Dengan melihat P-h diagram bisa diketahui nilai entalpi di titik 1, 2, 3, dan 4 (h1, h2, h3, h4). Dengan diketahui nilai entalpi dapat dihitung : (a) kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Qin), (b) kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran (Qout), (c) kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win), (d) laju aliran massa refrigeran, (e) COP mesin pengering jamur
a. Kalor yang diserap evaporator (Qin)
Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) dapat dihitung dengan Persamaan (2.1)
Qin=h1–h4 …(2.1) Pada Persamaan (2.1) :
Qin : Energi yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kJ/kg) h1 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
h4 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar dari pipa kapiler (kJ/kg) b. Kalor yang dilepas kondensor (Qout)
Kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) dapat dihitung dengan Persamaan (2.2)
Qout=h2–h3 …(2.2) Pada Persamaan (2.2) :
Qout : Energi yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (kJ/kg) h2 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)
h3 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk pipa kapiler (kJ/kg)
c. Kerja kompresor (Win)
Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) dapat dihitung dengan Persamaan (2.3)
Win = h2 – h1 …(2.3) Pada Persamaan (2.3) :
Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg) h2 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg) h1 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)
d. Laju aliran refrigeran
Laju aliran refrigeran pada siklus kompresi uap dapat dihitung dengan persamaan (2.4)
ṁ = (
) .…(2.4)
Pada Persamaan (2.4) :
ṁ : Laju aliran refrigeran yang mengalir pada siklus kompresi uap (kg/detik) V : Tegangan (watt)
I : Arus listrik (ampere)
Win : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kJ/kg) e. COP Mesin Pengering
COP mesin pengering dapat dihitung dengan Persamaan (2.5) COP mesin pengering = ( )
( )
…(2.5)
Pada Persamaan (2.5) :
Qin : Energi yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kJ/kg) Qout : Energi yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (kJ/kg)
ṁ : Laju aliran refrigeran (kg/detik) Wtotal kipas : Besar daya total kipas (watt) 2.1.5 Psychrometric Chart
Psychrometric chart merupakan tampilan secara grafik sifat-sifat atau properti thermodinamik udara yang meliputi suhu, kelembapan, enthalpi, kandungan uap air, dan volume spesifik. Dalam psychrometric chart ini dapat langsung mengetahui hubungan antara berbagai parameter udara secara cepat dan presisi. Untuk mengetahui nilai dari property m-properti dry-bulb temperature (Tdb), wet-bulb temperature (Twb), dew-point temperature (Tdp), specific humidity (W), relative humidity (%RH), entalphi (H), volume specific (SpV) bisa dilakukan apabila minimal dua buah parameter tersebut sudah diketahui.
Gambar 2. 8 Psychrometric Chart
(sumber : http://teknikimiaku.blogspot.com/2013/04/psychometric-chart.html)
a. Dry-bulb Temperature (Tdb)
Tdb adalah suhu udara ruang yang diperoleh dari thermometer suhu udara bila kondisi bola tidak dibasahi atau tidak dibungkus dengan kain basah. Tdb
diposisikan sebagai garis vertikal yang berawal dari garis sumbu mendatar, yang posisinya terletak pada bagian bawah. Tdb ini merupakan suhu panas sensibel, perubahan Tdb menunjukkan adanya perubahan untuk suhu sensibel.
b. Wet-bulb Temperature (Twb)
Twb adalah suhu udara yang diperoleh dari thermometer suhu udara bila kondisi bulb dibasahi dengan air atau dibungkus dengan kain basah. Twb ini adalah ukuran panas total (entalphi), perubahan Twb dapat menunjukkan adanya perubahan panas total. Twb ditempatkan sebagai garis miring ke bawah yang berawal dari garis saturasi yang terletak pada bagian samping kanan.
c. Dew-point Temperature (Tdp)
Specific humidity (W) adalah banyaknya kandungan uap air yang ada di udara per satuan kg udara dan diplotkan pada garis sumbu vertikal yang ada di samping kanan. Satuan dari specific humidity adalah kgair/kgudara.
