STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
PENGGILINGAN PADI UD. KILANG PADI BERSAMA DI
KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
MUHAMMAD RAWI HASIBUAN
040403025
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat karunia dan hidayah-Nya sehingga dengan keterbatasan dan
kemampuan yang ada, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEGGILINGAN PADI
DI PADANG LAWAS UTARA (Studi Kasus UD. Kilang Padi Bersama)” beserta
laporannya. Tak lupa shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari jaman kegelapan menuju jalan yang benar.
Adapun Tugas Sarjana ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatra Utara. Penulis berusaha memberikan yang terbaik
dalam mengerjakan Tugas Sarjana ini, namun penulis menyadari bahwa Tugas
Sarjana ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari Pembaca demi kebaikan dan
kesempurnaan Tugas Sarjana ini.
Akhir kata Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam laporan
ini banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga laporan Tugas Sarjana ini
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN Medan, Juli 2010
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam pelaksanaan tugas sarjana sampai pennulisan laporan Penulis
menyadari sepenuhnya, bahwa karya ini dapat terwujud tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penulisan laporan Tugas Sarjana ini
hingga selesai.
Untuk itu dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Sugih Arto. P, MM selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Ir. Khawarita Siregar, MT selaku dosen pembimbing II atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
Tugas Sarjana ini.
2. Ibu Ir. Rosnani ginting, MT selaku ketua departemen teknik Industri Usu
yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaiakan
Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku sekretaris departemen teknik Industri
Usu yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaiakan Tugas Sarjana ini
4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan Pengawas departemen teknik Industri Usu
yang telah banyak membantuan penulis dalam pengurusan berkas – berkas
5. Bapak Jurman Hasibuan selaku pemilk usaha UD. Kilang Padi bersama
yang telah membantu, memberikan waktu dan kesempatan penelitian
sehingga penulis dapat menyelesaiakan Tugas Sarjana ini
6. Teman – teman penulis yang tercinta, Zuna Wakhir Tanjung, Imanuel,
Ismail marjuki, M. Teguh Pane, Ronal Sipayung, prasetya Ariwardan Fikri
Abdullah dan Fernando Gultom yang selalu memberikan motivasi,
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI... ... vii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
ABSTRAK ... xix
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I – 1
1.2. Rumusan Permasalahan ... I – 2
1.3. Tujuan Penelitian ... I – 3
1.4. Manfaat Penelitian ... I – 3
1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi ... I – 4
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I – 4
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II – 1
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... II – 2
2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II – 2
2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II – 3
2.6. Proses Produksi ... II – 3
2.6.1. Bahan yang Digunakan ... II – 4
2.6.2. Uraian Proses ... II – 4
2.7. Mesin dan Peralatan ... II – 7
2.7.1. Mesin Produksi ... II – 7
2.7.2. Peralatan (Equipment) ... II – 8
III LANDASAN TEORI
3.1. Studi Kelayakan ... III – 1
3.2. Tujuan Studi Kelayakan ... III – 2
3.3. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis ... III – 4
3.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... III – 4
3.3.1.1. Konsep Inti Pemasaran ... III – 5
3.3.1.2. Ruang Pasar (Market Space) dan
Pangsa Pasar (Market Share) ... III – 8
3.3.1.3. Penetapan Harga ... III – 9
3.3.2. Aspek Teknis dan Teknologi ... III– 10
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.3.3.1. Struktur Organisasi ... III– 12
3.3.3.2. Deskripsi Tugas ... III– 14
3.3.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja ... III– 15
3.3.4. Perhitungan Ekonomi ... III– 17
3.3.5. Pengertian Investasi ... III– 20
3.3.5.1. Break Even Point Analysis
( Analisa Titik Impas) ... III – 25
3.3.5.2. Pengertian Cash Flow ... III – 27
3.3.6. Aspek Lingkungan ... III – 28
3.3.7. Aspek Yuridis ... III – 29
3.4. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis ... III– 30
3.4.1. Penemuan Ide Proyek ... III– 30
3.4.2. Tahap Penelitian ... III– 31
3.4.3. Tahap Evaluasi Proyek ... III–31
3.4.4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak ... III–31
3.4.5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis ... III–32
3.4.6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis ... III–32
3.5. Tanaman padi ... III–32
3.5.1. Jenis Tanaman Padi ... III–33
3.5.2. Manfaat Tanaman Padi ... III–34
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.5.4. Penyebaran dan Adaptasi ... III–35
3.5.5. Genetika dan pemuliaan padi ... III–35
3.5.6. Varietas padi ... III–36
3.5.7. Reproduksi Padi ... III–37
3.5.8. Sistem Budidaya Padi ... III–38
3.6. Pengolahan gabah menjadi nasi ... III–39
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV – 1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV – 1
4.3. Objek Penelitian ... IV– 2
4.4. Variabel Penelitian ... IV– 2
4.5. Pelaksanaan Penelitian ... IV– 2
4.5.1. Pengumpulan Data ... IV– 3
4.5.1.1. Sumber Data ... IV– 3
4.2.4.2. Cara Pengumpulan Data ... IV– 3
4.6. Pengolahan Data ... IV– 4
4.7. Analisis Pemecahan Masalah ... IV– 4
4.8. Kesimpulan dan Saran ... IV– 5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V – 1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.1.2. Jumlah Penduduk ... V – 2
5.1.3. Jumlah Penggilingan Padi ... V – 3
5.1.4. Data Hasil Produksi (Penjualan Beras) ... V – 4
5.2. Pengolahan Data ... V – 4
5.2.1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... V – 4
5.2.1.1. Gambaran Umum ... V – 4
5.2.1.2. Kecenderungan Permintaan ... V – 7
5.2.1.3. Kecenderungan Penawaran ... V – 8
5.2.1.4. Analisis Permintaan Dan Penawaran ... V – 9
5.2.1.5. Peluang Pasar ... V – 9
5.2.1.6. Analisis Target penjualan... V–10
5.2.1.7. Analisi pesaiang ... V–11
5.2.1.8. Strategi Pemasaran ... V–12
5.2.1.8.1. Segmentasi Pasar ... V–12
5.2.1.8.2. Kebutuhan pasar ... V–13
5.2.1.8.3. Posisioning ... V–13
5.2.1.8.4. Strategi Promosi ... V–13
5.2.2. Struktur Organisasi ... V–14
5.2.2.1. Deskripsi tugas ... V–15
5.2.2.2. Analisis Tenaga Kerja ... V–20
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.3.1. lokasi Usaha ... V–21
5.2.3.2. Proses Produksi ... V–21
5.2.3.3. Bahan Baku, Penolong dan Tambahan ... V–24
5.2.3.4. Kebutuhan Bahan Baku dan Tambahan ... V–25
5.2.3.5. Sumber Bahan Baku dan Tambahan ... V–25
5.2.3.6. Mesin dan Peralatan ... V–25
5.2.3.6.1. Jenis Mesin dan Spesifikasi ... V–25
5.2.3.6.2. Fungsi Mesin-Mesin dan
Peralatan Penggilingan Padi ……... V–28
5.2.3.6.3. Jumlah Mesin yang Digunakan……... V–29
5.2.3.6.4. Sumber Mesin dan Peralatan……... V–29
5.2.3.7. Sarana Pendukung ... V–30
