• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILANPENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILANPENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN

PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH : DARMINING NIM: S540809204

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN

PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)

Disusun Oleh :

DARMINING NIM : S540809204

(4)

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Darmining

NIM : S540809204

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Dalam Penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI) di wilayah kerja puskesmas Ngletih Kota Kediri” adalah karya saya

sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi

dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh tersebut.

Surakarta, 11 Novenber 2010 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan

judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencagahan Komplikasi (P4K) Dalam Menurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri”.

Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Magister Kedokteran Keluarga pada Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mengalami kesulitan namun

berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan teratasi, untuk itu peneliti

sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp. Kj. ( K ), selaku Rektor

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan

ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan penelitian ini.

2. Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universita Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu

penyelesaian pendidikan pada program studi Magister Kedokteran

Keluarga.

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku Ketua

Program Studi Magister kedokteran Keluarga Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran

Keluarga.

4. Pancrasia Murdani, dr. MHPEd, selaku Ketua Minat Program studi

Magister Kedokteran Keluarga Universitan sebelas Maret Surakarta

(6)

commit to user

5. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan

penelitian ini.

6. Dr. Hermanu J, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam usulan penelitian ini.

7. Suami dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan

semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

8. Teman seperjuangan mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister

Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas dalam

menempuh Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan

dari Tuhan Ynag Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan

dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak. Terima kasih.

(7)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 45

(8)

commit to user

(9)

commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

C. Sumber Data dan Teknik Sampling ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Uji Kredibilitas ... 51

F. Teknik Cuplikan ... 52

G. Teknik Analisa Data ... 53

H. Prosedur Kegiatan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 56

B. Temuan Penelitian ... 62

C. Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Implikasi ... 109

C. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN – LAMPIRAN

(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ……….. 46

Gambar 2. Siklus Analisa Data ……… 54

Gambar 3 Rencana persalinan pada kehamilan sekarang ……….78

(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ………117

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ………...118

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ……….119

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Karakteristik Informan ……… …123

Lampiran 5. Hasil Wawancara ………125

Lampiran 6. Pengamatan Aktivitas Subyek Peneliti ………...133

Lampiran 7. Stiker Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat ...134

Lampiran 8. Amanat Persalinan ………...135

Lampiran 9. Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Pendonor Darah ………….136

Lampiran 10 Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Ambulan Desa ………...137

Lampiran 11. Daftar Nama Pendonor Darah ………..138

Lampiran 12. Daftar Pemilik Ambulan Desa ……….139

Lampiran 13. Stiker Ibu Hamil ………...140

Lampiran 14. Dokumentasi dan Contoh format Pendataan Ibu Hamil ……….141

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Tenaga puskesmas ………59

Tabel 4.2 Data partisipasi masyarakat ………..59

Tabel 4.3 Data cakupan pelayanan KIA ………...60

Tabel 4.4 Data penerapan P4K ………...61

Tabel 4.5 Data derajat kesehatan ………... 61

Tabel 4.6 Data bidan wilayah yang mendapatkan peningkatan Ketrampilan ………...62

Tabel 4.7 Data kader yang mendapatkan pelatian P4K ………62

(13)

commit to user

ABSTRAK

Darmining, S540809204. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan

Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K ) Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu. Tesis, Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember 2010.

Tujuan 1) Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 2) Untuk medeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 3) Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih.

Metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data digunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, bidan wilayah, kader P4K, ibu hamil, suami atau keluarga, tokoh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Ngletih.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi tahap pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil yaitu : 1) Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar 100 %; 2) Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas dari 33 kasus komplikasi, 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat; 3) Prosentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapat pelayanan nifas 100%; 4) Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 %.

Kesimpulan hasil penelitian diatas dipahami bahwa keberhasilan penerapan Program Perencanan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih dapat berjalan meskipun ada beberapa kendala.

Kata Kunci : Penerapan program Perencanaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Kader P4K, Pemantauan kesehatan.

(14)

commit to user

ABSTRACT

Darmining, S540809204. The factors affecting the Successful Implementation of

Program Childbirth Planning and Prevention of Complications (IPCPPC) in Reducing Maternal Mortality. Thesis. Family Medical Program, Post Graduate Sebelas Maret University Surakarta, November 2010.

Goal 1. Describing the implementation of PCPPC in working area of Ngletih

Society Health Center (clinic)., 2. Describing the attained success and the factor affecting the successful implementation of PCPPC in reducing maternal mortality in working area of Ngletih clinic., 3. Describing the existing obstacles in IPCPPC in working area of Ngletih clinic.

Method qualitative descriptive by using data collection techniques such as deep interviews, observation and documentation. The Informants were the head of clinic, region midwives, PCPPC cadres, pregnant women, their husbands or families, community leaders in the working area of Ngletih clinic.

Data Analysis technique was interactive analysis covering data collection, data display, data reduction and drawing conclusions or verification.

