FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN PROGRAM PEMERIKSAAN KEHAMILAN (Kl DAN K4) DI PUSKESMAS RUNDING
KOTA SUBULUSSALAM PROPINSI NAD
T E S I S
Oleh
A D R I 067012002/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN PROGRAM PEMERIKSAAN KEHAMILAN (Kl DAN K4) DI PUSKESMAS RUNDING
KOTA SUBULUSSALAM PROPINSI NAD
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
A D R I 067012002/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN PROGRAM PEMERIKSAAN KEHAMILAN (Kl DAN K4) DI PUSKESMAS RUNDING KOTA SUBULUSSALAM PROPINSI NAD
Nama Mahasiswa : A d r i Nomor Pokok : 067012002
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Mengetahui Komisi Pembimbing :
(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (dr. Yusniwarti Yusad, MSi) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 26 November 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, MSi
2. dr. Surya Dharma, MPH
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAKUPAN PROGRAM PEMERIKSAAN KEHAMILAN (Kl DAN K4) DI PUSKESMAS RUNDING
KOTA SUBULUSSALAM PROPINSI NAD
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, November 2008
ABSTRAK
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian
pelaksanaan Ante Natal Care (ANC). Di Kota Subulussalam pencapaian program masih jauh dibandingkan target yang ditetapkan, dimana cakupan Kl sebesar 72,96% dan K4
dan 65,56% dibandingkan dengan target nasional sebesar 91% tahun 2007. Cakupan
program Kl dan K4 masih perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target
pencapaian kegiatan 2010 sebesar 95% untuk K1 maupun K4 dapat diwujudkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh faktor geografis dan perilaku ibu hamil terhadap rendahnya cakupan
program Ante Natal Care (K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh faktor geografis dan perilaku ibu
hamil terhadap rendahnya cakupan program Ante Natal Care (K1 dan K4). Rancangan penelitian dengan pendekatan explanatory, jumlah sampel sebanyak 98 orang ibu hamil, sampel diambil secara simple random sampling. Analisis data menggunakan uji regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh Ante Natal Care responden dilakukan oleh tenaga kesehatan (100%), tetapi cakupan K1 dan K4 masih rendah, yaitu 69,4%.
dibandingkan target nasional (K1=92,9% dan K4=90%). Jarak tempuh dari tempat
tinggal responden ke pelayanan kesehatan sebagian besar 66,3%, berjarak <5 Km
(dekat), waktu tempuh yang singkat < 15 menit sebesar 63,3%, dan 60,2% ada
Care, yaitu pengetahuan kategori baik (52,0%), sikap kategori baik (63,3%), tindakan kategori baik (73,5%).
Secara statistik seluruh faktor geografis (jarak, waktu tempuh dan sarana
transportasi) berpengaruh terhadap Ante Natal Care (p<0,05). Variabel perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) berpengaruh terhadap Ante Natal Care (p<0,05).
Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Subulussalam melalui Puskesmas Runding
untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya
dilakukan Ante Natal Care sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan peran serta tenaga kesehatan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care, khususnya pada wilayah yang tidak tersedia sarana Ante Natal Care dan desa-desa yang sulit dijangkau.
ABSTRACT
The high maternal mortality rate in Indonesia is related to the low result of the
implementation of Ante Natal Care (ANC). In the city of Subulussalam, the result of the
program reported is still far compared to the target decided, namely, first visit (K1)
reported was 72.96% and fourth visit (K4) reported was 65.56% compared to the
national target of 91% in 2007. The result of K1 and K4 programs reported still need to
be increased as optimum as possible in order that the target of the K1 and K4 programs
(95%) to be achieved in 2010 can be materialized. Based on the previously mentioned
condition, a study of the influence of the geographical factor and the behavior of
pregnant mothers on the low result of Ante Natal Care program (K1 and K4) in
Puskesmas (Community Health Center) Runding, the city of Subulussalam needs to be conducted.
The purpose of this explanatory study is to analyze the influence of geographical
factor and behavior of pregnant mothers to the low result of reported Ante Natal Care
(K1 and K4) program in Puskesmas Runding, the city of Subulussalam. The samples for this study are 98 pregnant mothers who were selected through simple random sampling
technique. The data obtained were analyzed through multiple regression tests.
The result of this study shows that all (100%) of the Ante Natal Care for the
pregnant mothers were implemented by health workers, but the K1 and K4 reported is
still low, only 69.4%, compared to the national target (K1 = 92.2% and K4 = 90%).
is < 5 km (near) which can be reached in < 15 minutes (63.3%), 60.2% reached the
health service location by public transportation. In terms of the factor of behavior
(knowledge, attitude and action) in pregnancy examination, it is found out that
knowledge is in good category (52.0%), attitude is in good category (63.3%), and action
is also in good category (73.5%).
Statistically, all of the geographical factors (distance, time taken, and
transportation) and the factor of behavior (knowledge, attitude, and action) have an
influence to the Ante Natal Care (p < 0.05).
It is expected that Subulussalam Health Service through Puskesmas Runding to improve the health extension on the importance of Ante Natal Care for the pregnant
mothers as an attempt to minimize the maternal mortality rate and increase the
participation of health workers in doing Ante Natal Care, especially in the remote
villages and the areas where the facilities for Ante Natal Care are not available.
Key words : Ante Natal Care, First Visit (K1) and Fourth Visit (K4), Result of
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
judul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Program Pemeriksaan Kehamilan (K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam Propinsi NAD".
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan serta cinta kasih, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai Rektor
Universitas Sumatera Utara.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP, selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan
tesis selesai.
Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan
waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Bapak dr. Surya Dharma, MPH, dan Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK masing
sebagai Komisi Penguji Tesis yang telah banyak memberikan masukan demi
kesempurnaan penulisan ini.
Bapak Walikota Subulussalam yang telah berkenan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Zulkarnain, SKM. Mkes, selaku Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial Kota
Subulussalam yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan
pendidikan dan sekaligus memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan.
Keluarga besar jajaran di Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Subulussalam, yang
telah memberikan motivasi, dukungan moril kepada penulis untuk melanjutkan
pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Ibunda Hj.
