary data for the research

The result of this research are obtained through analysis from recapitulation of in-depth interviews with each informant. Indicated that indeed every audience has its own way to understand and interpret the impression of YKS From the research appear 3 categories of meaning; first, the audiences interpret impression of YKS contains elements of religion and glamour (Dominant-hegemonic Position); second, the audiences interpret impression of YKS more glamour elements while its religious element is little (Negotiation Position); third, The audiences interpret impression of YKS is full of glamour without religious elements (Oppositional Position).

(9)

1.1. Latar Belakang Masalah

Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah yang dinanti-nantikan oleh setiap muslim dan mukmin, yang selalu datang dengan membawa hadiah istimewa penuh kejutan dari Allah SWT. Ia begitu dinanti-nanti karena mengandung kemuliaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Bagi mereka yang benar-benar mengetahui hadiah apa yang dibawa oleh bulan Ramadhan dan kepada siapa hadiah itu akan diberikan, niscaya mereka akan bersuka cita dan akan mempersiapkan diri untuk menyambutnya. “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan Ramadhan), kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”

(www.alrasikh.uii.ac.id), diakses pada 2 September 2013. Ramadhan adalah bulan istimewa bagi umat Islam, sehingga sudah merupakan bagian dari budaya masyarakat dalam mendampingi ibadahnya, terutama ibadah puasa.

(10)

Seperti yang kita ketahui, program acara televisi di luar Ramadhan umumnya biasa-biasa saja. Namun semenjak memasuki bulan Ramadhan, banyak bermunculan program acara yang bernuansa religi. Program-program acara tersebut tidak ditayangkan pada bulan-bulan lainnya. Program religi terutama ditayangkan menjelang waktu berbuka dan sahur. Program religi menjelang waktu berbuka puasa misalnya Karnaval Ramadhan di Trans TV, sinetron Cinta Ilahi di RCTI, sinetron Kiamat Sudah Dekat di SCTV, dll. Sedangkan program religi menjelang sahur misalnya Yuk Kita Sahur (YKS) di Trans TV, Sahurnya Facebookers di ANTV dan Opera Van Java (OVJ) Sahur di Trans 7, dll. Tayangan-tayangan tersebut khusus ditayangkan menjelang waktu sahur dan berbuka berpuasa.

Berdasarkan Undang-undang no.3 tahun 2002 pasal 36 menjelaskan bahwa isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. (www.hukumonline.com), diakses pada 2 September 2013. Jadi, setiap stasiun televisi mempunyai tanggung jawab bukan hanya untuk meraih rating yang tinggi pada setiap programnya tetapi juga untuk menjalankan fungsinya dan memberi keuntungan pada publik.

(11)

rating dan share yang tinggi. Rating adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi. Share adalah persentase penonton acara itu dari keseluruhan pemirsa yang menonton televisi saat itu.

Keberadaan Ramadhan mampu mematahkan sebagian argumen para pengelola televisi tentang materi dan penampilan tayangannya. Argumen yang sebelumnya menyatakan bahwa produk-produk religi kurang dapat dijual, dipatahkan dengan hadirnya produk-produk religi berupa tayangan program acara bernuansa religious. (Budiasih, 2004 : 152).

Moment Ramadhan dikemas dalam tayangan hiburan yang bervariasi. Ramadhan dimanfaatkan media televisi untuk berlomba-lomba menayangkan program acara hiburan berkedok religi demi mendapatkan rating tinggi. Tema religius pada program acara saat Ramadhan banyak bermunculan dan seakan-akan berlomba-lomba untuk menampilkan tayangan semenarik mungkin untuk tampil di ruang keluarga, dengan sedikit menambah nuansa islami tentunya. Namun, tayangan-tayangan televisi selama Ramadhan saat ini lebih bersifat ilusi dan manipulatif ketimbang edukatif. Dari tahun ketahun tayangan yang diprogramkan secara khusus pada bulan puasa banyak ditemukan tidak memiliki korelasi dengan tematik Islam dan Ramadhan itu sendiri.

(12)

sayang sekali, ada hal penting yang terlupakan disana yaitu esensi pendidikan dan juga makna dan kesakralan Ramadhan itu sendiri.

Jadilah acara televisi tersebut primadona bagi pemirsanya. Prime time yang biasanya berada pada jam tujuh sampai sembilan, beralih waktu menjadi waktu magrib dan sahur. Konsep guyonan atau humor segar pun diusung, mungkin karena dipikir tidak perlu rumit dan tidak mempersulit penonton menangkap materinya, atau produser tidak terlalu ruwet dalam membuat acaranya, tayangan komedi dinilai akan banyak mendapatkan simpati pemirsa. Sayang sekali, pada kenyataannya, lagi- lagi acara ini ternyata menjejali pemirsanya dengan tontonan yang jauh dari nilai islam yang mendidik. (www.voa-islam.com) , diakses pada 2 September 2013.

(13)

Namun ketiga program sahur tersebut mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena dianggap tidak sesuai dengan spirit Ramadhan. Menurut Idy Muzayyad, program tersebut diberikan teguran tertulis terkait komedi atau guyonan yang disuguhkan melecehkan fisik. Selain KPI, Tim Pemantau Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyatakan, ketiga program sahur tersebut masuk dalam kategori konyol. Usman menuturkan, program Yuk Kita Sahur tidak jauh beda dengan tahun lalu “Waktunya Kita Sahur”. Konten yang ditampilkan tidak terkait nuansa Ramadhan. Pesannya hanya mengajak penonton agar tidak mengantuk. (www.kpi.go.id), di akses pada 28 Agustus 2013.

Program sahur YKS tayang setiap hari mulai pukul 01.57 WIB dan dimainkan oleh Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Chand Kelvin, Tarra Budiman, Cinta Laura, Adul, Kiwil, Trio Cagur (Denny, Narji, Wendi) dan Tyson, telah mendapatkan teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebanyak dua kali.

Mengutip situs KPI Pusat (www.kpi.go.id), diakses 21 Agustus 2013. Selasa (16/7), Teguran pertama dari KPI berupa teguran tertulis .Pelanggaran yang dilakukan berupa penayangan adegan yang melecehkan orang dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik tertentu, pekerjaan tertentu serta orientasi seks dan indentitas gender tertentu, dan pelanggaran terhadap norma kesopanan yang ditayangkan oleh stasiun Trans TV pada tanggal 12 Juli 2013 mulai pukul 01.57 WIB.. Adegan-adegan tersebut adalah:

(14)

Dandanan lu kaya biduan pantura.” Wendi menjawab, “…kalau saya kayak biduan pantura, abang godain saya berarti abang supir truk.”

