• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu :

1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun. 2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat

yang diterima selama satu tahun oleh meraka yang memproduksi

output tersebut.

GDP Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran

Menurut McEachern (2000:147) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, yaitu konsumsi, investasi, pembelian pemeritah dan ekspor netto. Kita akan membahasnya satu persatu.

a. Konsumsi, atau lebih secara spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.

b. Investasi atau lebih secara spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang capital baru dan tambahan untuk persediaan. Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.

c. Pembelian pemerintah, atau lebih secara spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan.

Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.

d. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu Negara dikurangai dengan impor barang dan jasa Negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi jasa juga.

Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat Negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau X-M. penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP :

C + I + G + (X-M) = pengeluaran agregat + GDP

GDP Berdasarkan Pendekatan Pendapatan

Menurut McEachern (2000:148) pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendapatan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi). System pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut yaitu : upah, bunga, sewa dan laba dari produksi. Jadi kita dapat mengatakan bahwa :

Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada saat tiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain. Nilai tambah dari setiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.

Kemudian menurut Madura (1997:93) bahwa tingkat pendapatan bisa mempengaruhi perubahan nilai tukar. Diasumsikan antar dua negara, misalnya antars US dan UK : jika tingkat pendapatan US meningkat. Sehingga permintaan British Poundsterling oleh pengusaha US juga ikut meningkat. Akibatnya nilai tukar British Poundsterling menguat (appreciated) terhadap US Dollar. Hal ini akan terjadi sebaliknya jika tingkat pendapatan UK lebih besar dari tingkat pendapatan US.

2.2.5 Kurs

Kurs valuta asing adalah harga mata uang suatu negara dalam unit komoditas (seperti emas dan perak) atau mata uang negara lain (Yuliati dan Prasetyo, 2005:23).

Sistem kurs mata uang secara ekstrem menurut Yuliati dan Prasetyo (2005:24) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang bebas (freely floating rate)

Dalam sistem kurs mengambang bebas, tingkat kurs sepenuhnya ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran mata uang, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Fluktuasi volume pemerintah dan penawaran mata uang dipengaruhi oleh perubahan pada sejumlah parameter ekonomi, tingkat pendapatan dan lain-lain.

2. Sistem kurs tetap (fixed rate)

Dalam sistem ini pemerintah berperan menjaga nilai mata uang pada tingkat yang telah ditetapkan dengan membeli atau menjual valuta asing dalam jumlah yang tidak terbatas.

3. Sistem kurs mengambang terkendali (managed float)

Sistem ini digunakan untuk mengurangi fluktuasi kurs dan tidak stabilnya perekonomian dengan melakukan intervensi via bank sentral. Intervansi yang dilakukan antara lain:

a. Mengurangi fluktuasi harian (smoothing out daily fluctuations) b. Digunakan pemerintah untuk mencegah fluktuasi besar dalam

jangka pendek dan jangka menengah agar tercipta kestabilan ekonomi bagi para eksportir dan importir.

c. Cenderung melawan angin (leaning againts the wind)

d. Tertambat tak resmi (unofficial pegging) digunakan untuk mengubah kurs tanpa melalui mekanisme pasar

4. Sistem kurs dengan pengaturan zona target (target zone)

Pengaturan ini dilakukan oeh negara-negara industri (Amerika Serikat, Jerman dan Amerika Serikat) dengan menyesuaikan kebijakan ekonomi mereka untuk menentukan tingkat kurs dengan margin tertentu, di atas atau di bawah nilai mata uang gabungan.

5. Sistem kurs tertambat (pegged)

Sistem ini di pakai oleh negara yang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu atau sekelompok negara. Besarnya nilai mata uang bergerak mengikuti perubahan nilai mata uang negara yang ditambatnya.

6. Sistem kurs tertambat merangkak (crowling pegged)

Dalam sistem ini, negara menetapkan nilai mata uang dikaitkan dengan nilai mata uang negara lain. Tetapi dalam jangka waktu tertentu, nilai mata uang negara tersebut berubah sedikit demi sedikit mencapai tingkat tertentu.