5.2.3.7.1. Bangunan ... V–30
5.2.3.7.2. Alat Transportasi ... V–30
5.2.3.7.3. Inventaris Kantor ... V–31
5.2.3.8. Layout Pabrik ... V–31
5.2.3.8.1. Jenis Bangunan ... V–31
5.2.3.8.2. Kebutuhan Luas Lahan ... V–32
5.2.4. Aspek Ekonomi dan Finansial ... V–33
5.2.4.1. Pendahuluan ... V–33
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.4.3. Modal Kerja ... V–37
5.2.4.4. Sumber Modal ... V–39
5.2.4.5. Perkiraan Pendapatan/Penerimaan ... V–39
5.2.4.5.1. Sumber Pendapatan ... V–39
5.2.4.6. Perkiraan pengeluaran/biaya-biaya ... V–41
5.2.4.6.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) ... V–41
5.2.4.7. Analisa Keuangan ... V–43
5.2.4.7.1 Jadwal Pembayaran Pinjaman ... V–43
5.2.5. Analisis Kriteria Investasi ... V–46
5.2.5.1. Net Present Velue (NPV) ... V–46
5.2.5.2. Internal Rate of Return (IRR) ... V–47
5.2.5.3. Analisi pay back period dan
break iven poin……… V–48
5.2.5.4. Perkiraan break event point (BEP)…. V–48
5.2.5.5. Analisis Benefit Cots Ratio (BCR)…. V–49
5.2.6. Analisis Apek Yuridis ... V–50
5.2.6.1. Data Izin Pendirian Usaha ... V–50
5.2.6.2. Data Yuridis ... V–52
5.2.6.3. Dasar Hukum Izin Industri ... V–52
5.2.6.4. Syarat dan Kelengkapan Dokumen ... V–53
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.6.6. Dasar Hukum ... V–54
5.2.6.7. Syarat dan Kelengkapan Dokumen ... V–55
5.2.6.8. Biaya Pengurusan ... V–55
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Aspek Pemasaran ... VI – 1
6.2. Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi ... VI – 2
6.3. Analisis Aspek Teknis dan Teknologi ... VI – 2
6.4. Analisis Aspek Ekonomi dan Finansial ... VI – 3
6.5. Analisis Kriteria Investasi ... VI – 3
6.3. Analisi Aspek Ekonomi dan Finansial ... VI – 2
6.3. Analisis Kriteria Investasi ... VI – 2
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII – 1
7.2. Saran ... VII – 1
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jam Kerja UD. Kilang Padi Bersama ... II – 3
5.1. luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi ladang
di Kab. Padang Lawas Utara Menurut Kecamatan ... V – 1
5.2. luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi ladang
di Kab. Padang Lawas Utara tahun 2007-2010 ... V – 2
5.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara
Tahun 2007-2010. ... V – 3
5.4. Jumlah Penggilingan Padi di Kab. Padang Lawas Utara
Perkecamatan Tahun 2010 ... V – 3
5.5. Jumlah Penjualan Hasil Produksi UD. Kilang Padi Bersama ... V – 4
5.6. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara
Tahun 20011-2015. ... V – 7
5.7. Proyeksi Jumlah Permintaan Beras Di Kab. Padang Lawas Utara
Tahun 2011-2015 ... V – 7
5.8. Proyeksi Jumlah Penggilingan Padi di Kab. Paluta ... V – 8
5.9. Proyeksi Target Penjualan UD Kilang Padi Bersama ... V – 11
5.10. Jumlah Mesin Dan Peralatan UD. Kilang Padi Bersama ... V – 29
5.11. Jenis dan Jumlah Bangunan UD. Kilang Padi Bersama ... V – 30
5.12. Jenis dan Jumlah Inventaris kantor UD. Kilang Padi Bersama ... V – 31
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.14. Perincian Investasi Tanah dan Bangunan ... V – 33
5.15. Perincian Investasi Mesin dan Peralatan ... V – 34
5.16. Perincian Investasi Inventaris Kantor ... V – 35
5.17. Perincian Investasi Alat Transportasi ... V – 35
5.18. Perincian Biaya Pra Operasi ... V – 36
5.19. Perincian Biaya Instalasi dan Umum ... V – 36
5.20. Perhitungan Bunga Masa Kontruksi ... V – 37
5.21 Rekapitulasi Kebutuhan Modal Investasi ... V – 37
5.22. Skema kebutuhan modal kerja UD. Kilang padi bersama ... V – 38
5.23. Rekapitulasi Kebutuhan Modal Kerja ... V – 38
5.24. Proyeksi Jumlah Pendapatan UD. Kilang Padi Bersama
Tahun Ke I ... V – 40
5.25. Perkiraan Pendapatan/Penerimaan ... V – 41
5.26. Perkiraan Biaya Gaji ... V – 41
5.27. Perkiraan Umur dan Depresiasi ... V – 42
5.28. Perkiraan Umur dan Amortisasi ... V – 42
5.29. Jadwal Pembayaran Pinjaman ... V – 43
5.30. Perkiraan Laba Rugi... V – 44
5.31. Perkiraan NPV ... V – 46
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
3.33. Perkiraan Pay Back Period ... V – 48
5.34. Perkiraan BEP ... V – 49
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Gambar 2.1 Struktur Organisasi UD. Kilang Padi Bersama ... II – 2
3.1. Titik Impas yang Merupakan Perpotongan
Persamaan 1 dan 2 ... III– 27
4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV – 6
5.1. Gambar5.1. Struktur Organisasi ... V – 15
5.2. Ilustrasi Blok diagram Komposisi Unit Penggilingan Padi
ABSTRAK
UD. Kilang Padi Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan padi menjadi beras (Penggilingan padi) di desa Hutaimbaru Kec. Halongonan Kab. Padang lawas Utara. Dimana daerah tersebut merupakan daerah agraris, sehingga masih memerlukan penggilingan padi untuk pemenuhan kebutuhan petani dalam konsumsi dan pemasaran hasil. Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis aspek – aspek studi kelayakan dengan metode yang ada didalamnya seperti, aspek pasar, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknik, aspek ekonomi dan finansil, untuk mengetahui nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Laba rugi.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data studi kelayakan Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama. Kemudian data Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama selama masa operasional dievaluasi dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), sehingga dapat diketahui apakah Penggilingan padi tersebut selama masa operasional mendapatkan keuntungan atau kerugian
ABSTRAK
UD. Kilang Padi Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan padi menjadi beras (Penggilingan padi) di desa Hutaimbaru Kec. Halongonan Kab. Padang lawas Utara. Dimana daerah tersebut merupakan daerah agraris, sehingga masih memerlukan penggilingan padi untuk pemenuhan kebutuhan petani dalam konsumsi dan pemasaran hasil. Penelitian ini bertujuan untuk manganalisis aspek – aspek studi kelayakan dengan metode yang ada didalamnya seperti, aspek pasar, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknik, aspek ekonomi dan finansil, untuk mengetahui nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Laba rugi.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data studi kelayakan Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama. Kemudian data Penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama selama masa operasional dievaluasi dengan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), pay back period (PBP), Break Event Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), sehingga dapat diketahui apakah Penggilingan padi tersebut selama masa operasional mendapatkan keuntungan atau kerugian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan
dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana
kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu
usaha dijalankan atau dikembangkan. Pengambilan keputusan investasi untuk
mengembangkan suatu usaha lama maupun mendirikan usaha baru membutuhkan
dasar studi kelayakan untuk mendapatkan hasil (output) yang maksimal dan
mengurangi resiko kegagalan yang mungkin terjadi.