Rasidah Munthe dan Ayahanda H. Adnan Sambo yang telah memberikan dukungan baik
Teristimewa buat istri tercinta Reni Zurlinda dan anak-anakku, yang penuh
pengertian, kesabaran, pengorbanan dan do'a serta rasa cinta yang dalam setia
menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan
pendidikan ini tepat waktu.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan baga penelitian selanjutnya.
Medan, November 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Adri, lahir pada tanggal 5 Oktober 1965 di Runding, anak ke tiga dari tujuh
bersaudara dari pasangan Ayahanda H.Adnan Sambo dan Ibunda Hj.Rasidah Munthe.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah
Dasar Runding selesai tahun 1978, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Singkil
selesai tahun 1981, Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Meulaboh selesai tahun 1985,
Akademi Keperawatan Depkes RI Jakarta selesai tahun 2000, S-1 di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 2003.
Mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 1987 di Kabupaten Aceh
Selatan, dan tahun 1992 s/d 2003 sebagai staf Puskesmas Runding Kabupaten Aceh
Singkil, dan pada tahun 2003 s/d sekarang ditunjuk sebagai Kepala Puskesmas Runding
Kota Subulussalam.
Pada tanggal 14 April tahun 1993, penulis menikah dengan saudari Reni
Zurlinda anak pertama dari lima bersaudara, yaitu anak dari Bapak Zaini Hamid dengan
Ibu Surbatiah Syam, dan penulis dikaruniai empat orang anak, yaitu satu putra dan tiga
putri.
Tahun 2006 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 program Studi
administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Permasalahan... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Hipotesis Penelitian... 6
1.5. Manfaat Penelitian... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1.1. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan ... 12
2.1.2. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan... 12
2.1.3. Cakupan Pemeriksaan Kehamilan... 13
2.1.4. Pelaksana Pelayanan Antenatal... 14
2.2. Penilaian Mutu Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan... 15
2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemeriksaan Kehamilan ... 16
2.3.1. Faktor Geografis... 16
2.3.2. Persepsi ... 18
2.3.3. Perilaku ... 20
2.3.3.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan ... 21
2.3.3.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap ... 21
2.3.3.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan... 22
2.3.3.4. Perubahan Perilaku ... 23
2.4. Puskesmas ... 25
2.4.1. Pengertian Puskesmas ... 25
2.4.2. Kegiatan Pokok Puskesmas... 25
2.4.3. Fungsi Puskesmas ... 26
2.5. Landasan Teori... 27
2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 29
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2. Waktu Penelitian ... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 29
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4.1. Uji Validitas ... 31
3.4.2. Uji Reliabilitas... 32
3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 33
3.6. Metode Pengukuran ... 34
3.7. Metode Analisa Data... 36
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 37
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37
... 4.2. Deskripsi Responden ... 40
4.3. Faktor Geografis ... 42
4.4. Perilaku tentang Pemeriksaan Kehamilan ... 45
4.4.1. Pengetahuan tentang Pemeriksaan Kehamilan ... 45
4.4.2. Sikap tentang Pemeriksaan Kehamilan ... 46
4.4.3. Tindakan tentang Pemeriksaan Kehamilan ... 47
4.5 . Tabel Silang (Crosstab) ... 50
BAB 5 PEMBAHASAN... 55
5.1. Pengaruh Faktor Geografis terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 55
... 5.1.1. Pengaruh Jarak terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 55
... 5.1.2. Pengaruh Waktu Tempuh terhadap Pemeriksaan Kehamilan 56
... 5.1.3. Pengaruh Transportasi terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 56
... 5.2. Pengaruh Perilaku terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 58
5.2.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 58
... 5.2.2. Pengaruh Sikap terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 59
... 5.2.3. Pengaruh Tindakan terhadap Pemeriksaan Kehamilan ... 60
... BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 62
6.1. Kesimpulan... 62
6.2. Saran ... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Aspek Pengukuran Variabel Geografis ... 34
3.2. Aspek Pengukuran Variabel Perilaku ... 35
3.3. Aspek Pengukuran Variabel Pemeriksaan Kehamilan... 35
4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas
Runding tahun 2008 ... 38
4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Runding tahun
2008... 39
4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Runding Tahun
2008... 40
Tahun 2008 ... 41
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak dan Urutan Kehamilan di
Puskesmas Runding Tahun 2008 ... 42
4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Geografis di Puskesmas Runding
Tahun 2008 ... 43
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Faktor Geografis di Puskesmas
Runding Tahun 2008... 44
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang
Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Runding Tahun 2008 ... 45
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Pemeriksaan
Kehamilan di Puskesmas Runding Tahun 2008 ... 47
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan dalam Pemeriksaan
Kehamilan di Puskesmas Runding Tahun 2008 ... 47
4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemeriksaan Kehamilan di
4.12. Pengaruh Faktor Geografis terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas
RundingTahun 2008 ... 51
4.13. Pengaruh Faktor Perilaku terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas
Runding Tahun 2008 ... 52
4.14. Hasil Uji Regresi Ganda Faktor Geografis dan Perilaku terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 66
2. Hasil Uji Validitas ... 72
3. Hasil Uji Reliabilitas... 76
4. Hasil Uji Crostabb ... 81
5. Hasil Uji Regresi... 87
6. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ... 88
7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Camat Runding... 89
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data WHO (2005) Angka Kematian Ibu (AKI) paling tinggi di dunia
terdapat di negara Nepal yaitu sebesar 865 per 100.000 kelahiran hidup, selanjutnya di
Buthan sebesar 710 per 100.000 kelahiran hidup dan India sebesar 630 per
100.000kelahiran hidup.