e. Relative Humidity (%RH)
Kelembapan relatif (RH) merupakan perbandingan antara massa uap air per 1 kg udara kering dengan jumlah maksimal, dari uap air per 1 kg udara kering yang ada di udara pada suatu ruang atau lokasi tertentu.
f. Entalphi (H)
Entalphi (H) merupakan besarnya energi yang dimiliki oleh udara, yang nilainya tergantung dari suhu dan tekanan udara yang terjadi pada saat itu.
g. Specific Volume (SpV)
Specific volume merupakan besarnya volume udara campuran per satuan kilogram udara kering (m3/kg).
Gambar 2. 9 Skematik Psychrometric Chart
(sumber : https://climatechamber.wordpress.com/category/psychrometric/ )
2.1.5.1 Proses-proses pada Psychrometric Chart
Proses-proses yang terjadi pada psychrometric chart, diantaranya (a) proses pendinginan (cooling), (b) proses pemanasan (heating ), (c) proses pelembapan (humidifying), (d) proses pemanasan dan pelembapan (heating and humidifying), (e) proses penurunan kelembapan (dehumidifying), (f) proses pendinginan dan pelembapan (cooling and humidifying), (g) proses pemanasan dan penurunan kelembapan (heating and dehumidifying), (h) proses pendinginan dan penurunan kelembapan (cooling and dehumidifying).
Gambar 2. 10 Proses-proses yang terjadi dalam psychrometric chart (sumber : https://climatechamber.wordpress.com/category/psychrometric/)
a. Proses Pendinginan (cooling)
Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor yang ada di udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses pendinginan ini temperatur bola kering, bola basah dan volume spesifik mengalami penurunan.
Kelembapan relatif mengalami kenaikan. Sedangkan kelembapan spesifik dan temperatur titik embun konstan. Gambar 2.11 menyajikan proses pendinginan pada psychrometric char.
Gambar 2. 11 Proses Pendinginan(cooling) b. Proses Pemanasan (heating)
Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor ke udara. Pada proses pemanasan terjadi peningkatan suhu temperatur bola kering, suhu temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembapan spesifik tetap konstan. Namun kelembapan relatif mengalami penurunan. Gambar 2.12 menunjukan proses pemanasan udara pada psychrometric chart.
Gambar 2. 12 Proses Pemanasan (heating)
c. Proses pelembapan (humidifying)
Proses pelembapan merupakan proses penambahan kandungan uap air udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikkan entalpi, temperatur bola basah, titik embun dan kelembapan spesifik. Gambar 2.13 menyajikan proses pelembapan pada psychrometric chart.
Gambar 2. 13 Proses Pelembapan (humidifying) d. Proses Pemanasan dan Pelembapan (heating and humidifying)
Proses pemanasan dan pelembapan adalah proses menaikkan temperatur udara disertai penambahan uap air. (Gambar 2.14) pada proses ini terjadi kenaikkan kelembapan spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering.
Gambar 2. 14 Proses Pemanasan dan Pelembapan (heating and humidifying) e. Proses Penurunan Kelembapan (dehumidifying)
Proses ini adalah proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa merubah temperatur bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, titik embun, temperatur bola basah dan kelembapan spesifik. Gambar 2.15 menyajikan proses dehumidifying pada psychrometric chart.
Gambar 2. 15 Proses Penurunan Kelembapan (dehumidifying) f. Proses Pendinginan dan Pelembapan (cooling and humidifying)
Prose ini adalah proses menurunkan temperatur udara kering dan menaiknya uap air udara. Proses ini menyebabkan peningkatan suhu titik embun, kelembapan relatif dan kelembapan spesifik. Proses ini disajikan pada Gambar 2.16.
