• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.5. Perhitungan Serapan CO 2

Serapan CO2dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Serapan CO2= Pertumbuhan biomassa x 1,4667 (SNI 7724, 2011) 3.4. Analisi Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan persamaan matematis dari beberapa persamaan allometrik penelitian-penelitian sebelumnya. Data yang diperoleh kemudian dipublikasikan dalam bentuk tabulasi sederhana.

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas Geografis

Desa Mengkawani terletak 35 km dari Ibukota Kabupaten Enrekang, atau 3,5km dari Ibukota Kecamatan Mengkawani dengan luas wilayah seluas 1397,38 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Puncak Harapan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Banrrtgkala

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tuncung

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Botto Mallangga 4.2. Iklim

Keadaan iklim di Desa Mengkawani terdiri dari Musim Hujan, Musim Kemarau dan Musim Pancaroba. Yang dimana musim Hujan biasanya terjadi antara bulan November sampai dengan bulan Februari, musim Kemarau terjadi antara bulan Juli sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim Pancaroba terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni.

4.3. Pola Penggunaan Tanah

Pola penggunaan tanah umumnya digunakan sebagai lahan perumahan, persawahan, peternakan, perikanan (kolam tanah), perkebunan (sayuran, jagung, kakao, rambutan, enau, pohon buah naga, lada, cengkeh, mangga, kelapa, dan lain-lain) dengan panen musimam/tahunan.

4.4. Demografi

Jumlah penduduk 1.434 jiwa termasuk jumlah yang besar bagi ukuran suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan menjadi satu kekuatan atau potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi sumberdaya manusia.

Komposisi perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah hampir seimbang (1,9 : 2,1).

Pertumbuhan penduduk yang tidak stabil setiap tahun, di satu sisi menjadi beban pembangunan karena ruang gerak untuk produktivitas masyarakat makin rendah, apalagi jika tidak diikuti peningkatan pendidikan yang dapat menciptakan lapangan kerja. Memang tidak selamanya pertambahan penduduk membawa dampak negatif, malahan menjadi positif jika dapat diberdayakan secara baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kondisi ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian dan penanganan secara komprehensif adalah terjadinya peningkatan angka usia kerja setiap tahunnya.

Di Desa Mengkawani terbagi atas 4 dusun yang diantaranya yaitu Dusun Sabbang yang memiliki jumlah penduduk 505 jiwa dan 124 kepala keluarga, Dusun Uru yang memiliki jumlah penduduk 430 jiwa dan 106 kepala keluarga, Dusun Batuapi 1 yang memiliki jumlah penduduk 275 jiwa dan 64 kepala keluarga, dan yang terakhir yaitu Dusun Batuapi 2 yang memiliki jumlah penduduk 224 dan 56 kepala keluarga.

4.5. Pertanian dan Peternakan

Lahan pertanian berupa lahan sawah yang subur seluas sekitar ±110 Ha yang terbentang luas tersebar disetiap dusun. Hal ini berpotensi untuk dapat meningkatkan jumlah produksi pertanian dengan cara intensifikasi budaya dengan sentuhan teknologi yang tepat bahkan potensi untuk pencetakan lahan sawah baru masih sangat luas namun di sisi lain terdapat satu kendala yakni perairan pada areal persawahan sangat memerlukan perhatian dari dinas-dinas terkait.

Jenis ternak yang berpotensi dikembangkan adalah unggas ( bebek dan ayam ) dan ternak besar seperti (sapi, kerbau, kuda dan kambing). Sedangkan lahan kolam (tanah) ikan air tawar yang cukup luas disetiap hamparan dusun di Desa Mengkawani.

4.6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasana sosial yang ada yaitu sarana pendidikan berupa Sekolah TK 1 unit, dan SD 1 unit serta sarana kesehatan berupa Poskesdes permanen 1 unit dan Posyandu 2 Unit, serta Masjid 3 unit.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Biomassa

