DAFTAR ISTILAH
IV. PEMODELAN SISTEM
4.2 Perhitungan Pemodelan Sistem
Pemodelan sistem penjadwalan produksi yang diterapkan terdapat banyak perhitungan- perhitungan yang digunakan untuk memperoleh jadwal produksi yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan. Menurut Machfud (1999), penjadwalan produksi dapat ditentukan oleh faktor kritis dari proses produksi suatu perusahaan. Pada penelitian ini faktor kritis perusahaan untuk model penjadwalan mingguannya adalah kapasitas mesin pengemasan karena kapasitas produksinya yang terkeci diantaral fasilitas produksi yang lainnya. Hal ini dilihat dari perhitungan jumlah produksi yang menyesuaikan pada kapasitas mesin pengemasan. Metode penjadwalan produksi dijelaskan seperti di bawah ini :
1. Menentukan jumlah hari kerja dalam satu periode penjadwalan produksi (per minggu)
Jumlah hari kerja ditentukan dari hari kerja yang tersedia dalam satu minggu sebagai acuan untuk penentuan jam kerja optimal dalam satu periode tersebut. Pada satu hari kerja terdapat 3 shift kerja yang jam kerja per harinya adalah 8 jam kerja masing-masing shift. Pada hari Sabtu atau sehari sebelum libur akhir pekan, perusahaan tidak menerapkan 24 jam kerja, namun hanya menerapkan 15 jam kerja. Penentuan jam kerja yang tersedia menggunakan persamaan 4.1:
Jam kerja/minggu = (jumlah hari kerja – 1 hari) x 24 jam + 15 jam (4.1) 2. Merekap jumlah stok produk jadi di gudang dan jumlah permintaan masing-masing produk
Stok produk jadi di gudang yang digunakan adalah stok produk yang tersedia saat tanggal pembuatan jadwal produksi. Jumlah permintaan untuk masing-masing produk diperoleh dari permintaan yang dilakukan oleh masing-masing Kantor Pemasaran Wilayah (KPW) setiap minggunya.
3. Menentukan jumlah rencana produksi masing-masing produk
Jumlah rencana produksi masing-masing produk adalah jumlah produksi yang harus dikerjakan untuk masing-masing produk dalam periode tersebut. Jumlah produksi diperoleh dari jumlah permintaan pada produk tersebut ditambah dengan buffer sebesar 25% dari jumlah permintaan. Buffer
sebanyak 25% ini merupakan kebijakan dari perusahaan yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan permintaan dan berfungsi sebagai stok produk di gudang.
Setelah diketahui rencana produksinya tidak dalam jumlah batch yang utuh atau tidak bulat, maka jumlah rencana produksi akan dibulatkan ke atas agar jumlah produksinya dalam jumlah batch
yang utuh. Misalnya jika rencana produksi pada awalnya sebanyak 6,3 batch, maka rencana produksi akan dibulatkan ke atas yang artinya rencana produksi yang akan dilakukan sebanyak 7 batch. Pembulatan ke atas dimaksudkan untuk menyesuaikan jumlah batch produksi dan formulasi produk serta dapat memenuhi permintaan dengan jumlah rencana produksi melebihi jumlah produksi minimal. Jumlah produksi minimal suatu produk adalah jumlah permintaan ditambah dengan buffer
25%. Setelah dibulatkan maka jumlah rencana produksi akan kembali dihitung dalam satuan karton. Jumlah rencana produksi diperoleh dari perhitungan pada persamaan 4.2:
Jumlah produksi (karton) = jumlah permintaan + 25% jumlah permintaan (4.2)
Jumlah produksi (batch) = P x Q x R 1000 (ml/liter) x S Rencana Produksi (karton) = T x S x 1000 (ml/liter) R x Q Keterangan : P : jumlah produksi (karton)
Q : isi per karton (pieces/karton) R : isi per kemasan (ml/pieces)
S : kapasitas pengolahan per batch (liter/batch) T : jumlah rencaca produksi (batch)
4. Menentukan nilai CR dari masing-masing produk