Gambar 2. 16 Proses Pendinginan dan Pelembapan (cooling and humidifying).
g. Proses Pemanasan dan Penurunan Kelembapan (heating and dehumidifying) Proses ini adalah proses untuk menaikkan suhu bola kering dan menurunkan kandungan uap air ada udara. Pada proses ini terjadi penurunan kelembapan spesifik, entalpi, suhu bola basah dan kelembapan relatif tetapi terjadi peningkatan suhu bola kering. Gambar 2.17 menyajikan proses pemanasan dan penurunan kelembapan (heating and dehumidifying)..
Gambar 2. 17 Proses Pemanasan dan Penurunan Kelembapan (heating and dehumidifying).
h. Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembapan (cooling and dehumidifying) Proses ini adalah proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Proses ini terjadi penurunan pada temperatur suhu bola kering, temperatur suhu bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan
kelembapan spesifik. Kelembapan relatif dapat mengalami peningkatan dan juga dapat mengalami penurunan, tergantung dari prosesnya. Proses ini disajikan pada Gambar 2.18.
Gambar 2. 18. Proses Pendinginan dan Penurunan Kelembapan (cooling and dehumidifying)
2.1.5.2 Proses-proses Pengeringan Jamur Kuping pada Psychrometric Chart Berikut ini adalah proses-proses yang terjadi saat pengeringan jamur kuping pada psychrometric chart.
Gambar 2. 19 Proses Pengering Jamur Kuping padaPsychrometric Chart
Pada psychrometric chart telah digambarkan proses-proses yang terjadi pada saat pengeringan jamur kuping.
a. Proses A-A1: Proses pendinginan.
Pada proses ini udara mengalami proses pendinginan karena udara yang berada di dalam ruang mesin pengering akan dilewatkan evaporator. Kondisi udara masih dalam keadaan basah dengan adanya uap air dari jamur kuping.
Dalam proses ini belum terjadi penurunan kelembapan spesifik. Kelembapan relative akan naik menjadi 100%.
b. Proses A1 -B : Proses pendinginan dan penurunan kelembapan.
Proses pendinginan dan penurunan kelembapan akan terjadi di evaporator, dimana kandungan air pada udara diembunkan yang kemudian udara akan menjadi kering. Proses ini masih berada di kelembapan relative 100%.
c. Proses B-D : Proses pemanasan.
Proses pemanasan udara ini dapat terjadi ketika udara melewati kondensor dan kompresor, dimana udara kering dari evaporator dilewatkan melewati kondensor dan kompresor yang bersuhu lebih tinggi agar suhu semakin tinggi, dengan nilai kelembapan relative yang semakin rendah.
d. Proses D-A : Proses pendinginan dan pelembapan.
Proses pendinginan dan pelembapan ini terjadi di dalam ruang pengering pada saat udara kering dan bersuhu tinggi yang keluar dari dalam kondensor disirkulasikan ke dalam lemari pengering dan mengenai jamur kuping. Udara dengan suhu tinggi akan menguapkan kandungan air dalam jamur kuping dan udara yang kering akan menyerap uap air tersebut. Udara mengalami penurunan suhu karena melewati jamur kuping yang bersuhu cenderung lebih rendah.
2.1.6 Proses yang terjadi pada Mesin Pengering Jamur Kuping
Udara dikondisikan melalui proses pendinginan dan penurunan kelembapan untuk mendapatkan pengkondisian udara. Proses ini berlangsung pada evaporator, kemudian udara dikondisikan melalui proses pemanasan untuk mendapatkan suhu yang tinggi. Proses pemansan ini berlangsung di dalam kondensor namun yang terlebih dahulu dilewatkan bagian luar kompresor.
Kemudian udara akan disirkulasikan melalui jamur kuping untuk mendapatkan proses evaporative cooling atau cooling and dehumidifying. Setelah itu udara kembali disirkulasikan ulang ke proses pendinginan dan penurunan kelembapan.
Gambar 2. 20 Proses-proses yang terjadi pada Mesin Pengering Jamur Kuping.