Di Indonesia masalah kematian ibu juga masih merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan. Sampai saat ini AKI di Indonesia menempati teratas di negara-negara
Asean, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003). Tingginya angka
kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam
upaya penurunan AKI telah dilaksanakan oleh pemerintah seperti Safe Motherhood
(SM) yang dikenal 4 pilar yaitu: keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih,
dan penanganan masa nifas, dilanjutkan dengan program MPS yaitu persalinan oleh
tenaga kesehatan, penanggulangan komplikasi, pencegahan kehamilan tak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran melalui strategi yaitu: (1) semua kabupaten/kota
sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap,
menerapkan kendali mutu yang antara lain dilakukan melalui AMP di wilayahnya
ataupun diikutsertakan kabupaten/kota lain (lintas batas), (2) Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit pelayanan KIA swasta lainnya
dalam upaya kendali mutu di wilayah kabupaten/kota, (3) di tingkat kabupaten/kota
perlu dibentuk tim AMP yang selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi
kasus, membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari
kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku), (4) Perencanaan program KIA
dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan audit, sehingga diharapkan
berorientasi kepada pemecahan masalah setempat, (5) Pembinaan dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota bersama-sama RS kabupaten/kota (untuk aspek tekhnis medis)
dilaksanakan langsung saat audit atau secara rutin, dalam bentuk yang disepakati oleh
tim AMP. Dan MDGs pada butir keempat yaitu menurunkan angka kematian anak dan
butir kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dari delapan tujuan MDGs.
Sasaran pembangunan kesehatan Indonesia tahun 2005-2009 adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap
pelayanan kesehatan yang mencakup, meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun
menjadi 67,9 tahun, menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 25 per 1000
kelahiran hidup, menurunnya AKI dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2010 dan menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (MDGs).
Tujuan pencapaian target Millenium Development Goal’s (MDG) dalam butir 4 dan 5 untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) akan sulit terwujud, kecuali upaya
yang dilakukan lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Ada tiga fase
terlambat yang berkaitan erat dengan angka kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu: (1)
kesehatan terdekat atau merujuk dari pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan
lainnya; (2) terlambat dua: terlambat untuk sampai atau tiba di pelayanan kesehatan; (3)
terlambat tiga: terlambat menerima asuhan atau sampai di pelayanan kesehatan yang
adekuat (Siregar dalam KIBBLA, 2007).
Penyebab kematian ibu adalah gangguan persalinan langsung, misalnya
perdarahan sebesar 28%, infeksi sebesar 11%, eklampsia sebesar 24%, dan partus macet
(lama) sebesar 5%. Kemungkinan terjadinya kematian ibu dalam persalinan di
puskesmas atau rumah sakit karena : kesiapan petugas, ketersediaan bahan dan peralatan
dan sikap petugas. Di perjalanan diakibatkan sarana transportasi, tingkat kesulitan dan
waktu tempuh, serta kematian di rumah diakibatkan keputusan keluarga (pengetahuan,
ketersediaan dana, kesibukan keluarga dan sosial budaya) serta ketersediaan transportasi
(Lancet, 2005 Millenium Project, 2005).
Kesehatan ibu dan anak berkontribusi besar kepada indikator kesejahteraan
bangsa yang diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Indikator ini merupakan indeks dari hasil gabungan (composite indeks) dari umur harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf (literate rate), dan pendapatan perkapita. Oleh karena itu program kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak (KIBBLA)
merupakan investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga, masyarakat, daerah dan nasional dengan meningkatnya Human Development Index mengurangi beban atau kerugian ekonomi keluarga, masyarakat, daerah dan nasional, serta menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (Siregar,
Antenatal care (ANC) merupakan salah satu program safe motherhood yang merupakan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga professional
meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal
4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II
dan 2 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC pada ibu dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan
mempersiapkan persalinannya. Pentingnya pelayanan ANC karena setiap kehamilan
dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa
ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Manuaba, 2001). Target
pencapaian kegiatan ANC (menurut Depeks RI, 2008) K1 sebesar 92,9% dan tahun
2010 sebesar 95%.
Di wilayah Propinsi Nanggoe Aceh Darussalam (NAD), angka kematian ibu
sebesar 349 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Propinsi Nanggoe Aceh
Darussalam, 2007). Demikian juga dengan angka kematian ibu di Kota Subulussalam
tahun 2007 sebesar 338 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian ibu di
daerah ini terkait rendahnya kualitas program pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak
(KIA), khususnya kegiatan pemeriksaan kehamilan (ANC) yaitu K1 dan K4.
Pencapaian program masih jauh dibandingkan target yang ditetapkan, dimana cakupan
Kl sebesar 72,96% dan K4 dan 65,56% dibandingkan dengan target nasional sebesar
91% tahun 2007. Dengan demikan hasil pencapaian cakupan program Kl dan K4 masih
perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target pencapaian kegiatan 2010 sebesar
Berdasarkan hasil survai pendahuluan di Kecamatan Runding menunjukkan
faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak memeriksakan kesehatan kehamilannya
antara lain adalah: (a) geografis wilayah (jarak, waktu tempuh serta transportasi) yang
sulit bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan, dan (b) tradisi yang tidak mengizinkan
seorang wanita keluar atau meninggalkan rumah pada saat hamil. Secara keseluruhan
faktor penyebab ibu hamil tidak memeriksakan kehamilan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu: faktor geografis dan faktor perilaku. Bertitik tolak dan uraian tersebut di atas,
penulis tertarik untuk meneliti pengaruh faktor geografis dan perilaku yang
menyebabkan rendahnya cakupan program pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
Runding Kota Subulussalam.
Puskesmas Runding yang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di
Pemerintah Kota Subulussalam. Dengan penempatan bidan di Puskesmas diharapkan
memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat terutama bagi peningkatan
pelayanan kesehatan ibu hamil kebutuhan terhadap upaya pelayanan kesehatan yang
meliputi memeriksakan kehamilan, pertolongan persalinan dirasakan semakin terpenuhi
terutama sejak didirikannya Puskesmas ini dan Posyandu oleh bidan di desa.
Jumlah penduduk sebesar 10.538 jiwa, dimana berdasarkan laporan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tahun 2006 di wilayah kerja
Puskesmas Runding terdapat 282 orang ibu hamil, dari jumlah tersebut 212 orang
(75,0%) yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada kunjungan pertama (K-1).