5.1.1. Hutan Sekunder

Hasil observasi vegetasi pada tingkat pohon terdapat 9 jenis yaitu : Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Jabon (Anthocepalus cadamba), Akasia (Acacia mangium), Bitti, Ketapi, Cendana (Santalum album), Aren (Arenga pinnata), dan Tipulu. Adapun beberapa jenis yang dominan atau yang berperan besar dalam penguasaan ekologis pada komunitas hutan di kawasan ini adalah Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Akasia (Acacia mangium), dan Cendana (Santalum album). Pada tingkat Tiang terdapat 6 jenis yaitu : Mahoni (Swietenia macrophylla), Akasia (Acacia mangium), Jabon (Anthocepalus cadamba), Durian (Durio zibethinus), Ketapi dan Jati (Tectona grandis), yang didominasi oleh Mahoni (Swietenia macrophylla), Jabon (Anthocepalus cadamba), dan Durian (Durio zibethinus). Sedangkan untuk tingkat Pancang terdapat 5 jenis yaitu : Mahoni(Swietenia macrophylla), Akasia (Acacia mangium), Jati Putih (Gmelina arborea), Bitti dan Jabon (Anthocepalus cadamba), yang didominasi oleh Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Jati Putih (Gmelina arborea).

Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida total vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang dengan kriteria tinggi mulai dari 1,5 m dengan diameter ≥ 10 cm. Penempatan plot pengukuran pada setiap tutupan lahan

dipilih berdasarkan komposisi vegetasi dengan memperhatikan keterwakilan kelas diameter. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3.

Tabel 3. Biomassa Rata-Rata Pada Hutan Sekunder Pada Masing-Masing Strata No Plot Jenis Strata Luas Plot Biomassa Total

(Kg/Plot) Biomassa Total (Ton/Ha)

1 Pohon 0,04 3.442,85

Tiang 0,01 142,30

Pancang 0,0025 15,18

2 Pohon 0,04 4.337,38

Tiang 0,01 319,58

Pancang 0,0025 17,72

3 Pohon 0,04 2.034,62

Tiang 0,01 605,64

Pancang 0,0025 11,85

Rata-Rata Pohon 0,04 3.271,62 81,79

Tiang 0,01 355,84 35,58

Pancang 0,0025 14,83 5,93

Total 3.642,29 123,3

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

Gambar 3. Grafik Nilai Persentase Rata-Rata Biomassa Pada Hutan Sekunder Pada Masing-Masing Strata.

Biomassa pada Hutan Sekunder terdiri dari biomassa pohon, tiang dan pancang. Pada gambar 3 disajikan grafik persentase nilai biomassa tiap strata pada hutan sekunder. Dari Tabel 3 diketahui bahwa jumlah biomassa terbesar terdapat pada tingkat pohon, karena pohon memiliki diameter yang paling besar dengan total jumlah biomassanya 81,79 Ton/ha. Biomassa pada lokasi penelitian berdasarkan tingkat strata berturut-turut 81,79 Ton/ha untuk tingkat pohon, 35,58 ton/ha untuk tingkat tiang, dan 5,93 Ton/ha untuk tingkat pancang. Total biomassa pada hutan sekunder adalah 123,3 Ton/ha.

Pohon Tiang Pancang

Jenis Strata 81.79 35.58 5.93

0

5.1.2. Lahan Pertanian

Hasil observasi vegetasi tanaman pertanian dan perkebunan yang juga terdapat beberapa tanaman kehutanan yang terdapat pada lahan pertanian pada tingkat pohon terdapat 10 jenis yaitu : Cengkeh, Jambu mente, Mangga, Mahoni (Swietenia macrophylla), Langsat, Ketapi, Ficus, Durian (Durio zibethinus), Dengen, dan Sukun. Adapun beberapa jenis yang dominan atau yang berperan besar dalam penguasaan ekologis pada komunitas lahan pertanian di kawasan ini adalah Langsat, Cengkeh, Durian dan Mangga. Pada tingkat tiang terdapat 6 jenis, yaitu : Rambutan (Nephelium lappaceum), Cengkeh, Durian (Durio zibethinus) , Duku, Mangga, dan Serikaya, yang didominasi oleh Rambutan (Nephelium lappaceum), Durian (Durio zibethinus), dan Cengkeh. Sedangkan pada tingkat Pancang terdapat 8 jenis, yaitu : Ubi kayu, Jambu biji, Rambutan (Nephelium lappaceum), Mahoni, Langsat, Mangga, Manggis dan Durian (Durio zibethinus), yang didominasi oleh Rambutan (Nephelium lappaceum).

Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida total vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang dengan kriteria tinggi mulai dari 1,5 m dengan diameter ≥ 10 cm. Penempatan plot pengukuran dipilih berdasarkan komposisi vegetasi dengan memperhatikan keterwakilan kelas diameter.