Evaporator berfungsi untuk mendapatkan udara kering sedangkan kondensor dan kompresor untuk mendapatkan kondisi udara bersuhu tinggi.
Udara kering dan bersuhu tinggi inilah yang digunakan untuk proses pengeringan jamur kuping
2.2 Tinjauan Pustaka
Guntur, Rio Demas (2018) telah melakukan penelitian terhadap mesin pengering handuk yang menggunakan sistem udara tertutup dan terbuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari waktu tercepat dari proses pengeringan handuk. Penelitian membuahkan hasil dengan sistem udara tertutup kondisi awal peras mesin cuci, yaitu dibutuhkan waktu paling cepat selama 32 menit. Dengan kondisi handuk kering yang dicapai sebesar 3,6 kg dari berat saat basah sebesar 5,42 kg.
Heryanto, Alfonsius Bagus Dwi (2018) telah melakukan penelitian terhadap mesin pengering handuk menggunakan komponen-komponen siklus kompresi uap dengan sistem udara tertutup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan handuk dan mengetahui karakteristik mesin pengering handuk yang memberikan waktu tercepat dalam proses pengeringan. Proses pengeringan menggunakan 3 metode pertama menggunakan kipas di dalam mesin pengering, kedua menggunakan sinar matahari dan yang ketiga tanpa menggunakan kipas di dalam mesin pengering.
Didapatkan hasil menggunakan kipas membutuhkan waktu 2 jam 14 menit, menggunakan sinar matahari 3 jam 12 menit dan tanpa kipas 2 jam 29 menit.
Oktaviani, Anastasya Regita (2020) telah melakukan penelitian terhadap mesin pengering keripik gendar yang menggunakan sistem udara tertutup.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu tercepat yang dapat dikeringkan oleh mesin pengering untuk dapat mengeringkan keripik gendar. Proses pengeringan menggunakan 2 metode, pertama tanpa kipas di dalam mesin pengering dan kedua menggunakan kipas di dalam mesin pengering. Didapatkan hasil untuk mengeringkan keripik gendar seberat 10 kg dengan menggunakan kipas membutuhkan waktu selama 288 menit dan tanpa kipas membutuhkan waktu selama 352 menit.
Adhiraharjo, Whisnu (2020) telah melakukan penelitian terhadap mesin pengering keripik jagung dengan sistem udara terbuka memakai mesin siklus kompresi uap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu tercepat pengeringan dengan alat mesin pengering keripik jagung dan mengetahui karakteristik mesin pengering keripik jagung. Metode yang digunakan dengan pengeringan tanpa kipas dan dengan kipas. hasil dari penelitian ini didapatkan waktu pengeringan keripik jagung 10 kg dengan kipas selama 200 menit dan dengan tanpa kipas selama 240 menit.
Nugroho, Dimas Ariyanto Catur (2018) melakukan penelitian terhadap mesin pengering pakaian sistem udara terbuka dengan menggunakan komponen AC split. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu pengeringan tercepat yang dapat dikeringkan dan mengetahui karakteristik dari mesin pengering pakaian. Proses pengeringan dengan menggunakan 2 metode, pertama hasil perasan tangan, kedua hasil perasan mesin cuci dengan menggunakan variasi
tanpa kipas dan menggunakan kipas di dalam ruang pengering. Penelitian membuahkan hasil mesin pengering pakaian yang menggunakan satu kipas mengeringkan 20 pakaian dalam waktu 56 menit dan tanpa kipas selama 67 menit dengan berat awal pakaian basah sebesar 4,97 kg.
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pengering dengan sistem udara tertutup. Objek yang dikeringkan adalah jamur kuping. Gambar 3.1 menyajikan skema dari mesin pengering jamur kuping sistem udara tertutup.
Ukuran ruang pengering jamur kuping p x l x t : 240 cm x 120 cm x 120 cm dan ukuran ruang mesin p x l x t : 80 cm x 120 cm x 120 cm. Ukuran total keseluruhan alat memiliki panjang 320 cm, lebar 120 cm, tinggi 147 cm.