Tahun 2007 terdapat 298 orang ibu hamil dari jumlah tersebut 244 orang (82,0%) yang
dengan target K1 yang ditargetkan Depkes sebesar 91%. Demikian juga dengan K-4 206
orang (69,1%). dibandingkan dengan yang ditargetkan Depkes sebesar 84% (Laporan
PWS-KIA Puskesmas Runding, 2007).
1.2. Permasalahan
Mengacu pada data tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah
rendahnya cakupan K1 dan K4 dibandingkan cakupan nasional (K1=91% dan K4=84%),
sehingga penulis ingin meneliti pengaruh faktor geografis dan perilaku masyarakat
terhadap masalah pelayanan kehamilan (K1 dan K4) tersebut di Puskesmas Runding
Kota Subulussalam”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor geografis
dan perilaku terhadap cakupan pemeriksaan kehamilan (K1 dan K4) di Puskesmas
Runding Kota Subulussalam.
1.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka sebagai hipotesis dalam penelitian
ini sebagai berikut: "terdapat pengaruh faktor geografis dan perilaku terhadap rendahnya
cakupan program pemeriksaan kehamilan (K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:
1. Bagi Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Subulussalam dan Puskesmas Runding
sebagai informasi upaya meningkatkan pelayanan ANC guna mewujudkan
penurunan AKI di wilayah kerja Puskesmas Runding Kota Subulussalam.
2. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan pemeriksaan
kehamilan.
3. Bagi masyarakat sebagai upaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
ibu dan anak dan manfaat pemeriksaan kehamilan dalam upaya mencegah
kematian ibu.
4. Bagi penulis, sebagai bahan wahana pengembangan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU, khususnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelayanan Kehamilan (ANC)
Pelayanan kehamilan (antenatal) secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan
kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan secara khusus
pelayanan antenatal bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil dengan faktor risiko tinggi
dan menanggulangi sedini mungkin, merujuk kasus risiko tinggi ke tingkat pelayanan
kesehatan yang sesuai, memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) sehingga terjadi peningkatan cakupan dan merencanakan serta
mempersiapkan persalinan sesuai dengan risiko yang dihadapinya (Manuaba, 2001).
Adapun yang menjadi sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil. Sedangkan target
adalah jumlah ibu hamil yang harus dicakup, dimana perhitungan setiap tahunnya di
tentukan oleh daerah tingkat I atau tingkat II yang bersangkutan (Manuaba, 2001).
Pemeriksaan medik dalam pelayanan antenatal meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
diagnostik pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan diagnostik penunjang (laboratorium)
1. Anamnesis adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu hamil, untuk
mengetahui keadaan ibu dan faktor risiko yang dimilikinya (Depkes RI, 1994).
2. Pemeriksaan fisik diagnostik, terdiri dari beberapa kegiatan antara lain adalah;
(a) pengukuran berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tinggi badan,
(c) adanya cacat tubuh
3. Pemeriksaan obstetrik, adalahmeliputi : (a) pemeriksaan luar yaitu : umur
kehamilan, taksiran berat janin terhadap umur kehamilan, letak janin, turunnya
bagian terendah janin dan detak jantung janin, (b) pemeriksaan panggul dalam
(pelvimetri)
4. Pemeriksaan diagnostik penunjang, yang meliputi pemeriksaan Hb, urine, dan
lain-lain, bila diperlukan. Diagnosis dibuat berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik diagnostik, obstetrik dan diagnostik penunjang seperti diuraikan diatas.
Menurut Depkes RI (Depkes, 2007), pelayanan antenatal adalah pelayanan yang
dibenkan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan
janinnya. Dalam penerapan praktis, sering dipakai standar minimal pelayanan
antenatal " 5 T + 2 P " yang terdiri atas : (a) timbang berat badan dan (pengukuran)
tinggi badan, (suatu teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan untuk menilai
status gizi ibu, bila tidak tersedia timbangan pada waktu pemeriksaan kehamilan
yang pertama, adalah pengukuran Lingkaran Lengan Atas (LLA), (b) pemeriksaan
tekanan darah, (c) tinggi fundus uteri, (d) pemberian Tetanus Toksoid (TT) dua
kali selama hamil, (e) pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama
hamil, (f) penyuluhan, (g) Peran Serta Masyarakat (PSM)
Menurut Depkes RI (2007), kebijakan operasional dalam pelayanan antenatal pada ibu
hamil meliputi: (a) menemukan kehamilan risiko tinggi sedini mungkin, (b)
pemberian tablet tambah darah (Fe) pada setiap ibu hamil selama kehamilannya, (d)
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, pada ibu hamil dengan risiko tinggi,
pemeriksaan dilakukan lebih sering dan intensif. Untuk itu bidan dan petugas pemberi
pelayanan antenatal wajib mengadakan pendekatan langsung kepada ibu hamil untuk
diperiksakan kehamilannya atau pendekatan dapat dilakukan oleh dukun terlatih maupun
kader Posyandu atau kader peminat KIA, (e) pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan
atas indikasi, (f) setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu untuk mencatat hasil pemeriksaan
kehamilan, perlu diberikan KMS ibu hamil dan kartu Imunisasi, (g) menyediakan sarana
pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai dengan standar pada jenjang pelayanan, (h)
membenkan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga, suami mengenai cara hidup sehat,
pentingnya memeriksa kan kehamilan ke puskesmas, puskesmas pembantu, bidan di
desa dan posyandu, pengenalan tanda-tanda kehamilan risiko tinggi dan cara meminta
pertolongan, gizi ibu selama hamil, perawatan payudara, menyusui bayi segera setelah
lahir, perawatan bayi termasuk perawatan tali pusat dan penyuluhan pentingnya
pemakaian kontrasepsi setelah melahirkan, (j) memberikan pelayanan antenatal di
puskesmas pada setiap hari kerja, (k) melakukan rujukan intern di dalam puskesmas
untuk menjaring ibu hamil yang datang dengan keluhan lain, untuk diteruskan pada
bagian KIA.