2. Deni berkata kepada Olga, “Lu ngeliat burung malah demen…, ajak ngobrol, lu piara.”

3. Olga menyebut Adul “burung cebol.”

4. Olga mengolok-olok penonton wanita yang bergigi tonggos, menyamakannya dengan paruh boneka burung.

Kemudian Wendi bertanya tentang perempuan tersebut, “Eh jadi itu burung yang selama ini ngerusak padi gua?” Olga menjawab “Itu burung paling enak kalau makan kuaci. Makan kuaci ambil brek..” Olga kemudian memperagakan memakan dengan menonggoskan giginya.

5. Olga berkata kepada Jeremi Teti, “Udah tua masih ngondek aja.”

Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap perlindungan kepada orang dan/atau masyarakat tertentu, norma kesopanan, perlindungan anak, dan penggolongan siaran. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan menayangkan adegan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) huruf a, b dan c, Pasal 15 ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta Standar Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, b dan d, dan Pasal 37 ayat (4) huruf a.

(15)

adegan yang melecehkan orang dan/atau kelompok masyarakat dengan kondisi fisik tertentu, dengan orientasi seks dan gender tertentu, dan yang memiliki cacat fisik dan/atau mental, serta pelanggaran terhadap norma kesopanan. Adegan-adegan tersebut adalah:

1. Narji disebut oleh beberapa pemain dengan sebutan “ikan buntel”, “Tugino --Tuh Gigi Nongol”.

2. Kiwil disebut oleh beberapa pemain dengan sebutan “mulutnya kayak linggis”, “anak tupai”.

3. Adul disebut oleh beberapa pemain dengan sebutan “ikan gapi”, “bawang goreng nasi uduk”, “badannya kayak telur ayam kampung”.

4. Olga menyebut namanya “Jubaedah”, yang kepanjangannya “jurusan banci daerah”.

5. Olga berkata pada Raffi, “Lu jangan kayak bencong dong.”

6. Wendi berkata, “Ini yang suka di pinggir jalan” sambil memperagakan aksi seperti orang berkebutuhan khusus. Selanjutnya Wendi kembali memperagakan aksi yang sama saat berkata, “Om aku duduk di bawah tapi kaci makan ya”.

Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap perlindungan kepada orang dan/atau kelompok masyarakat tertentu, norma kesopanan, perlindungan anak, dan penggolongan program siaran.

(16)

(1) huruf b, c dan d, Pasal 15 ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta Standar Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf b, d dan e, dan Pasal 37 ayat (4) huruf a.

Selain tayangan di atas, juga terdapat pelanggaran yang sama pada adegan yang ditayangkan pada tanggal 24 dan 25 Juli 2013. Pada tayangan tanggal 24 Juli 2013, adegan yang dimaksud adalah:

1. Olga disebut oleh beberapa pemain dengan sebutan “ngomongnya melambai kayak spanduk kena angin”, "pernah aku melihat situ di Taman Lawang". 2. Narji disebut oleh pemain lainnya dengan sebutan “giginya tambah panjang". 3. Kiwil disebut oleh pemain lainnya dengan sebutan “jamban".

4. Adul disebut oleh pemain lainnya dengan sebutan “kayak melinjo sayur asem".

5. Saat Olga mencium boneka kucing, Wendi menyarakankan agar kucing tersebut jangan dicium Olga, karena khawatir nanti akan mengucapkan “meong” dengan nada suara perempuan.

6. Olga berkata ke seorang pria pemusik, “Kalau nggak puasa gue cipok lu". Pada tayangan tanggal 25 Juli 2013, adegan yang dimaksud adalah: 1. Olga disebut oleh pemain lainnya dengan sebutan “dongok".

(17)

setiap pagi latihan (mematuk di kayu) sambil memperagakan gaya mematuk kayu.

3. Adul disebut oleh beberapa pemain dengan sebutan “juara satu lomba balapan anjing”, “mukanya kayak bakso gepeng”, “mukanya kayak kecebong tanah”, "busi", “cotton bud”, “...tidur di ubin jadi ciut”, "hamster”.

4. Wendi meminta makan dengan menampilkan aksi seperti orang berkebutuhan khusus.

5. Tara yang berpakaian perempuan mencium pipi Raffi sampai bercap merah di pipi.

Hal yang dianggap lucu lainnya yang dijadikan bahan lawakan terwujud seperti lontaran kasar yang dapat berupa olokan atau celaan yang ditampilkan kepada khalayak melalui tayangan komedi tersebut serta adegan perilaku, baik spontan maupun tidak, yang mengarah pada kekerasan atau dengan kata lain bullying. Seperti komedi tepung yang terjadi antar pemain.

Semburan tepung tak lagi digunakan sebagai ice breaking yang disampaikan secara cerdas dan cermat, tapi telah menjadi sebuah menu utama dan wajib bagi sebuah acara komedi. Parahnya itu dilakukan dengan tidak memandang situasi dan dilakukan dengan cara yang amat melecehkan dan merusak kaidah tontonan komedi. Bahkan Komedi Tepung ini dianggap wajar oleh banyak masyarakat penonton lainnya. Dan Mereka menjadi terbiasa dan memakluminya.

(18)

dibekap, dirangkul kuat bahkan setengah dicekik, sering juga kepalanya dijitak atau diuyel-uyel terlebih dahulu. Lalu dengan penuh persiapan dan antusias pemain lainnya menyemprotkan tepung atau bedak ke arah kepala hingga wajah.

Dalam acara tersebut, tak lupa mereka memajang para wanita- wanita cantik yang memang sengaja ditampilkan sebagai pemanis dan penghibur suasana. Wanita- wanita tersebut walaupun mereka berpakaian -semi- menutup aurat namun mereka bisa dengan lantang mengumpat, bernyanyi, berjoget dan bercampur baur dengan laki- laki. Wanita yang seharusnya bertingkah laku sopan dan santun menjadi bahan celaan atau bahkan ikut mencela. Mereka juga diteriaki bahkan ikut berteriak.

Bintang tamu yang dihadirkan-pun tidak sesuai dengan konsep Ramadhan yang seharusnya menghadirkan seperti tokoh agama yang diharapkan bisa memberikan manfaat dalam segi rohani pada penontonya. Dan anehnya tayangan yang terkesan hura-huraini dianggap sebagai tontonan yang lumrah, bahkan lucu dan menghibur. Sungguh miris sekali ketika bulan ramadhan yang seharusnya semua indera pun ikut berpuasa, media banyak menampilkan adegan seperti itu.