Gambar 3.1 Skematik mesin pengering jamur kuping Keterangan Gambar 3.1 adalah sebagai berikut :
a. Evaporator f. Tempat jamur yang dikeringkan
b. Kondensor g. Jamur yang dikeringkan
c. Kompresor,daya 1 hp h. Air kondensasi d. Pipa kapiler
e. Kipas angin, daya 25 watt per buah
3.2 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Diagram alur untuk penelitian
3.3 Variasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap adanya kipas di dalam ruang pengering dengan 2 variasi : (a) tanpa kipas , (b) menggunakan 2 kipas dengan daya masing - masing kipas 25 watt. Menggunakan alat pengering sistem udara tertutup.
3.4 Pembuatan Alat
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pengering jamur kuping adalah sebagai berikut :
a. Merancang model dan dimensi mesin pengering jamur.
b. Membuat kerangka mesin pengering.
c. Memasang bagian rangka supaya kuat.
d. Memasang pintu penutup ruang mesin dan pintu penutup ruang pengering.
e. Memasang multiplek pada semua bagian mesin pengering.
f. Menutup sambungan pada multiplek double tape foam.
g. Menutup sela sela pada bagian ruangan mesin dan ruangan pengering dengan menggunakan double tape foam.
h. Membuat lubang udara untuk kondensor dan evaporator.
i. Memasang komponen utama yaitu evaporator, kondensor, kompresor, pipa kapiler, kipas kondensor dan kipas kompresor.
j. Memasang kabel kelistrikan.
k. Membuat lubang untuk kabel kelistrikan dan untuk keluar selang pembuangan air.
l. Memasang 2 kipas tambahan di ruang pengering.
m. Membuat tempat untuk menaruh hygrometer dan membuat lubang untuk jalur kabel kipas pada ruang pengering.
n. Memasang alat ukur hygrometer pada lubang yang disiapkan di ruang pengering.
Dalam proses pembuatan mesin pengering jamur kuping sistem udara tertutup ini diperlukan alat dan bahan.
3.4.1 Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat mesin pengering jamur kuping sistem udara tertutup ini adalah sebagai berikut :
a. Evaporator
Evaporator merupakan unit yang berfungsi untuk menguapkan refrigeran dari fase cair menjadi gas sebelum masuk ke kompresor. Evaporator ini terbuat dari bahan aluminum fin-copper tube dan memiliki diameter pipa sebesar 7 mm.
Evaporator ini memiliki row-fin gap sebesar 2-1,3 mm dan memiliki ukuran kumparan dengan panjang 235 mm , lebar 190,5 mm dan diameter 25,4 mm.
Gambar 3.3 Evaporator
( Sumber : https://blog.suwun.co.id/tag/komponen-ac/ )
b. Kondensor
Kondensor merupakan suatu alat penukar kalor yang berfungsi mengkondisikan refrigeran dari fase uap menjadi fase cair. Agar dapat berubah fase dari uap menjadi cair diperlukan suhu di sekitar ruang pengering lebih rendah dari suhu refrigeran sehingga dapat terjadi pelepasan kalor di sekitar kondensor.
Kondensor ini memiliki ukuran panjang 820 mm , lebar 355 mm dan tinggi 580 mm. Bahan sirip kondensor terbuat dari aluminum fin-copper tube yang memiliki jarak 2-1,4 mm. Pipa yang digunakan memiliki ukuran diameter 7 mm dan memiliki ukuran kumparan dengan panjang 235 mm, diameter 25,4 mm dan lebar 190,5 mm
c. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran ke komponen siklus kompresi uap yang lainnya melalui pipa-pipa dengan cara menghisap dan memompa refrigeran. Kompresor yang digunakan pada penelitian
Gambar 3.4 Kondensor
Gambar 3.6 Refrigeran
ini memiliki daya sebesar 735 watt. Menggunakan kompresor berjenis rotary dengan sistem pelumasan menggunakan oli.