Menurut Depkes RI (2007) dalam program perencanaan kesehatan ibu dan anak
melalui pendekatan tim, menyebutkan bahwa kebijaksanaan pelayanan antenatal
merupakan kebijaksanaan umum dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan
masyarakat (suami, keluarga, kader) dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan
antenatal dan pencegahan risiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan
kesehatan, (b) meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan
fasilitas pelayanan antenatal, (c) melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali yaitu
: pada triwulan pertama 1 kali, triwulan ke dua 1 kali, dan pada triwulan ke tiga 2 kali,
(d) meningkatkan sistem rujukan kehamilan risiko tinggi, mendapatkan umpan balik
rujukan sesuai dengan jenjang pelayanan.
Pemanfaatan Puskesmas turun sebanyak 20% di kalangan penduduk yang mampu,
sedangkan pemanfaatan puskesmas turun sebanyak 60% pada penduduk yang lebih
mampu. Di lain pihak terjadi kenaikan secara drastis, pemanfaatan dokter praktek dari
hanya 3% pada 10% masyarakat paling miskin menjadi 29% pada 10% penduduk paling
miskin (Profil Kesehatan Indonesia, 2005).
Ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek
pokok, yaitu ; (a) aspek medik, yang meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan
secara dini dan pemberian terapi sesuai dengan diagnosis, (b) penyuluhan, komunikasi
dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai : penjagaan kesehatan dirinya dan janin,
pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya dan pencarian
pertolongan yang memadai secara tepat waktu, (c) rujukan, ibu hamil dengan risiko
tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang mempunyai fasilitas lebih lengkap
(Depkes, 2005).
2.1.1. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Manuaba, 2001).
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinan. Diketahuibahwa janin
dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga
kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan
perkembangan janin (Manuaba, 2001).
2.1.2. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas
pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan
di rumahnya atau di posyandu (Depkes RI, 2007).
Kunjungan baru ibu hamil (Kl) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standar, dalam
pengelolaan program KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang keempat (K.4)
adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut: (a)
minimal 1 kali pada trimester I, (b) minimal 1 kali pada trimester II dan (c) minimal 2
Menurut Depkes RI (2002) pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal
dibagi atas:
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi : (1) Identitas/Biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4)
Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan
Pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnesa (keluhan/masalah), (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium bila
ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit,
terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan Risiko Tinggi/Resti), (6) Sikap
dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
2.1.3. Cakupan Pemeriksaan Kehamilan
Cakupan pemeriksaan kehamilan (pelayanan antenatal) adalah persentase ibu hamil yang
telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.
Cakupan, kunjungan baru ibu hamil (Kl) dipakai sebagai indikator aksesabilitas
(jangkauan) pelayanan, angka cakupan Kl diperoleh dari jumlah Kl dalam 1 tahun dibagi
jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun. Dalam pengelolaan program KIA
disepakati bahwa cakupan ibu hamil adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat
2.1.4. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Peranan, fungsi dan tugas pelayanan antenatal dipuskesmas adalah seperti pada
tabel dibawah ini: (Depkes RI, 2007)
Tabel 2.1. Peranan, Fungsi dan Tugas Pelayanan Antenatal di Puskesmas
Tenaga Peranan Fungsi Tugas
Dokter Kepala puskesmas - Konsultasi medik - pembinaan ketenagaan
yang ada diwilayah kerja
puskesmas - Manajer
- koordinasi Bidan Pengelola unit
KIA-KB
Pelaksana
KIA-KB
- pelayanan antenatal
- pelayanan perinatal
Staf unit KIA-KB Staf pelaksana
KIA-KB
Staf unit KIA-KB Staf pelaksana
KIA-KB
- membantu bidan dalam
kunjungan rumah
- pelayanan antenatal
Puskesmas bidan di desa dan bidan praktek swasta), pembantu bidan, perawat bidan dan
perawat wanita yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan.
2.2. Penilaian Mutu Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Depkes RI (2007), untuk menilai mutu pelaksanaan pelayanan antenatal
dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap evaluasi komponen mutu pelayanan
kesehatan, yang meliputi:
a. Input (masukan) yang terdiri-dari : pengetahuan petugas tentang pelaksanaan
pelayanan antenatal, kelengkapan sarana pelayanan antenatal
b. Proses, adalah : penatalaksanaan pelayanan antenatal, yang terdiri-dari, anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosa, terapi, konseling
c. Out put (keluaran) adalah pengetahuan pasien tentang antenatal.
Untuk mengetahui apakah pelayanan antenatal telah dilakukan sesuai standard yang
telah ditetapkan, perlu dinilai pelayanan antenatal yang telah dilakukan. Disini yang
dinilai adalah tingkat kepatuhan petugas terhadap standard yang telah ditetapkan dalam
memberikan pelayanan antenatal, yang disebut dengan "Metoda Analisis Sistem",
kegiatan yang dilakukan adalah : melakukan observasi pelayanan antenatal dibanding
dengan daftar tilik (check list) di bandingkan dengan standar pelayanan yang telah baku (Depkes RI, 2007).
Upaya yang dilakukan kepada petugas agar mampu bekerja sesuai standard yang
a. Pengenalan daftar tilik (check list) pelayanan antenatal
b. Uji coba penggunaan daftar tilik (check list) pelayanan antenatal
c. Pembahasan tentang kendala yang dihadapi dalam menggunakan daftar tilik
(check list)
Dari hal diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa dengan semakin
patuhnya petugas terhadap standar baku dalam memberikan pelayanan akan semakin
meningkat pula mutu pelayanan yang diberikan..
2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemeriksaan Kehamilan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan pemeriksaan kehamilan
merupakan interaksi antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang melakukan
pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengan petugas kesehatan salah satunya
adalah faktor geografis, sedangkan dari ibu hamil salah satunya adalah faktor perilaku
(Salamuk et al, 2007).
2.3.1. Faktor Geografis
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat
pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkaitan dengan keterjangkauan
tempat yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan dari
tempat tinggal ibu hamil ke puskesmas.