Tabel 4. Biomassa Rata-Rata Pada Lahan Pertanian Pada Masing-Masing Strata No Plot Jenis Strata Luas Plot Biomassa Total

(Kg/Plot) Biomassa Total (Ton/Ha)

1 Pohon 0,04 2.054,21

Tiang 0,01 260,98

Pancang 0,0025 16,03

2 Pohon 0,04 1.197,45

Tiang 0,01 536,98

Pancang 0,0025 32,54

3 Pohon 0,04 2.536,03

Tiang 0,01 367,35

Pancang 0,0025 15,75

Rata-Rata Pohon 0,04 1.929,23 48,23

Tiang 0,01 388,44 38,84

Pancang 0,0025 21,44 8,58

Total 2.339,11 95,65

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

Gambar 4. Grafik Nilai Persentase Rata-Rata Biomassa Pada Lahan Pertanian Pada Masing-Masing Strata.

Biomassa pada Lahan Pertanian terdiri dari biomassa tingkat pohon, tiang dan pancang. Pada Gambar 4 disajikan grafik persentase nilai biomassa tiap strata pada Lahan Pertanian. Pada Tabel 4 diketahui bahwa jumlah biomassa terbesar terdapat pada tingkat pohon, karena pohon memiliki diameter yang paling besar dengan total biomassanya 48,23 Ton/ha. Biomassa pada lokasi penelitian berdasarkan tingkat strata secara berturut-turut 48,23 Ton/ha pada tingkat pohon, 38,84 Ton/ha pada tingkat Tiang dan 8,58 Ton/ha pada tingkat Pancang. Total biomassa pada lahan pertanian adalah 95,65 Ton/ha.

Pohon Tiang Pancang

Jenis Strata 48.23 38.84 8.58

0 10 20 30 40 50 60

Biomassa Ton/ha

5.2. Karbon

5.2.1. Hutan Sekunder

Cadangan karbon pada hutan sekunder ditentukan berdasarkan nilai total semua biomassa vegetasi pada hutan yang sekunder dihasilkan dari persamaan nilai koefisien a dan b, kemudian melalui pendekatan biomassa dengan asumsi bahwa 47 % dari biomassa adalah karbon yang tersimpan Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5.

Tabel 5. Cadangan Karbon Rata-Rata Pada Hutan Sekunder Pada Masing-Masing Strata

Rata-Rata Pohon 0,04 3.271,62 1.537,66 38,44

Tiang 0,01 355,84 167,24 16,72

Pancang 0,0025 14,83 6,97 5,93

Total 3.642,29 1.711,87 61,09

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

Gambar 5. Grafik Nilai Persentase Rata-Rata Cadangan Karbon Pada Hutan Sekunder Masing-Masing Strata.

Berdasarkan Gambar 5, jumlah kandungan karbon rata-rata pada tingkat pohon atau tegakan yang mempunyai diameter diatas 20 cm adalah 38,44 Ton/ha, dimana kandungan karbon pada tingkat pohon lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat strata yang lainnya. Jumah kandungan karbon rata-rata pada tingkat tiang adalah 16,72 Ton/ha, sedangkan jumlah kandungan karbon pada tingkat pancang adalah 5,93 Ton/ha. Total cadangan karbon rata-rata pada lokasi hutan sekunder dalam penelitian ini sebesar 61,09 Ton/ha.

Pohon Tiang Pancang

Jenis Strata 38.44 16.72 5.93

0

5.2.2. Lahan Pertanian

Cadangan karbon pada lahan pertanian yang juga terdapat beberapa jenis tanaman kehutanan ditentukan berdasarkan nilai total semua biomassa vegetasi pada lahan pertanian yang dihasilkan dari persamaan nilai koefisien a dan b, kemudian melalui pendekatan biomassa dengan asumsi bahwa 47 % dari biomassa adalah karbon yang tersimpan. Hal ini dapa dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 6.

Tabel 6. Cadangan Karbon Rata-Rata Pada Lahan Pertanian Pada Masing-Masing Strata

Rata-Rata Pohon 0,04 1.929,23 906,74 22,67

Tiang 0,01 388,44 182,57 18,26

Pancang 0,0025 21,44 10,08 4,03

Total 2.339,11 1.099,39 44,96

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

Gambar 5. Grafik Nilai Persentase Rata-Rata Cadangan Karbon Pada Lahan Pertanian Masing-Masing Strata.