Penelitian ini dilaksanakan di UD. Kilang Padi Bersama, yaitu sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan padi menjadi beras (Penggilingan
padi). UD Kilang Padi Bersama adalah salah satu penggilingan padi menengah
(PPM) dengan kapasitas produksi 0,75 - 3 ton beras per jam, yang ada di
Kabupaten Padang Lawas Utara (Kab. Paluta). Kab. Paluta memiliki luas wilayah
keseluruhan ± 3.918,05 km2 dengan jumlah penduduk tahun 2010 ± 196.290
jiwa. Daerah Kab. Paluta merupakan salah satu daerah pertanian, dengan luas
lahan sawah 31.263 ha dengan hasil produksi tahun 2010 sekitar 175.197 ton padi.
Penggilingan padi (Rice Milling Unit) memiliki peran yang sangat penting
dalam sistem agribisnis padi. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan
dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari
segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
UD. Kilang Padi Bersama dengan kapasitas produksi ±1 ton beras per jam,
mempunyai prospek pengembangan usaha yang cukup baik untuk meningkatkan
kapasitas usahanya, karena jumlah permintaan penggilingan padi di daerah Kab.
Paluta meningkat yang disebabkan jumlah produksi padi yang cukup besar.
Akibatnya penggilingan padi di Kab. Paluta dengan kapasitas rata-rata giling
dibawah 0.75 ton per jam tidak dapat menampung produksi padi.
Untuk mengetahui apakah proyek atau investasi pengembangan usaha
penggilingan padi UD. Kilang Padi Bersama di Kab. Paluta dapat mengembalikan
uang yang telah diinvestasikan, dengan jangka waktu tertentu, maka dilakukan
studi kelayakan pengembangan usaha agar resiko dan dampak negatif yang
ditimbulkan seminimal mungkin.
1.2. Rumusan Permasalahan
Permasalahan pokok yang dihadapi UD. Kilang Padi Bersama adalah
jumlah permintaan penggilingan padi meningkat yang disebabkan jumlah
produksi padi yang cukup besar sehingga kapasitas penggilingan padi tidak dapat
menampung produksi padi, maka perlu dilakukan penelitian berupa studi
kelayakan pengembangan usaha dalam hal perencanaan penambahan kapasitas
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah manganalisis aspek – aspek studi
kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha pengembangan penggilingan padi.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis aspek pasar untuk mendapatkan peluang pasar.
2. Menganalisis aspek manajemen dan organisasi, untuk mengetahui
tugas, wewenang dan tanggung jawab.
3. Menganalisis aspek teknik, untuk mengetahui kebutuhan dana
investasi.
4. Menganalisis aspek ekonomi dan finansil, untuk mengetahui nilai
NPV, IRR,PBP, BEP, BCR dan Laba rugi.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori
yang didapat di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya di
lapangan.
2. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan siswa yang telah
tamat dari sekolah.
3. Sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam membuat suatu
keputusan investasi untuk melaksanakan usaha baru atau
pengembangan usaha lama.
5. Untuk meyakinkan pihak kreditor, khususnya perbankan untuk
memberikan kredit pada gagasan usaha tersebut.
1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi
Untuk meminimalkan kesalahan - kesalahan dalam peneitian ini, ada
beberapa faktor yang selalu menjadi penghalang dan tidak dapat dihindari yaitu
keterbatasan waktu, dana, dan fasilitas. Agar penelitian ini dapat tercapai secara
efektif, maka diperlukan pembatasan masalah dan asumsi.
Adapun batasan yang digunakan yaitu, pengamatan hanya dilakukan
pada UD. Kilang Padi Bersama saja, yang terletak di Kabupaten Padang Lawas
Utara Kecamatan Halongonan Desa Hutaimbaru
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Kondisi perusahaan tidak berubah selama penelitian.
2. Tidak ada penambahan jenis produk baru di UD. Kilang Padi Bersama.
3. Proses produksi berlangsung secara normal.
4. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya
dianggap benar.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta
sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Menggambarkan secara umum atribut perusahaan diantaranya sejarah
dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta
proses produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
Memaparkan seluruh teori-teori yang berkaitan dengan judul, yang
digunakan dalam analisis pemecahan masalah.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Mengemukakan langkah – langkah penelitian mulai dari persiapan
hingga penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Mengidentifikasi data primer dan sekunder yang diperoleh dari
penelitian dan dikaitkan dengan pengolahan data dan penyelesaian
masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Menganalisis hasil pengolahan data dan melakukan pemecahan
masalah.
Mengemukakan hasil keseluruhan penelitian berdasarkan data yang
telah diolah dengan memberikan kesimpulan dan saran yang
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice
Milling Unit). Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Jurman Hasibuan tahun 2002
yang berada di Jl. Lintas Sumatera Desa Hutaimbaru Kec. Halongonan Kab.
Padang Lawas Utara.
Pada awalnya UD. Kilang Padi Bersama merupakan usaha kecil, yang
hanya bergerak di satu desa dengan kapasitas giling 0.75 ton per jam. Pada
perkembangannya hasil padi dari petani yang tinggi, jumlah permintaan akan
beras yang semakin meningkat dan areal kilang padi yang tidak hanya bergerak
disatu desa lagi, sehingga tidak dapat menampung kapasitas yang ada. Maka pada
tahun 2005 usaha UD. Kilang Padi bersama memperbesar kapasitasnya menjadi
1-2 ton per jam.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup bidang usaha UD. Kilang Padi Bersama merupakan kilang
padi menangah. Dimana UD. Kilang Padi Bersama menghasilkan produk beras
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan
UD. Kilang Padi Bersama dalam manajemennya menggunakan struktur
organisasi lini. Dimana pemilik memberikan instruksi langsung kepada karyawan
dan karyawan bertanggung jawab langsung. Struktur organisasi pada perusahaan
UD. Kilang Padi Bersama dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut:.
Pemilik
Karyawan
Karyawan Karyawan
Karyawan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi UD. Kilang Padi Bersama
2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di UD. Kilang Padi Bersama seluruhnya
berjumalah 5 Orang. Beberapa pekerja/karyawan dapat ditempatkan pada
beberapa jenis pekerjaan yang berbeda.