Hubungan antara lokasi pemeriksaan kahamilan dengan tempat tinggal ibu hamil, dapat
diukur dalam satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh bergantung dari jenis
berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan
peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan tingkat penyakit. Dengan
kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses
geografis dari pada pemakaian pelayanan kuratif. Sebagaimana pemanfaatan pelayanan
umum demikian juga dengan pemeriksaan kehamilan, apabila semakin banyak keluhan
yang berkaitan dengan kehamilan, dan semakin baik kualitas sumber daya pelayanan,
maka semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses
geografis dan volume pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI,
2003).
Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, dan sarana perhubungan dalam wilayah
puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan
puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata danmeluas, puskesmas
perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang
belum terjangkau oleh pelayanan yang ada dan Puskesmas keliling. Disamping itu
penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola pelayanan kesehatan akan dapat
menunjang jangkauan pelayanan kesehatan. Kondisi geografis yang menantang ini
menyebabkan terjadinya peningkatan akses pada pelayanan kesehatan, bahkan di
daerah-daerah terpencil. Namun jaringan sarana dan tenaga kesehatan yang diperluas ini
harus dipelihara dengan porsi anggaran pemerintah yang sangat terbatas, hal ini
membatasi kapasitas Departemen Kesehatan untuk menanggapi tantangan-tantangan
baru (Depkes RI, 2003).
maupun rumah sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan sering kali menyebabkan
para ibu hamil sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, untuk itu Depkes
bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) telah melaksanakan strategi
penyelamatan ibu melahirkan (MPS-Making Pregnancy Safer), melalui tiga pesan, yakni setiap perempuan usia subur harus mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkannya dan penanganan komplikasi keguguran setiap persalinan harus
ditolong tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi kandungan ditangani secara cepat
(Depkes, 2006).
Menurut Kornelis (2004), kondisi di daerah pedesaan dan pedalaman dengan
ketiadaan puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya di sekitar tempat
tinggal dan petugas kesehatan jauh dari kehidupan masyarakat pedalaman yang
hidupnya berpindah-pindah tempat, menyebabkan mereka tidak mengenal pemeriksaan
ibu hamil secara medis.
2.3.2. Persepsi
Menurut Winardi (2000), mengemukakan bahwa : persepsi merupakan proses
internal yang bermanfaat sebagai fakta dan metode untuk mengorganisasikan stimulus,
yang mungkin kita hadapai di lingkungan kita.
Menurut Rakhmat (2005) bahwa persepsi merupakan penglaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyampaikan informasi dan
menafsirkan pesan, sedang menurut teori Gestalt menyatakan bahwa : bila kita
Menurut Kalangie, dkk (1994), reaksi dari persepsi terhadap suatu
stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk :
1. Receiving/attending yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulus, kontrol dan seleksi gejala/rangsangan.
2. Responding/ jawaban yaitu reaksi yang diberikan terhadap seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.
3. Valuaing/penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk
menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.
4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai kedalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas nilai yang dimiliki
termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.
5. Karakteristik nilai/ internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
Persepsi yang positif terhadap mutu pelayanan kesehatan mengembangkan
suatu kesadaran mutu sebagai elemen penting yang selalu meningkat dalam daya saing,
pemahaman keperluan keunggulan mutu dan pembahagian strategi mutu yang berhasil
dari strategi tersebut akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari
batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang
pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau
konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret).
Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang
dilakukan mahluk hidup. Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku adalah suatu aksi dan
reaksi suatu organisme terhadap lingkungannya . Hal ini berarti bahwa perilaku baru
berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut
rangsangan. Dengan demikian suatu rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku
tertentu pula.
Didalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yantg berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf
pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan
penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari
rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh
susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron
memindahkan energi dalam impuls-impuls syaraf. Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang
dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya.
2.3.3.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan
Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
seorang melakuan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba.
Pengetahuan/kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behaviour).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan yakni :
a) Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus
c) Evaluation, (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
a. Trial, dimana seseorang telah mencoba berprilaku baru (adaption), dimana seseorang telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dengan
sikapnya dengan stimulus.
2.3.3.2. Perilaku Dalam Bentuk Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum
memberi respon.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu
(Notoadmojo, 2003), sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi
Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam
tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh :
a. Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat
itu.
b. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman
orang lain.
c. Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung, secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat
responden.
2.3.3.3. Perilaku Dalam Bentuk Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behaviour) untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan faktor
pendukung (support) dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri.
(Notoadmodjo, 2003) tingkat-tingkat praktek :
a. Persepsi (Perception)
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama..
b. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktek tingkat II. Misalnya seseorang ibu sudah
mengimunisasi bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau
ajakan orang lain.
c. Adaptasi (Adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu
sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya,
seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi
berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.
2.3.3.4. Perubahan Perilaku
Untuk dapat membantu individu atau masyarakat merubah perilakunya, perlu
dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya
perilaku tersebut dengan kata lain perlu diketahui mengapa individu atau masyarakat
berprilaku tersebut.
Dalam usaha untuk tercapainya perubahan perilaku dan bebarapa hal yang perlu
Menurut Rogers, proses perubahan perilaku atau penerimaan ide baru adalah suatu
proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali menerima informasi atau
memperoleh pengetahuan mengenai suatu hal yang baru sampai saat ini memutuskan
untuk menerima atau menolak ide baru tersebut. Proses tersebut berjalan melalui 4
tahap :
a. Pengetahuan (Knowledge), dalam hal ini subjek mengenal suatu hal yang baru serta memahaminya.
b. Persuasi (Persuation), dalam hal ini individu membentuk sikap positif atau negative terhadap ide atau objek baru tersebut.
c. Decision, masyarakat telah memutuskan untuk mencoba tingkah laku baru, untuk itu perlu adanya motivasi yang kuat dari petugas kesehatan dan juga penerangan
yang jelas agar putusan mereka tidak berdasarkan paksaan.
d. Comfirmastion, apabila masyarakat atau individu telah mau melaksanakan tingkah laku yang baru sesuai dengan norma-norma kesehatan, kita tinggal menguatkan
tingkah laku yang baru.