CR dalam model penjadwalan ini digunakan untuk menentukan produk yang harus diproduksi terlebih dahulu. Produksi akan dilakukan berdasarkan produk yang mempunyai nilai CR yang lebih kecil ke produk yang mempunyai nilai CR yang lebih besar. Nilai CR diperoleh dari persamaan 4.3 :
CR (%) = stok produk (karton) / permintaan produk (karton) x 100% (4.3) 5. Menentukan produk yang akan diproduksi
Produk-produk yang akan diproduksi ditentukan dari perbandingan antara total rencana kebutuhan waktu produksi semua produk dengan jam kerja yang tersedia dalam periode tersebut. Jika rencana kebutuhan waktu produksi suatu produk melebihi jam kerja yang tersedia dalam minggu tersebut maka mulai dari produk yang rencana waktu produksinya melebihi waktu produksi yang tersedia dan selanjutnya tidak diproduksi pada periode tersebut. Rencana waktu produksi masing-masing produk untuk setiap minggu akan diketahui dari jumlah waktu yang diperlukan untuk memproduksi masing- masing produk sesuai dengan rencana produksi sesuai dengan persamaan 4.4 :
Rencana waktu produksi (jam) = Y x Z (4.4) Keterangan : Y : Jumlah produksi (batch)
6. Penyusunan jadwal produksi mingguan berdasarkan nilai CR dan liniproduksi
Penyusunan jadwal produksi diawali dengan menentukan produk yang berurutan dari yang nilai CR terendah sampai yang tertinggi Selanjutnya penyusunan dilakukan berdasarkan lini produksi yang digunakan untuk produk tersebut. Pengambilan keputusan untuk menyusun jadwal produksi berdasarkan lini produksinya menggunakan situasi aksi, dimana jika (sl ... sn), maka (al ... an). Hal tersebut menjelaskan bahwa (sl ... sn) merupakan situasi yang dinyatakan dalam operasi dan, atau; (al ... an) adalah aksi atau keputusan yang diambil terhadap situasi tersebut.
Diagram alir metode pemecahan masalah secara heuristik terdapat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1Diagram alir metode pemecahan masalah secara heuristik
Setelah diketahui jadwal produksi mingguannya, maka untuk menguji keunggulan dari jadwal produksi yang dibuat akan dibandingkan rasio penggunaan mesinnya dengan nilai rasio penggunaan mesin sebelum dilakukan pengembangan jadwal produksi. Semakin kecil nilai rasio penggunaan mesin menunjukan bahwa jadwal produksi yang digunakan semakin efektif dan efisien untuk diterapkan. Hal ini berhubungan dengan waktu produksi yang semakin efisien jika nilai rasio penggunaan mesinnya lebih kecil. Adapun nilai rasio penggunaan mesin dapat diperoleh melalui persamaan 4.5.
Rasio Penggunaan Mesin (%) = V / W x 100% (4.5) Keterangan : V : Waktu penggunaan mesin (jam)
W : Waktu yang tersedia dalam satu periode (jam)
4.3 Konfigurasi Model
Pengembangan model penjadwalan produksi yang disusun untuk PT Sinar Sosro KPB Tambun diberi nama SI JPS 1.0 (Sistem Informasi Jadwal Produksi Sosro versi 1.0). Program ini dapat digunakan sebagai alat bantu pihak pengambil keputusan dalam proses penyusunan jadwal produksi
perusahaan yang dapat meminimalkan waktu menganggur dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang tersedia dan dapat memenuhi target perusahaan. SI JPS 1.0 terdiri dari sistem manajemen tabel data, sistem manajemen basis model, dan sistem manajemen dialog. Pengembangan model penjadwalan pada SI JPS 1.0 menggunakan bahasa pemrograman php untuk pengembangan sistem,
MySQL untuk pengembangan tabel data, Adobe Dreamweaver CS4 untuk user interface, dan
Microsoft Excel 2007 sebagai penunjang pengembangan sistemnya.