Results 1. Percentage of given sticker pregnant women who received antenatal Prevention of Complications (PCPPC), PCPPC Cadres, Health monitoring.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kcmampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka

kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), umur harapan hidup dan angka

kematian balita (Depkes Rl, 1991).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara

sehingga hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode

2005-2009 selain prioritas lain seperti pelayanan kesehatan untuk masyarakat

miskin, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat

bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal dan

daerah perbatasan serta pulau-pulau terluas (Depkes RI, 2009).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes

menargetkan pada tahun 2009, AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup

(Depkes RI, 2009). Menurut Menkes RI, dr. Siti Fadilah Supari menyebutkan

bahwa angka kematian ibu mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2004

sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian ibu berkisar 248 per 100.000

(16)

commit to user

kelahiran hidup, padahal di tahun 2004, angka kematian ibu sekitar 270 per

100.000 kelahiran hidup (UGM, 2009).

Menurut Dr. Ieke Irdjiati, MPH Sekretaris Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat Depkes, sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu

terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui

kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang

memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan

derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan

kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Mengenai penyebab

kematian, Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh

perdarahan, toksemia gravidum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus.

Kematian paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya

dapat dicegah (Depkes RI, 2004).

Tingginya angka kematian maternal ini mempunyai dampak yang besar

terhadap keluarga dan masyarakat. Kematian seorang wanita saat melahirkan

sangat mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya, karena bayi yang

bersangkutan akan mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L.

Ratna Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu, persalinan ibu harus mendapatkan

fasilitas dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi

masyarakat setempat dan lainnya.

Penyebab kematian ibu ini sangat kompleks. Komplikasi obstetri, yang

merupakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya terjadi pada saat

(17)

commit to user

ibu adalah kejadian keterlambatan di tingkat masyarakat yang dikenal sebagai 3

terlambat yaitu (1) Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan ;

(2) Terlambat mencapai tempat rujukan; (3) Terlambat mendapat penanganan di

tempat rujukan.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut antara lain:

ketidaktahuan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya saat hamil, persalinan dan

nifas, ketidaktersediaan transportasi, hambatan biaya, ketidakberadaan tenaga

kesehatan untuk menolong ibu bersalin, ketidaksetaraan gender sehingga ibu tidak

mempuyai wewenang untuk memutuskan sendiri kemana akan bersalin sampai

kepada ketidaksiapan dalam penanganan di tingkat rujukan termasuk

ketidaktersediaan donor darah.

Dalam hubungannya dengan pelaksanaan percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu, Departemen Kesehatan yang memiliki visi ”Masyarakat Mandiri

untuk Hidup Sehat” dengan Misi “Membuat Rakyat Sehat” serta dengan salah

satu strategi “Menggerakan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat”

berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi

tingginya, yang tertuang di dalam salah satu strategi pelaksanaan MPS yaitu

melibatkan peran serta perempuan, suami dan masyarakat. Untuk itu semua

komponen harus siap setiap saat untuk menjaga keadaan kesehatan ibu hamil dan

mengantar ke fasilitas pelayanan kesehatan bila terjadi komplikasi yang tidak

diinginkan. Keadaan masyarakat ini disebut dengan Siap Antar Jaga, yang

(18)

commit to user

Bersalin atau Tabulin dan Dana Sosial Ibu Bersalan atau Dasolin; 3) Transpotasi;

4) Ketersediaan Donor Darah.

Pencanangan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 dengan stiker yang merupakan

“upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru

lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus

merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian

masyarakat untuk persiapan dan siaga dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru

lahir (DepKes RI, 2009).

Melalui P4K dengan stiker masyarakat diharapkan dapat mengembangkan

norma sosial bahwa cara yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir dengan memeriksakan kehamilan ke bidan atau tenaga

terampil di bidang kebidanan, sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan

Visi Departemen Kesehatan, yaitu ”Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”

(Depkes RI,2009).

Amanat persalinan dengan stiker dimaksudkan untuk menginventaris atau

mendata ibu hamil dengan menggunakan stiker. Hal ini merupakan salah satu

upaya percepatan penurunan AKI, karena dengan terdatanya ibu hamil secara

tepat dan akurat serta di pantau secara intensif, maka setiap kehamilan sampai

dengan persalinan dan nifas dapat berjalan dengan aman dan selamat, sehingga

tidak ada kematian.

Perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi dilakukan bersama oleh

(19)

commit to user

atau amanat persalinan. Selanjutnya bumil dengan bantuan bidan dan kader dapat

mengakses sumber daya yang berkaitan dengan masalah kehamilan dan

persalinannya. Diharapkan dengan perencanaan persalinan yang baik dan siapnya

sumber daya yang dibutuhkan oleh ibu hamil apabila terjadi masalah kehamilan

dan persalinan akan menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan sehingga

kualitas kesehatan ibu, bayi dan balita dapat meningkat menjadi lebih baik

(Dinkes Propinsi Jatim, 2007).

Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000

adalah komitmen internasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Millenium

(Millenium Development Goals / MDGs) pada tahun 2015 sebagai solusi dari

ketergantungan antar negara dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia.

Target Nasional yang terkait dengan sasaran MDGs adalah menurunkan Angka

Kematian Ibu sebesar ¾ dari Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 1990 (450

per 100.000 kelahiran hidup) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes,

2008).

Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Indonesia

telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, namun Angka Kematian Ibu di

Indonesia saat ini masih yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Dari data

Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB3 KIA) Propinsi Jawa Timur tahun

2007 AKI 72/100.000 KH ,tahun 2008 AKI 83/100.000 KH, sedangkan tahun

2009 AKI 90/100.000 KH (Dinkes Propinsi Jatim, 2009). Dari data Laporan

(20)

commit to user

151/100.000 KH, tahun 2008 AKI 97/100.000 KH, sedangkan pada tahun 2009

AKI 176/100.000 KH.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa di Kota Kediri sudah

ada peningkatan jumlah bidan termasuk bidan yang telah mengikuti pelatihan

APN di puskesmas, telah dilaksanakannya program P4K yang melibatkan suami,

keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat sekitar. Namun pada kenyataannya

dalam dua tahun terakhir, angka kematian ibu di Kota Kediri mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan angka kematian ibu ini hampir

merata di wilayah kerja puskesmas di Kota Kediri tetapi berbeda dengan

Puskesmas Ngletih mulai tahun 2007 sampai sekarang Angka Kematian Ibu

(AKI) adalah 0 (nol) atau tidak ada kematian ibu karena kehamilan, persalinan

ataupun nifas. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang Faktor – Faktor

yang mempengaruhi keberhasilan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam menurunkan Angka kematin ibu (AKI) di

wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan P4K di Wilayah kerja Puskesmas Ngletih ?

2. Bagaimana keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang

mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih?

(21)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengevaluasi keberhasilan penerapan program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) di

Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas

Ngletih.

b. Untuk mendeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa

yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan

Angka Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih.

c. Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di

wilayah kerja Puskesmas Ngletih.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam pengembangan program kesehatan ibu

dan bayi dari tinjauan kesehatan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Menambah khasanah pengetahuan peneliti tentang factor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan penerapan program P4K dalam menurunkan

Angka kematian ibu (AKI) baik faktor yang mendukung maupun faktor

(22)

commit to user

3. Manfaat Aplikatif

Sebagai masukan Kepala Puskesmas dan fihak penentu kebijakan

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program P4K di

Wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri dalam menurunkan Angka

kematian ibu (AKI) sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam

(23)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

a. Pengertian

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan

dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga

Berencana pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media

notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).

b. Tujuan

1) Tujuan umum

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil

dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat

dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi

yang sehat.

(24)

commit to user

2) Tujuan khusus

a) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah

ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil,

identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping

persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi

yang akan digunakan serta pembiayaan.

b) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca

persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.

c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi

komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

d) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non

formal, dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat

dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker,

dan KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.

c. Manfaat penerapan P4Kadalah :

1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.

2) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.

3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.

4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.

5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.

6) Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.

7) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

(25)

commit to user

d. Sasaran penerapan P4K adalah:

1) Penanggung jawab program KIA propinsi dan kabupaten/ kota.

2) Bidan koordinator.

3) Kepala Puskesmas.

4) Dokter.

5) Perawat.

6) Bidan.

7) Kader.

8) Forum Peduli KIA (Forum P4K/ Pokja Posyandu, dan lain sebagainya).

e. Kegiatan penerapan P4K meliputi :

1) Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker

Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan,

pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja

bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan

melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum

peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini dilakukan melalui

kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke rumah ibu hamil dalam

rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanaan

persalinan dan pencegahan komplikasi; disamping itu untuk memfasilitasi

ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/obat

kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati

(26)

commit to user

oleh bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil

(sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil diberikan buku KIA untuk

dipahami isinya.

2) Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin)

Tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau

pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang

pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk

segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.

Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan

normal atau sesuai dengan kesepakatan.

Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela

dengan prinsip gotong-royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan

tujuan membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan

kegawatdaruratan. Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan

dengan kesepakatan. Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan

kesepakatan.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan

pertemuan-pertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme

pengumpulan dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan

(27)

commit to user

3) Calon Donor Darah

Calon donor dar ah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh ibu,

suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia

menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.

Syarat donor darah sukarela adalah:

a) Usia 17 sampai 60 tahun.

b) Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk

perempuan.

c) Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.

d) Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.

e) Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).

f) Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.

g) Tidak mempunyai luka/infeksi.

h) Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed

consent

Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI)

yang dapat dipakai untuk semua kebutuhan kegawatdaruratan. Warga akan

didaftar dan diperiksa golongan darahnya.

Ada 2 (dua) jenis donor darah yaitu :

a) Pendonor darah tetap, rutin tiap 3 bulan donor darah di PMI.

b) Bank darah desa, yaitu daftar relawan yang bersedia donor darah

sewaktu-waktu, utamanya untuk kegawatan ibu hamil dan melahirkan.

(28)

commit to user

yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3

jam.

4) Ambulan Desa /Transportasi

Ambulan desa / transportasi adalah alat transportasi dari masyarakat

sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar

calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan, terutama

yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk segera

ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa

bermacam-macam, tergantung jenis yang dimiliki oleh warga dan

mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat jadwal

kendaraan, pengemudi, BBM, dsb). Bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda

motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa yang

mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga.

f. Indikator Program P4K meliputi :

1) Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.