Pada pelaksanaan aktivitas kerja di UD. Kilang Padi Bersama memakai
waktu kerja selama enam hari per minggu, mulai dari hari Senin sampai dengan
hari Sabtu, dengan waktu kerja 8 jam kerja per hari, jika lebih dari jam yang
ditentukan maka dianggap lembur. Uraiannya jam kerja dapat dilihat pada Tabel
Tabel 2.1. Jam Kerja UD. Kilang Padi Bersama
Hari Jam Kerja Keterangan
Senin – Kamis
08.00 – 11.00 Kerja 11.00 – 13.30 Istirahat 13.30 – 16.00 Kerja
Jumat
08.00 – 11.00 Kerja 11.00 – 14.00 Istirahat 14.00 – 16.30 Kerja
Sabtu
08.00 – 11.00 Kerja 11.00 – 13.30 Istirahat 13.00 – 15.30 Kerja Sumber: UD. Kilang Padi Bersama
2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Sistem pengupahan pada UD. Kilang Padi Bersama diberikan setiap akhir
minggu yaitu pada hari Sabtu. UD. Kilang Padi Bersama membagi sistem
pengupahan ke dalam dua bentuk , yaitu:
1. Karyawan Tetap, terdiri dari:
a. Gaji pokok : Rp 1.300.000,-
b. Uang Makan : Rp 210.000,-
2. Karyawan Tidak Tetap, terdiri dari:
a. Gaji pokok : Rp 900.000,-
b. Uang makan : Rp. 210.000,-
2.6. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu cara atau metode, dan teknik untuk
sumber-sumber yang ada. Disamping menghasilkan produk yang berkualitas,
proses produksi yang baik juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah
produktivitas yang dihasilkan perusahaan.
2.6.1. Bahan yang Digunakan
Bahan yang akan digunakan untuk proses produksi pada UD. Kilang Padi
Bersama adalah padi, dimana padi merupakan bahan baku utama. Bahan Baku
adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses
produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya.
Bahan ini langsung ikut dalam proses produksi hingga menjadi produk jadi.
2.6.2. Uraian Proses
Uraian proses produksi dalam penggilingan padi melewati beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan bahan baku
Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan
baku gabah yang berkualitas pula. Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah,
kapan dipanen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan sampai kadar air 14%,
baik melalui penjemuran atau menggunakan alat pengering. Penundaan gabah
kering panen lebih 2 - 3 minggu akan menimbulkan padi yang kuning. Gabah
yang sudah kering sebaiknya dicegah tidak kehujanan karena dapat meningkatkan
butir patah dan menir. Usahakan gabah yang digiling adalah gabah kering giling
berubah. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan
atau 1 musim, maka penampakan beras tidak optimal (buram) dan terjadi
perubahan cita rasa (tingkat kepulenan menurun).
2. Proses Pemecahan Kulit
Pada proses ini, mula-mula tumpukan gabah (GKG) disiapkan di dekat
lubang pemasukan elevator. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit
dihidupkan, kemudian elevator mengangkat gabah menuju lubang pemasukan
(corong sekam) gabah. Corong sekam dibuka-tutup dengan alat klep penutup.
Proses pemecah kulit dilakukan 3 kali (ulangan), gabah yang masuk ke mesin
pecah kulit yang pertama, kemudian masuk ke pemecah kulit yang kedua, lalu
gabah masuk ke elevator dan mengangkat gabah ke mesin pecah kulit yang ketiga.
Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak
ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus distel kembali struktur rubber
roll dan kecepatan putarannya. Stelan pada masing – masing mesin pecah kulit
dibuat berbeda, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan untuk mendapatkan
mutu yang baik.
3. Proses Penyosohan Beras
Proses ini menggunakan alat penyosoh tipe friksi yaitu gesekan antar
butiran, sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. Beras pecah kulit
disosoh menggunakan mesin penyosoh merk ICHI N 70. Perlu diperhatikan
kecepatan putaran untuk mencapai beras berkualitas adalah 1100 rpm dengan
beras. Proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama
atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%.
Usaha meningkatkan mutu beras hasil giling tergantung dari produk akhir
yang diinginkan konsumen. Ada 3 jenis preferensi beras yaitu beras bening, beras
putih dan beras mengkilap. Untuk memproduksinya diperlukan proses yang
berbeda.
4. Proses Pengemasan
Beras hasil giling sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai sisa panas
akibat penggilingan hilang. Jenis kemasan disarankan memperhatikan beras
isinya. Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik
yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong
plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis
kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak
korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan
uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan),
serta label kemasan untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk
menghindari pemalsuan).
5. Proses Penyimpanan
Tempat penyimpanan beras yang harus diperhatikan adalah kondisi tempat
penyimpanan harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, bebas kontaminasi
hama (Caliandra sp. Dan Tribolium sp.) dan penyakit di gudang, ada pengaturan
aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. Sebelum beras disimpan sebaiknya
disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan aerase, tidak langsung
kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian
hama (fumigasi), serta teknik penumpukan beras
2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin Produksi
Jenis dari mesin-mesin produksi yang digunakan oleh UD. Kilang Padi
bersama adalah sebagai berikut :
1. Nama Mesin : Mesin Penggerak
Merk/ Type : Colt Diesel 100 Ps
Tenaga : 160 A
Jumlah : 1 unit
Fungsi : Untuk menggerakkan mesin gilingan padi.
2. Nama Mesin : Mesin Pecah Kulit (Paddy Husker)
Merk/ Type : Yanmar model HW 60/Kombinasi Rol Karet
Putaran : 1100 (mani shaft)
Jumlah : 3 Unit
Fungsi : Untuk mengupas gabah (padi)
3. Nama Mesin : mesin penyosoh
Merk/ Type : ICHI N 70
Putaran : 1100 rpm
Jumlah : 2 Unit
2.7.2. Peralatan (Equipment)
Peralatan adalah benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi penggilingan padi adalah:
1. Elevator
2. Skop
3. Kaleng
4. Karung/goni
5. Ember
6. Brus kawat
7. Kantong Plastik
8. Timbangan
Selain alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan, terdapat alat
yang digunakan untuk melindungi diri ketika melakukan pekerjaan yang disebut
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Studi Kelayakan1
Studi kelayakan atau sering disebut
Studi kelayakan pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh
masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha.
Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha,
telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut
dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu usaha dijalankan atau
dikembangkan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat
diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek bisnis.
2
Pada umumnya proyek-proyek yang dinilai dari segi social benefit adalah
proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi-organisasi “feasibility study” adalah penelitian
yang mendalam terhadap suatu gagasan usaha atau bisnis tentang layak atau
tidaknya gagasan usaha tersebut untuk dilaksanakan. Pengertian layak dalam
penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan
memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam
arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social benefit tidak
selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari
segi penilaian yang dilakukan.
1
Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta, 2003.
2
sosial, seperti pembuatan jalan, rumah sakit, taman hiburan, sekolah dan lain
sebagainya yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat
secara keseluruhan. Proyek-proyek yang dinilai dari segi analisis financial benefit
pada umumnya adalah proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pengusaha secara
individu yang menanamkan modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan
langsung dalam proyek. Sasaran yang ingin dicapai dalam analisis financial
benefit adalah hasil dari modal saham (equity capital) yang ditanam dalam
usaha/proyek tersebut, seperti mendirikan industri, pembukaan usaha pertaniaan,
pengembangan usaha dan lain sebagainya.