Gambar 3.5 Kompresor
(sumber : https://www.blog.qualitytechnic.com/2011/06/cara-mengganti-kompresor-ac-split.html )
d. Refrigeran
Refrigeran merupakan fluida kerja mesin siklus kompresi uap. Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar. Jenis refrigeran yang digunakan adalah R134a, karena sifatnya yang ramah lingkungan.
(sumber :http://www.freezeref.com/index.php/products/refrigerant-r134a-gas/)
e. Pipa kapiler
Gambar 3.7 Pipa kapiler
Pipa kapiler merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sebelum masuk ke evaporator.
Pipa kapiler ini terbuat dari bahan tembaga dengan diameter 0,26 inch dan panjang 100 cm.
(sumber : https://www.tptumetro.com/2019/07/pipa-kapiler-refrigerator-heat.html)
3.4.2 Alat Ukur dalam Penelitian
a. Termokopel dan penampil suhu digital
Termokopel berfungsi untuk mengetahui perbedaan suhu yang terjadi pada saat mesin pengering jamur sedang bekerja. Cara kerja termokopel ini adalah sebagai berikut dengan cara menempelkan atau menggantungkan ujung termokopel pada bagian yang akan dilakukan pengukuran. Suhu akan tampil pada layar secara digital dan sebaiknya sebelum digunakan baiknya termokopel terlebih dahulu dikalibrasi supaya hasil yang didapat dapat akurat.
b. Hygrometer
Gambar 3.8 Posisi alat ukur saat pengambilan data
Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembapan dan suhu pada saat pengujian sedang berlangsung. Dalam penelitian ini hygrometer yang digunakan bukan yang digital.
c. Timbangan digital
Timbangan digital berfungsi untuk mengukur berat jamur ketika basah dan ketika sudah kering. Dan pada saat akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu karena akan ada tambahan wadah dari jamur.
d. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang akan dilakukan dalam pengujian pengeringan jamur.
3.5 Posisi Alat Ukur Saat Pengambilan Data
Pemasangan alat ukur pada mesin pengering jamur kuping dan alur udara di tampilkan pada Gambar 3.22
a. Termometer bola kering (TA,db)
Termometer bola kering TA,db dipergunakan untuk mengukur suhu udara kering sebelum masuk ke evaporator.
b. Termometer bola basah (TA,wb)
Termometer bola basah TA,wb dipergunakan untuk mengukur suhu udara basah sebelum masuk ke evaporator.
c. Termokopel (Tevap)
Termokopel Tevap dipergunakan untuk mengukur suhu kerja evaporator.
d. Termokopel (Tc,db)
Termokopel Tc,db dipergunakan untuk mengukur suhu udara kering setelah melewati evaporator.
e. Termokopel (Tkond)
Termokopel Tkond dipergunakan untuk mengukur suhu kerja kondensor.
f. Termokopel (TD,db)
Termokopel TD,db dipergunakan untuk mengukur suhu udara kering setelah melewati kondensor.
3.6 Cara Pengambilan Data
Langkah-langkah dalam pengambilan data yaitu sebagai berikut : a. Memastikan alat ukur termokopel sudah dikalibrasi sebelum digunakan.
b. Menyiapkan jamur kuping basah yang akan dikeringkan dengan berat total jamur kuping yang sudah ditentukan susuai dengan variasi penelitian.
c. Memisahkan jamur satu dengan yang lain agar tidak terlalu berdekatan.
d. Membagi jamur kuping basah pada rak yang sudah disediakan.
e. Mencatat massa jamur kuping basah.
f. Memasukkan semua rak yang berisi jamur kuping basah ke dalam mesin pengering.
g. Menutup pintu mesin pengering dengan rapat dan kemudian dikunci
h. Menghidupkan mesin pengering dan menyalakan kipas jika pengambilan data menggunakan variasi.
