• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam meningkatkan ketaatan hukum pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga khususnya angkota agar taat melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor dengan cara melakukan upaya pembinaan dan penindakan.

a. Pembinaan

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.17 Pembinaan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang

17 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001).

57

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.18

Pembinaan juga dapat diartikan: “ bantuan dari seseorang atau sekelompok

orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.19

Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan pembinaan. Selain itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan adanya penyuluhan, sosialisasi.

Penyuluhan, sosialisasi yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Salatiga terhadap Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) melalui paguyupan-paguupan Angkota itu sendiri, ataupun Organda. Penyuluhan atau sosialisasi dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam 1 (satu) Tahun dilakukan 5 (lima) kali, akan tetapi tergantung dari Organda saat melakukan perkumpulan.

Penyuluhan atau sosialisasi juga dilakukan terhadap angkutan umum dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Adapun yang disosialisasikan oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah:

- Tentang kelengkapan izin kendaraan dan pengemudi kendaraan, seperti KIR (Pengujian kendaraan secara berkala/6 bulan), SIM (Surat Izin Mengemudi), STNK, Surat izin Trayek.

- Tentang prosedur atau standarisasi kendaraan atau angkutan umum, seperti dilengkapi tanda nomor kendaraan dengan warna dasar plat kuning dengan tulisan hitam dan diberi kode khusus.

18 Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan I, (Semarang Toha Putra, 1973).

58

- Tentang ketegasan sanksi yang diberlakukan apabila terjaring razia, seperti Tilang.

Beberapa tindakan pemerintah diatas memang belum bisa dikatakan efektif dan berhasil untuk menekan jumlah supir atau pemilik angkota di Kota Salatiga. Disamping kebijakan diatas masih ada lagi kebijakan terbaru yang akan dilakukan pemerintah dalam melaksanakan ketertiban sosial khususnya tentang angkota, yaitu dengan mensosialisasikan dan melaksanakan yang telah diamanahkan lebih intensif lagi, serta melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi dan penegakan hukum yang harus tegas.

Yang terakir dari Dinas perhubungan Salatiga mengadakan pengujian di luar unit kendaraan bermotor yang sering di sebut KIR Masal, tetapi cara ini tidak lebih dari 2 Kali dalam Satu Tahun, karena di kota Salatiga khusunya Kotanya yang tidak begitu besar maka cara ini jarang sekali di lakukan, dan apa bila dilakukan juga terbentur dengan biaya atau anggaran dan angota pengujian dikarenakan sedikitnya personil di Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Dan sebenarnya Dinas Perhubungan Kota Salatiga hanya melakukan pelayanan saja, tidak harus turun kelapangan untuk melayani di luar unit pengujian kendaraan bermotor. Faktor kekurangan personil menjadi kendala yang paling utama serata kenyataan yang tidak sesuai.

Dinas perhubungan Kota Salatiga seharusnya juga melakukan pengawasan terhadap angkota, Dalam pelaksanaan pengawasan atau pemantauan rutin dilaksanakan dan langsung turun kelapangan. Namun, dalam menindaklanjuti maraknya angkutan yang tidak melakukan uji kelayakan, sebenarnya adalah kurangnya pengawasan dari pemerintah kota. Petugas yang bertugas hanya menjalankan fungsi kontrol atau pengawasan saja. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Salatiga perlu melakukan diskusi dengan organda atau pengusaha Angkutan umum Kota Salatiga yang disebut Angkota.

59

Penindakan memiliki kata dasar tindak yang berarti proses, cara atau perbuatan menindak.20 Karena penindakan merupakan kata benda sehingga penindakan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga selaku Kepala Bidang Angkutan dan Kelayakan Kendaraan Bermotor memiliki wewenang untuk melakukan penindakan berupa Teguran tertulis berbentuk surat dan melakukan Razia di jalan ataupun di terminal. Apabila melakukan razia di jalan raya Dinas Perhubungan Kota Salatiga berkerja sama dengan pihak Kepolisian akan tetapi apabila di terminal cukup bekerja sama dengan petugas Dinas Perhubungan yang berada pada terminal. Teguran secara Tertulis dilakukan apabila sudah mencapai 1 (satu) minngu keterlambatan baru di berikan surat teguran secara tertulis, surat teguran itu sendiri lansung di kirim ke pemilik angkota yang sesuai dengan alamat yang tercantum dalam buku Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. sebenarnya cara ini belum begitu efektif karena banyak kemungkinan alamat dalam buku uji kelayakan sudah tidak sesuai, dikarenakan karna sudah pindanhnya alamat rumah pemilik angkutan umum kota salatiga. Akan tetapi Dinas perhubungan tetap mengupayakan agar surat teguran sampai kepada pemilik angkota deng cara memberikan surat teguran tersebut melalui paguyupan atau organda.