3.2. Tujuan Studi Kelayakan
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan. Ada lima tujuan, pentingnya melakukan studi kelayakan usaha
yaitu: 3
1. Menghindari resiko kerugian
Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari risiko kerugian keuangan di
masa datang yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat
diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini
fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak
diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan.
3
2. Memudahkan perencanaan
Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dapat
mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut,
meliputi:
- Berapa jumlah dana yang dibutuhkan.
- Kapan usaha akan dijalankan.
- Dimana lokasi usaha akan dibangun.
- Siapa yang akan melaksanakan.
- Bagaimana cara melaksanakannya.
- Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh.
- Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan Dengan adanya
perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan mempunyai jadwal
pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai pada waktu
tertentu.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Bagaimana rencana yang sudah disusun akan memudahkan dalam pelaksanaan
usaha. Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan
setiap tahap usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis
dan dapat tepat sasaran serta sesuai rencana.
4. Memudahkan pengawasan
Pelaksanaan usaha yang sesuai rencana akan memudahkan untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar
pelaksanaan usaha dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, karena ada yang
mengawasi
5. Memudahkan pengendalian
Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat terdeteksi terjadinya
suatu penyimpangan, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas
penyimpangan tersebut. Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng, sehingga tujuan
perusahaan akan tercapai.
3.3. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis 3.3.1. Aspek Pasar dan Pemasaran4
4
Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta,
2003.
Evaluasi aspek pasar dan pemasaran sangat penting dilakukan karena
tidak ada usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa
yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Pada dasarnya, aspek pasar dan pemasaran
bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan
dan pangsa pasar produk atau jasa yang bersangkutan.
Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan, karena
Permintan pasar dari produk yang dihasilkan, merupakan dasar dalam
penyusunan produksi, jumlah produksi itu sendiri merupakan dasar dalam
rencana pembelian bahan baku, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, serta
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan
atau keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu
melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu.
Sedangkan pemasaran adalah suatu proses dan manajeral yang membuat
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk
atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen
Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa
hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran
dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai
superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah,
mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada
dengan tetap memegang prisip kepuasan pelanggan.
3.3.1.1. Konsep Inti Pemasaran5
1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia.
Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia
mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang
5
Helmi Syafrizal S. Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis, Departemen Manajemen Fakultas ekonomi
kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll),
tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan.
Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen
akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian
individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek
yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan
penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang,
keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan
ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan
sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan
tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya
tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa
dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah
permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh
kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
4. Produk
Sejalan dengan munculnya kebutuhan, keinginan dan permintaan,
perusahaan berusaha keras untuk mempelajarinya, mereka melakukan riset
konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yang sedang disukai atau
bahkan produk apa yang tidak disukai, dan lain-lain. Dengan kegiatan diatas
akhirnya perusahaan dapat menawarkan segala sesuatu kepada pasar untuk
diperhatikan, untuk dimiliki atau dikonsumsi sehingga konsumen dapat
memuaskan kebutuhan sekaligus keinginannya, sesuatu itu disebut produk.
Produk tidak hanya mencakup obyek fisik, tetapi juga jasa, orang, tempat,
organisasi ataupun gagasan.
5. Nilai Pelanggan
Karena semua perusahaan berusaha menwarkan produk dan jasa yang
superior, maka konsumen dihadapkan pada pilihan yang beraneka ragam.
Konsumen membuat pilihan pembeli berdasarkan pada persepsi mereka
mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa ini. Nilai bagi
pelanggan adalah selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan karena
memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya total yang menyertai
produk tersebut. Nilai total antara lain nilai dari produk, jasa, personil pemasar,
biaya waktu, biaya energi yang dikeluarkan, biaya psikis. Setelah pemberian
nialai, konsumen akan mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan mempengaruhi
kepuasan dan peluang untuk membeli ulang produk tersebut.
6. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam
menyerahkan nilai relative terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau prestasi
sesuai atau bahkan melebihi harapan, pembelinya merasa puas. Perusahaan yang
menjanjikan apa yang dapat mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih
banyak dari yang mereka janjikan.
7. Mutu
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, yang saat ini ada istilah
Total Quality Management (TQM) yaitu program yang dirancang untuk
memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara terus menerus.
TQM memiliki komitmen antara lain :
- Fokus terhadap pelanggan.
- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.
- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
- Memiliki komitmen jangka panjang, membutuhkan kerja sama tim,
memperbaiki proses.
- Memperbaiki proses secara kesinambungan.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan.
3.3.1.2. Ruang Pasar (Market Space) dan Pangsa Pasar (Market Share)
Market space adalah peluang pasar (market potencial) yang dapat
dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan dan market space terjadi apabila
permintaan lebih besar dari penawaran. Selisih yang terjadi ini merupakan ruang
gerak bagi perusahan untuk dapat masuk pasar. Sedangkan market share
merupakan bagian yang dapat diambil oleh gagasan usaha yang direncanakan.
market share. Kesempatan untuk mendapatkan market share sangat tergantung
pada masing-masing perusahaan dalam melakukan kompetisi perusahan dalam
harga, kualitas, kuantitas, teknis produksi, penggunan teknologi dan lain
sebagainya.
3.3.1.3. Penetapan Harga
Kesalahan dalam penetapan harga akan menyebabkan kesalahan dalam
kelayakan usaha, oleh karenanya kebijakan dalam penetapan harga harus
diperhitungkan secara tepat dan benar.
Kebijakan dalam penetapan harga adalah kegiatan yang sangat penting,
karena harga yang terlalu tinggi akan menyebabkan produk tersebut mengalami
kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya dengan harga yang
terlalu rendah menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. Penetapan harga
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
- Penetapan harga dengan cara menentukan persentase keuntungan.
- Penetapan harga dengan cara menghitung biaya produksi secara keseluruhan.
Penetapan harga melalui perhitungan komponen biaya dihitung melalui
seluruh biaya (total cost) yang dibeban untuk produksi tersebut. Untuk
menentukan biaya per unit dari produk yang dihasilkan dapat dihitung dari 3
jenis biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
3.3.2. Aspek Teknis dan Teknologi6
Pemilihan terhadap jenis teknologi yang digunakan juga perlu dijelaskan
baik mengenai jenis, jumlah, dan ukuran biaya diperlukan serta alasan-alasan
dalam pemilihan, dihubungkan dengan masalah yang dihadapi disamping
investasi lainnya. Dalam aspek teknis produksi, perlu juga dibuat rencana produk Evaluasi aspek teknis adalah suatu aspek yang mempelajari
kebutuhan-kebutuhan teknis proyek sebelum dan sesudah proyek dibangun. Berdasarkan
pada analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi
termasuk biaya ekploitasinya. Pelaksanaan dari evaluasi aspek ini sering tidak
dapat memberikan suatu keputusan yang baku sehingga perlu diperhatikan suatu
atau beberepa pengalaman pada proyek lain yang serupa dan menggunakan
teknologi dan alat yang sama.
Aspek teknis dan teknologi dibahas setelah usaha/proyek tesebut dinilai
layak dalam aspek pemasaran. Pada evaluasi aspek ini ada beberpa informasi data
yang diperlukan seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang
digunakan, pemakaian peralatan dan mesin, serta lokasi usaha yang paling
menguntungkan.