i. Memeriksa kipas dan kompresor untuk memastikan apakah sudah berjalan dengan baik dan benar.
j. Menutup pintu ruangan mesin siklus kompresi uap denga rapat.
k. Mencatat data setiap 120 menit hingga mencapai massa total kering dari jamur kuping. Data penelitian meliputi sebagai berikut :
MJBt : Massa jamur basah saat t. (kg)
TA,db : Suhu udara kering sebelum masuk ke evaporator.(oC) TA,wb : Suhu udara basah sebelum masuk ke evaporator.(oC) Tevap : Suhu kerja evaporator. (oC)
Tc,db : Suhu udara kering setelah melewati evaporator. (oC) Tkond : Suhu kerja kondensor. (oC)
TD,db : Suhu udara kering setelah melewati kondensor. (oC) 3.7 Cara Mengolah Data
Cara yang digunakan untuk mengolah data sebagai berikut :
a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukan pada tabel kemudian hitung rata-rata dari 2 kali percobaan pada setiap variasi.
b. Kemudian dapat menghitung massa air yang menguap dari jamur kuping (M) setiap variasi ketika massa jamur kuping telah mencapai kering yang diinginkan. Massa uap air dari jamur kuping (M) dapat dihitung dengan Persamaan (3.1) :
M = MJB – MJK (3.1)
Pada Persamaan (3.1) :
M : Massa air yang menguap dari jamur (kg) MJB : Massa jamur basah (kg)
MJK : Massa jamur kering saat t (kg)
c. Menghitung nilai COP dengan menggunakan P-h diagram untuk refrigeran R134a. Dapat dihitung dengan persamaan (2.5).
d. Menggambarkan data hasil penelitian pada Psychrometric Chart untuk mencari kelembapan spesifik setelah melewati kondensor (Wf), dan kelembapan spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg).
e. Setelah mengetahui kelembapan spesifik udara setelah melewati kondensor (Wf), dan kelembapan spesifik udara sebelum masuk evaporator (Wg).
Kemudian dapat dihitung massa air yang berhasil diserap (ΔW) tiap variasi.
f. Menghitung kemampuan mesin menguapkan massa air (ṁair). Kemampuan mesin menguapkan massa air (ṁair) adalah laju aliran udara (ṁudara) dikalikan dengan massa air yang berhasil diuapkan (ΔW).
Untuk memudahkan dalam pembahasan, hasil perhitungan proses pengeringan, maka digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukakan terhadap grafik yang dihasilkan dengan mengacu pada tujuan penelitian.
3.8 Cara Melakukan Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pembahasan, hasil perhitungan proses pengeringan, maka akan digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukan terhadap grafik yang dihasilkan dengan mengacu pada tujuan penelitian yang sudah dilakukan dengan data yang ada .
3.9 Cara Membuat Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan inti pokok hasil penelitian dan kesimpulan juga harus menjawab tujuan dari penelitian. Saran merupakan masukan atau nasihat yang dapat digunakan pembaca jika pembaca tertarik dengan yang telah dilakukan dan ingin mendalaminya lebih lanjut.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil yang didapatkan dalam penelitian mesin pengering jamur kuping sistem udara tertutup dengan variasi tanpa kipas dan dua kipas meliputi : massa jamur kuping kering (MJK), massa jamur kuping basah (MJB), massa jamur kuping basah saat t (MJBt), selisih massa jamur kuping, suhu kerja evaporator (T1), suhu udara setelah melewati evaporator (T2), suhu kerja kondensor (T3), suhu udara setelah melewati kondensor (T4), serta kelembapan udara yang berada pada ruang pengering jamur kuping sebelum masuk evaporator (Tdb) dan (Twb).
Hasil rata-rata disajikan pada Tabel 4.1 dan tabel 4.2. Tabel 4.1 menampilkan data pengeringan jamur kuping tanpa kipas dan 4.2 menampilkan data pengeringan jamur kuping dengan tambahan 2 kipas.