Berdasarkan Gambar 6, jumlah kandungan karbon rata-rata pada tingkat pohon atau tegakan yang mempunyai diameter diatas 20 cm adalah 22,67 Ton/ha, dimana kandungan karbon pada tingkat pohon lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat strata yang lainnya. Jumlah kandungan karbon rata-rata pada tingkat tiang adalah 18,26 Ton/ha, sedangkan jumlah kandungan karbon pada tingkat pancang 4,03 Ton/ha. Total cadangan karbon rata-rata pada lokasi lahan pertanian adalah 44,96 Ton/ha.

Pohon Tiang Pancang

Jenis Strata 22.67 18.26 4.03

0 5 10 15 20 25

Cadangan Karbon Ton/ha

5.3. Serapan Karbon Dioksida 5.3.1. Hutan Sekunder

Serapan Karbon Dioksida rata-rata pada hutan sekunder diketahui berdasarkan nilai total pertumbuhan biomassa per tahun vegetasi pada hutan sekunder yang dihasilkan dari persamaan nilai koefisien a dan b, kemudian biomassa dikalikan dengan faktor konversi serapan karbon dioksida (1,4667), Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 7.

Tabel 7. Serapan Karbon Dioksida Rata-Rata Pada Hutan Sekunder Pada Masing-Masing Strata

Rata-Rata Pohon 0,04 172,99 253,72 6,34

Tiang 0,01 24,72 36,26 3,63

Pancang 0,0025 4,28 6,28 2,51

Total 201,99 296,26 12,48

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

Gambar 7. Grafik Nilai Persentase Rata-Rata Serapan Karbon Dioksida Pada Hutan Sekunder Pada Masing-Masing Strata.

Potensi serapan karbon dioksida rata-rata pada lokasi hutan sekunder berdasarkan tingkat strata dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7, serapan karbon dioksida rata-rata pada hutan sekunder berturut-turut 6,34 Ton/ha per tahun untuk tingkat pohon, 3,63 Ton/ha per tahun untuk tingkat tiang, dan 2,51 Ton/ha per tahun untuk tingkat pancang. Total serapan karbon dioksida pada lokasi hutan sekunder adalah 12,48 Ton/ha per tahun.

Pohon Tiang Pancang

Jenis Strata 6.34 3.63 2.51

0 1 2 3 4 5 6 7

Serapan Karbon Dioksida Ton/ha Per Tahun

5.3.2. Lahan Pertanian

Serapan karbon dioksida rata-rata pada lahan pertanian yang juga terdapat beberapa tanaman kehutanan diketahui berdasarkan nilai total pertumbuhan biomassa per tahun vegetasi pada lahan pertanian yang dihasilkan dari persamaan koefisien a dan b, kemudian biomassa dikalikan dengan faktor konversi serapan karbon dioksida (1,4667). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 8.

Tabel 8. Serapan Karbon Dioksida Rata-Rata Pada Lahan Pertanian Pada Masing-Masing Strata.

Rata-Rata Pohon 0,04 104,49 153,36 3,83

Tiang 0,01 26,08 38,25 3,82

Pancang 0,0025 13,17 19,32 7,73

Total 143,74 210,93 15,38

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

Gambar 8. Grafik Nilai Persentase Rata-Rata Serapan Karbon Dioksida Pada Lahan Pertanian Pada Masing-Masing Strata.

Potensi serapan karbon dioksida rata-rata pada lokasi lahan pertanian berdasarkan tingkat strata dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8 serapan karbon dioksida rata-rata pada lahan pertanian berturut-turut 3,83 Ton/ha per tahun untuk tingkat pohon, 3,82 Ton/ha untuk tingkat tiang, dan 7,73 Ton/ha untuk tingkat pancang. Total serapan karbon dioksida rata-rata pada lokasi lahan pertanian adalah 15,38 Ton/ha per tahun.

Pohon Tiang Pancang

Jenis Strata 3.83 3.82 7.73

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Serapan Karbon Dioksida Ton/ha Per Tahun

5.4. Biomassa Total, Cadangan Karbon dan Serapan Karbon Dioksida di Desa Mengkawani, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang

Berdasarkan hasil observasi di Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang dengan luas 1.397,38 Ha terdapat beberapa kelas penutupan lahan yang dua diantaranya yaitu Hutan Sekunder dan Lahan Pertanian. Biomassa Total, Cadangan Karbon dan Serapan Karbon Dioksida dihitung dengan mengalikan nilai Biomassa rata-rata, Cadangan Karbon dan Serapan Karbon Dioksida dengan luas setiap penutupan lahan.