(19)

2,8% dengan jumlah penonton 1,37 juta orang. (www.swa.co.id), diakses pada 28 Agustus 2013

Sepanjang Ramadhan lalu, program Yuk Kita Sahur diwarnai oleh goyang Caesar dengan iringan lagu berjudul “Buka Dikit Joss” yang dipopulerkan oleh Juwita Bahar. Goyang Caesar selain menjadi icon YKS juga mampu mendulang kesuksesan YKS dengan meraih rating tertinggi diseluruh tayangan sahur. Karena goyang Caisar ini tidak terdapat pada program acara sahur lainnya. Dan goyang Caisar dapat mehipnotis penonton untuk mengikuti goyangan tersebut. Terbukti dengan banyaknya video goyang Caisar yang di-upload pada situs You Tube. Bahkan YKS akan dilanjut lagi diluar bulan Ramadhan dengan mengganti nama program acara tersebut menjadi “Yuk Keep Smile”.

(20)

ke peringkat 2 dengan TVR 3,7 dan share 16, hanya kalah dari Tukang Bubur Naik Haji: The Series di SCTV.

Best YKS berhasil mengungguli program bukan rerun yang tayang bersamaan seperti Anak-anak Manusia di RCTI, Pesantren dan Rock ‘n Roll season 3 di SCTV dan Gajah Mada di MNCTV. Hal ini membuktikan, meskipun YKS sempat dua kali mendapatkan teguran dari KPI. Namun Trans TV justru menayangkan ulang dan herannya lagi rating yang diperoleh masih begitu tinggi, pertanda bahwa khlayak masih menyukai lawakan Olga Syahputra, Raffi Ahmad, dkk. (www.tabloidbintang.com), diakses pada 28 Agustus 2013.

(21)

Setiap pesan komunikasi akan mendapatkan persepsi yang berbeda dari khalayak atau komunikan, banyak faktor yang akan mempengaruhinya. Begitu juga dengan tayangan Ramadhan Yuk Kita Sahur (YKS) di Trans TV dengan menampilkan variety show yang berbentuk sketsa komedi. Tayangan ini banyak ditemukan tidak memiliki korelasi dengan tematik Islam dan Ramadhan itu sendiri. Namun YKS ini justru ditangkap oleh media televisi sebagai sesuatu yang menarik untuk diikuti sebagai hiburan. Inilah salah satu kemampuan media dalam menangkap kebutuhan laten dari penonton.

Kemasan YKS yang penuh dengan hiburan dianggap tidak memasukkan makna religi terhadap bulan Ramadhan. Bulan suci yang seharusnya diisi dengan penuh nilai-nilai suci ternyata tidak digambarkan oleh YKS sebagai program yang religi tetapi hanya penuh dengan hiburan saja. Penyajian seperti itu akan memberikan pinyampangan (distorsi) persepsi khalayak terhadap makna Ramadhan. Bulan Ramadhan bisa saja dimaknai oleh khalayak sebagai sesuatu yang hura-hura atau pesta. Jika ada distorsi makna bulan Ramadhan maka tayangan YKS ini sangat mengkhawatirkan terhadap kehidupan religi masyarakat. Adanya kekhawatiran ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Persepsi Masyarkat Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” Di Trans TV” dengan menggunakan pendekatan Reception Analysis.

(22)

peneliti juga menitik beratkan penelitian ini pada masyarakat di kota Surabaya, sebagai kota metropolitan, dan salah satu kota besar yang masyarakatnya banyak mengakses tontonan televisi. (www.swa.co.id), di akses 29 Agustus 2013. Selain itu, peneliti memilih kota Surabaya karena kota Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa, terbukti dengan adanya Masjid Ampel yang mendirikan pada abad ke – 15 oleh Sunan Ampel, dan juga karena mayoritas penduduk Surabaya beragama Islam. (www.id.wikipedia.org), diakses pada 2 September 2013

1.2. Per umusa n Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti menetapkan suatu perumusan masalah, yaitu : “Bagaimana Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV?”

1.3. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Surabaya Terhadap “Makna Ramadhan” Dalam Tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV.

1.4. Ma nfaat Penelitian 1. Ma nfaat Teor itis

(23)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan pada perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi terutama dalam bidang komunikasi massa dan lebih memahami teori-teori komunikasi massa, selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian serupa dimasa mendatang.

2. Ma nfaat Pr aktis

(24)

16 2.1. Penelitian Ter dahulu

(25)

Hasil berupa data diklasifikasikan ke dalam tema-tema makna dalam persepsi yang sama, serta menyisihkan pernyataan yang tumpang tindih. Pernyataan penting mengenai persepsi penonton televisi tentang tayangan reka ulang peristiwa kriminal dibagi menjadi dua, yaitu pernyataan dalam kategorisasi persepsi negatif dan pernyataan dalam kategorisasi positif. Beberapa kategori persepsi negatif, yaitu (1) Tayangan reka ulang peristiwa criminal hanya menyajikan kekerasan, (2) Tayangan reka ulang peristiwa criminal bisa memicu terjadinya kejahatan baru, dll. Sedangkan kategorisasi positif beberapa diantaranya, yaitu (1) Tayangan reka ulang peristiwa criminal tidak berdampak, (2) Tayangan reka ulang peristiwa kriminal tidak memicu terjadinya kejahatan baru, dll. Sehingga ditarik suatu kesimpulan bahwa proses persepsi sangat dipengaruhi oleh kognisi individu, sedangkan kognisi individu teroganisir secara selektif. Maka, persepsi lebih bersifat dugaan belum pada tataran pendapat.

(26)

kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fenomenologis, karena akan berusaha mendalami persepsi masyarakat terhadap Tayangan Iklan “Sampo Clear” di Televisi. Data yang diperoleh dari tiga informan melalui wawancara mendalam, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya iklan sampo clear di televisi selama ini, memiliki kesan bahwa tayangan tersebut menarik untuk ditonton. Pemakai sampo dengan iklan Sampo Clear di televisi memiliki ikatan dan merasa adanya ikatan hubungan psikologis. Apalagi dalam tayangan iklan tersebut menampilkan bintang sepakbola profesional. Tayangan iklan Sampo Clear di Televisi kenyataannya mempengaruhi pilihan diantara merk sampo lainnya.

2. format iklan tersebut mampu membangkitkan pengaruh diri seseorang untuk menggunakan sampo Clear sebagai sampo untuk membersihkan rambut dari ketombe. Bahkan dengan adanya bintang tersebut,mempengaruhi seseorang tampil percaya diri, dengan gaya rambut ala Cristiano Ronaldo tanpa ada ketombe.

2.2. Persepsi

(27)

(decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas tampak pada definisi beberapa pakar, antara lain:

John R. Wenburg dan William W. Wilmot

Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberikan makna”. Rudolp F. Verderber

Persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi”. J. Cohen

“Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal dan persepsi merupakan pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana”.

Brian Fellows

Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan menganalisis informasi”.

Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken

Persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita”.

Philip Goodacre dan Jennifer Follers

Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan”.

Joseph A. Devito

Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita”.