Dinas Perhubungan Kota Salatiga juga melakukan razia di jalan atau diterminal, akan tetapi dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga sering melakukannya razia di jalan-jalan yang dilalui angkota, razia laik jalan dilakukan kurang lebik 20 kali dalam satu tahun, akan tetapi sering terbentunya biaya atau anggran dalam melaksanakan razia di jalan. Meliihat dari SK keputusan Walikota Salatiga Nomer : 551.1/155/491/2017 tentang Tim Oprasi Laik Jalan Tahun 2017 ini sudah tersusun keanggotaan tim oprasi laik jalan yang menjadi tanggung jawab, dalam SK juga sudah terbentuk Susunan Keanggotaan Tim Oprasi Laik Jalan Tahun 2017 sebagai berikut.

60

Tabel 4

Daftar Anggota Tim Oprasi Laik Jalan

NO JABATAN DALAM DINAS KEDUDUKAN DALAM TIM

1 Kepala Dinas Perhubungan Penanggung Jawab

2 Kepala bidang lalulintas pada Dinas Perhubungan

Ketua

3 Kepala Bidang Angkutan dan Kelaikan Sekretaris

4 Kepala Sangsi Bina Keselamatan dan

ketertibn

Anggota

5 Kepala menejemen dan Rekayasa

Lalulintas

Anggota

6 Kepala saksi Angkuta dan Terminal Anggota

7 Kepala Saksi Kelayakan Kendaraan Anggota

8 Kepala UPTD Perpakiran Anggota

9 Staf Terminal Tingkir Kota Salatiga Anggota

10 Staf Dinas Perhubungan Anggota

11 Staf Kepolisian Anggota

12 Staf Kepolisian Resor Salatiga Anggota

Terbentuknya SK yang memuat daftar anggota tim oprasi tersebut akan keluar lagi SP. SP adalah surat perintah melakukan operasi pemeriksaan teknis dan laik jalan. Dinas Perhubungan Kota Salatiga sendiri sering melakukan razia di terminal taman sari, depan GPD (gedung perwakilan daerah) di jalur angkota, seperti di jalan kartini, patimura, diponegoro dan arah menuju ke tetminal tingkir.

Data terakrir dadi Dinas Perhunungan Kota Salatiga melakukan razia di jalan bertempatan di depan GPD (gedung perwakilan daerah) di jalan pemuda mendapatkan 44 (empat puluh emapat) pelanngar, dari 44 (empat puluh empat)

61

tersebut ada angkutan barang dan angkutan umum angkota, dari 16 (enam belas) angkutan kota salatiga (angkota) yang melanggar, berikut ini tabel nama dan jenis pelanggaran, yang dilangar Angkutan Umum Kota Salatiga.

Tabel 5

Daftar Angkutan Umum Kota Salatiga (Angkota) yang Terkena Oprasi Laik Jalan 2017 N O U R U T NOMER DAN CATATAN PELANGGAR AN NAMA DAN ALAMAT PELANGGAR BARANG BUKTI JENIS KENDAR AAN KETERANGAN JENIS NOMER KENDARA AN 1 001 / 21 Maret 2017 slamet / margosari salatiga STNK H 1215 BB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 2 002 / 21 Maret 2017 sumar / sidomukti

salatiga Buku Uji H 1374 AB Angkota

Pelanggaran Trayek 3 003 / 21 Maret 2017 niarhasi / tuntang KP H 1065 BB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 4 004 / 21 Maret 2017 adi faisin / salatiga STNK H 1330 BB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 5 005 / 21 Maret 2017 Dasiri P / Kab. Semarang stnk H 1296 BB Angkota Pelanggaran Trayek 6 006 / 21 Maret 2017 Sugiarto /

Ledok Salatiga KP H 1157 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala 7 007 / 21 Maret 2017 Supri / Salatiga KP H 1045 BB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 8 008 / 21 Maret 2017 Bejo / Grogol, Dukuh Salatiga KP H 1092 BB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 9 009 / 21 Maret 2017 Anton / Sranggrahan

Tingkir Lor KP H 1315 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala 10 010 / 21 Maret 2017 Saiful / Blotongab

Salatuga Buku Uji H 1094 BB Angkota

Pelanggaran Uji Berkala 11 011 / 21 Maret 2017 Supriyanto / Ngawen Tegalsari STNK H 1280 BB Angkota Pelanggaran Trayek

