• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR NOTASI

G. Perhitungan Struktur Beton Prategang

1. Gaya Prategang

Pemberian gaya prategang pada beton prategang akan memberikan

tegangan tekan pada penampang. Tegangan ini memberikan

perlawanan terhadap beban luar yang bekerja. Gaya prategang diatur

sesuai tegangan izin dari fiber-fiber kritis. Dengan adanya pengaturan

posisi penegangan pada penampang, akan memberikan keuntungan

lebih. Apabila gaya prategang bekerja tidak pada pusat penampang,

tetapi dengan eksentrisitas, maka ada tambahan tegangan akibat

eksentrisitas tersebut.

Gambar prategang dengan eksentrisitas dan gambar diagram tegangan

pada beton prategang dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Prategang dengan Eksentrisitas

20

Tegangan akibat prategang adalah :− ± . (2.4)

Tegangan akibat beban sendiri maupun beban luar : ± (2.5)

Dengan demikian besar tegangan maksimum pada serat penampang

dapat dihitung dengan rumus :

σ =− ± . ± (2.6)

dimana :

σ = Tegangan (MPa = N/mm2)

P = Gaya prategang awal (kN)

e = Eksentrisitas penampang (mm)

M = Momen akibat beban sendiri maupun beban lain (Nmm)

W = Momen tahanan (mm3)

2. Tegangan Izin pada Beton Prategang (SNI 2847:2013)

Tegangan beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum

terjadinya kehilangan prategang sebagai fungsi waktu) tidak boleh

melampaui nilai berikut :

a. Tegangan izin serat tekan = 0,6 x f’c(awal) (2.7)

b. Tegangan izin serat tarik = 0,5 x √f’c(awal) (2.8)

Tegangan pada beton saat beban layan (setelah mengalami semua

kehilangan prategang) tidak boleh melampaui nilai berikut :

a. Tegangan izin serat tekan = 0,45 x f’c (2.9)

21

3. Kontrol Lendutan

Karena adanya eksentrisitas kabel prategang, elemen balok prategang

biasanya melengkung ke atas pada saat momen luar yang bekerja

masih kecil. Defleksi ke atas ini disebut camber. Dalam menentukan

nilai camber digunakan rumus berikut :

c = ∗ ∗ ∗

∗ ∗ (2.11)

dimana :

c = Lendutan ke atas (camber)

Pj= Gaya prategang yang terjadi akibat jacking

L = Panjang jembatan

Ec= Modulus elastik beton

I = Momen inersia balok prategang

Sebaliknya beban luar yang bekerja akan menyebabkan defleksi ke

bawah pada balok. Dalam perencanaan, besarnya defleksi ke atas dan

ke bawah hab rus diperiksa dan dibatasi agar tidak melampaui batas

yang diizinkan. Berdasarkan SNI T-12-2004, lendutan akibat beban

rencana untuk daya layan Jembatan Jalan Raya tidak melampaui 1/250

bentang.

4. Lintasan Inti Tendon

Dalam menentukan lintasan tendon pada balok prategang digunakan

rumus berikut :

Y = ( ∗ ∗

22

dimana :

Y = Persamaan lintasan tendon

X = Jarak yang ditinjau (m)

L = Panjang bentang jembatan (m)

fi= es = Eksentrisitas tendon (m)

5. Sudut Angkur

Dalam menentukan sudut angkur pada balok prategang digunakan

rumus berikut :

α = ATAN(

)

(2.13)

= 4*fi*(L–2*X)/L2 (2.14)

Untuk X = 0 (posisi angkur di tumpuan), maka : = 4*fi/L (2.15)

6. Tata Letak dan Trace Tendon

Dalam menentukan tata letak dan trace tendon digunakan rumus

berikut :

zi= zi’ – [(4∗fi∗X

L2 )*(L–X)] (2.16)

7. Kehilangan Prategang

Kehilangan prategang adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada

tendon dalam tahap-tahap pembebanan. Di dalam suatu sistem struktur

beton prategang selalu terdapat kehilangan prategang, baik akibat

23

prategang pada struktur beton prategang dapat diilustrasikan seperti

pada Gambar 11.