(28)

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa inti dari komunikasi adalah persepsi, sedangkan inti dari persepsi adalah interpretasi atau penafsiran. Lebih lagi, berikut ini diuraikan mengani hal-hal yang berkaitan dengan persepsi selain dari penafsiran itu sendiri. Hal-hal yang berhubungan dengan persepsi atau komponen persepsi meliputi:

1. Pengindraan (Sensasi)

Pengindraan atau sensasi dapat ditangkap melalui alat-alat indera kita, antara lain mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (pencium), kuluit (peraba), dan lidah (pengecap).

2. Atensi

Dalam proses persepsi, atensi sangat penting tidak terelakkan sebab sebelum seseorang merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, orang tersebut harus lebih dulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Dalam hal ini rangsangan yang menarik perhatian seseorang akan dianggap lebih penting oleh orang tersebut, daripada rangsangan yang tidak menarik perhatiannya. Rangsangan yang tidak menarik perhatian seseorang akan cendurung diabaikan oleh orang tersebut.

3. Interpretasi

(29)

berbagai alasan antara lain: tidak semua rangsangan memiliki daya tarik yang sama bagi orang tersebut, karena berbagai alasan antara lain: tidak sesuai dengan kepentingannya, keterbatasan kemampuan panca indera dalam menangkap rangsangan yang terlampau banyak dalam satu waktu yang sama, dan tidak semua rangsangan memiliki daya tarik yang sama bagi orang tersebut. (Mulyana, 2000 : 168-170).

2.2.1. J enis-jenis Per sepsi

Menurut Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2000: 171) pada dasarnya persepsi manusia terbagi menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap lingkungan manusia (persepsi sosial).:

1. Persepsi tehadap objek atau lingkungan fisik

Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik tidak selalu sama. Terkadang dalam mempersepsi lingkungan fisik, seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut, hal tersebut dikarenakan:

a. Kondisi yang memperngaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan cuaca yang membuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok padahala sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut dengan ilusi.

(30)

c. Budaya yang berbeda.

d. Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek.

1. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami oleh seseorang dalam lingkungan orang tersebut. Persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia dalam memahami orang lain. Persepsi sosial merupakan sumber penting dalam pola interaksi antar manusi, karena persepsi sosial seseorang menentukan hubungan seseorang dengan orang lain. Hal penting namun bukan tugas yang mudah bahkan mungkin cenderung sulit dan kompleks

Persepsi sosial dikatakan lebih sulit dan kompleks disebabkan:

a. Manusia bersifat dinamis, oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, dan lebih cepat daripada persepsi terhadap objek.

b. Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat-sifat yang tampak dari luar namun juga sifat-sifat atau alasan-alasan internalnya.

(31)

Persepsi sosial terdiri atas tiga elemen, yaitu:

a. Pribadi (person) yaitu persepsi sosial yang dilakukan dengan cepat ketika melihat penampilan seseorang. Contoh: jenis kelamin, ras, usia, latar belakang etnik, aspek demografi lainnya.

b. Situasi (situation) yaitu persepsi sosial seseorang mengenai keadaan yang sedang dialami berdasarkan penglaman terdahulu. Contoh; seseorang pernah melewati suatu jalan asing yang dulu pernah ia lewati ketika tersesat.

c. Perilaku (behavior) adalah persepsi sosial yang dibentuk berdasarkan gejala-gejala perilaku orang lain. Contoh: menilai seseorang berdasrkan sifat dan tingkah lakunya.

2.2.2. Ha l-hal Yang Mempengar uhi Per sepsi

Mulyana dalam Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2000: 176) mengatakan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Berikut ini beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial, yang dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip ini mempengaruhi persepsi yang dilakukan manusia, antara lain:

1. Persepsi berdasarkan pengalaman

(32)

objek atau kejadian serupa. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata atau penglaman yang mirip. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti sebelumnya, padahal pendapat rincian lain dalam objek tersebut.

2. Persepsi bersifat selektif

Jika setiap saat seseorang disebut dengan jutaan rangsangan inderawi dan diharuskan menafsirkan rangsangan tersebut semuanya, pastilah orang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya keterbatasan kemampuan inderawi setiap orang dalam menangkap rangsangan disekitarnya. Faktor utama yang mempengaruhi selektifitas adalah atensi ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Faktor internal seperti:

1. Faktor biologis antara lain rasa lapar yang berhubungan dengan kebutuhan.

2. Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak.

3. Faktor sosial seperti: gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu dan kebiasaan.

(33)

b. Faktor eksternal adalah atribut-atribut objek yang dipersepsi, seperti gerakan, kontras, kebaruan, dan perulangan.

3. Persepsi bersifat dugaan

Sama seperti persepsi seleksi, langkah ini dianggap perlu karena seseorang tidak mungkin memeproleh rincian yang jelas melalui kelima inderanya. Proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan seseorang manafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui alat-alat ondera yang dimiliki manusia, menyebabkan terjadinya ruang kosong, sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang kosong tersebut.

4. Persepsi bersifat evaluatif

Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang perlu melakukan interpretasi berdasarkan masa lalu dan kepentingannya ketika melakukan persepsi. Sebelum melakukan interpretasi pesan, seseorang harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu yang pernah dialaminya untuk mencocokkan apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.

5. Persepsi bersifat kontekstual

(34)

dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi seseorang, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Dalam mengorganisasikan suatu objek, seseorang biasanya melakukan dalam bentuk suatu konteks tertentu dengan prinsip-prinsip:

a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekaan dan kelengkapan.

b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian berdasarkan latar belakangnya

2.3. Televisi

Televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang mainan atau sesuatu penemuan serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan sebagai alat pelayanan. Pada intinya, televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang ada sebelumnya. (Denis Mcquail, Mass Communication Theory, 1987).

Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan bisa ketiga unsur tersebut, sebagai berikut:

1. Fungsi Penerangan/informasi, sebagai sarana yang efektif dalam menginformasikan segala berita kepada khalayak.

(35)

3. Fungsi Hiburan, tentunya suatu media yang mudah dan murah dalam dalam upaya kita mendapatkan hiburan karena isi dari televisi tidak seluruhnya berita

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang manghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi. (Kuswandi, 1996: 7-8). Kekuatan dan kelemahan televisi, menurut Renald Kasali (1992) adalah:

Kekuatan televisi:

1. Efisiensi biaya, kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. 2. Dampak yang kuat, televisi media audio visual.

3. Pengaruh yang kuat, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.

Kelemahan televisi:

1. Biaya yang besar, biaya absolut yang sangat ektrem untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial.

2. Khalayak yang tidak efektif, televisi adalah media yang tidak selektif, segmentasinya tidak tajam.

3. Kesulitan teknis, jam tayang dalam siaran televisi tidak dapat diubah.

(36)

perubahan sikap pemirsa dan tayangan acara yang hanya hanya selintas memberikan hiburan tanpa bertujuan mengubah sikap pemirsa (Kuswandi, 1996:103).

Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media televisi, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Dikaitkan dengan paradigma Lasswell, secara tegas komunikasi massa media televisi memperlihatkan bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi memperlihatkan bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi mempunyai tujuan khalayak serta akan mengakibatkan efek dan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi, bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi (Kuswandi, 1996; 17).

TV menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian pesan seolah-olah langsung dari komunikator dan komunikan. Selain itu, pendidikan masyarakat yang makin baik, juga diharapkan sebagai penangkal masuknya unsure-unsur negatif dari media televisi (isi acara). Melihat kenyataan banyaknya berbagai acara maka secara tidak langsung masyarakat telah terpropaganda dengan media televisi.

(37)

128-130) beberapa faktor dan karakteristik yang menarik dari televisi sehingga pemirsa mempunyai minat yang sangat tinggi untuk menontonnya, yaitu:

1. Audio visual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat sehingga disebut dengan audiovisual.

2. Berpikir dalam gambar

Pertama adalah visualisasi (vizualitation), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagagsan yang menjadi gambar. Kedua, adalah penggambaran (picthurization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitas mengandung makna tertentu.

3. Pengoperasian

Peralatan yang digunakan lebih banyak dan untuk mengoperasikan lebih rumir serta harus dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih.

Tetapi pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah sebagai berikkut:

1. Pemirsa

(38)

khususnya televisi, factor permirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa.

2. Waktu

Setelah komunikator mengetahui minat pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa

3. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara.

4. Metode Penyajian

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya. Dengan menggunakan metode penyajian tertentu, diharapkan fungsi mendidik dan membujuk televisi tetap ada, namun tetap diminati pemirsa.

Kehadiran televisi begitu berarti bagi masyarakat. Televisi menjadi suatu kebutuhan dalam ruang publik. Tayangan program acara yang beraneka ragam, mendapat perhatian dari masyrakat. Tentunya televisi mampu menyampaikan pesan yang seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan.

(39)

geografis yang akan berpengaruh sanagt besar terhadap masyarakat. Secara tidak sadar atau tidak sadar pola kehidupan masyrakat telah berubah dan dikendalikan oleh televisi itu sendiri. Banyak jadwal kegiatan masyarakat berubah disesuaikan dengan jadwal program acara yang mereka senangi di televisi.

Jika dapat disimpulkan bahwa media massa televisi berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis. Isi pesan tayangan televisi bisa diinterpretasikan menurut visi pemirsa serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khlayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebrakan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.

2.3.1. Pr ogram Televisi

Berdasarkan Straubhaar dan LaRose (2000:226), macam-macam program televisi antara lain :

1. Commercials dan other interruptions

Merupakan program yang diletakan antara regular program dan regular interruption, yang memiliki beberapa bentuk, yaitu:

a. Commercial : iklan komersil dalam bentuk promosi barang dan jasa yang ditayangkan di televisi.

(40)

advertising yang dimana stasiun televisi mengiklankan program yang ditayangkan dijaringan televisinya.

2. Entertainment Program

Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian, mingguan, ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk beberapa program lain, yaitu:

a. Drama: acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot cerita yang serupadengan cerita aslinya.

b. Action Adventure Programs: acara yang memiliki elemen aksi kuat yang mengisahkan jalan ceritaantara orang baik melawan orang jahat. c. Situation Comedies (sitcom): acara yang bersifat humar yang

dimana memiliki jejak kelemahandan kegiatan dari karakter peran yang dimainkan

d. Variety Show: format acara dengan berbagai macam pertunjukkan musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintangtamu selama acara berlangsung.

(41)

f. Personality and Game Shows: acara yang memiliki karakteristik yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang telah dipilih sebelumnya.

g. Soap Operas: jenis dari acara drama yang bermulai dari bertahun-tahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi menjadi acara televisi

h. Children’s Programs: bentuk acara mulai dari program pendidikan hingga kartun animasi yang terdapat kekerasan di dalamnya.

i. Movies: acara dimana televisi menayangkan film layar lebar

j. Special Program: acara singkat yang merupakan bukan bagian dari acara program tetap.

k. Sport and special events: merupakan bentuk siaran untuk sebuah potongan besar acara dari durasi televisi.

l. Docudramas: merupakan bentuk tahunanacara yang menceritakan kisah fiksi sejarah yang takmemihak. Biasanya merupakan hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat.

(42)

3. Other Program

Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informasi danberpengaruh, seperti :

a. News and Public Affairs: termasuk acara berita jaringandan berita lokal, acara public yang penting dalam jangkauan khusus, acara dokumenter dan berita khusus, acara dialog tetap yang mewawancarai tokohmasyarakat dalam bentuk pertanyaan jurnalistik. b. Religious Programs: mulai dari pelayanan agama secara elektronik

hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal.

c. Cultural and Educational Programs: termasuk acarabudaya dan pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi. 2.3.2. Variety Show

Variety show adalah format acara televisi yang mengombinasikan berbagai format lainnya, seperti talkshow, magazine show, quiz, games show, musik concert, drama dan sitcom (komedi situai). Variasi acara tersebut dipadukan dalam sebuah pertunjukan dalam bentuk siaran langsung maupun siaran rekaman.

(43)

selain itu juga menyiapka fanfare yang mengundang kekaguan pemirsa. (Naratama, 2004: 190).

Apabila dilihat dari karakter program tersebut, maka acara “Yuk Kita Sahur” yang ditayangkan setiap hari selama bulan Ramadhan ini merupakan salah satu bentuk variety show atau program kombinasi televisi yang mampu menyedot perhatian khalayak dari semua golongan.

Gambar 2.1. Format Acara Televisi (Naratama, 2004: 24) 2.3.3. Ramadhan Dalam Televisi

(44)

Pada dasarnya televisi hanyalah alat. Produk yang dihasilkan bergantung pada manusia yang ada di belakangnya. Akal dan nuranilah yang menjadi pengendali agar televisi dapat menjadi sahabat yang baik, dan bukan menjadi agen perusakan mental bangsa yang religius dan berbudaya.

Beberapa hiburan Ramadhan dapat dikatakan bagus, asal tidak terjebak pada pembahasan seputar agama yang sempit. Misalnya, mengeksploitas pesan agama tanpa perbuatan yang konsisten. Salah satunya yaitu hiburan ringan yang penuh canda tawa seperti program acara sahur. Bisa dikatakan, beberapa acara religious tersebut kurang berisi untuk ukuran Ramadhan yang menjajikan pahala ini. Lebih banyak canda, muatan ilmu Islam yang amat kurang, dan berlebihan dalam hal yang kurang bermanfaat.