62 12 012 / 21 Maret 2017 Niam / Mondangan Blotongan STNK H 1105 BB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 13 013 / 21 Maret 2017 khoirul / Sidorejo Kidul Salatiga STNK H 1362 AB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 14 014 / 21 Maret 2017 Agus S / Sraten Salatiga STNK H 1343 AB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 15 015 / 21 Maret 2017 Sudarno / Salatiga STNK H 1073 AB Angkota Pelanggaran Uji Berkala 16 016 / 21 Maret 2017 Saifudin / Sraten STNK H 1250 AB Angkota Pelanggaran Uji Berkala

Kebanyak pelanggaran yang di lanngar adalah Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. Sedangkan Dinas Perhunungan Kota Salatiga sendiri masih memberikan keringanan kepada pemilik angkutan umum yang melanngar Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor yang terlambat melakukan uji kelayakan dalam waktu 1 (satu) minngu masih di tindak secara penyitaan buku uji kelayakan, tidak di tindak dengan cara penilangan. Dan kemudian harinya pemilik kendaraan bermotor harus wajib melakukan uji kendaraan bermotor ke kantor Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Lemahnya aturan dalam penegakan hukum maka masih banyak angkota yang melanngar tiap di lakukan razia, dan hasil wawancara penulis kepada supir angkot bapak beni memang benar dinas perhubunga kota salatiga sering melakukan razia di jalan-jalan, seperti di Jalan kartini, depan GPD, jalan pahlawan, patimura, arah terminal tingkir, akan tetapi saya sering terkenanya razia di depan gedung GPD karena sering dilakukanya razia, yang sering dilanngar para sopir atau angkota tersebut adalah sudah habisnya masa berlakunya buku KIR tersebut. Dinas Perhubungan Kota Salatiga sendiri jarang melakukan razia di dalam terminal, karena angkota sudah jarang masuk terminal, terutama terminal tingkir yang di karenakan jarang adanya penumpang dia dalam terminal tinggkir tersebut. Dan Dinas Perhubungan Kota Salatiga saat melakukan razia juga suadah bekerja sama dengan kepolisian apabila di luar terminal yaitu di jalan raya.

Maka kurangnya kontrol personil atau pegawai ketika tidak melakukan razia di jalan ataupun di terminal. Kurang mengertinya pemilik atau pengusaha yang tidak

63

mau melakukan uji kelayakan. Secara umum dapat peneliti simpulkan bahwa pada umumnya angkutan umum terutama Angkota di Kota Salatiga ini hanya untuk menambah penghasilan saja, karena terpaut masalah ekonomi. Dengan kata lain, masalah ekonomi ini harus sangat diperhatikan. Akan tetapi juga masalah keaman dan kenyaman angkota juga harus di perhatikan, yang sudah menjadi transportasi umum maka ketentuan untuk melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor jauh lebih penting agar mencapai ankutan umum yang anyaman dan aman di kota salatiga.

Selain dengan cara mengirim sutar teguran dan razia dijalan, pihak Dinas Perhubungan juga melakukan denda secara andinistrasi seperti keterlambatan yang tertera pada PERDA Kota Salatiga Nomer 12 Tahun 2011 Tentang Retrebusi Jasa Umum yang melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor tiap bulanya sebenyak 2% dari uang ke terlambatan pengujian kendaraan bermotor serta dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga Juga melakukan penilangan kepada angkutan umum Kota Salatiga yang tidak mengikuti aturan. Proses penilangan sendiri pihak Dinas Perhubungan Kota Salatiga bekerja sama kepada Kepolisian dan Kejaksaan Negeri Salatiga.

B. Analisis

1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pemilik Angkutan Umum tidak Melakukan Uji Kelayakan.

Kurang taatnya pemilik angkutan umum atau pengusaha angkutan umum untuk melakukan Uji Kelayakan di karenakan tidak ada tidakan secara tegas mengenai pencabutan surat ijin traeyek atau pembekuan traeyek tersebut. Padahal dalam pasal 49 ayat 1 (satu) UULLAJ, uji berkala sebagaimana dimaksud, wajib dilakukan untuk mobil penumpang umum, bus, barang, kereta gandeng, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan. Lalu pada ayat 2, pengujian berkala tersebut meliputi kegiatan, pemeriksaan uji tipe dan uji berkala. Sebagai pelengkap aturan, pemerintah tentu memberikan sanksi yang tegas terhadap pihak yang melanggar ketentuan uji berkala tersebut.