Gambar 11. Ilustrasi Kehilangan Prategang

Kehilangan prategang langsung atau kehilangan sesaat adalah Pj – Pi

dan kehilangan prategang akibat pengaruh waktu adalah Pi – Pe.

Kehilangan prategang langsung disebabkan oleh perpendekan elastis

dari beton, gesekan sepanjang kelengkungan tendon pada struktur

pascatarik dan slip pada angkur. Sedangkan kehilangan prategang

akibat pengaruh waktu disebabkan oleh perpendekan dari beton pada

level baja akibat rangkak dan penyusutan beton serta relaksasi baja.

Berikut jenis-jenis kehilangan prategang yang perlu diperhitungkan :

a. Perpendekan Elastis Beton (Kabel dengan Lintasan Melengkung)

Pada kebanyakan balok jembatan, kabel dibuat melengkung

dengan eksentrisitas terbesar di tengah bentang. Pada kondisi

seperti ini kehilangan prategang akibat deformasi elastis pada

beton dapat diestimasi dengan mempertimbangkan tegangan

rata-rata beton pada level baja. Perumpamaan balok beton prategang

24

Gambar 12. Balok Beton Prategang dengan Tendon Melengkung

Untuk mencari kehilangan prategang pada masing-masing tendon

dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Di tengah bentang (D):f ( , )= - – ∗ ∗

(2.17)

Di tumpuan (A) :f ( , )= - – ∗ ∗

(2.18)

Tegangan rata-rata beton akibat gaya prategang :

f ( , )= [f ( , )+ 2 3 (f ( , )-f ( , ))] (2.19) Sehingga kehilangan prategang pada masing-masing tendon:

Δf ( , )= n*f ( , ) (2.20)

dimana :

a = Tendon yang mengalami kehilangan prategang

b = Tendon yang mengalami penarikan kehilangan prategang

Pj = Gaya prategang awal pada tendon (N)

e = Eksentrisitas tendon yang mengalami kehilangan prategang (mm)

e = Eksentrisitas tendon yang mengalami penarikan (mm) f ( , )= Tegangan beton di tengah bentang (N/mm2)

f ( , )= Tegangan beton di tumpuan (N/mm2)

25

Δf ( , )= Kehilangan prategang akibat elastis beton b. Kehilangan Prategang akibat Gesekan Tendon

Kehilangan prategang ini terjadi akibat gesekan antara tendon

dengan bahan sekitarnya (selubung tendon). Kehilangan ini

langsung dapat diatasi dari penarikan tendon pada jack. Untuk

menentukan kehilangan prategang akibat gesekan tendon dapat

dihitung dengan rumus berikut :

P = P*e( ) (2.21)

dengan :

Pj= Gaya prategang awal (N)

µ = Koefisien gesek kelengkungan

α = Sudut kelengkungan pada tendon (rad) K = Koefisien wobble

e = 2,7183

Untuk menetukan koefisien wobble dan koefisien friksi dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Koefisien Gesek Kelengkungan dan Wobble

Jenis Tendon Koefisien Wobble (K) Koefisien Kelengkungan (µ) Tendon di selubung metal fleksibel

Tendon kawat

Strand 7 kawat

Batang mutu tinggi

0,0010-0,0015 0,0005-0,0020 0,0001-0,0006 0,15-0,25 0,15-0,25 0,08-0,30 Tendon di saluran metal yang rigid

26

Tabel 4. Koefisien Gesek Kelengkungan dan Wobble (lanjutan)

Tendon yang dilapisi mastici

Tendon kawat dan strand 7 0,0010-0,0020 0,05-0,15 Tendon yang dilumasi dahulu

Tendon kawat dan strand 7 0,0003-0,0020 0,05-0,15 Sumber : Prestressed Concrete Institute

c. Kehilangan Prategang akibat Slip Angkur

Kehilangan prategang akibat slip angkur terjadi sewaktu kawat

dilepaskan dari mesin penarik dan ditahan baji pada angkur.

Panjang atau besarnya slip tergantung tipe baji dan tegangan pada

kawat tendon. Besarnya nilai rata-rata panjang slip adalah 2,5 mm.