Tabel 9. Biomassa Total, Cadangan Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Di Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

No Jenis

Sekunder 8,33 123,3 61,09 12,48 1.027,09 508,88 103,96

2 Lahan

Pertanian 894,19 95,65 44,96 15,38 85.529,27 50.038,87 13.752,64

3 *Semak

Belukar 494,87 _ _ _ _ _ _

Total 86.556,36 50.547,75 13.856,6

Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah 2016

*Data Sekunder

Biomassa total pada penutupan lahan Hutan Sekunder dan Lahan Pertanian di Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang berturut-turut 1.027,09 Ton; 85.529,27 Ton. Total biomassa pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang adalah 86.556,36 Ton. Cadangan karbon

total pada penutupan lahan Hutan Sekunder dan Lahan Pertanian pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang berturur-turut 508,88 Ton;

50.038,87 Ton. Total Cadangan Karbon pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang adalah 50.547,75 Ton. Serapan Karbon Dioksida total pada penutupan lahan Hutan Sekunder dan Lahan Pertanian pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang berturut-turut 103,96 Ton/tahun; 13.752,64 Ton/tahun. Total serapan Karbon Dioksida pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang adalah 13.856,6 Ton/tahun.

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

a. Biomassa rata-rata pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang pada kelas penutupan lahan hutan sekunder dan lahan pertanian secara berturut-turut 123,3 Ton/ha; 95,65 Ton/ha.

b. Cadangan Karbon rata-rata pada Desa Mengkawan Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang pada kelas penutupan lahan hutan sekunder dan lahan pertanian secara berturut-turut 61,09 Ton/ha; 44,96 Ton/ha.

c. Serapan karbon dioksida rata-rata pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang pada kelas penutupan lahan hutan sekunder dan lahan pertanian secara berturut-turut 12,48 Ton/ha per tahun; 15,38 Ton/ha per tahun.

d. Biomassa total, cadangan karbon, dan serapan karbon dioksida pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang dengan luas 1.397,38 hektar berturut-turut 86.556,36 Ton; 50.547,75 Ton; 13.856,6 Ton/tahun.

6.2. Saran

Untuk meningkatkan kandungan biomassa, cadangan karbon dan serapan karbon dioksida pada Desa Mengkawani Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang perlu dilakukan rehabilitasi lahan terutama areal padang rumput dan semak belukar dan melakukan enrichment (pengayaan) pada kelas penutupan hutan sekunder dan lahan pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W.C., Syahbani, I., Rengku, M.T., Arifin, Z., and Mukhaidil.

(2006). Teknik dugaan kandungan karbon hutan sekunder bekas kebakaran 1997/1998 di PT. Inhutani I, Batu Ampar, Kalimantan Timur. Laporan Hasil Penelitian Loka Penelitian dan Pengembangan Satwa Primata (unpublished). (Ref 6a).

Arief, A.2001. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Bakhtiar I, Santoso H, Hafild E, Novira R. editor. 2008. Perubahan Iklim, Hutan, dan REDD: Peluang atau Tantangan?. Civil Socienty Organitation Network on Forestry Governance and Climate Change, The Partnership for Governance Reform. Bogor.

Bakri. 2009. Analisis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan Pada Pohon di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir [tesis]. Sumatera Utara:

Program Studi Biologi. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara.

Basuki TM, Adi NR, Sukresno. Informasi Teknis Stok Karbon Organik Dalam Tegakan Pinus merkusii, Agathis loranthifolia dan Tanah. Di dalam Basuki, Editor. Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB; Kebumen, 03 Agustus 2004.

Surakarta. Hlm 84-94.

Baumert, K.A, T. Herzog and J. Pershing. 2005. Navigating the Numbers Greenhouse Gas Data and International Climate Policy. World Resource Institute.

Brown S. 1997. Estimating Biomass Change of Tropical Forest: a Primer. FAO Forestry paper 134. Food Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2009. REDD: Apakah Itu?

Pedoman CIFOR Tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD. Bogor:

CIFOR.

