• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

3.3. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis 1 Aspek Pasar dan Pemasaran

3.3.4. Perhitungan Ekonom

Perhitungan ekonomi diperlukan untuk melihat kelayakan dari suatu usaha. Untuk setiap aspek dalam studi kelayakan terdapat sejenis analisa yang menitikberatkan aspek tersebut. Umumnya terbagi atas 2 macam analisis, yaitu: a. Analisis finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-

orang yang menanam modalnya dalam proyek atau orang yang berkepentingan langsung dalam proyek.

b. Analisis ekonomis, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan.

Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam usaha. Hasil finansial sering disebut private return. Yang perlu diperhatikan dalam analisis finansial adalah waktu

didapatkannya returns.

Dalam analisis ekonomis yang diperhatikan adalah hasil total, atau produktivitas, atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut social returns atau the economic returns dari proyek. Ada dua unsur yang berlainan dalam analisa tersebut yaitu:

a. Harga, dalam analisis ekonomis selalu dipakai shadow prices yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang sesungguhnya dari unsur-unsur biaya maupun hasil.

b. Pembayaran transfer, termasuk pajak, subsidi dan bunga.

Masalah yang sering timbul adalah bagaimana cara membandingkan biaya yang harus dikeluarkan saat ini (investasi) dengan benefit yang baru akan diterima beberapa tahun kemudian. Dengan menentukan tingkat bunga (Interest rate) uang tertentu, sejumlah uang dapat ditentukan kesetaraan nilainya pada berbagai kondisi, yaitu:

- Berapa nilainya pada masa yang akan datang (Future value) : F

- Berapa nilainya kalau disebar dalam jumlah yang sama setiap tahun (Average Value) : A

Untuk memudahkan konversi ini ketiga unsur dalam penelitian waktu adalah P, F, dan A adalah:

a. Compounding factor (F/P), adalah untuk mencari F bila diketahui P, i dan n, dengan rumus:

F = P (1 + i)n atau F = P (F/P, i , n) ;dimana i = Tingkat Bunga n = Tahun

b. Compounding factor for 1 per annum (F/A), adalah untuk mencari F bila diketahuiA, i, dan n, dengan rumus:

i i A F n 1 ) 1 ( + − = atau F = A (F/A, i, n)

c. Sinking fund factor (A/F), adalah untuk mencari A bila diketahui F, i, dan n, dengan rumus: 1 ) 1 ( + − = n i i F A atau A = F (A/F, i, n)

d. Discount factor (P/F), adalah untuk mencari P bila diketahui F, i, dan n, dengan rumus: n i i F P ) 1 ( + = atau P = F (P/F, i, n)

e. Present Worth (value) of an annuity factor (P/A), adalah untuk mencari P bila diketahui A, i, dan n, dengan rumus:

n n i i i A P ) 1 ( 1 ) 1 ( + − + = atau P = A (P/A, i, n)

f. Capital rcovery factor (A/P), adalah untuk mencari A bila diketahui P, i, dan n, dengan rumus: 1 ) 1 ( ) 1 ( − ++ = n n i i i P A atau A = P (A/P, i, n) 3.3.5. Pengertian Investasi8

4. Investasi lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan di atas.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan berinvestasi diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, peningkatan pendapatan, penghematan devisa naupun penambahan devisa, dalam menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa dinilai secara cukup independent.

Ada beberapa cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya penggolongan usulan yang didasarkan menurut kategori, sebagai berikut:

1. Investasi penggantian, adalah penggantian aktiva lama dengan yang baru. 2. Investasi dengan penambahan kapasitas, sering juga berrsifat penggantian. 3. Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan produk baru disamping tetap memproduksi yang lama.

8

Helmi Syafrizal S. Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis, Departemen Manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara 2006.

a. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara Present value dari benefit dan Present value dari biaya. Suatu proyek dikatakan layak bila NPV ≥ 0. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut akan mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost of Capital. Jika NPV < 0, proyek ditolak.