2) Persentase ibu hamil mendapat stiker.

3) Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar

(semua ibu hamil mendapat kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan 5 T).

4) Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.

5) Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami

komplikasi tertangani.

(29)

commit to user

7) Persentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas.

8) Output P4K dengan Stiker.

Output yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.

2) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.

3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk KB

yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.

4) Bidan menolong persalinan sesuai standar.

5) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.

6) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan

lingkungan (sosial-budaya).

7) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan

Forum Peduli KIA/Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk KB

pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing.

8) Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.

9) Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Petugas Pustu, Forum Peduli

KIA atau Posyandu dan (bila ada) dukun bayi, pendamping persalinan.

g. Tahap kegiatannya meliputi :

1) Orientasi P4K dengan stiker

Orientasi ditujukan untuk pengelola program dan stakeholders terkait

di tingkat Propinsi, Kab/Kota, Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk

(30)

commit to user

sistem pencatatan & pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan dan

diperlukan agar P4K dengan stiker dapat terlaksana di lapangan.

2) Sosialisasi

Sosilisasi ditujukan kepada kepala desa/lurah, bidan, dukun, tokoh

agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan, PKK serta lintas sektor di

tingkat desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi

tentang tujuan; manfaat dan mekanisme pelaksanaan agar mendapat

dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanannya di

lapangan.

3) Operasionalisasi P4K dengan stiker ditingkat Desa / Kelurahan

4) Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan.

Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah, dan dihadiri bidan di

desa, kader, dukun, tokoh masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan

partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam membantu mempersiapkan

persalinan yang aman bagi ibu yang diwujudkan dengan mendata jumlah

ibu hamil yang ada di wilayah desa, serta membahas dan menyepakati calon

donor darah, transport dan pembiayaan (Jamkesmas, Jamkesda, Tabulin,

dasolin). Pertemuan ini juga dapat dipakai untuk mengembangkan forum

yang telah ada sebelumnya, seperti Pokja Posyandu, forum GSI yang

ditujukan untuk melaksanakan program P4K dengan stiker ini.

5) Mengaktifkan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Forum Peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum-forum yang

(31)

commit to user

Desa Siaga, Pokja Posyandu dan lain - lain. Apabila di daerah tersebut

belum terbentuk forum seperti itu bisa dilakukan pembentukan dengan

menggunakan metode berikut ini. Pemilihan anggota Forum Peduli KIA ini

sebaiknya didahului dengan kesepakatan kriteria bagi orang-orang yang

akan dipilih. Kriteria diserahkan sepenuhnya kepada unsur masyarakat yang

hadir. Umumnya kriteria yang muncul antara lain adalah punya waktu dan

punya kemauan. Pemilihan kemudian dilakukan dengan teknik partisipatif

dimana fasilitator pertemuan membagi unsur masyarakat yang hadir dalam

kelompok-kelompok dan kemudian masing-masing kelompok mengajukan

orang-orang yang dipercaya untuk dipilih sebagai anggota kelompok

masyarakat dan disepakati bersama. Umumnya orang-orang ini adalah kader

potensial di tingkat desa. Biasanya ketua Forum Peduli KIA adalah kepala

desa/lurah.

6) Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker

Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan kontak

dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker,

termasuk pemakaian Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan.

Ketrampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga

kesehatan yang melakukan kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam

pengisian stiker. Mereka harus mampu memberikan penjelasan/konseling

kepada keluarga tentang pentingnya perencanaan persalinan serta

bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan keluarga bila terjadi komplikasi

(32)

commit to user

bisa menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai alat bantu

karena di dalamnya berisi penjelasan tentang tanda bahaya persalinan dan

kehamilan; petunjuk perawatan masa kehamilan dan menyusui serta data

kesehatan ibu saat mulai hamil. Ditambah dengan menggunakan buku-buku

pedoman yang ada seperti “Ibu sehat Bayi Sehat”.

7) Pemasangan stiker di rumah ibu hamil

Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh Bidan, kemudian stiker

tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu

hamil diberikan Buku KIA untuk dipahami isinya. Stiker P4K ini memuat

informasi tentang nama ibu hamil, nama suami, golongan darah ibu hamil,

nama pendamping persalinan diarahkan agar suami yang mendampingi

(tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan,

rencana nama pendonor darah yang akan diminta bila ibu hamil mengalami

kegawatdaruratan dan rencana transportasi/ambulan desa yang akan dipakai

bila ibu hamil mengalami kegawatdaruratan, rencana pembiayaan

(Jamkesmas, Tabulin, Dasolin). Hal penting dalam pengembangan

mekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasama antara

Bidan-Dukun-Kader-Forum Peduli KIA agar semua pihak berperan aktif dalam melakukan

penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari ibu hamil yang ada

di wilayahnya, dan peran menempelkan stiker yang telah diisi bidan

tersebut di masing-masing rumah ibu hamil yang juga akan berguna sebagai

(33)

commit to user

setiap ibu hamil yang telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan sesuai

standar. Program pemasangan stiker ini menjadi media utama dalam P4K.

8) Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa

Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa dilakukan setiap bulan

secara teratur untuk up-dating, dan disampaikan pada setiap pertemuan

bulanan. Kemudian pemberian konseling kepada ibu hamil, dilanjutkan

dengan penempelan stiker di rumah ibu hamil dan pemberian Buku KIA

kepada ibu hamil tersebut.

9) Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa.

Dalam rangka pengelolaan donor darah ini, dikembangkan upaya

bukan hanya untuk mengganti darah pada ibu bersalin tetapi lebih

berorientasi untuk menggalang tersedianya calon pendonor darah untuk

mengisi persediaan darah di Unit Transfusi Darah atau Unit Transfusi Darah

RS. Untuk memastikan kegiatan donor darah dan ambulan desa berjalan

dengan maksimal maka perlu dilakukan upaya partisipatif bidan bekerja

sama dengan Forum Peduli KIA dan dukun, dipimpin Kepala Desa atau

Lurah mewujudkan komitmen bersama di masyarakat dalam penyediaan

donor darah, sarana transportasi. Komitmen masyarakat terhadap

pelaksanaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa dapat

diwujudkan dengan pembuatan Surat Pernyataan Kesediaan menjadi

Pendonor Darah atau Sarana Transportasi atau Ambulan Desa bagi warga

yang bersedia dan ikhlas sebagai calon pendonor darah atau pemakaian

(34)

commit to user

kegawatdaruratan. Surat Pernyataan Kesediaan tersebut dapat dituangkan

dalam satu lembar kertas yang memberikan informasi tentang nama, alamat

atau no HP atau no telp, umur, golongan darah atau jenis kendaraan.

Selajutnya surat pernyataan tersebut harus menjelaskan bahwa surat dibuat

secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Terakhir surat

pernyataaan harus ditandatangani oleh yang membuat pernyataan dan

diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah wilayah setempat. Setelah adanya

surat pernyataan kesediaan menjadi pendonor darah atau sarana transportasi

atau ambulan desa, maka langkah selanjutnya yang perlu dikembangkan

adalah membuat daftar tertulis tentang orang-orang yang bersedia menjadi

pendonor darah dan atau sarana transportasi atau ambulan desa. Daftar ini

bisa dibuat di atas kertas karton besar atau di papan tulis dan kemudian

disosialisasikan kepada masyarakat luas di desa atau kelurahan. Umumnya

di pedesaan sosialisasi dilakukan dengan penempelan daftar nama-nama

orang yang bersedia menjadi pendonor darah dan atau sarana transportasi

atau ambulan desa di papan pengumuman desa.

10) Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Tabulin atau Dasolin

Untuk mekanisme pelaksanaan komponen Tabulin atau Dasolin,

bidan bersama dengan forum peduli KIA dan dukun harus bekerja hati-hati.

Karena pelaksanaan komponen ini berkaitan erat dengan uang atau sumber

daya yang lain. Ini merupakan hal yang sensitif bagi sebagian besar

masyarakat, sehingga perlu upaya yang partisipatif dan komunikatif dalam

(35)

commit to user

perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-pertemuan bersama dengan

masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan Pembuatan dan

Penandatanganan Amanat Persalinan:

Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta

dengan suami dan atau keluarga atas komponen-komponen penyimpanan

dana, penggunaan dana, serta pengawasan dan pelaporan dana.

P4K dengan Stiker. Amanat persalinan juga melibatkan warga yang

sanggup menjadi pendonor darah, warga yang memiliki sarana transportasi

atau ambulan desa, proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir, rencana inisiasi menyusui dini, kesiapan bidan

untuk kunjungan nifas, termasuk upaya penggalian dan pengelolaan dana.

Dalam Amanat Persalinan akan tertulis lengkap informasi kesiapan dana,

transportasi, dan pendonor yang akan membantu ibu yang melahirkan jika

sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam lembar itu juga ditulis bidan yang akan

menolong persalinan. Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh tanda

tangan ibu hamil, suami/keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan ini

akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat

dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan

penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya. Dokumen

Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker.

Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan,

(36)

commit to user

h. Rekapitulasi Laporan

1) Data yang telah didapat dari isian stiker dan data pendukung lainnya, bidan

di desa melakukan pencatatan di buku KIA untuk disimpan dan dipelajari

oleh ibu hamil sebagai alat pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan

nifas, bayi yang dilahirkan sampai dengan umur 5 tahun. Disamping itu juga

dicatat di kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan di fasilitas kesehatan.

Bidan di desa memberikan pelayanan sesuai standar dan pemantauan ibu

hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu di wilayah desa

(termasuk laporan dari dokter dan bidan praktek swasta di desa tersebut) ke

Puskesmas setiap bulan termasuk laporan kematian ibu, bayi lahir hidup dan

bayi lahir mati.

2) Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh bidan di

desa/kelurahan dan juga laporan dari Rumah Bersalin Swasta serta

melakukan Pemantauan Wilayah Setempat tentang KIA (PWS-KIA) dan

melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab atau Kota setiap bulan.

3) Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melakukan rekapitulasi dan analisa

laporan dari seluruh Puskesmas di wilayahnya dan laporan Yankes ibu dari

rumah sakit pemerintah dan swasta, serta melakukan Pemantauan Wilayah

Setempat (PWS-KIA), evaluasi dan melaporkan ke Dinas Kesehatan

Propinsi setiap bulan.

4) Dinas Kesehatan Propinsi melakukan rekapitulasi dan analisa dari seluruh

(37)

commit to user

melakukan pemantauan, fasilitasi dan evaluasi secara berkala serta

melaporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan.

5) Tingkat melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari Dinas Kesehatan

Propinsi dan melakukan pemantauan berkala, fasilitasi, evaluasi P4K

dengan stiker dalam rangka PP-AKI.

6) Forum Komunikasi

Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing tingkat

wilayah dari Puskesmas, kabupaten atau Kota dan Provinsi mempunyai

wadah Forum Komunikasi yan meliputi lintas program dan lintas sektor

2. Pemeriksaan Kehamilan

a. Pengertian

Pengertian dari K1 Kehamilan telah berubah, dulu tepatnya diawal

tahun 1990an ketika dipelajari dalam program KIA, pengertian K1

Kehamilan adalah pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar

untuk pertama kalinya pada semester pertama kehamilan, tetapi sekarang,

pengertian dari K1 Kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan

di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hal ini membuktikan

bahwa penyelenggaraan program KIA dengan pengertian indikator K1 telah

salah dan tidak mendukung peningkatan mutu kehamilan dan persalinan

(38)

commit to user

Pemeriksaan kesehatan (termasuk gizi) pertama pada semester

pertama kehamilan sebagaimana diketahui dan diperdalam dalam

pendekatan epidemiologi dan ilmu gizi adalah sudah sangat jelas yaitu ibu

hamil sejak ditahu kehamilan atau kurang lebih usia kehamilan 6 minggu

sampai 12 minggu kehamilan (1-3 bulan kehamilan), sudah harus

memeriksakan kehamilannya, apabila sang ibu hamil tidak memeriksakan

kehamilannya pada masa kehamilan ini (1-3 bulan kehamilan) itu artinya

sang ibu hamil tersebut telah mangkir/lalai (default) atau dulunya disebut

dengan istilah DO (Drop Out) pada semester pertama kehamilan, tetapi

istilah DO ini kurang tepat digunakan karena ada kecenderungan sang ibu

hamil tidak akan dilayani lagi untuk bulan-bulan kehamilan berikutnya,

sehingga istilah default (mangkir) lebih tepat digunakan.

Sementara itu pengertian pemeriksaan kesehatan pertama (K1) semasa

kehamilan dalam pengertian selama kehamilan (usia kehamilan 1-9

bulan/atau mendekati lahir) walaupun sesuai standar pemeriksaan

kehamilan, sangatlah sulit untuk dimengerti, karena standar pemeriksaan

kesehatan (termasuk gizi) pada semester pertama, kedua dan ketiga pada

prinsipnya berbeda, keadaan hamil pada semester pertama jelas berbeda

pada semester kedua dan juga ketiga, walaupun standar yang dipakai adalah

5T tetapi pada pemeriksaannya tetap berbeda, berat badan ibu hamil pada

semester pertama kehamilan jelas berbeda pada berat badan pada semester

(39)

commit to user

Standar 5 T adalah standar pemeriksaan /perawatan kehamilan (ANC =

Antenatal Care) yang dimaksud adalah:

1) Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan

2) Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah

3) Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus

4) Pemberian imunisasi TT

5) Pemberian tablet besi

Setiap kali pemeriksaan /perawatan kehamilan selalu berbeda setiap

semesternya. Istilah K1 atau Kunjungan pertama ibu hamil pada dasarnya

satu paket dengan istilah K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil. K4 itu

sendiri mempunyai pengertian dari beberapa sumber yaitu:

1) Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator lokal untuk memonitoring

kemajuan kabupaten dan kecamatan. Menyebutkan bahwa Kunjungan ibu

hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai

standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan

minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan

dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe

selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

2) Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan tahun 2009 Depkes RI 2009.

(40)

commit to user

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar

paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3) Sementara itu berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai penjabaran dari SPM Bidang

Kesehatan Depkes RI, Kunjungan ibu hamil K 4 adalah: ibu hamil yang

kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC

sesuai dengan standar 5 T dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali

selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal

1 kali dan trimester III minimal 2 kali.