Dahlan, Jaya INS, Istomo. 2005. Estimasi Karbon Tegakan Acacia mangium Willd. Menggunakan Citra Landsat ETM+ dan SPOT-5: (Studi kasus di

BKPH Parung Panjang KPH Bogor). Di dalam: ”Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya, 14 – 15 September 2005. hlm 108-117.

Erni C, Tugendhat H. editor. 2010. Apa itu REDD? Sebuah Panduan Untuk Masyarakat Adat. Jakarta : Rumah A MAN.

[FWI/GFW]. 2003. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C, Global Forest Watch, Edisi 3.

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre –ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia. 77p.

Hilmi E. 2003. Model Penduga Kandungan Karbon Pada Pohon Kelompok Jenis Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. Dalam Tegakan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Indragiri Hilir Riau). [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Houghton JT, Ding Y, Griggs DJ, Nouger M, et al. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Cambridge University Press. 83 pp. http://www.ipcc.ch/

Accessed: 28 January 2005. Diacu dalam Lusiana et al. 2005

IPCC 2001. Climate Change 2001: Mitigation, Summary for Policymakers, WG III Intergovernmental Panel on Climate Change, Geneva.

IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme, Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds). Published: IGES, Japan.

Ketterings, Q.M.,R Coe., M. Van Noordwijk., Y. Ambagau., and C. Palm. 2011.

Reducing uncertainly in the use of allometric biomass equations for predicting above-ground tree biomass in mixed secondary forest. Forest Ecology and Management. Bogor, Indonesia.

Kittredge, J. 1944. Estimation of the amount of foliage of trees and stands. J. For.

Lasco RD, Pulhin FB, Roshetko JM, Banaticla MRN. 2004. LULUCF Climate Change Mitigation Project in the Philippines : a Primer. World Agroforestry Centre. Southeast Asia Regional Research Programe.

Lusiana B, Noordwijk MV, Rahayu S. editor, 2005. Carbon Stocks in Nunukan, East Kalimantan: a Spatial Monitoring and Modelling Approach. Report from the carbon monitoring team of the Forest Resources Management for Carbon Sequestration (FORMACS) project. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. 98 p.

Manuri, S., C.A.S. Putra dan A.D. Saputra. 2011. Tehnik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan. Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation – GIZ. Palembang.

Masripatin, 2007. REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries/ Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara berkembang).

Peace. 2007. Indonesia and Climate Change : Current Status and Policies.

DFID, World Bank.

Pirkko, S., and T. Nyronen (1990) The carbon dioxide emission and production.

International Converence On Peat Production and Use. Jivaskyla.

Finland.

Purwanti KD. 2008. Pendugaan Karbon Tersimpan pada Berbagai Tipe Penutupan Lahan dengan Permodelan Spasial Data Pengukuran Lapang dan Inderaja (Studi Kasus Kawasan Puncak dan Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

[SNI] Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon – Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting). BSN, Jakarta, Indonesia

Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomasssa. Sebuah Pengantar Untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.

Soerianegara & Indrawan, 1988. Stratifikasi Tajuk Dalam Hutan Hujan Tropika.

Tresnawan H, Rosalina U. 2002. Pendugaan Biomassa di Atas Tanah di Ekosistem Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan (Studi Kasus Hutan Dusun Aro, Jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika 8(1):15-29.

Verchot, L.V, E. Petvoka, K. Obidzinski, S. Atmaja, E.L. Yuliani, A. Dermawan, D. Murdiyarso, dan S. Amira. 2010. Mengurangi Emisi Kehutanan di Indonesia.CIFOR. Bogor.

LAMPIRAN

Tabel 1. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Pohon Pada Plot 1 Hutan Sekunder Lampiran 1

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 JATI 82 18 3,14 26,11 0,0661 2,591 309,99 77,50 387,49 21,53 0,47 1,4667 182,12 31,57

2 JATI 77 15 3,14 24,52 0,0661 2,591 263,36 65,84 329,20 21,95 0,47 1,4667 154,73 32,19

3 JATI 79 16 3,14 25,16 0,0661 2,591 281,45 70,36 351,82 21,99 0,47 1,4667 165,35 32,25

4 JATI 85 18 3,14 27,07 0,0661 2,591 340,24 85,06 425,30 23,63 0,47 1,4667 199,89 34,65

5 JATI 80 17 3,14 25,48 0,0661 2,591 290,78 72,69 363,47 21,38 0,47 1,4667 170,83 31,36

6 JATI 75 14 3,14 23,89 0,0661 2,591 246,00 61,50 307,50 21,96 0,47 1,4667 144,53 32,22

7 JATI 88 19 3,14 28,03 0,0661 2,591 372,23 93,06 465,29 24,49 0,47 1,4667 218,69 35,92

8 JATI 82 17 3,14 26,11 0,0661 2,591 309,99 77,50 387,49 22,79 0,47 1,4667 182,12 33,43

9 JATI 85 19 3,14 27,07 0,0661 2,591 340,24 85,06 425,30 22,38 0,47 1,4667 199,89 32,83

Total 2754,2838 2754,28 688,57 3.442,85 202,10 1.618,14

Tabel 2. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Pohon Pada Plot 2 Hutan Sekunder

No Nama

Jenis Keliling (cm) Umur

(thn) π Diameter

(cm) a b Biomassa Atas

(kg) Biomassa

Bawah (kg) Biomassa Total

(kg) Biomassa

(kg/tahun) % C

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 Mahoni 102 24 3,14 32,48 0,0661 2,591 545,68 136,42 682,10 28,42 0,47 1,4667 320,59 41,69

2 Mahoni 97 23 3,14 30,89 0,0661 2,591 479,05 119,76 598,81 26,04 0,47 1,4667 281,44 38,19

3 Mahoni 91 20 3,14 28,98 0,0661 2,591 406,01 101,50 507,51 25,38 0,47 1,4667 238,53 37,22

4 Cendana 76 19 3,14 24,20 0,0661 2,591 254,59 63,65 318,24 16,75 0,47 1,4667 149,57 24,57

5 Cendana 92 22 3,14 29,30 0,0661 2,591 417,67 104,42 522,08 23,73 0,47 1,4667 245,38 34,81

6 Bitti 70 23 3,14 22,29 0,0661 2,591 205,73 51,43 257,17 11,18 0,47 1,4667 120,87 16,40

7 Aren 127 26 3,14 40,45 0,0661 2,591 962,97 240,74 1203,71 46,30 0,47 1,4667 565,74 67,90

8 Jabon 69 13 3,14 21,97 0,0661 2,591 198,21 49,55 247,76 19,06 0,47 1,4667 116,45 27,95

Total 3469,91 867,48 4337,38 196,85 2.038,57

Tabel 3. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Pohon Pada Plot 3 Hutan Sekunder

No Nama

Jenis Keliling (cm) Umur

(thn) π Diameter

(cm) a b Biomassa Atas

(kg) Biomassa

Bawah (kg) Biomassa

Total (kg) Biomassa

(kg/tahun) % C

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 akasia 71 17 3,14 22,61 0,0661 2,591 213,44 53,36 266,79 15,69 0,47 1,4667 125,39 23,02

2 akasia 64 15 3,14 20,38 0,0661 2,591 163,11 40,78 203,88 13,59 0,47 1,4667 95,82 19,94

3 akasia 75 18 3,14 23,89 0,0661 2,591 246,00 61,50 307,50 17,08 0,47 1,4667 144,53 25,06

4 tipulu 72 16 3,14 22,93 0,0661 2,591 221,31 55,33 276,64 17,29 0,47 1,4667 130,02 25,36

5 bitti 84 15 3,14 26,75 0,0661 2,591 329,96 82,49 412,45 27,50 0,47 1,4667 193,85 40,33

6 ketapi 95 19 3,14 30,25 0,0661 2,591 453,88 113,47 567,35 29,86 0,47 1,4667 266,65 43,80

TOTAL 1627,70 406,92 2034,62 121,02 956,27 177,50

Lampiran 2 Tabel 1. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Pohon Pada Plot 1 Lahan Pertanian

No Nama Jenis Keliling

1 MAHONI 31 12 3,14 9,87 0,0661 2,591 24,93 6,23 31,17 2,60 0,47 1,4667

14,65 3,81

2 MAHONI 35 15 3,14 11,15 0,0661 2,591 34,15 8,54 42,68 2,85 0,47 1,4667

20,06 4,17

3 JABON 42 17 3,14 13,38 0,0661 2,591 54,76 13,69 68,46 4,03 0,47 1,4667

32,17 5,91

TOTAL 113,84 28,46 142,30 9,47

66,88 13,89

Tabel 2. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Pohon Pada Plot 2 Lahan Pertanian