Apabila studi kelayakan yang disusun adalah dalam bidang usaha produksi
atau kegiatan yang melakukan pengolahan, faktor utama yang perlu dimuat adalah
lokasi usaha/pabrik yang dikembangkan. Faktor-faktor yang perlu dijelaskan
antara lain, dilihat dari segi bahan baku, keadaan pasar, penyediaan tenaga kerja,
transportasi dan fasilitas tenaga listrik, serta penanganan limbah bila diperlukan.
6
Ibrahim Yacob, H. M. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta,
pada setiap tahun selama umur ekonomis proyek yang didasarkan pada peluang
pasar, kapasitas produksi, serta penyusunan keperluan kegiatan secara teknis.
3.3.3. Aspek Organisasi dan Manajemen
Setelah aspek pasar dan aspek teknis dibahas, maka salah satu aspek di
dalam studi kelayakan yang akan dibahas selanjutnya adalah aspek organisasi
dan manajemen. Perlu disadari, bahwa adanya pasar yang potensial tidak selalu
berarti perusahaan dapat memanfaatkannya. Kemampuan untuk memperoleh
peluang pasar tersebut tergantung juga kepada sistem manajemen yang
digunakan. Hal lain yang memberikan gambaran peranan manejemen dalam
kelancaran suatu perusahaan adalah kemampuannya dalam mencegah atau
memperkecil pemborosan – pemborosan keuangan.
Pengalaman dan penelitian yang lebih seksama mengenai keadaan
perusahaan sangat diperlukan untuk membuat kebijakan dalam menetapkan tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk setiap anggota organisasi. Dengan adanya
sistem yang sudah terencana dengan baik, akan menjamin lancarnya komunikasi
dan informasi di dalam organisasi sehingga akan dapat diperoleh kebijakan –
kebijakan yang tepat dalam keadaan yang dibutuhkan.
Pemberian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang tidak tepat dengan
bagian kerja yang telah dikuasai akan dapat menimbulkan hambatan dalam
pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab jalannya informasi ke pihak
atasan, dan akhirnya akan dapat menghambat kelancaran produksi, karena tiap –
3.3.3.1. Struktur Organisasi
Untuk mendukung kontinuitas perusahaan, maka system organisasi yang
tepat adalah merupakan suatu keharusan. Penyusunan organisasi manajemen
haruslah dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan, karena sistem yang baik
pada suatu perusahaan belum tentu baik pula bagi perusahaan lain.
Para manajer yang progresif sering mencari beberapa tingkatan partisipasi
karyawan dalam keputusan yang mempengaruhi proses kerja dan personalia.
Dalam banyak kasus, para manajer membawa pendekatan kepemimpinan ini pada
sebuah tingkat yang disebut penguasaan. Manajer yang menggunakan penguasaan
berada di luar permintaan pendapat dan ide para karyawan dengan meningkatkan
otoritas mereka untuk bertindak sendiri dan membuat keputusan mengenai proses
yang melibatkan mereka.
Beberapa perusahaan membawa partisipasi karyawan selangkah lebih
maju dengan menciptakan kelompok keja yang dikelola oleh diri sendiri. Tiap
kelompok kerja diberi tugas atau operasional tertentu, para anggotanya mengelola
tugas tanpa pengawasan langsung dan menerima tanggung jawab dari hasil –
hasilnya. Kunci lain menuju organisasi yang sehat adalah komunikasi yang efektif
yaitu membuat para manejer dan karyawan untuk berbicara satu sama lain dan
secara terbuka berbagi permasalahan dan ide. Pada tingkatan tertentu, hirarki
manajemen harus dirancang sedemikian rupa sehingga karyawan pada semua
tingkat dapat berbicara dengan bebas dengan karyawan yang lebih tinggi.
Hasilnya, terjadinya komunikasi dua arah yang akan membangun perusahaan
Ada beberapa macam struktur organisasi, yaitu :
1. Organisasi garis
2. Organisasi garis dan staf
3. Organisasi fungsional
4. Kombinasi orgaisasi garis dan fungsional
5. Kombinasi organisasi garis dan staf dengan organisasi fungsional
Masing – masing struktur organisasi di atas cocok untuk tugas – tugas
tertentu saja dan masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Pada suatu kondisi, hanya ada sebuah struktur organisasi yang paling cocok
mencapai tujuan.
Dalam merancang dan membentuk struktur organisasi maka sebaiknya
mengikuti prinsip – prinsip beriktu ini:
1. Adanya tujuan yang jelas
2. Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam
organisasi
3. Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang di dalam organisasi
4. Adanya perumusan tugas pokok yang jelas
5. Prinsip pembagian habis tugas
6. Prinsip fungsionalisasi
7. Prinsip koordinasi
8. Prinsip kontinuitas
9. Prinsip kesederhanaan
11. Pinsip pendelegasian wewenang secara jelas
12. Prinsip pengelompokan tugas yang sehomogen mungkin
13. Adanya kesatuan arah dalam mencapai tujuan
14. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
15. Adanya distribusi tugas pekerjaan
16. Pola dasar organisasi
Prinsip – prinsip tersebut jika diikuti dan diterapkan dengan baik, akan
membantu dan memperlancar usaha untuk mencapai tujuan.
3.3.3.2. Deskripsi Tugas7
1. Tugas utama, yaitu semua tugas yang sifatnya rutin sehari – hari
Setelah ditentukan struktur organisasi yang akan digunakan, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan tugas apa saja yang harus dilaksanakan oleh
orang – orang yang akan melaksanakan tugas/ pekerjaan tersebut.
Umumnya suatu tugas atau pekerjaan dapat digolongkan dalam :
2. Tugas periodik, yaitu tugas yang pelaksanaannya bersifat atau berjangka
waktu
3. Tugas insidentil, yaitu tugas – tugas yang bersifat insidentil sehingga sukar
ditetapkan waktu terjadinya tugas.
Penetapan deskripsi tugas tersebut dimaksudkan untuk terlaksananya tugas
secepat mungkin dimana masing – masing petugas tahu batas – batas wewenang
dan tanggung jawabnya.
7
3.3.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja
Pembentukan struktur organisasi yang dibuat tentu telah didasarkan pada
bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari kegiatan uasaha yang direncanakan.
Dan berdasarkan struktur organisasi ini pula baru ditentukan jumlah tenaga kerja
serta keahlian yang diperlukan. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan, struktur yang telah dibentuk, dan jenis
keahlian apa saja yang diperlukan, atau kemungkinan akan diadakan pendidikan
ulang dengan dasar pengetahuan yang ditentukan. Apabila gagal dalam pengadaan
tenaga kerja yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia, karyawan akan
mengalami kesukaran dalam pelaksanaan pekerjaan. Suatu jabatan memerlukan
kualifikasi minimal dari orang – orang yang menjabatnya, agar tugas – tugas
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
Penentuan orang – orang yang meaksanakan tugas tersebut didasarkan atas
persyaratan jabatan yaitu untuk orang yang diduga akan sanggup melaksanakan
tugas – tugas dari sebuah deskripsi kerja. Di dalam memenuhi kebutuhan akan
tenaga kerja maka penjelasan haruslah meliputi:
1. Jabatan yang akan diisi
2. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
3. Kualifikasi jabatan/ pekerjaan yang penting, misalnya latar belakang
pendidikan dan pengalaman.