Untuk menentukan kehilangan prategang akibat slip angkur dapat

dihitung dengan rumus berikut :

ε = (2.22)

Δf = ε * E (2.23)

dimana :

Δl = Slip rata-rata (mm) L = Panjang tendon (mm)

E = Modulus elastisitas tendon (MPa)

d. Kehilangan Prategang akibat Rangkak pada Beton

Rangkak pada beton terjadi karena deformasi akibat adanya

tegangan pada beton sebagai suatu fungsi waktu. Pada struktur

beton prategang, rangkak pada beton mengakibatkan berkurangnya

tegangan pada penampang. Besarnya kehilangan prategang akibat

27

Δf = C *n*fc (2.24)

dimana :

C = Koefisien rangkak, 2 (pratarik) dan 1,6 (pascatarik) fc = Tegangan pada beton yang melekat pada titik berat

tendon akibat gaya prategang awal

e. Kehilangan Prategang akibat Susut pada Beton

Susut pada beton merupakan perubahan volume pada beton yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi

proporsi campuran, tipe agregat, tipe semen, waktu perawatan

waktu antara akhir perawatan eksternal dan pemberian prategang,

ukuran komponen struktur dan kondisi lingkungan. Kehilangan

prategang akibat susut pada beton dapat dihitung dengan rumus :

ε = 8,2*10-6*(1-0,06* )*(100-RH) (2.25)

Δf = K *ε * E (2.26)

dengan :

ε = Regangan susut dalam beton V = Volume beton (inch)

S = Luas permukaan beton (inch)

RH = Kelembaban relatif udara

K = Koefisien susut yang tergantung waktu E = Modulus elastisitas tendon (MPa)

Untuk menentukan nilai koefisien susut tergantung waktu dapat

28

Tabel 5. NilaiK

Waktu (hari) 1 3 5 7 10 20 30 60

K 0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64 0,58 0,45 Sumber : Prestressed Concrete Institute

f. Kehilangan Prategang akibat Relaksasi Baja

Relaksasi diartikan sebagai kehilangan dari tegangan tendon secara

perlahan seiring dengan waktu dan besarnya gaya prategang yang

diberikan dibawah regangan yang hampir konstan. Kehilangan

prategang akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan rumus :

Δf = [K – J*( Δf + Δf + Δf )]*C (2.27)

dengan :

K = Koefisien relaksasi J = Faktor waktu

Δf = Kehilangan tegangan akibat susut pada beton (MPa) Δf = Kehilangan tegangan akibat rangkak pada beton (MPa) Δf = Kehilangan tegangan akibat elastis beton (MPa)

C = Faktor relaksasi

Nilai koefisien relaksasi dan faktor waktu serta nilai faktor

relaksasi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. NilaiK (koefisien relaksasi) dan J (faktor waktu)

Jenis Tendon K J

Kawat atau stress-relieved strand mutu 270 20000 0,15 awat atau stress-relieved strand mutu 250 18500 0,14 Kawat stress-relieved strand mutu 240 atau 235 17600 0,13

29

Tabel 6. NilaiK (koefisien relaksasi) dan J (faktor waktu) (lanjutan)

Kawat relaksasi rendah mutu 250 4630 0,037 Kawat relaksasi rendah mutu 240 atau 235 4400 0,035 Batang stress-relieved strand mutu 145 atau 160 6000 0,05 Sumber : Prestressed Concrete Institute

Tabel 7. Nilai C (Faktor Relaksasi)

fpy/fpu

Kawat atau Strand

Stress-relieved

Kawat atau Strand Relaksasi Rendah atau Batang Stress-relieved

0,8 1,28 0,79 1,22 0,78 1,16 0,77 1,11 0,76 1,05 0,75 1,45 1,00 0,74 1,36 0,95 0,73 1,27 0,90 0,72 1,18 0,85 0,71 1,09 0,80 0,70 1,00 0,75 0,69 0,94 0,70 0,68 0,89 0,66 0,67 0,83 0,61 0,66 0,78 0,57 0,65 0,73 0,53 0,64 0,68 0,49 0,63 0,63 0,45 0,62 0,58 0,41 0,61 0,53 0,37 0,60 0,49 0,33

III. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait