• Tidak ada hasil yang ditemukan

(a) (b)

Gambar 10. Jenis bahan penyusun sarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan, (a) bahan sarang tumbuh-tumbuhan dan (b) air liur seriti

Keterangan : Bar = 1 cm

B. Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta).

Perilaku bersarang burung seriti diamati selama 24 hari (288 jam). Pengamatan perilaku dilakukan pada lokasi jembatan I Pulau Bacan dan gua I di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan.

1. Bersarang.

Pasangan burung seriti membutuhkan sarang untuk meletakkan telurnya. Kedua pasangan seriti terbang bersama, hinggap berjejeran pada suatu tempat dimana sarang akan di bangun, aktivitas seriti bersarang biasanya dilakukan adalah :

- Keluar masuk sarang

Seriti terbang keluar masuk sarang dan mulai membawa rerumputan atau bahan sarang lainnya. Terbang keluar sarang, biasanya dilakukan seriti makin sering pada hari terang dan kembali masuk ke sarang sambil membawa beberapa bahan penyusun sarang untuk membangun sarang dan makanan untuk anak-anaknya. Dalam satu hari pasangan seriti bisa pulang pergi dalam beberapa kali.

- Penyambutan

Burung seriti biasanya memiliki panggilan khusus sehingga keduanya dapat saling mengenali pasangannya. Jika salah satu pasangan seriti

meninggalkan sarang, maka saat kembali ke sarang pasangan seriti mengeluarkan suara (berirama mencicit) yang kemudian di jawab oleh pasangan seriti yang berada di sarang. Pada umumnya pasangan seriti (betina) yang berada di sarang mengeluarkan suara saat menyambut pasangan seriti (jantan) ketika kembali ke sarang.

- Pengoperan bahan sarang

Pasangan seriti akan mengoper bahan sarang pada pasangannya di dalam sarang melalui paruh ke paruh, setelah itu pasangan seriti akan pergi lagi, kemudian setelah pasangan seriti kembali lagi ke sarang disambut oleh pasangan seriti di dalam sarang, setelah itu bahan sarang mulai dioper lagi ke pasangannya. Pada umumnya pasangan seriti dalam sehari dapat pulang-pergi beberapa kali, lalu bahan sarang dioper dan seterusnya.

- Menyusun/merapikan sarang

Bahan sarang seriti yang telah diambil oleh pasangan seriti dikumpul, barulah seriti akan menyusun atau merapikan bahan sarang tersebut dengan pasangannya secara bersama-sama.

- Merekatkan air liur (saliva)

Dalam mengoleskan air liur dilakukan oleh kedua pasangan seriti secara bergantian. Seriti membangun sarang secara bersama-sama, tetapi seriti secara bergantian mengoleskan paruhnya ke kiri dan ke kanan dengan mengeluarkan air liurnya sebagai bahan pokok untuk membuat sarang.

2. Aktivitas Bersarang Burung Seriti.

Hasil dari pengamatan total dalam sehari dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pagi (06.00-10.00), siang (10.00-14.00), dan sore (14.00-18.00) di lakukan di lokasi jembatan di Pulau Bacan dan gua di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan. Dari aktivitas burung seriti bersarang yang teramati adalah saat seriti terbang keluar masuk sarang, penyambutan, operan bahan sarang, menyusun atau merapikan sarang, melumuri atau merekatkan air liur dilakukan lebih banyak pada waktu pagi, siang, dan sore hari, sedangkan waktu istirahat lebih banyak pada sore hari. Aktivitas yang diamati saat seriti mulai membuat sarang. Aktivitas burung seriti bersarang di lokasi jembatan Pulau Bacan (Tabel 7-9).

Tabel 7. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret – Agustus 2006.

Waktu Pengamatan Aktivitas 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 0 0

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 8. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan Aktivitas 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 0 1

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 9. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan Aktivitas 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 1 1

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Burung seriti memerlukan tempat untuk bersarang yang cukup tenang tanpa gangguan dan kondisi tempat yang sangat lembab, untuk beristirahat mengerami telur atau berkembangbiak. Aktivitas burung seriti bersarang di lokasi gua (Tabel 10 – 12).

Tabel 10. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan Aktivitas 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 0 0 0

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 11. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan Aktivitas 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 1 0 1

1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas

Tabel 12. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret – Agustus 2006.

Waktu pengamatan Aktivitas 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1

Oper bahan sarang 1 1 1 1

Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1

Melumuri air liur 1 1 1 1

Istirahat 0 1 1 1

B. Pembahasan

1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakan dan Jumlah Sarang Seriti.

Burung seriti dapat terbang pada waktu terang, karena mengandalkan penglihatanya saja sehingga dalam meletakkan sarang pun burung seriti lebih memilih tempat terang. Sarang seriti dibuat sangat berdekatan sehingga jarak antara sarang yang satu dengan sarang lainnya saling berdempetan (Whendrato et al., 1989).

Berdasarkan hasil pengamatan pola peletakkan sarang seriti diperoleh bahwa di bawah jembatan burung seriti meletakkan sarang pada sirip-sirip kayu, baik itu di bagian tengah maupun di bagian pojok sirip. Di dalam gua burung seriti meletakkan sarang pada celah-celah batu di dinding gua. Diasumsikan bahwa seriti cenderung menyukai sudut sirip di jembatan dan celah-celah batu di dinding gua sebagai tempat untuk meletakkan sarang. Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi jembatan I merata

karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, sedangkan petak 2 dan petak 3 sarangnya terlihat sedikit. Karena pada petak 2 dan petak 3 kurang gelap dan lembab atau banyak terdapat cahaya matahari yang masuk menerangi sirip-sirip di petak tersebut (petak 2 dan 3).

Perbandingan jumlah sarang mangkok dan sarang pojok di jembatan I dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 16 untuk sarang pojok dan 14 untuk sarang mangkok. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang pojok 0.48 m dan untuk sarang mangkok 0,42 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang pojok dan sarang mangkok tidak merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang pojok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian pojok sirip kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan bagian tengah sirip (Whendrato et al., 1989).

Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi jembatan II tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1 dan petak 2 serta jumlah sarang seriti lebih banyak (petak 1 dan petak 2), sedangkan petak 3 jumlah

sarang terlihat sedikit. Karena pada petak 3 kurang gelap dan lembab atau banyak terdapat cahaya matahari yang masuk menerangi sirip-sirip di petak 3. Perbandingan jumlah sarang mangkok dan sarang pojok di jembatan II

dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 14 untuk sarang pojok dan 16 untuk sarang mangkok. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang pojok 0.42 m dan untuk sarang mangkok 0,48 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang pojok dan sarang mangkok tidak merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang pojok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian pojok sirip kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan bagian tengah sirip (Whendrato et al., 1989).

Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi gua I tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, petak 2 dan petak 5, serta jumlah sarang lebih banyak (petak 5, petak 1 dan petak 2), sedangkan petak 3 dan petak 4 jumlah sarang sedikit. Karena pada petak 3 kurang gelap dan lembab, sedangkan petak 4 sangat gelap dan dinding gua terlihat sangat basah. Jumlah sarang mangkok di gua I dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 40 sarang. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang mangkok 0,45 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang mangkok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian dinding gua I kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit (Suyanto 1983).

Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi gua II tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, petak 4 dan petak 5, serta jumlah sarang lebih banyak (petak 5, petak 1 dan petak 4), sedangkan petak 2 dan petak 3 jumlah sarang sedikit. Karena pada petak 2 dan petak 3 kurang gelap atau kurang lembab dan dinding gua terlihat sangat basah. Jumlah sarang mangkok di gua II dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 35 sarang. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang mangkok 0,38 m. Dari hasil

perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang mangkok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian dinding gua II kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit (Suyanto 1983). Pengukuran suhu dan kelembaban di jembatan dan gua (Lampiran 17),

diperoleh bahwa perbedaan suhu dan kelembaban antara jembatan I dan jembatan II terutama pagi, siang, dan sore hari sedikit ideal yaitu, di J I dan J II suhu berkisar antara 23.6ºC - 26.8ºC dengan kelembaban antara 62.0% - 86.0%, hal ini disebabkan bahwa di jembatan I dan jembatan II kurang gelap, kurang lembab, dan banyak terdapat cahaya matahari masuk. Sedangkan perbedaan suhu dan kelembaban di gua I dan gua II terutama pagi, siang dan sore hari terlalu besar atau ideal yaitu, di G I dan G II suhu berkisar antara 24.0ºC - 27.0ºC dengan kelembaban antara 90.0% – 92.0%. Hal ini disebabkan adalah bahwa di gua I dan gua II gelap, tidak terdapat sinar matahari masuk, dan sangat lembab atau basah. Dapat diasumsikan bahwa di gua memiliki kondisi suhu dan kelembaban lebih tinggi dari pada di jembatan yang kurang, serta di gua berdekatan dengan daerah perairan atau pantai yang sangat lembab.

Menurut Nugroho (1996) burung seriti mempunyai tempat perhunian (habitat mikro) yang relatif sama dalam arti sedikit berbeda diantaranya adalah suhu udara ideal untuk seriti 23ºC - 30ºC sedangkan kelembaban udara 60% - 80%. Iklim di dalam gua umumnya memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi dan relatif stabil, karena itu organisme yang hidup di dalamnya harus menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang rendah, temperatur dan kelembaban yang tinggi, keadaan yang gelap dan sedikit makanan (Suyanto 1983).

Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi jembatan I diantaranya adalah terdapat pohon-pohon dan berdekatan dengan kebun atau hutan tanaman, di bawah jembatan terdapat sungai kecil yang mengalir keluar, pondok kecil, bentuk fisik jembatan sedikit rendah dan lebar (Lampiran 25). Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi jembatan II diantaranya adalah terdapat banyak pohon-pohon yang menutupi jembatan dan berdekatan dengan

kebun atau hutan tanaman, di bawah jembatan terdapat sungai kecil yang mengalir keluar, batu-batuan sungai yang besar, bentuk fisik jembatan sedikit tinggi dan kurang lebar (Lampiran 25).

Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi gua I diantaranya adalah terletak paling dekat dengan air laut atau pantai karang yang memiliki batuan karang, di mulut gua tertutup oleh akar pohon, banyak terdapat tumbuh-tumbuhan besar dan kecil, di dalam gua terdapat batuan dinding gua basah, lantai gua tanah basah dan kering, serta bentuk fisik gua sedikit besar (Lampiran 25). Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi gua II diantaranya adalah terletak berdekatan dengan gua I, di mulut gua tertutup oleh akar pohon, diluar gua terdapat tumbuhan besar dan kecil, di dalam gua terdapat batuan dinding gua basah dan kering, lantai gua tanah basah dan kering, berkerikil kecil, dan bentuk fisik gua kecil (Lampiran 25).

b. Struktur dan Bentuk Sarang Seriti

Sarang seriti di jembatan terdapat sarang mangkok dan sarang pojok berbentuk segitiga. Sedangkan sarang seriti di gua terdapat sarang mangkok. Dari hasil pengamatan bahwa sarang mangkok lebih banyak terdapat pada lokasi gua dibandingkan di jembatan. Sarang mangkok yang terdapat di jembatan berukuran kecil sedangkan sarang mangkok di gua berukuran besar dan tebal. Hal ini disebabkan bahwa sarang seriti di gua yang berukuran besar dan tebal karena air liur dan bahan penyusun sarang lebih banyak dibandingkan sarang seriti di jembatan yang bahan penyusun sarang sedikit. Sarang yang dibuat oleh seriti besar-besar dan tebal berfungsi sebagai

tempat untuk burung seriti berlindung, beristirahat, berkembangbiak,

mengerami anaknya dan menjaga atau merawat anaknya (Marzuki et al.,

2002). Bentuk sarang seriti yang dibuat tidak sempurna dan kecil-kecil berfungsi sebagai tempat bergantung atau tempat beristirahat. Seandainya sarang seriti tersebut tidak di panen maka pasangan seriti menggunakan sarang itu untuk membesarkan anak-anaknya (Whendrato et al., 1989).

Sarang pojok banyak di jumpai di lokasi jembatan karena kondisi fisik lokasi jembatan banyak terdapat sudut-sudut yang berupa sirip kayu atau papan dan bentuk fisik jembatan persegi panjang. Sedangkan kondisi fisik

lokasi gua banyak terdapat dinding yang berlubang berupa celah-celah batu dan bentuk fisik di gua bundar atau tidak terdapat sudut, sehingga di lokasi gua tidak dijumpai sarang pojok. Ukuran sarang pojok sebagian besar sama tetapi tinggi dan bibir sarang sedikit berbeda.

c. Jenis Bahan Penyusun Sarang Burung Seriti

Bahan sarang burung seriti di dominasi dari beberapa jenis tumbuhan. Dari hasil pengamatan terhadap sarang seriti baik sarang mangkok dan sarang pojok diketahui bahwa sarang seriti dikelompokkan menjadi dua, yaitu sarang yang dibuat hanya dari satu jenis bahan seperti lumut, rumput, sedangkan sarang yang dibuat dari campuran bahan sebagai bahan tambahan lainnya seperti ijuk, bulu burung dan serpihan daun (Soeharto dan Mardiastuti 2003). Bahan penyusun sarang seriti direkatkan dengan air liur yang

diproduksikan oleh burung seriti, sampai sarang berbentuk sebuah sarang mangkok yang dapat digunakan seriti untuk bertelur dan membesarkan anak-anaknya. Sarang-sarang ini diletakkan oleh seriti pada sirip-sirip kayu dan celah-celah batu.

Sarang burung seriti yang berada di jembatan dan gua umumnya tersusun dari bahan-bahan lumut, rumput, ijuk, serpihan daun dan bulu burung. Sarang burung seriti terbuat dari lumut, rumput, pakis-pakisan, cemara, biji-bijian, dan tumbuh-tumbuhan lainnya, sebagai materi penyusun sarang seriti yang direkatkan dengan air liur (Mackinnon et al., 1993 ; Francis 1987). Sarang seriti yang terdapat di lokasi gua banyak tersusun dari bahan-bahan

lumut, rumput dan campuran bahan-bahan berupa ijuk, serpihan daun dan bulu burung. Pada lokasi jembatan sarang seriti tersusun lebih banyak dari lumut, rumput, dan ijuk. Bahan-bahan sarang seriti dari hasil pengamatan diperoleh bahwa bahan sarang seriti yang lebih banyak tersusun dari lumut tanpa campuran bahan tumbuhan lainnya, serta campuran bahan dari lumut dan rumput, baik itu sarang seriti di jembatan ataupun di gua. Bahan penyusun sarang seriti banyak terdapat disekitar lokasi bersarang burung seriti.

Berdasarkan hasil pengamatan melalui identifikasi bahwa jenis bahan sarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua berbeda diantaranya adalah jenis lumut di lokasi jembatan dapat juga dijumpai di lokasi gua, namun ada

beberapa jenis lumut di lokasi gua tidak dijumpai di lokasi jembatan. Diasumsikan bahwa banyaknya lumut di lokasi gua karena kondisi lingkungan di gua lebih lembab atau basah. Tumbuhan lumut banyak tumbuh di daerah yang lembab dan ada sebagian yang ditemukan di daerah kering (Gradstein 2003). Jenis bahan sarang seriti rumput di lokasi jembatan dan gua memiliki jumlah hampir sama, serpihan daun dan bulu burung banyak terdapat di lokasi gua, serta bahan sarang dari ijuk banyak terdapat di lokasi jembatan dan gua.

2. Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta).

Perilaku mahluk hidup menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan tempat hidup suatu spesies sehingga pada perilaku yang sama terdapat perbedaan yang khas, khususnya pada individu-individu dalam satu spesies maupun dengan spesies yang berbeda (Soetjipta 1993).

Burung seriti yang terbang keluar masuk sarang dan kembali dengan membawa bahan sarang untuk membangun sarang, penyambutan yang di lakukan oleh pasangan burung seriti ketika datang ke sarang sambil membawa bahan sarang dengan cara mengeluarkan suara atau mencicit dengan berirama untuk memberikan tanda, bahwa pasangannya telah datang. Setelah itu bahan sarang dioperkan ke pasangannya yang berada di dalam sarang melalui paruh ke paruh. Membangun sarang dilakukan oleh pasangan burung seriti (jantan dan betina) secara bersama-sama. Bahan sarang seriti tersebut dirapikan dan disusun, setelah itu secara bergantian pasangan burung seriti melumuri bahan sarang yang telah tersusun dengan air liurnya, kadang-kadang seriti melakukan istirahat sejenak sambil melihat anaknya.

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa aktivitas bersarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua tidak sama, baik di waktu pagi, siang dan sore hari. Selang waktu yang sangat berbeda dapat mempengaruhi pembuatan sarang oleh seriti. Aktivitas bersarang di jembatan dan gua, bila dilihat dari waktu antara pagi, siang dan sore hari hampir sama. Sedangkan waktu istirahat yang dilakukan seriti lebih sering dengan jam yang berbeda.

Whendrato et al., (1989) dalam perilaku bersarang, pasangan seriti baru yang akan membuat sarang, mempunyai ciri-ciri antara lain suka terbang

bersama, hinggap berjejeran didekat tempat dimana mereka akan membangun sarang, sering terbang keluar masuk tempat sarang yang diminati untuk penghuniannya, frekuensi keluar masuk tempat bersarang makin sering dan mulai membawa rerumputan atau bahan-bahan sarang lainnya untuk membangun sarang.

Dalam pembuatan sarang ini juga sangat dipengaruhi oleh keadaan musim, apabila terlalu banyak hujan atau cuaca terlalu panas dapat menghambat proses pembuatan sarang oleh seriti, sehingga pada musim-musim seperti ini sarang seriti bisa mencapai umur 2 bulan hingga berbentuk mangkok, bahkan kondisi seperti ini dapat memungkinkan seriti untuk meninggalkan tempat

sarang dalam sementara waktu selama musim tersebut (Whendrato et al.,

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Bentuk sarang seriti pada lokasi jembatan dan gua berbeda. Sarang seriti di jembatan dijumpai sarang mangkok berukuran besar, serta sarang pojok yang berukuran kecil dan berbentuk segitiga. Sedangkan sarang seriti di gua hanya terdapat sarang mangkok berukuran besar.

2. Jenis bahan sarang seriti di lokasi jembatan dan gua umumnya adalah lumut tanpa campuran bahan tumbuhan lain dan bahan sarang campuran dari lumut dan rumput. Jumlah jenis bahan penyusun sarang di lokasi jembatan dan gua yang teridentifikasi adalah lumut terdapat 13 spesies, rumput terdapat 4 spesies, serpihan daun terdapat 2 spesies dan bahan sarang lainnya (ijuk dan bulu burung). Jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua setelah diidentifikasi yaitu lumut, rumput, dan serpihan daun.

3. Perilaku membuat sarang pada lokasi di bawah jembatan dan di dalam gua yang lebih nampak adalah ketika seriti terbang keluar dan masuk sarang, penyambutan, menyusun dan merapikan sarang, melumuri air liur dan beristirahat. Hal ini ditunjukkan dari kecenderungan dalam preferensi waktu terjadinya perilaku (pagi, siang, dan sore hari) sehubungan dengan tingkat aktivitas.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lanjut dan terperinci mengenai aspek bioekologi dan persarangan burung seriti dengan menggunakan beberapa tehnik khusus seperti morfologi burung seriti, habitat mikro dan makro, populasi burung seriti, laju pembuatan sarang seriti sampai sarang berisi satu butir telur, dan menganalisis air liur seriti, sehingga data yang telah ada menjadi lebih lengkap dan lebih optimal dalam pengamatan burung seriti (Collocalia esculenta).

Dokumen terkait