(45)

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan, tampaknya selebriti (dalam arti penyanyi, pemain sinetron dan sebagainya) “diwajibkan” untuk menjadi panutan dalam segala hal. Mereka diekspos habis-habisan dengan bungkus Ramadhan, termasuk soal pakaian yang boleh jadi akan dilepas kembali pada bulan yang lain.

Ramadhan mampu mematahkan sebagian argument pengelola televisi, tentang materi dan penampilan tayangan. Argumen yang sebelumnya menyatakan bahwa produk-produk religi kurang dapat dijual. Produk semacam ini biasanya hanya menjadi pembuka pada pagi hari atau sisipan sekitar setangah jam pada jumat. Hampir tidak ada televisi yang berani memasang acara religi pada waktu tayang utama (prime time).

Ramadhan diibaratkan sebagai musim durian saja. Ia menjadi musim shalat, musim berpakaian sopan, musim sedekah, dan sejenisnya. Diluar Ramadhan, orang membuat aturan sendiri. Tidak telalu mempertimbangkan agama. Ramadhan memang istimewa tetapi tidak mengabaikan bulan lainnya. Banyak orang lupa, keistimewaan tersebut tidak berat kesempatan untuk berbaik-baik sebulan dan berdosa ria pada sebelas bulan yang lain. Detik terakhir kehidupannya, sangat menentukan nilai manusia, apakah khusnul khatimah (akhir yang baik atau su’ul khatimah (akhir yang buruk). Padahal, maut bisa dating tiba-tiba. Tentu sangat rugi jika orang mati saat berada pada “bulan bebas”. (Budiasih, 2005)

(46)

Bulan Ramadhan yang seharusnya diisi dengan nilai-nilai suci justru digambarkan oleh program religi di televisi hanya penuh hiburan saja.

2.3.4. Pr ogram Ramadhan “Yuk Kita Sa hur ” di Tr ans TV

PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

Bulan Ramadan sebuah momen yang berharga bagi dunia pertelevisian untuk menyuguhkan sebuah tontonan berkualitas. TRANS TV dengan didukung kekuatan inhouse production sudah menyiapkan program-program unggulan dengan beragam genre. Program-program tersebut ialah Yuk Kita Sahur, Khadijah, Cahaya Timur, Negeri 1000 Kubah, Bingkai Ramadan, Karnaval Ramadan, Kultum Para Perindu

Surga, Ceria Ramadan, Lahir Kembali, Bukan Ramadan Biasa, Hanya Tuhan Lah

Yang Tahu, Tabligh Akbar dan Pulkam 2013.

(47)

antara lain Adul, Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Cagur, Chand Kelvin, Cinta Laura, Tara Budiman, Kiwil dan Tyson. Tak hanya mereka ditiap episode Yuk Kita Sahur akan menampilkan bintang tamu seperti Coboy Junior, SMASH, Soimah, Fatin Sidqia, Ashanty, Vicky Shu dan lainnya. (www1.transtv.co.id), diakses 11 September 2013.

Program YKS sempat mendapatkan teguran dari KPI karena dianggap tidak sesuai dengan spirit Ramadhan. KPI memberika teguran sebanyak dua kali. Teguran tertulis pertama pada 16 Juli 2013 sedangkan teguran tertulis kedua pada 30 Juli 2013. Pelanggaran yang dilakukan oleh YKS berupa penayangan adegan yang melecehkan orang dan/atau masyarakat dengan kondisi tertentu, pekerjaan tertentu serta orientasi seks dan individu gender tertentu dan juga pelanggaran norma kesopanan. Selain teguran dari KPI, YKS juga dinilai oleh MUI sebagai program sahur yang masuk dalam kategori konyol karena konten yang ditampilkan tidak terkait dengan nuansa Ramadhan.

(48)

2.4. Ma syarakat Sebagai Khalayak (Audience)

Menurut Peter L. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Pengertian keseluruhan kompleks dalam definisi tersebut berarti bahwa keseluruhan terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan. Didalam masyarakat, terdiri bagian-bagian yang membentuk hubungan sosial. Hubungan sosial yang luas tersebut disebut masyarakat. (Sari, 1993: 28)

Sedangkan audience adalah masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. (Sari, 1993: 28). Audience dalam komunikasi massa sangat beragam. Masing-masing audience berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya.

Menurut Hiebert dkk, dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Nurudin, 2007) audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mampunyai 5 (lima) karakteristik:

1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

(49)

mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi perbedaan ini bukan seseuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luas audience itu.

3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada. Majalah yang dikhususkan untuk kalangan dokter, memang sama secara profesi, tetapi status sosial ekonomi, agama, umur tetap berbeda satu sama lain. Pembaca buku Komunikasi Massa ini juga heterogen sifatnya.

4. Auidence cenderung ananonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. 5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.

Selain itu, audience dibedakan menjadi dua tipe, yakni (Sari, 1993: 27): 1. General Public Audience, merupakan khalayak yang sangat luas, heterogen

dan anonim secara lengkap.

2. Specialized Audience, dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama antar anggotanya sehingga lebih homogen. Kendati mereka tidak saling kenal, tersebar, dan heterogen dalam beberapa hal, namun mereka terbentuk dari individu-individu yang mempunyai satu kesamaan kepentingan atau kesamaan orientasi yang menyebabkan mereka menjadi anggota audience yang sama.

(50)

termasuk dalam general public audience atau dapat dikatakan pemirsanya adalah semua orang, tanpa dibatasi oleh adanya kelompok, lembaga atau perkumpulan tertentu.

Selain itu, Denis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (1991: 218), juga terdapat dua factor dengan golongan usia dan sosial (pengasilan atau pendidikan), karen akedua factor tersebut yang menentukan ketersediaan waktu luang dan dana untuk menggunakan media.

1. Usia mempengaruhi ketersediaan dan pilihan isi

2. Posisi kelas sosial, yang diwakili oleh penghasilan, mengatur pola penggunaan media dan dalam pola ini, penghasilan yang lebih tinggi cenderung menyisihkan tepat televisi karena pilihan kesenangan nonmedia yang lebih luas. Pendidika dan tanggung jawab pekerjaan professional yang lebih tinggi dapat juga mengakibatkan pilihan isi yang berbeda, yaitu isi yang lebih informasional atau isi yang lebih didukung oleh nilai-nilai pendidikan dan budaya yang dominan.