Menurut Sarwono (2001), masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai
dengan pengalamannya atau informasi yang diperolehnya dari orang lain tentang
tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, pilihan terhadap sarana pelayanan
kesehatan itu dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan
kemajuan sarana kesehatan tersebut, sehingga mereka akan memutuskan untuk tidak
menggunakan pelayanan yang tersedia berdasarkan pengalaman yang pernah diperoleh
2.4. Puskesmas
2.4.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsionil yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).
2.4.2. Kegiatan Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka
kegiatan pokok yung dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula.
Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah
sebagai berikut: KIA, Keluarga Berencana, Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Penular, Pengobatan termasuk
Pelayanan Darurat karena kecelakaan, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Kerja,
Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium Sederhana,
Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan, Kesehatan Usia
Lanjut dan Pembinaan Pengobatan Tradisional (Depkes RI, 2004).
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Dengan lain perkataan kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk
(Depkes RI, 2004).
2.4.3. Fungsi Puskesmas
Fungsi dari Puskesmas adalah : (Depkes RI, 2004)
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat diwilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya dilaksanakan secara :
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinyasendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan tekhnis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberi pelayanan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas puskesmas.
2.5. Landasan Teori
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat
tempat yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan dari
tempat tinggal ibu hamil ke puskesmas.
Kesehatan sebagai sebuah investasi merupakan cerminan dari pentingnya SDM
yang produktif. Dibeberapa negara maju yang menggunakan konsep sehat produktif,
sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan
harus diarahkan untuk dapat membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup
agar bisa hidup produktif.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan
kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor risiko tinggi. Risiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat
membawa akibat fatal yaitu kematian. Selain dari kurangnya pengetahuan akan
pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan
persalinan.
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Faktor Geografis
-Jarak
Cakupan Program Pemeriksaan
Kehamilan (K1 dan K4) - Sesuai
- Tidak sesuai
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Perilaku
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) yang dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh faktor geografis dan perilaku terhadap
cakupan program pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Runding Kota Subulussalam.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Puskesmas Runding. Adapun alasan pengambilan lokasi ini
adalah karena pencapaian cakupan program pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
tersebut paling rendah dari seluruh Kecamatan di Kota Subulussalam, yaitu sebesar
82,0% untuk K-1 dan 69,1% untuk K-4, dari cakupan nasional K1 sebesar 91% dan K4
sebesar 84%.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2008.
3.3. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh ibu hamil yang
memeriksakan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Runding, yaitu sebanyak 302
orang dari 23 desa, dengan perincian jumlah ibu hamil setiap desa sebagai berikut:
Desa Siperkas 8 orang, Kuta Baringin 6 orang, Kp Bandar 20 orang, Harapan baru, 10
orang, Runding 25 orang, Lae Pemualan 13 orang, Muara Batu 24 orang, Sibungke 10
orang, Panglima Sahman 9 orang, Sibuasan 7 orang, Dah 18 orang, Sepadan 22 orang,
Gerugah 4 orang, Lae Mate 36 orang, Mandilam 4 orang, Tualang 8 orang, Tanah
Tumbuh 7 orang, Kuala Kepang 9 orang dan Suak Jampak 5 orang (Data PWS-KIA
Puskesmas Runding Maret 2008).
Besarnya sampel ditentukan dengan menggukanan rumus penentuan sampel
untuk penelitian survei oleh Slovin (1992) sebagai berikut :
N
n = --- N (d)2 + 1 Dimana :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan (0,1)
302
n = --- 302 (0,1)2 + 1
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel yang diteliti sebesar
75 orang, namun ditambah hingga menjadi 100 orang untuk menghindari kemungkinan
ada responden yang drop out, penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data
1. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner secara
langsung dengan ibu hamil.
2. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Runding Pemerintah Kota Subulussalam
dan Instansi terkait lainnya.
3.4.1. Uji Validitas
Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Notoatmodjo (2005) menyatakan sebelum
dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas kuesioner
kepada 20 responden. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrument
penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu
menghasilkan data yang akurat. Sugiono (2006) juga menyatakan bahwa instrumen
dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang
akan diukur.
Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur
korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik
korelasi pearson product moment corelation, dengan ketentuan : a) bila nilai p
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban. Sugiono
(2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliable atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini
teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach's Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan : a) Jika nilai r Alpha > r tabel (0,6) maka dinyatakan reliable dan b) Jika nilai r Alpha < r tabel (0,6) maka dinyatakan tidak reliable.
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap semua butir pertanyaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut :
a).Variabel geografis dengan 8 item pertanyaan dengan nilai p pada korelasi
pearson<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,6792>0,6, artinya item pertanyaan untuk variabel geografis valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada
responden.
b).Variabel pengetahuan dengan 9 item pertanyaan dengan nilai p pada korelasi
pearson <0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,8579>0,6, artinya item pertanyaan untuk variabel pengetahuan valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada
responden.
c).Variabel sikap dengan 7 item pertanyaan dengan nilai p pada korelasi pearson
d)Variabel tindakan dengan 4 item pertanyaan dengan nilai p pada korelasi
pearson<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,7836>0,6, artinya item pertanyaan untuk variabel tindakan valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada
responden.
e).Variabel kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan 4 item pertanyaan dengan
nilai p pada korelasi pearson <0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,7470>0,6, artinya item pertanyaan untuk variabel kunjungan pemeriksaan kehamilan valid dan
reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden (hasil uji validitas dan
reliabilitas terlampir).
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
1.Faktor geografis adalah kondisi wilayah Puskesmas Runding sebagai tempat tinggal
ibu hamil di yang menunjukkan keberadaan lokasi pelayanan pemeriksaan kehamilan
dari tempat tinggalnya (rumah), dilihat dari aspek jarak tempuh, waktu tempuh dan
transportasi.
(a)Jarak tempuh adalah jauhnya jarak antara tempat pemeriksaan kehamilan
dengan tempat tinggal responden (km)
(b).Waktu tempuh adalah lamanya waktu yang dibutuhkan responden dari tempat
tinggal ke tempat pemeriksaan kehamilan (menit)
(c)Transportasi adalah alat atau sarana pengangkutan yang digunakan responden
2. Perilaku adalah adalah suatu reaksi ibu hamil terhadap lingkungannya, termasuk
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan
tindakan.