64

Seperti pada UULLAJ pasal 76 ayat 1, yang tertulis, setiap orang yang melanggar ketentuan pasal uji berkala dikenakan sanksi administratif, berupa peringatan tertulis, pembayaran denda, pembekuan izin, dan pencabutan izin.

Dalam analisis kepatuhan hukum dalam konteks kepatuhan hukum didalamnya ada sanksi positif dan negatif, ketaatan merupakan variable tergantung, ketaatan hukum tersebut didasarkan kepada kepuasan diperoleh dengan dukungan sosial. Ketaatan hukum pemilik atau pengusaha amgkutan umum ( angkota) di kota salatiga masih begitu kurang taatnya pemilik atau pengusaha untuk melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. Dikarenakan ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum

Ada beberapa faktor kenapa pemilik angkutan umum kota tidak melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor, yaitu seperti: Compliance, Identification, Internalization tiga faktor tersebut yang menyebabkan masyarakat mematui hukum, seperti faktor Compliance, Suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindari diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum. Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaidah hukum yang bersangkutan, dan lebih didasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan.. Sebagai akibatnya, kepatuhan hukum akan ada apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaidah-kaidah hukum tersebut. Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada bukan karena nilai intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah kaidah hukum tersebut. Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan yang diperoleh dari hubungan-hubungan tersebut, dengan demikian kepatuhan tergantung pada baik-buruk interaksi. Internalization, Pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah hukum karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan, atau karena Ia mengubah nilai-nilai semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah

65

yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan tertinggi, dimana ketaatan itu timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.

Tiga faktor tersebut yang paling di patui dalam masyarakat adalah faktor Internalization, pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah hukum karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan, atau karena Ia mengubah nilai-nilai semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah suatu yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan tertinggi, dimana ketaatan itu timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Para pengusaha Angkutan Kota Salatiga beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar, akan tetapi karena kondisi mobil yang masih bisa jalan dan belum ada kejadian yang begitu fatal, Oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa para pengusaha tersebut tidak memiliki nilai-nilai kesadaran dan nilai kepatuhan hukum, hanya saja mereka terpengaruh dengan kondisi atau keadaan yang ada. Dari pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga yang kebanyakan tidak melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor di karenakan umur angkota yang sudah tua, kurangnya setoran dan tidak taatnya pemilik angkutan menjadi alasan yang utama. Karena melakukan Uji Kelayakan sendiri harus memenui setandar teknis, standar laik jalan.

Pada tingkat kepatuhan hukum ini, tidak nampak pada pengusaha atau pemilik angkutan karena sesungguhnya para pengusaha tersebut merasa nyaman untuk tidak melakukan aktifitas Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan para pengusaha angkutan umum (angkota) adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap faktor kurangnya sosialisasi dari aparatur Dinas Perhubungan Kota Salatiga tentang begitu pentingnaya melakukan Uji Kelayakan Kendaran Bermotor. Serta ketidak tegasan aparatur dalam memberi tindakan atau

66

sanksi, Sehingga para pengusah beranggapan bahwa mereka melakukan aktivitas tidak melakukan Uji Kelayakan adalah sah-sah saja.Para pengusaha angkutan beranggapan bahwa, jika mereka memiliki kelengkapan surat-surat kendaran serta memiliki surat izin mengemudi, dianggap sebagai sesuatu yang bisa dengan leluasa melakukan aktivitas menjalankan angkutanya yang tidak melakukan Uji Kelayakan, dan masih merasa aman saat beroprasi di jalan.

Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi setelah ia memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar, setelah menyadari ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak. Oleh karena itu dasar kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan, kemanfaatan dan identifikasi kelompok. Jadi karena pendidikan, terbiasa, menyadari akan manfaatnya dan untuk identifikasi dirinya dalam kelompok manusia akan patuh.

Jadi harus terlebih dahulu tahu bahwa hukum itu ada untuk melindungi dari kepentingan manusia, setelah tahu kita akan menyadari kegunaan isinya dan kemudian menentukan sikap untuk mematuhinya. Selain ada teori kepatuhan hukum tersebut juga ada faktor ekonomi dan faktor sosial.