= +− = n t t t t i C B NPV 1 (1 )

Keterangan: Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada

tahun t

Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t,

tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya) n = Umur ekonomis dari suatu proyek

i = Social Opportunity Cost of Capital yang ditunjukkan sebagai Social Discount Rate

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat pertumbuhan rata-rata uang yang diinvestasikan dimana net cash flow dari hasil investasi, diinvestasikan kembali untuk usaha tersebut.

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek asal setiap benefit bersih yang diwujudkan bernilai positif.

0 ) 1 ( 1 = +−

=n t t t t IRR C B

Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara langsung. Namun secara coba-coba.

c. Periode Batas (Cut off)

Priode batas adalah jangka waktu tertentu dimana investasi yang ditanam pada suatu proyek sudah harus kembali. Panjang priode batas ini berbeda dari satu proyek ke proyek yang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lain, tergantung pada situasi yang mungkin bersifat ekonomis atau non-ekonomis. d. Periode Kembali Modal (Pay- off period)

Priode kembali modal adalah jangka waktu yang diperlukan untuk dapat kembalinya modal investasi. Pilihan jatuh pada proyek yang priode kembalinya paling pendek.

e. Keuntungan rata-rata

Pertimbangan kelayakan berdasarkan pada besarnya keuntungan rata-rata pertahun. Kriteria keuntungan rata-rata sangat dipengaruhi oleh umur proyek. Dalam perhitungan keuntungan rata-rata perlu dipertimbangkan biaya tahunan rata-rata terkecil.

f. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah suatu ukuran kriteria ekonomis dari suatu

perusahaan. Benefit proyek dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu:

1. Direct Benefits, dapat berupa kenaikan output fisik, atau kenaikan nilai output yang disebabkan adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan biaya dan kerugian. Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi

barang atau jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari suatu proyek. Kenaikan nilai hasil produksi tersebut dapat berupa meningkatnya jumlah hasil (kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas). Contohnya:

- Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi adalah contoh manfaat langsung dari proyek tersebut.

- Contoh penurunan biaya adalah berkurangnya biaya transportasi karena adanya proyek perbaikan jalan.

2. Indirect Benefits, merupakan benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek, merupakan multiplier effects dari proyek. Misalnya pemerintah bermaksud untuk mendirikan proyek pembangkit tenaga listrik. Proyek pembangkit tenaga listrik ini akan memberikan manfaat tak langsung seperti:

- Mendorong tumbuhnya industri-industri lain yang dapat memanfaatkan listrik tersebut.

- Pertambahan nilai hasil produksi dari industri-industri tersebut di atas adalah manfaat tak langsung sebagai multiplier efects dari proyek pembangkit tenaga listrik.

- Berkembangnya pertanian, pertambangan dan usaha lain disekitar daerah pembangunan proyek

Disamping itu, manfaat langsung dari proyek pembangkit listrik tersebut adalah jumlah kapasitas listrik (kilowatt) dikalikan harga (tarif) listrik tersebut.

3. Intangible Benefits, merupakan benefit yang sulit dinilai dengan uang, contoh-contoh Intangible Benefits dari pendirian suatu proyek adalah: - Perbaikan lingkungan hidup

- Perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman - Perbaikan distribusi pendapatan

- Integrasi nasional dan pertahanan nasional - Berkurangnya pengangguran, dan sebagainya.

Melihat 3 macam manfaat seperti yang diuraikan di atas, maka manfaat langsung relatif lebih mudah untuk diidentifikasikan dan dihitung jumlahnya dibandingkan menfaat tak langsung dan manfaat kentara. Disamping itu, manfaat langsung dapat direalisir, manfaat tidak langsung tidak akan otomatis terwujud. Misalnya, kalau proyek bendungan sudah berhasil meningkatkan tenaga listrik sebagai akibat langsung dari proyek tersebut maka pertumbuhan industri sebagai manfaat tak langsung belum tentu akan terwujud, karena banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan.

Untuk perbandingan BCR, biaya suatu proyek dapat jaga diklasifikasikan atas biaya langsung dan biaya tak langsung.

1. Biaya Langsung

Adalah semua pengeluaran yang langsung untuk keperluan proyek, misalnya biaya investasi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan proyek. 2. Biaya Tak Langsung

Biaya tak langsung umumnya berupa biaya tak kentara seperti polusi udara, bising, perubahan nilai-nilai (norma) dalam masyarakat.

Seperti halnya manfaat langsung, maka biaya langsung lebih mudah diidentifikasikan dan dihitung. Karena itu dalam evaluasi proyek, biaya langsung sering mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan biaya tak langsung. Akan tetapi, perlu diingat bahwa semakin besar masarakat yang menanggung biaya tak langsung (misalnya polusi udara) maka semakin perlu dipertimbangkan untuk mengevaluasi kelayakan suatu proyek.

BCR merupakan nisbah manfaat biaya yang sering digunakan untuk mengukur kelayakan suatu proyek. Pada BCR yang dilihat adalah perbandingan antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran atau biaya.

PC PV C B/ =

Oleh karena NPV adalah selisih antara PV dan PC, maka antara NPV dan B/C terdapat hubungan sebagai berikut:

NPV > 0, maka B/C >1 NPV < 0, maka B/C < 1 NPV = 0, maka B/C = 1

Proyek dikatakan layak bila B/C ≥ 1, atau 1 <BCR< 2 karena bila BCR<1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, dan bila BCR>2 dikenal dengan situasi overheating yang berbahaya bagi perekonomian karena dapat menyebabkan

3.3.5.1. Break Even Point Analysis ( Analisa Titik Impas)

Suatu studi kelayakan harus dapat menetapkan titik pulang pokok (Break Even Point). Sebagai masukan dalam perencanaan dan sebagai alat kendali dalam

pengoperasian perusahaan, perlu diketahui pada kapasitas produksi berapakah paling rendah agar perusahan tidak merugi. Pada kapasitas tersebut perusahaan tidak merugi dan tidak berlaba. Kapasitas tersebut disebut Break Even Point (BEP) dimana pendapatan sama dengan pengeluaran ( TR = TC )

Biaya-biaya dapat dikategorikan atas:

a. Biaya berubah (variabel cost), yaitu biaya yang besarnya tergantung kepada banyaknya produksi seperti biaya bahan, sebagian besar biaya energi, sebagian besar biaya perawatan, sebagian sewa-sewa dan upah karyawan lepas. Biaya berubah umumnya diasumsikan fungsi linear:

y = ax

dimana x = jumlah produksi

b. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tetap walaupun tidak ada produksi, seperti gaji karyawan tetap, depresiasi, amortisasi, asuransi, PBB, seluruh atau sebagian sewa-sewa, sebagian biaya energi, sebagian biaya perawatan. Biaya tetap merupakan konstanta:

y = b

Total biaya seluruhnya menjadi:

y = ax + b ...(1)

Apabila penjualan perunit produksi diasumsikan konstan maka hasil penjualan juga merupakan garis lurus:

y = sx ...(2)

Perpotongan antara persamaan (1) dan (2) merupakan titik impas (BEP) yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Titik Impas yang Merupakan Perpotongan Persamaan 1 dan 2

Apabila kapasitas produksi lebih kecil dari BEP maka perusahaan akan merugi dan apabila kapasitas di atas BEP maka perusahaan akan berlaba.

3.3.5.2. Pengertian Cash Flow

Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasok tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari yang berhubungan langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang masuk

Rp x Rugi Laba BEP penjualan y = sx total biaya b biaya tetap b biaya berubah y

dapat pula berasal dari pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan usaha utama.

Dokumen terkait