3. Pemeriksaan kehamilan adalah jumlah kunjungan ibu hamil K-1 sampai K-4 (≥
4 kali) ke pelayanan pemeriksaan kehamilan.
3.6. Metode Pengukuran
Variabel geografis diukur melalui 8 (delapan) pertanyaan dan perilaku diukur melalui 20
(dua puluh) pertanyaan, secara terperinci dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Geografis Variabel
Pengukuran faktor geografis dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
(a) Baik apabila jarak tempuh (dekat atau <5 km)), waktu tempuh (singkat atau
<15 menit) dan transportasi (ada angkutan umum) ke pelayanan
pemeriksaan kehamilan (≥75% dari nilai tertinggi yaitu 16).
(b). Tidak baik jarak tempuh (jauh atau >5km),waktu tempuh (lama >15 menit)
dan transportasi (tidak ada angkutan umum) ke pelayanan pemeriksaan
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Perilaku
Pengukuran faktor perilaku dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
(a) Sesuai apabila pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil di dalam
masyarakat sesuai dengan program kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan (≥75% dari nilai tertinggi yaitu 49).
(b). Tidak sesuai apabila pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil di dalam
masyarakat tidak sesuai dengan program kesehatan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan (<75% dari nilai tertinggi yaitu 49)
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Pemeriksaan Kehamilan
Pengukuran variabel pemeriksaan kehamilan, dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
(a). Sesuai apabila ibu hamil melakukan ≥ 4 kali pemeriksaan kehamilan selama
masa hamil.
(b). Tidak sesuai apabila ibu hamil melakukan < 4 kali pemeriksaan kehamilan
selama masa hamil.
3.7. Metode Analisa Data
Data yang telah di kumpul, diedit dan dikoding secara manual. Teknik analisa
data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi berganda pada tingkat
kepercayaan 95% ( =0,05), untuk menjelaskan pengaruh faktor geografis dan perilaku
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Puskesmas Runding adalah salah satu puskesmas di Kota Subulussalam Provinsi
Nanggore Aceh Darussalam memiliki luas wilayah 342 km2. Secara geografis letak
Kecamatan Runding sebagai wilayah kerja Puskesmas Runding adalah sbb :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Sultan Daulat
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Longkib
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Trumon (Aceh Selatan)
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Simpang Kiri
Bedasarkan data Puskesmas Runding tahun 2007, jumlah penduduk Puskesmas
Runding adalah sebesar 10.801 jiwa yang terdiri dari 5.435 jiwa penduduk laki-laki dan
5.366 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa penduduk yang paling banyak di Desa Lae Mate
yaitu sebanyak 1.266 jiwa, sedangkan desa dengan penduduk paling sedikit adalah Desa
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Runding Tahun 2008
Jlh. Pddk Jenis Kelamin No Desa
Sumber: Kecamatan Runding dalam Angka Tahun 2008
berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Puskesmas Runding Tahun 2008
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) (%)
1 Petani /Perkebunan 2.249 34.7
2 Buruh 1.575 24.3
3 Wiraswasta 1.335 20.6
4 Pegawai Swasta 933 14.4
5 PNS /TNI / POLRI 389 6.0
Jumlah 6.481 100.0
Sumber: Kecamatan Runding dalam Angka Tahun 2008
Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa jenis pekerjaan penduduk yang berumur diatas
20 tahun di wilayah kerja Puskesmas Runding yang paling banyak adalah
petani/perkebunan yaitu sebanyak 2.249 orang (34,7%), sedangkan sebagai buruh 1.575
orang (24,3%), wiraswasta 1.335 orang (20,6%), Pegawai Swasta 933 orang
(14,4%) dan Pegawai Negeri/ TNI/ POLRI sebanyak 389 orang (6,0%).
Puskesmas Runding memiliki 1 unit Puskesmas induk dan 5 unit Puskesmas
Pembantu (Pustu). Letak Puskesmas induk dari Pustu yang paling dekat 5 Km yaitu
Pustu Teladan Baru, sedangkan yang paling jauh 13 Km yaitu Pustu Sepadan
Jenis pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Runding yang terbesar adalah
tenaga perawat sebanyak 10 orang. Jenis dan jumlah tenaga pelayanan kesehatan di
Puskesmas Runding adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Runding Tahun 2008
No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang)
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Sarjana Kesehatan 1
4 Perawat (Akademi/ D-III) 10
5 Bidan 8
Sumber : Puskesmas Runding Tahun 2008
4.2. Deskripsi Responden
Karakteristik responden meliputi: umur, suku, pekerjaan responden dan suami,
pendidikan responden dan suami, penghasilan. Jumlah dan persentase responden
berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada uraian berikut.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden berumur > 29 tahun,
yaitu sebanyak 51 orang (52,0%), selebihnya berusia ≤ 29 tahun. Responden suku Aceh
responden bervariasi, namun umumnya petani yaitu sebanyak 62 orang (63,3%),
demikian juga dengan suami responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 54 orang
(55,1%). Pendidikan responden dominan tamat SLTP, yaitu sebanyak 38 orang
(38,8%), sedangkan suami responden umumnya mempunyai tingkat pendidikan SLTA
yaitu sebanyak 38 orang (38,8%). Penghasilan responden umumnya di atas atau sama
dengan Upah Minimum Propinsi (UMP) NAD Tahun 2007 sebesar Rp.1.000.000,- yaitu
sebanyak 55 orang (56,1%), selebihnya mempunyai penghasilan di bawah UMP NAD.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas Runding Tahun 2008
Wiraswasta 23 23.5
Petani 62 63.3
Jumlah 98 100.0
b. Suami
PNS/TNI/Polri 7 7.1
Peg.Swasta 14 14.3
Wiraswasta 23 23.5
Petani 54 55.1
Jumlah 98 100.0
4 Tingkat Pendidikan
a. Responden
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 9 9.2
Tamat SD 20 20.4