2.5. Reception Analysis

Reception Analysis merupakan cara melakukan studi dalam memahami khalayak aktif dengan mendasarkan pada persepsi, pemikiran, preferensi, interpretasi, pemaknaan, dan perasaan. Dikutip dari Hariyanto (2009: 138), Reception Analysis menurut Jensen & Jankowski (1991: 135) has been that audience research, in order to contruct a valid account of the reception, uses and impact of media, must become

(51)

bagaimana khalayak memahami dan menginterpretasi isi pesan (memproduksi makna) berdasarkan pengalaman (story of life) dan pandangannya selama berinteraksi dengan media. Teori Reception Analysis mengatakan bahwa teks dan penerima adalah elemen yang saling melengkapi dalam satu areal penelitian. Menurut Klaus Bruhn Jensen (2003:135) reception analysis bisa diasumsikan tidak akan ada efek tanpa adanya makna (there can be no effect without meaning).

(Sumber: /jiunkpe/s1/ikom/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-51405078-11785-sariwangi-chapter3.pdf)

John Fiske dan Michael de Certeu (1989 : 74) mengungkapkan bahwa dalam Reception Analysis, khalayak dilihat sebagai produsen aktif yang memberikan makna, bukan sebagai konsumen media. Pemaknaan teks media, dalam penelitian ini yaitu televisi, oleh khalayak berkaitan dengan kondisi sosial dan kulturalnya, serta pengalaman individu tiap khalayak. Mereka menguraisandikan teks media dengan cara-cara yang selaras dengan kondisi sosial dan budayanya serta cara-cara yang mereka jalani secara pribadi. Berkembang pada awal hingga pertengahan 1980-an metode ini berpijak pada pandangan bahwa khalayak bersifat aktif dan adanya gagasan “penolakan” terhadap isi teks atau teks media. Seperti yang diungkap Fiske: A text is the site of struggles for meaning that reproduce the conflicts of interest

between the producers and consumers of the cultural commodity. A program is

(52)

(Teks adalah tempat pertarungan makna yang menghasilkan konflik kepentingan di

antara produsen dan konsumen dari komoditas kebudayaan. Program di produksi

oleh industri, teks diproduksi oleh pembaca).

(sumber: http://www Reception analysis.shef.ac.uk/1999)

Berdasarkan resume penelitian terdahulu (Narottama, 2008), peran aktif khalayak di dalam memaknai teks media dapat terlihat pada premis-premis dari Model encoding/decoding Stuart Hall yang merupakan dasar dari analisis resepsi:

1. Peristiwa yang sama dapat dikirimkan atau diterjemahkan lebih dari satu cara 2. Pesan selalu mengandung lebih dari satu potensi pembacaan. Tujuan pesan

dan arahan pembacaan memang ada, tetapi itu tidak akan bisa menutup hanya menjadi satu pembacaan saja namun masih polisemi (secara prinsip masih memungkinkan munculnya variasi interpretasi).

3. Memahami pesan juga merupakan praktek yang problematic, sebagaimanapun itu tampak transparan dan alami. Pengiriman pesan secara satu arah akan selalu mungkin untuk diterima atau dipahami dengan cara yang berbeda. Ada 3 kategori encoding/decoding menurut Stuart Hall, yaitu:

1. Dominan-Hegemonic Position.

(53)

2. Negotiated Position

Yaitu, mayoritas audience memahami hampir semua apa yang telah didefinisikan dan ditandakan dalam program TV. Audience bisa menolak bagian yang dikemukakan, di pihak lain akan menerima bagian luas.

3. Oppositional Position

Yaitu, audience membaca kode atau pesan yang lebih disukai dan membentuknya kembali dengan kode alternatif. Dalam bentuk ekstrem mempunyai pandangan yang berbeda, langsung menolak karena pandangan yang berbeda.

2.6. Kerangka Ber pikir

(54)

Pendekatan ini mencoba untuk membuka dan menguraikan pemahaman individu secara nyata, apa yang telah mereka alami dan rasakan. Analisis resepsi dapat berarti sebagai analisis perbandingan tekstual dari sudut pandang media dengan sudut pandang audiens yang menghasilkan pengertian tegas pada suatu konteks. Pembaca/pemirsa belum tentu melakukan pembacaan sesuai apa yang diinginkan oleh pembuat teks atau dengan kata lain khalayak melakukan interpretasi makna yang terdapat di dalam teks secara aktif.

Tayangan Yuk Kita Sahur dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda berdasarkan interpretasi pemirsanya. Khalayak yang berasal dari latar belakang berbeda akan melakukan negosiasi teks dalam tayangan Yuk Kita Sahur dengan cara-cara yang masuk akal berdasar latar belakang masing-masing khalayak penonton Yuk Kita Sahur pembuat makna, masing-masing akan memiliki konsep yang berbeda dalam merekronstruksikan makna dari realita yang ditayangkan dalam Yuk Kita Sahur. Sehingga dengan demikian akan dihasilkan keragaman tema dan meresepsi teks dalam tayangan tersebut yang berbeda pula antar masing-masing pemirsa.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. J enis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling sangat terbatas. Jika data sudah terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dialami objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan menanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Menurut Rakhmat (2004; 24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

2. Membuat perbandingan atau evaluasi.

(56)

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Penelitian ini hanya difokuskan pada persepsi masyarakat Surabaya terhadap “makna Ramadhan” dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang berawal pada data dan bermuara pada kesimpulan (Bungin, 2003:18)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Selain itu juga bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai peristiwa seperti fenomena Ramadhan dalam masyarakat. Untuk mengungkapkan suatu fenomena dari realitas sosial tentang persepsi masyarakat Surabaya terhadap “makna Ramadhan” dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV, peneliti menggunakan pendekatan Reception Analysis. Reception Analysis merupakan cara melakukan studi dalam memahami khalayak aktif dengan mendasarkan pada persepsi, pemaknaan dan perasaan. Dikutip dalam jurnal komunikasi (Hariyanto, 2006: 138).

(57)

3.2. Definisi Konseptual 3.2.1. Persepsi

Menurut Menurut Jhon R. Wemburg dan William Wilmot: “Persepsi dapat didefinisian sebagai cara organisme memberi makna”, sedangkan menurut J. Cohen dalam Mulyana “Persepsi didefinisikan sebagai cara interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal”. Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi kita tidak akurat maka tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif, persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. (Mulyana, 2000:167).

Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap suatu objek ataupun suatu kejadian yang dialami. Dengan demikian persepsi tentang tayangan “Yuk Kita Sahur” merupakan interpretasi khalayak tentang tayangan “Yuk Kita Sahur”. Setiap orang pun mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai objek yang mereka hadapi. Sehingga peneliti dalam penelitian ini berusaha memahami persepsi masyarakat Surabaya terhadap “makna Ramadhan” dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Televisi tentang beberapa obyek yang ada dalam tayangan tersebut.