Secara umum, pengertian gaji/ upah adalah imbalan yang telah diserahkan oleh
pekerja kepada pihak lain atau majikan. Ditambah berbagai factor yang penting
yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat gaji/ upah adalah:
1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidak bisa diterapkan secara mutlak pada masalah
tenaga kerja, tetapi tidak dapat diingkari bahwa hukum penawaran dan
permintaan tetap mempengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan (skill) yang tinggi, dan jumlah tenaga kerja langka, maka upah
cenderung tinggi. Sedang untuk jabatan – jabatan yang mempunyai penawaran
yang melimpah, cenderung turun.
2. Organisasi buruh
Ada tidaknya organisasi, serta kuat lemahnya organisasi buruh akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat,
berarti posisi bargaining karyawan juga kuat, dan akan menaikkan tingkat
upah.
3. Kemampuan untuk membayar
Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya
realisasi pemberian upah akan tergantung juga kepada kemampuan membayar
dari perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen
biaya produksi. Tingginya upah akan menaikkan biaya produksi, dan akhirnya
akan mengurangi keuntungan. Kalau biaya produksi sampai mengakibatkan
kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan tidak akan mampu memenuhi
4. Produktivitas
Gaji/ upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin
tinggi prestasi karyawan, seharusnya makin besar pula gaji/ upah yang akan
diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan dengan produktivitas. Untuk masa
sekarang ini nampaknya yang menjadi masalah adalah belum ada kesepakatan
dalam menghitung produktivitas.
5. Biaya Hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Pada kota –
kota besar dimana biaya hidup tinggi, maka upah juga cenderung tinggi.
Bagaimanapun juga biaya hidup merupakan batas penerimaan upah dari
karyawan.
6. Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan – peraturan juga mempengaruhi tinggi
rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah
dari tingkat upah yang harus dibayarkan
3.3.4. Perhitungan Ekonomi
Perhitungan ekonomi diperlukan untuk melihat kelayakan dari suatu
usaha. Untuk setiap aspek dalam studi kelayakan terdapat sejenis analisa yang
menitikberatkan aspek tersebut. Umumnya terbagi atas 2 macam analisis, yaitu:
a. Analisis finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau
orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau orang-orang yang
b. Analisis ekonomis, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai
keseluruhan.
Dalam analisis finansial yang diperhatikan adalah hasil untuk modal
saham (equity capital) yang ditanam dalam usaha. Hasil finansial sering disebut
private return. Yang perlu diperhatikan dalam analisis finansial adalah waktu
didapatkannya returns.
Dalam analisis ekonomis yang diperhatikan adalah hasil total, atau
produktivitas, atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai
dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa
melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam
masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Hasil itu disebut social returns
atau the economic returns dari proyek. Ada dua unsur yang berlainan dalam
analisa tersebut yaitu:
a. Harga, dalam analisis ekonomis selalu dipakai shadow prices yang
menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomis yang sesungguhnya dari
unsur-unsur biaya maupun hasil.
b. Pembayaran transfer, termasuk pajak, subsidi dan bunga.
Masalah yang sering timbul adalah bagaimana cara membandingkan biaya
yang harus dikeluarkan saat ini (investasi) dengan benefit yang baru akan diterima
beberapa tahun kemudian. Dengan menentukan tingkat bunga (Interest rate) uang
tertentu, sejumlah uang dapat ditentukan kesetaraan nilainya pada berbagai
kondisi, yaitu:
- Berapa nilainya pada masa yang akan datang (Future value) : F
- Berapa nilainya kalau disebar dalam jumlah yang sama setiap tahun (Average
Value) : A
Untuk memudahkan konversi ini ketiga unsur dalam penelitian waktu
adalah P, F, dan A adalah:
a. Compounding factor (F/P), adalah untuk mencari F bila diketahui P, i dan n,
dengan rumus:
F = P (1 + i)n atau F = P (F/P, i , n) ;dimana i = Tingkat Bunga
n = Tahun
b. Compounding factor for 1 per annum (F/A), adalah untuk mencari F bila
diketahuiA, i, dan n, dengan rumus:
i i A F n 1 ) 1 ( + −
= atau F = A (F/A, i, n)
c. Sinking fund factor (A/F), adalah untuk mencari A bila diketahui F, i, dan n,
dengan rumus: 1 ) 1 ( + − = n i i F
A atau A = F (A/F, i, n)
d. Discount factor (P/F), adalah untuk mencari P bila diketahui F, i, dan n,
dengan rumus: n i i F P ) 1 ( +
= atau P = F (P/F, i, n)
e. Present Worth (value) of an annuity factor (P/A), adalah untuk mencari P bila
n n i i i A P ) 1 ( 1 ) 1 ( + − +
= atau P = A (P/A, i, n)
f. Capital rcovery factor (A/P), adalah untuk mencari A bila diketahui P, i, dan
n, dengan rumus:
1 ) 1 ( ) 1 ( − ++ = n n i i i P
A atau A = P (A/P, i, n)
3.3.5. Pengertian Investasi8
4. Investasi lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golongan
di atas.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan berinvestasi
diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang
dihasilkan, peningkatan pendapatan, penghematan devisa naupun penambahan
devisa, dalam menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana
untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang bisa dinilai secara cukup
independent.
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya
penggolongan usulan yang didasarkan menurut kategori, sebagai berikut:
1. Investasi penggantian, adalah penggantian aktiva lama dengan yang baru.
2. Investasi dengan penambahan kapasitas, sering juga berrsifat penggantian.
3. Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan
produk baru disamping tetap memproduksi yang lama.
8
Helmi Syafrizal S. Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis, Departemen Manajemen Fakultas ekonomi
a. Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara Present value dari benefit dan Present value
dari biaya. Suatu proyek dikatakan layak bila NPV ≥ 0. Jika NPV = 0, berarti
proyek tersebut akan mengembalikan persis sebesar Social Opportunity Cost
of Capital. Jika NPV < 0, proyek ditolak.
∑
= +− = n t t t t i C B NPV1 (1 )
Keterangan: Bt = Benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada
tahun t
Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t,
tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal
(pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya)
n = Umur ekonomis dari suatu proyek
i = Social Opportunity Cost of Capital yang ditunjukkan
sebagai Social Discount Rate
b. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat pertumbuhan rata-rata uang yang diinvestasikan dimana
net cash flow dari hasil investasi, diinvestasikan kembali untuk usaha tersebut.
IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
nol. IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari
suatu proyek asal setiap benefit bersih yang diwujudkan bernilai positif.
