commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN
PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
OLEH : DARMINING NIM: S540809204
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN
PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)
Disusun Oleh :
DARMINING NIM : S540809204
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Darmining
NIM : S540809204
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Dalam Penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) di wilayah kerja puskesmas Ngletih Kota Kediri” adalah karya saya
sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh tersebut.
Surakarta, 11 Novenber 2010 Yang membuat pernyataan
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencagahan Komplikasi (P4K) Dalam Menurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri”.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister Kedokteran Keluarga pada Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mengalami kesulitan namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan teratasi, untuk itu peneliti
sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp. Kj. ( K ), selaku Rektor
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan
ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan penelitian ini.
2. Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universita Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
penyelesaian pendidikan pada program studi Magister Kedokteran
Keluarga.
3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku Ketua
Program Studi Magister kedokteran Keluarga Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga.
4. Pancrasia Murdani, dr. MHPEd, selaku Ketua Minat Program studi
Magister Kedokteran Keluarga Universitan sebelas Maret Surakarta
commit to user
5. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan
penelitian ini.
6. Dr. Hermanu J, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam usulan penelitian ini.
7. Suami dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan
semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
8. Teman seperjuangan mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas dalam
menempuh Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan
dari Tuhan Ynag Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan
dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Terima kasih.
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 45
commit to user
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48
C. Sumber Data dan Teknik Sampling ... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ... 50
E. Uji Kredibilitas ... 51
F. Teknik Cuplikan ... 52
G. Teknik Analisa Data ... 53
H. Prosedur Kegiatan ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 56
B. Temuan Penelitian ... 62
C. Pembahasan ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103
B. Implikasi ... 109
C. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
LAMPIRAN – LAMPIRAN
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ……….. 46
Gambar 2. Siklus Analisa Data ……… 54
Gambar 3 Rencana persalinan pada kehamilan sekarang ……….78
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ………117
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ………...118
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ……….119
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Karakteristik Informan ……… …123
Lampiran 5. Hasil Wawancara ………125
Lampiran 6. Pengamatan Aktivitas Subyek Peneliti ………...133
Lampiran 7. Stiker Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat ...134
Lampiran 8. Amanat Persalinan ………...135
Lampiran 9. Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Pendonor Darah ………….136
Lampiran 10 Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Ambulan Desa ………...137
Lampiran 11. Daftar Nama Pendonor Darah ………..138
Lampiran 12. Daftar Pemilik Ambulan Desa ……….139
Lampiran 13. Stiker Ibu Hamil ………...140
Lampiran 14. Dokumentasi dan Contoh format Pendataan Ibu Hamil ……….141
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Tenaga puskesmas ………59
Tabel 4.2 Data partisipasi masyarakat ………..59
Tabel 4.3 Data cakupan pelayanan KIA ………...60
Tabel 4.4 Data penerapan P4K ………...61
Tabel 4.5 Data derajat kesehatan ………... 61
Tabel 4.6 Data bidan wilayah yang mendapatkan peningkatan Ketrampilan ………...62
Tabel 4.7 Data kader yang mendapatkan pelatian P4K ………62
commit to user
ABSTRAK
Darmining, S540809204. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K ) Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu. Tesis, Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember 2010.
Tujuan 1) Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 2) Untuk medeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 3) Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih.
Metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data digunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, bidan wilayah, kader P4K, ibu hamil, suami atau keluarga, tokoh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Ngletih.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi tahap pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil yaitu : 1) Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar 100 %; 2) Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas dari 33 kasus komplikasi, 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat; 3) Prosentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapat pelayanan nifas 100%; 4) Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 %.
Kesimpulan hasil penelitian diatas dipahami bahwa keberhasilan penerapan Program Perencanan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih dapat berjalan meskipun ada beberapa kendala.
Kata Kunci : Penerapan program Perencanaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Kader P4K, Pemantauan kesehatan.
commit to user
ABSTRACT
Darmining, S540809204. The factors affecting the Successful Implementation of
Program Childbirth Planning and Prevention of Complications (IPCPPC) in Reducing Maternal Mortality. Thesis. Family Medical Program, Post Graduate Sebelas Maret University Surakarta, November 2010.
Goal 1. Describing the implementation of PCPPC in working area of Ngletih
Society Health Center (clinic)., 2. Describing the attained success and the factor affecting the successful implementation of PCPPC in reducing maternal mortality in working area of Ngletih clinic., 3. Describing the existing obstacles in IPCPPC in working area of Ngletih clinic.
Method qualitative descriptive by using data collection techniques such as deep interviews, observation and documentation. The Informants were the head of clinic, region midwives, PCPPC cadres, pregnant women, their husbands or families, community leaders in the working area of Ngletih clinic.