Obyek penelitian dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” itu sendiri diantaranya tentang pengalaman khalayak terhadap:

1. Judul program Ramadhan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 2. Format acara dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV

(58)

5. Bintang tamu yang dihadirkan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 6. Musik yang disuguhkan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 7. Setting (dekorasi studio) dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 8. Gaya bahasa dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV

9. Durasi jam tayangan dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 10.Jam tayang dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV

11.Makna keseluruhan terhadap tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 3.3. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan diadakan di Surabaya Peneliti memilih kota Surabaya karena sebagai kota metropolitan dan salah satu kota besar yang masyarakatnya banyak mengakses tontonan televisi. (www.swa.co.id), di akses 29 Agustus 2013. Selain itu, peneliti memilih kota Surabaya karena kota Surabaya merupakan pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa, terbukti dengan adanya Masjid Ampel yang didirikan pada abad ke – 15 oleh Sunan Ampel, dan juga karena mayoritas penduduk Surabaya beragama Islam. (www.id.wikipedia.org), diakses pada 2 September 2013.

3.4. Ka rakter istik Infor ma n dan Teknik Pemilihan Infor man

(59)

merupakan informan dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sample. Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah:

1. Masyarakat berdomisili Surabaya

2. Masyarakat yang pernah menonton tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV 3. Masyarakat beragama Islam

4. Masyarakat berusia 17 tahun ke atas

Dalam penelitian kualitatif tidak dipersoalkan dengan jumlah sampel yang dipergunakan karena bilamana dalam proses pengumpulan data sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi maka tidak perlu lagi mencari informan baru dan proses pencarian informasi dianggap selesai. (Bungin, 2003: 53).

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data antara lain: 1. Pengamatan (Oberservation)

Pengumpulan data dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan informasi dan mengetahui serta memahami secara detil masalah yang terjadi, sebab melalui observasi itulah dikenali berbagai macam kejadian, peristiwa, dan keadaan yang terjadi di masyarakat. Kegiatan observasi ini tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap kenyatan-kenyataan yang terdengar.

2. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)

(60)

masa yang akan datang. Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang pada informan yang sama. Pengulangan dilakukan biasanya setelah dilakukan refleksi dan terasa masih ada sesuatu yang perlu ditanyakan kembali pada informan lainnya. Sehingga pertanyaan yang diajukan terfokus dan informasi yang dikumpulkan semakin rinci serta mendalam. Kelenturan tersebut diharapkan mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi, terutama yang berkaitan dengan perasaan, sikap dan pandangan yang akan berpengaruh pada persepsinya terhadap “makna Ramadhan” dalam tayangan “Yuk Kita Sahur” di Trans TV.

3. Mencatat dan Mengumpulkan Dokumen

(61)

3.6. Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data diperoleh, peneliti membuat transkrip hasil wawancara. Artinya, peneliti harus membuat setiap pertanyaan dan jawaban yang dikeluarkan informan (dari alat perekam) serta catatan yang memuat tentang observasi, perasaan dan refleksi diri.

Kemudian peneliti bisa menganalisis data yang sudah masuk. Cara menganalisa data adalah:

1. Mengkategorikan wawancara dengan ke dalam sub topik

Peneliti mengumpulkan data dan memilah-milah transkrip wawancara tipe informan, kemudian menyatukan dengan data-data informan lain yang memiliki topik serupa. Dengan kata lain data-data tersebut dikategorikan satu per-satu.

2. Menarik kesimpulan

(62)

4.1. Ga mbar an Umum Objek Penelitian

4.1.1. Tayangan Yuk Kita Sahur (YKS) di Tr ans TV

PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi.

Bulan Ramadan sebuah momen yang berharga bagi dunia pertelevisian untuk menyuguhkan sebuah tontonan berkualitas. TRANS TV dengan didukung kekuatan in house production sudah menyiapkan program-program unggulan dengan beragam genre. Program-program tersebut ialah Yuk Kita Sahur, Khadijah, Cahaya Timur, Negeri 1000 Kubah, Bingkai Ramadan, Karnaval Ramadan, Kultum Para Perindu

Surga, Ceria Ramadan, Lahir Kembali, Bukan Ramadan Biasa, Hanya Tuhan Lah

Yang Tahu, Tabligh Akbar dan Pulkam 2013.

(63)

yang disebabkan keberagaman budaya yang muncul dari para penduduknya. Yuk Kita Sahur didukung entertainer ternama yang akan menemani waktu sahur keluarga, antara lain Adul, Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Cagur, Chand Kelvin, Cinta Laura, Tara Budiman, Kiwil dan Tyson. Tak hanya mereka ditiap episode Yuk Kita Sahur akan menampilkan bintang tamu seperti Coboy Junior, SMASH, Soimah, Fatin Sidqia, Ashanty, Vicky Shu dan lainnya. (www1.transtv.co.id), diakses 11 September 2013.

Program YKS sempat mendapatkan teguran dari KPI karena dianggap tidak sesuai dengan spirit Ramadhan. KPI memberika teguran sebanyak dua kali. Teguran tertulis pertama pada 16 Juli 2013 sedangkan teguran tertulis kedua pada 30 Juli 2013. Pelanggaran yang dilakukan oleh YKS berupa penayangan adegan yang melecehkan orang dan/atau masyarakat dengan kondisi tertentu, pekerjaan tertentu serta orientasi seks dan individu gender tertentu dan juga pelanggaran norma kesopanan. Selain teguran dari KPI, YKS juga dinilai oleh MUI sebagai program sahur yang masuk dalam kategori konyol karena konten yang ditampilkan tidak terkait dengan nuansa Ramadhan.

Gambar

Gambar 2.1. Format Acara Televisi
Tabel 4.3. Persepsi Informan Terhadap Format Acara di YKS
Tabel 4.4. Persepsi Informan Terhadap Goyang Caisar di YKS
Tabel 4.6. Persepsi Informan Terhadap Bintang Tamu di YKS
+2

Referensi

Dokumen terkait

INTENS merupakan program infotainment yang membahas tentang dunia selebritis, yang disirakan setiap hari selama satu jam dari pukul 11.00 sampai dengan 12.00 WIB

sikap apatis siswa dapat tereduksi dengan baik, pada saat inilah reactive teaching perlu diterapkan. Ada empat ciri guru yang reaktif : 1) guru menjadikan siswa

Middle Range Theory tersebut tidak lain merupakan induk keilmuan dari teori aplikasi ( Applied Theory ) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Gaya

Ukuran pengambilan sampel pada penelitian ini tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki, tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt To Equity Ratio (DER) terhadap Return On investment (ROI) secara parsial pada perusahaan industri

Untuk analisis regresi (Sudjana, 2003, p6) akan dibedakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas atau variabel prediktor dan variabel tak bebas atau variabel respon.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikankan Skripsi dengan judul " Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul