• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemeriksaan Kehamilan

2.3.3. Perilaku

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau

konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret). Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan mahluk hidup. Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku adalah suatu aksi dan

reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya . Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut

rangsangan. Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula.

Didalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yantg berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan

penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh

susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri

seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya.

2.3.3.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan

Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah

seorang melakuan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.

Pengetahuan/kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a) Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus

c) Evaluation, (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

a. Trial, dimana seseorang telah mencoba berprilaku baru (adaption), dimana seseorang telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dengan sikapnya dengan stimulus.

2.3.3.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum

memberi respon.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu

(Notoadmojo, 2003), sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku.

Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh :

a. Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu.

b. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain.

c. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden.

2.3.3.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan faktor

pendukung (support) dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri. (Notoadmodjo, 2003) tingkat-tingkat praktek :

a. Persepsi (Perception)

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.. b. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat II. Misalnya seseorang ibu sudah mengimunisasi bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau

ajakan orang lain. c. Adaptasi (Adaption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu

sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi

berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

2.3.3.4. Perubahan Perilaku

Untuk dapat membantu individu atau masyarakat merubah perilakunya, perlu dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut dengan kata lain perlu diketahui mengapa individu atau masyarakat

berprilaku tersebut.

Dalam usaha untuk tercapainya perubahan perilaku dan bebarapa hal yang perlu diketahui, mengapa individu atau masyarakat berprilaku tersebut (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Rogers, proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah suatu proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali menerima informasi atau memperoleh pengetahuan mengenai suatu hal yang baru sampai saat ini memutuskan untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. Proses tersebut berjalan melalui 4

tahap :

a. Pengetahuan (Knowledge), dalam hal ini subjek mengenal suatu hal yang baru serta memahaminya.

b. Persuasi (Persuation), dalam hal ini individu membentuk sikap positif atau negative terhadap ide atau objek baru tersebut.

c. Decision, masyarakat telah memutuskan untuk mencoba tingkah laku baru, untuk itu perlu adanya motivasi yang kuat dari petugas kesehatan dan juga penerangan yang jelas agar putusan mereka tidak berdasarkan paksaan.

d. Comfirmastion, apabila masyarakat atau individu telah mau melaksanakan tingkah laku yang baru sesuai dengan norma-norma kesehatan, kita tinggal menguatkan tingkah laku yang baru.

Menurut Sarwono (2001), masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalamannya atau informasi yang diperolehnya dari orang lain tentang

tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana kesehatan tersebut, sehingga mereka akan memutuskan untuk tidak menggunakan pelayanan yang tersedia berdasarkan pengalaman yang pernah diperoleh

Dokumen terkait