Faktor Ekonomi, Kondisi perekonomian yang selalu berubah mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengujian kelayakan. Kenaikan bahan bakar minyak dan langkanya bahan bakar pemium ternyata ikut mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan uji kelayakan, hal ini dikarenakan daya beli masyarakat berkurang, serta pendapatan para pemilik angkutan kota yang menurun. Belum lagi mereka harus bersaing dengan angkutan online, hal ini dikarenakan banyak para pengguna angkutan umum (angkota) beralih menggunakan transportasi online berbasis aplikasi, sehingga secara tidak langsung mengakibatkan pendapatan angkutan kota berkurang. Sehingga membuat beberapa pemilik angkutan kota yang merasa aman apabila tidak mengujikan kendaraannya memilih tidak mengujikan kendaraannya dari pada harus mengeluarkan uang untuk melakukan pengujian KIR.

Faktor lain adalah Faktor Sosial, yang mempengaruhi pelaksanaan pengujian kelayakan adalah masih rendahnya ketaatan masyarakat untuk melakukan pengujian, hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat pemilik kendaraan angkutan kota baru

67

melakukan pengujian ketika mendapatkan setoran angkota yang cukup dan masih ada sisa untuk melakuakan perbaikan atau peremajaan angkota, yang di karenakan umur angkota yang sudah tua. Hal ini tentunya harus segera dibenahi dengan cara melakukan sosialisi pentingnya pengujian kelayakan bagi keselamat penumpang maupun pengguna jalan raya lainnya.

Berhubungan angkutan merupakan sektor usaha yang vital bagi kehidupan masyarakat, maka di harapkan kepada para pihak pengusaha yang bergerak di bidang usaha pengangkutan harus mempertibangkan kelayakan kendaraan bermotor atau angkutan itu sendiri, di karenakan di Kota Salatiga masih kurangnya ketaatan pengusaha/pemilik jasa angkutan umum atau angkota yang tidak melakukan uji kelayakan secara berkala. Padahal sudah berbunyi jelas pasal 48 yang setiap kendaraan bermotor yang dioprasikam di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Dapa pasal 49 yang kendaraan bermotor yang di operasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.

Selain tidak displinnya atau kurang taatnya tidak melakan uji kelayakan, juga kurang disiplinya waku, kurang disiplinya waktu seperti tidak tepatnya keberngkatan dengan banya alasan seperti belum penuhnya penumpang, dan perilaku sopir yang mengemudi angkutan umum yang berhenti seenaknya membuat keresahan pengguna jalan lainya yang tentu itu juga berbahaya terhadap isi dari angkota tersebut. Serta perilaku sopir yang merokok saat mengemudi menjadi perilaku yang buruk, yang seharusnya angkutan umum bebas dari asap rokok akan tetapi pengemudi tersebut merokok, sudah bentuk angkutan yang bisa di sebut sudah tidak mungkin layak jalan dan membuat penumpang menjadi was was saat menggunakan transportasi umum tersebut di tambah dengan perilaku sopir yang kurang begitu nyaman terhadap penumpang seperti merokok saat mengemudi.

Dengan perilaku pengemudi yang suka berhenti sembarangan , terlalu lama berhenti menunggu penumpang dan merokok sambil menegmudi maka banyak pengguna jasa angkutan umum tersebut beralih ke trasportasi online yang lebih praktis dan cepat mencapai tujuan serta penggunajasa merasa aman dan nyaman. Ditambah dengan perilaku sopir yang terkadang mengangkut penumbang melebihi batas

68

maksimal 12 orang menjadi kurang nyamanya pengguna jasa yang lain. Jelas-jelas mengangkut pennumpang melebihi kapasitas tentu membahayakan penumpang itu sendiri maupunsi pengemudu tersebut. Seharusnya pemilik maupun pengemudi angkota tersebut harus berbenah agar pengguna jasa angkutan merasa aman dan nyaman agar masyarakat juga mau menngunakan transportasi merasa aman dan nyaman.

Seharusnya pemilik atau pengusaha angkutan umum yang tidak memenui syarat laik jalan harus di tidak secara tegas agar terbentuknya trasportasi yang nyaman dan aman, tentu juga pengemudi yang menjalankan angkutan yang sekiranya tidak layak jalan harus tidak mau menjalankan angkota tersebut sebelum ada pembenaan dari pemilik atau pengusha tersebut. Sedangkan angkutan yang tidak memenui laik jalan harus di tidak dengan di beri kesempatan untuk pemilik melakukan perbaikan dengan cara menahan semua surat surat angkota tersebut sampai angkota tersebut bisa dinyatakan layak jalan, apabila dengan pemberian kesempatan tersebut masih belum mampu memenuhi laik jalan maka Dinas Perhubungan harus melakukan pencabutan ijin atau pembekuan seperti pasal 76 ayat 1. Dan apabila dari segi petugas pengujian

Dokumen terkait