Jadi Karena adanya istilah K4 berarti ada istilah K1, K2 dan K3 serta

tentunya K4. Dari pengertian K4 diatas, maka pengertian K1 sudah sangat

jelas yaitu Pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester pertama,

K2 dalam pengertian K(1+1=2) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai

standar pada trimester pertama dan kedua kehamilan, K3 adalah pemgertian

K(1+1+1=3) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester

pertama, kedua dan ketiga kehamilan. Dan K4 itu sendiri K3 tambah

pemeriksaan ketika mendekati persalinan. Penjelasan ini menunjukkan

pelayanan pemeriksaan ibu hamil dalam ilmu epidemiologi menggunakan

pendekatan prospektif atau biasa dikenal dengan istilah kohort atau dalam

program pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

(41)

commit to user

Buku register kohort ini maksudnya adalah buku pencatatan dan

pelaporan seorang bidan yang menyelenggarakan pelayanan ANC dan

merupakan suatu skill dan keterampilan yang harus dikuasai bukan saja

keahlian melakukan persalinan, ketika seorang ibu telah hamil maka ibu

hamil ini harus datang atau didatangi untuk dicatat dan dipantau serta

diperiksa selama masa kehamilannya selesai, penjelasannya adalah :

1) Jika sang ibu hamil datang-didatangi pada trimester pertama kehamilan

maka ia diperiksa dan dicatat pada kolom semester pertama dan selanjutnya

disarankan atau diupayakan datang-didatangi untuk diperiksa dan dicatat

pada trimester –trimester berikutnya. Inilah yang diharapkan sesuai dengan

standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.

2) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya dating − didatangi pada

trimester kedua kehamilan ( tidak datang − didatangi pada trimester

pertama) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester kedua buku

register kohort, dan selanjutnya tetap disarankan atau diupayakan datang,

didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada trimester – trimester berikutnya.

Inilah yang tidak diharapkan karena telah lalai atau mangkir tidak masuk

dalam standar cakupan pelayanan minimal K1 maupun K4

3) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang-didatangi pada

trimester ke tiga kehamilan (tidak dating − didatangi pada trimester pertama

dan kedua) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester ketiga buku

(42)

datang-commit to user

didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada saat mendekati persalinan

sebagai pemeriksaan yang terakhir kalinya. Ini juga tidak masuk dalam

standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.

4) Dengan sistem registrasi kohor ini maka setiap saat atau setiap bulan dapat

di evaluasi sesuai dengan standar cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan

atau target K1 dan K4 yang diharapkan berkisar antara 80 − 95%,

sebaliknya standar cakupan ibu hamil yang ditoleransi mangkirnya (default

toleration) normalnya berkisar 5 − 20%, bila standar cakupan pelayanan dan

toleransi mangkir ini tidak terpenuhi, maka pada dasarnya pelaksanaan

program ANC (Antenatal Care) sangat jelek dan tidak terkendali.

Perubahan pengertian K1 rupanya berhubungan dengan pelaksanaan

sistem pencatatan dan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

Kesehatan Ibu dan Anak, Bukan sistem pencatatan dan pelaporan kohort Ibu

dan Bayi. Sebagaimana pengertian K1 menyebutkan cakupan ibu hamil

yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali

pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Disini keterangan disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu lebih

ditekankan pada sistem pencatatan dan pelaporan PWS. Dalam pengertian

ini K1 bukan merupakan paket dari Pelayanan dan pemeriksaan K4. K1

menunjukkan kegiatan ( diberi simbol “K”) pelayanan antenatal untuk

pertama kalinya (diberi simbol “1″) pada masa kehamilan, kalau yang

(43)

commit to user

ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA (atau KMS Bumil) dan dilakukan

pemeriksaan sesuai standar untuk pertama kalinya kemudian dicatat dalam

buku register PWS.( Depkes RI 2009 : Pedoman Pemantauan Wilayah

Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ).

3. Prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN)

Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan

persalinan normal sebagai berikut (Dinkes Propinsi Jatim, 2003) :

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai

3 ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada

tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas bersih dengan

gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap

(44)

commit to user

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam lautan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa

ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan

pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

(45)

commit to user

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparetal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

23. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

24. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan

atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

25. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah

(selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).

26. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan.

b. Apakah bayi bergerak aktif.

27. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk lain yang kering. Membiarkan bayi di

(46)

commit to user

28. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

29. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

32. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

33. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

34. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

35. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

36. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

(47)

commit to user

37. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah

dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan mengulangi prosedur.

38. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros

jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

39. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu, (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

40. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba

keras).

41. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban

sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantung plastik yang

tersedia.

42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

(48)

commit to user

43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervagina.

44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 sebanyak 1 mg

intramuskuler dipaha kiri anterolateral.

46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

47. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervagina.

48. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan mesase uterus dan menilai

kontraksi.

49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama kemudian 30 menit pada 1 jam kedua.

51. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

52. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

(49)

commit to user

54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih

dan kering.

55. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

57. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

58. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan melengkapi

partograf.

4. Profesi Bidan

a. Pengertian Profesi

Profesi (Abraham Flexman, 1995) adalah aktifitas yang bersifat

intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktek

pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan aktristik,

mendahulukan kepentingan orang lain.

Sedangkan menurut Mavis Kirkham (1996), profesi adalah suatu

pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu atau seni

khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu agama

(50)

commit to user

Namun menurut Suessman, profesi berorientasi pada

pelayanan,memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari

kelompok pelaksana.

b. Karakteristik dan ciri-ciri Profesi

1) Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.

2) Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.

3) Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.

4) Pengedalian terhadap standar praktek.

5) Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang

diberikan.

6) Karir seumur hidup yang mandiri.

c. Pengertian Bidan

1) Menurut Ikatan Bidan Indonesia(IBI).

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku, dicacat, diberi ijin secara sah untuk

menjalankan praktik.

2) Kepmenkes No 900 / Menkes /SK/ VII/ 2002 BAB I Pasal 1

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program

(51)

commit to user

3) Menurut WHO

Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam

program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui secara

yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan

kebidanan dan memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan.

4) International Confederation of Midwife

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan

yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk

melaksanakan praktek kebidanan di Negara itu.

d. Pengertian Kebidanan

Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin

ilmu atau multi disiplin, yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi

ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya,

ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen, untuk dapat memberikan

pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil, bersalin, post partum,

dan bayi baru lahir. Pelayanan kebidanan tersebut meliputi pendeteksian

keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan

pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.

Kebidanan adalah seni dan praktek yang menkombinasikan

keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau

(52)

commit to user

yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan

atau orang yang berarti lainnya. (Lang, 1979).

e. Peraturan dan Perundangan yang Mendukung Keberadaan Profesi

Bidan.

1) Kepmenkes No. 49/1968 tentang Peraturan Penyelenggaraan Sekolah Bidan

2) No. 363/Menkes /Per / IX /1980, 27 September 1980 tentang Wewenang

Bidan.

3) No. 623/Menkes/Per/IX/1989, 25 September 1989 tentang perubahan atas

4) No. 363/Menkes/Per/IX/1980, 27 September 1980 tentang Wewenang

Bidan.

5) Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek.

f. Peran dan Fungsi Bidan

1) Peran Bidan

a) Pelaksanaan Asuhan dan Pelayanan Kebidanan.

Dalam tugasnya sebagai pelaksana,bidan dapat bekerja

mandiri,melakukan pelayanan kebidanan primer sesuai dengan

wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan,disamping itu

perannya dalam pelayanan kolaboratif sebagai mitra dalam pelayanan medis

terhadap Ibu,Bayi dan Anak bidan tetap berpegang pada falsafah yang

dianutnya dengan pendekatan pemecahan masalah dan prinsip-prinsip

(53)

commit to user

b) Pengelola

Sebagai pengelola bidan memimpin dan mengkoordinasikan

pelayanan kebidanan sesuai dengan wewenangnya didalam tim, Unit

pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik Bersalin, Praktek Bidan dan

Polindes.

c) Pendidik

Sesuai tugasnya bidan melakukan penyuluhan individu, keluarga dan

kelompok masyarakat. Disamping itu ia diharuskan pula membimbing siswa

bidan, dukun bayi, kader desa di dalam pelayanan kebidanan.

d) Peneliti

Bidan dengan dasar keilmuan yang dimiliki dapat melakukan

penelitian baik secara mandiri atau bersama atau sebagai anggota kelompok

peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga.

2) Fungsi Bidan

a) Pelaksana

(1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan

masyarakat remaja pra perkawinan.

(2) Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu hamil normal, kehamilan

dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan resiko tinggi.

(3) Menolong persalinan normal dan kasus patologis tertentu.

(4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi resiko tinggi.

(5) Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas.

(54)

commit to user

(7) Melakukan pelayanan KB sesuai dengan wewenangnya.

(8) Memberikan bimbingan dan pelayanan kesehatan terhadap gangguan

sistim reproduksi termasuk wanita pada klimakterium internal dan

menopause sesuai wewenangnya.

b) Pengelola

(1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,

keluarga, kelompok masyarakat sesuai kondisi kebutuhan masyarakat

setempat yang didukung oleh partisipasi masyaraka

(2) Menyusun rncana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan

unit kerjanya.

(3) Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh

bidan.

(4) Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sektor dalam

kaitannya dengan pelayanan kebidanan.

(5) Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan yang

dipimpin oleh bidan.

c) Pendidik

(1) Memberikan penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok

masyarakat dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup

kesehatan keluarga berencana.

(2) Membimbing dan melatih dukun bayi dan kader kesehatan sesuai

Gambar

Tabel 4.4 Data penerapan P4K ……………………………………….................61

Referensi

Dokumen terkait

P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di Desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responsivitas Dinas Kesehatan Kabupaten dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Adalah kepanjangan dari Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yang merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka peningkatan

Implementasi Stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah Kerja Puskesmas Buluspesantren II Kabupaten Kebumen tahun 2013. Tabel 1

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu Hamil tentang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan

Pertama suami dapat meningkatkan peran serta dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi baik masa hamil, bersalin hingga masa nifas, seperti mempersiapkan calon

Perbedaan Social Capital (Kepercayaan, Norma, Jejaring, Resiprokal) dan Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) antara Desa Antirogo dan

Yang sudah tercapai adalah a) pencatatan jumlah ibu hamil,cara nya dengan menanyai langsung ke ibu hamil jika mendengar informasi dari masyarakat kalau ada ibu hamil baru.