No Nama

Jenis Keliling (cm) Umur

(thn) π Diameter (cm) a b Biomassa Atas

(kg) Biomassa

1 DURIAN 48 17 3,14 15,29 0,0661 2,591 77,40 19,35 96,75 5,69 0,47 1,4667

45,47 8,35

2 JATI 51 19 3,14 16,24 0,0661 2,591 90,57 22,64 113,21 5,96 0,47 1,4667

53,21 8,74

3 JABON 40 16 3,14 12,74 0,0661 2,591 48,26 12,07 60,33 3,77 0,47 1,4667

28,35 5,53

4 JABON 37 13 3,14 11,78 0,0661 2,591 39,43 9,86 49,29 3,79 0,47 1,4667

23,17 5,56

Total 255,66 63,92 319,58 19,21 150,20 28,18

Tabel 3. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Pohon Pada Plot 3 Lahan Pertanian

No Nama

Jenis Keliling

(cm) Umur

(thn) π Diameter

(cm) a b Biomassa

Atas (kg) Biomassa

Bawah (kg) Biomassa

Total (kg) Biomassa

(kg/tahun) % C

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 JAMBU

MENTE 73 17 3,14 23,25 0,0661 2,591 229,36 57,34 286,71 16,87 0,47 1,4667 134,75 24,74

2 JAMBU

MENTE 63 15 3,14 20,06 0,0661 2,591 156,58 39,15 195,73 13,05 0,47 1,4667 91,99 19,14

3 JAMBU

MENTE 81 18 3,14 25,80 0,0661 2,591 300,29 75,07 375,36 20,85 0,47 1,4667 176,42 30,59

4 MANGGA 104 21 3,14 33,12 0,0661 2,591 573,84 143,46 717,30 34,16 0,47 1,4667 337,13 50,10

5 MAHONI 89 19 3,14 28,34 0,0661 2,591 383,29 95,82 479,11 25,22 0,47 1,4667 225,18 36,98

TOTAL 1643,37 410,84 2054,21 110,14 965,48 161,54

Lampiran 3 Tabel 1. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Tiang Pada Plot 1 Hutan Sekunder

No Nama

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 MAHONI 31 12 3,14 9,87 0,0661 2,591 24,93 6,23 31,17 2,60 0,47 1,4667 14,65 3,81

2 MAHONI 35 15 3,14 11,15 0,0661 2,591 34,15 8,54 42,68 2,85 0,47 1,4667 20,06 4,17

3 JABON 42 17 3,14 13,38 0,0661 2,591 54,76 13,69 68,46 4,03 0,47 1,4667 32,17 5,91

TOTAL 113,84 28,46 142,30 9,47 66,88 13,89

Tabel 2. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Tiang Pada Plot 2 Hutan Sekunder

No Nama

Jenis Keliling (cm) Umur

(thn) π Diameter (cm) a b Biomassa Atas

(kg) Biomassa

Bawah (kg) Biomassa Total

(kg) Biomassa

(kg/tahun) % C

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 DURIAN 48 17 3,14 15,29 0,0661 2,591 77,40 19,35 96,75 5,69 0,47 1,4667 45,47 8,35

2 JATI 51 19 3,14 16,24 0,0661 2,591 90,57 22,64 113,21 5,96 0,47 1,4667 53,21 8,74

3 JABON 40 16 3,14 12,74 0,0661 2,591 48,26 12,07 60,33 3,77 0,47 1,4667 28,35 5,53

4 JABON 37 13 3,14 11,78 0,0661 2,591 39,43 9,86 49,29 3,79 0,47 1,4667 23,17 5,56

Total 255,66 63,92 319,58 19,21 150,20 28,18

Tabel 3. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Serapan Karbon Dioksida Tingkat Tiang Pada Plot 3 Hutan Sekunder

No Nama

Jenis Keliling (cm) Umur

(thn) π Diameter

(cm) a b Biomassa

Atas (kg) Biomassa

Bawah (kg) Biomassa

Total (kg) Biomassa

(kg/tahun) % C

Organik Konstanta Karbon (kg) Serapan CO2 (kg/thn)

1 AKASIA 47 12 3,14 14,97 0,0661 2,591 73,29 18,32 91,62 7,63 0,47 1,4667 43,06 11,20

1 AKASIA 47 12 3,14 14,97 0,0661 2,591 73,29 18,32 91,62 7,63 0,47 1,4667 43,06 11,20

Dokumen terkait