7. Sistem kurs tertambat pada sekeranjang mata uang (pegged to a basket

of currencies)

Sistem ini menambatkan mata uang mereka pada sekeranjang mata uang yang berisi kumpulan mata uang negara mitra dagang utama. Nilai sekeranjang mata uang lebih stabil dibandingkkan dengan nilai mata uang satu negara

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai tukar menurut Madura (1997:89) adalah:

1. Laju inflasi relatif

Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, karena mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta sehingga mempengaruhi nilai tukar. Negara yang mempunyai laju inflasi relatif lebih besar dibandingkan Negara lainnya, mata uangnya akan mengalami depresiasi terhadap mata uang Negara lain.

2. Suku Bunga relatif

Perubahan dalam suku bunga relatif mempengaruhi investasi dalam sekuritas-sekuritas asing, yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing dan nilai tukar. Negara dengan tingkat suku bunga yang relatif lebih tinggi mata uangnya akan mengalami apresiasi terhadap mata uang Negara lain.

Selain itu juga perlu diperhatikan tentang suku bunga riil. Suku bunga riil merupakan suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. Suku bunga riil antarnegara sering diperbandingkan untuk menilai pergerakan nilai tukar, karena suku bunga riil mengkombinasikan suku bunga nominal dengan inflasi, yang keduanya mempengaruhi nilai tukar.

3. Tingkat pendapatan relatif

Kenaikan tingkat pendapatan relatif di suatu negara dapat mempengaruhi permintaan konsumen terhadap produk-produk dari negara lain yang tingkat pendapatannya tetap.

4. Kontrol pemerintah

Usaha pemerintah negara asing untuk mempengaruhi nilai tukar pada saat permintaan atas suatu valuta sama dengan penawarannya, yaitu melalui hambatan jual beli valuta asing, hambatan perdagangan, intervensi (pembelian dan penjualan valuta) dalam pasar valas dan pengubahan variabel-variabel makro seperti inflasi, suku bunga dan tingkat pendapatan nasional.

5. Ekspektasi

Ekspektasi dapat mempengaruhi nilai tukar karena ekspektasi dapat memotivasi investor-investor institusional mengambil posisi dalam pasar valas. Spekulasi mengenai nilai tukar di masa depan selain didorong oleh sinyal-sinyal perubahan suku bunga di masa depan juga oleh faktor-faktor lain.

2.2.6 Kuotasi Nilai Tukar

Perdagangan valas merupakan perdagangan antara satu mata uang dengan mata uang lain. Nilai tukar antara dua mata uang disebut kurs bilateral (bilateral exchange rates). Dengan demikian, kurs adalah harga mata uang suatu Negara yang dinilai dalam mata uang lain (Kuncoro, 1996:114). Nilai suatu mata uang biasanya dikaitkan dengan dollar, yang kemudian disebut kuotasi.

Menurut Madura (1997:65) Terdapat dua macam kuotasi: 1. Kuotasi langsung

Kuotasi yang mewakili nilai dari suatu valuta asing dalam dollar (atau jumlah dollar per valuta tersebut).

2. Kuotasi tidak langsung

Kuotasi yang mewakili nilai dari dollar dalam suatu valuta asing (atau jumlah unit valuta asing per dollar).

2.3Kerangka Berfikir Teoritis

Bagan 2.1

Kerangka Berfikir Teoritis

Inflasi Suku bunga

Teori Paritas Daya Beli (PPP)

Teori Paritas Fisher Internasional (IFE)

Permintaan dan penawaran valas

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat Serikat

Ekspor bersih Pertumbuhan GDP riil

NX = EX – IM Gejolak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar (Amerika

Serikat) tahun 2006-2008

Metode analisa deskriptif dan analisa regresi berganda

Uji hipotesis :

1. Variabel inflasi, suku bunga, ekspor bersih dan pertumbuhan GDP riil berpengaruh secara simultan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

2. Variabel inflasi, suku bunga, ekspor bersih dan pertumbuhan GDP riil berpengaruh secara parsial terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

3. Variabel inflasi merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Hasil : 1. uji F → pengaruh simultan

2. uji t →pengaruh parsial

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut (J.Supranto, 2001:36), anggapan sebagai satu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel inflasi, suku bunga, ekspor bersih dan pertumbuhan GDP riil berpengaruh secara simultan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

2. Variabel inflasi, suku bunga, ekspor bersih dan pertumbuhan GDP riil berpengaruh secara parsial terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

3. Variabel inflasi merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

BAB III

Dokumen terkait