0 ) 1 ( 1 = +−
Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara
langsung. Namun secara coba-coba.
c. Periode Batas (Cut off)
Priode batas adalah jangka waktu tertentu dimana investasi yang ditanam pada
suatu proyek sudah harus kembali. Panjang priode batas ini berbeda dari satu
proyek ke proyek yang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lain,
tergantung pada situasi yang mungkin bersifat ekonomis atau non-ekonomis.
d. Periode Kembali Modal (Pay- off period)
Priode kembali modal adalah jangka waktu yang diperlukan untuk dapat
kembalinya modal investasi. Pilihan jatuh pada proyek yang priode
kembalinya paling pendek.
e. Keuntungan rata-rata
Pertimbangan kelayakan berdasarkan pada besarnya keuntungan rata-rata
pertahun. Kriteria keuntungan rata-rata sangat dipengaruhi oleh umur proyek.
Dalam perhitungan keuntungan rata-rata perlu dipertimbangkan biaya tahunan
rata-rata terkecil.
f. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah suatu ukuran kriteria ekonomis dari suatu
perusahaan. Benefit proyek dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu:
1. Direct Benefits, dapat berupa kenaikan output fisik, atau kenaikan nilai
output yang disebabkan adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi,
perubahan dalam waktu penjualan, penurunan biaya dan kerugian.
barang atau jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari suatu
proyek. Kenaikan nilai hasil produksi tersebut dapat berupa meningkatnya
jumlah hasil (kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas).
Contohnya:
- Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi adalah contoh manfaat
langsung dari proyek tersebut.
- Contoh penurunan biaya adalah berkurangnya biaya transportasi karena
adanya proyek perbaikan jalan.
2. Indirect Benefits, merupakan benefit yang timbul atau dirasakan di luar
proyek karena adanya realisasi suatu proyek, merupakan multiplier effects
dari proyek. Misalnya pemerintah bermaksud untuk mendirikan proyek
pembangkit tenaga listrik. Proyek pembangkit tenaga listrik ini akan
memberikan manfaat tak langsung seperti:
- Mendorong tumbuhnya industri-industri lain yang dapat memanfaatkan
listrik tersebut.
- Pertambahan nilai hasil produksi dari industri-industri tersebut di atas
adalah manfaat tak langsung sebagai multiplier efects dari proyek
pembangkit tenaga listrik.
- Berkembangnya pertanian, pertambangan dan usaha lain disekitar
daerah pembangunan proyek
Disamping itu, manfaat langsung dari proyek pembangkit listrik tersebut
adalah jumlah kapasitas listrik (kilowatt) dikalikan harga (tarif) listrik
3. Intangible Benefits, merupakan benefit yang sulit dinilai dengan uang,
contoh-contoh Intangible Benefits dari pendirian suatu proyek adalah:
- Perbaikan lingkungan hidup
- Perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman
- Perbaikan distribusi pendapatan
- Integrasi nasional dan pertahanan nasional
- Berkurangnya pengangguran, dan sebagainya.
Melihat 3 macam manfaat seperti yang diuraikan di atas, maka manfaat
langsung relatif lebih mudah untuk diidentifikasikan dan dihitung jumlahnya
dibandingkan menfaat tak langsung dan manfaat kentara. Disamping itu,
manfaat langsung dapat direalisir, manfaat tidak langsung tidak akan otomatis
terwujud. Misalnya, kalau proyek bendungan sudah berhasil meningkatkan
tenaga listrik sebagai akibat langsung dari proyek tersebut maka pertumbuhan
industri sebagai manfaat tak langsung belum tentu akan terwujud, karena
banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan.
Untuk perbandingan BCR, biaya suatu proyek dapat jaga diklasifikasikan atas
biaya langsung dan biaya tak langsung.
1. Biaya Langsung
Adalah semua pengeluaran yang langsung untuk keperluan proyek,
misalnya biaya investasi, biaya operasi dan biaya pemeliharaan proyek.
2. Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung umumnya berupa biaya tak kentara seperti polusi
Seperti halnya manfaat langsung, maka biaya langsung lebih mudah
diidentifikasikan dan dihitung. Karena itu dalam evaluasi proyek, biaya
langsung sering mendapat bobot yang lebih besar dibandingkan biaya tak
langsung. Akan tetapi, perlu diingat bahwa semakin besar masarakat yang
menanggung biaya tak langsung (misalnya polusi udara) maka semakin perlu
dipertimbangkan untuk mengevaluasi kelayakan suatu proyek.
BCR merupakan nisbah manfaat biaya yang sering digunakan untuk
mengukur kelayakan suatu proyek. Pada BCR yang dilihat adalah
perbandingan antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran
atau biaya.
PC PV C B/ =
Oleh karena NPV adalah selisih antara PV dan PC, maka antara NPV dan B/C
terdapat hubungan sebagai berikut:
NPV > 0, maka B/C >1
NPV < 0, maka B/C < 1
NPV = 0, maka B/C = 1
Proyek dikatakan layak bila B/C ≥ 1, atau 1 <BCR< 2 karena bila BCR<1
maka usaha tersebut dikatakan rugi, dan bila BCR>2 dikenal dengan situasi
overheating yang berbahaya bagi perekonomian karena dapat menyebabkan
3.3.5.1. Break Even Point Analysis ( Analisa Titik Impas)
Suatu studi kelayakan harus dapat menetapkan titik pulang pokok (Break
Even Point). Sebagai masukan dalam perencanaan dan sebagai alat kendali dalam
pengoperasian perusahaan, perlu diketahui pada kapasitas produksi berapakah
paling rendah agar perusahan tidak merugi. Pada kapasitas tersebut perusahaan
tidak merugi dan tidak berlaba. Kapasitas tersebut disebut Break Even Point
(BEP) dimana pendapatan sama dengan pengeluaran ( TR = TC )
Biaya-biaya dapat dikategorikan atas:
a. Biaya berubah (variabel cost), yaitu biaya yang besarnya tergantung kepada
banyaknya produksi seperti biaya bahan, sebagian besar biaya energi,
sebagian besar biaya perawatan, sebagian sewa-sewa dan upah karyawan
lepas. Biaya berubah umumnya diasumsikan fungsi linear:
y = ax
dimana x = jumlah produksi
b. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tetap walaupun tidak ada
produksi, seperti gaji karyawan tetap, depresiasi, amortisasi, asuransi, PBB,
seluruh atau sebagian sewa-sewa, sebagian biaya energi, sebagian biaya
perawatan. Biaya tetap merupakan konstanta:
y = b
Total biaya seluruhnya menjadi:
y = ax + b ...(1)
Apabila penjualan perunit produksi diasumsikan konstan maka hasil
y = sx ...(2)
Perpotongan antara persamaan (1) dan (2) merupakan titik impas (BEP) yang
[image:59.595.172.491.219.407.2]ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Titik Impas yang Merupakan Perpotongan Persamaan 1 dan 2
Apabila kapasitas produksi lebih kecil dari BEP maka perusahaan akan
merugi dan apabila kapasitas di atas BEP maka perusahaan akan berlaba.
3.3.5.2. Pengertian Cash Flow
Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan berapa uang yang
masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasok tersebut. Selain itu cash
flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis
biaya yang dikeluarkan. Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga
keuangan atau hibah dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari
yang berhubungan langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang masuk Rp
x Rugi
Laba
BEP
penjualan
y = sx
total biaya
b
biaya tetap
b
biaya berubah