Data Analysis technique was interactive analysis covering data collection, data display, data reduction and drawing conclusions or verification.
Results 1. Percentage of given sticker pregnant women who received antenatal Prevention of Complications (PCPPC), PCPPC Cadres, Health monitoring.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kcmampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka
kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), umur harapan hidup dan angka
kematian balita (Depkes Rl, 1991).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara
sehingga hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode
2005-2009 selain prioritas lain seperti pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat
bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal dan
daerah perbatasan serta pulau-pulau terluas (Depkes RI, 2009).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes
menargetkan pada tahun 2009, AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2009). Menurut Menkes RI, dr. Siti Fadilah Supari menyebutkan
bahwa angka kematian ibu mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2004
sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian ibu berkisar 248 per 100.000
commit to user
kelahiran hidup, padahal di tahun 2004, angka kematian ibu sekitar 270 per
100.000 kelahiran hidup (UGM, 2009).
Menurut Dr. Ieke Irdjiati, MPH Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat Depkes, sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu
terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui
kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang
memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan
derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan
kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Mengenai penyebab
kematian, Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, toksemia gravidum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus.
Kematian paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya
dapat dicegah (Depkes RI, 2004).
Tingginya angka kematian maternal ini mempunyai dampak yang besar
terhadap keluarga dan masyarakat. Kematian seorang wanita saat melahirkan
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya, karena bayi yang
bersangkutan akan mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L.
Ratna Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu, persalinan ibu harus mendapatkan
fasilitas dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi
masyarakat setempat dan lainnya.
Penyebab kematian ibu ini sangat kompleks. Komplikasi obstetri, yang
merupakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya terjadi pada saat
commit to user
ibu adalah kejadian keterlambatan di tingkat masyarakat yang dikenal sebagai 3
terlambat yaitu (1) Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan ;
(2) Terlambat mencapai tempat rujukan; (3) Terlambat mendapat penanganan di
tempat rujukan.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut antara lain:
ketidaktahuan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya saat hamil, persalinan dan
nifas, ketidaktersediaan transportasi, hambatan biaya, ketidakberadaan tenaga
kesehatan untuk menolong ibu bersalin, ketidaksetaraan gender sehingga ibu tidak
mempuyai wewenang untuk memutuskan sendiri kemana akan bersalin sampai
kepada ketidaksiapan dalam penanganan di tingkat rujukan termasuk
ketidaktersediaan donor darah.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu, Departemen Kesehatan yang memiliki visi ”Masyarakat Mandiri
untuk Hidup Sehat” dengan Misi “Membuat Rakyat Sehat” serta dengan salah
satu strategi “Menggerakan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat”
berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi
tingginya, yang tertuang di dalam salah satu strategi pelaksanaan MPS yaitu
melibatkan peran serta perempuan, suami dan masyarakat. Untuk itu semua
komponen harus siap setiap saat untuk menjaga keadaan kesehatan ibu hamil dan
mengantar ke fasilitas pelayanan kesehatan bila terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan. Keadaan masyarakat ini disebut dengan Siap Antar Jaga, yang
commit to user
Bersalin atau Tabulin dan Dana Sosial Ibu Bersalan atau Dasolin; 3) Transpotasi;
4) Ketersediaan Donor Darah.
Pencanangan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 dengan stiker yang merupakan
“upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus
merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian
masyarakat untuk persiapan dan siaga dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru
lahir (DepKes RI, 2009).
Melalui P4K dengan stiker masyarakat diharapkan dapat mengembangkan
norma sosial bahwa cara yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dengan memeriksakan kehamilan ke bidan atau tenaga
terampil di bidang kebidanan, sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan
Visi Departemen Kesehatan, yaitu ”Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”
(Depkes RI,2009).
Amanat persalinan dengan stiker dimaksudkan untuk menginventaris atau
mendata ibu hamil dengan menggunakan stiker. Hal ini merupakan salah satu
upaya percepatan penurunan AKI, karena dengan terdatanya ibu hamil secara
tepat dan akurat serta di pantau secara intensif, maka setiap kehamilan sampai
dengan persalinan dan nifas dapat berjalan dengan aman dan selamat, sehingga
tidak ada kematian.
Perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi dilakukan bersama oleh
commit to user
atau amanat persalinan. Selanjutnya bumil dengan bantuan bidan dan kader dapat
mengakses sumber daya yang berkaitan dengan masalah kehamilan dan
persalinannya. Diharapkan dengan perencanaan persalinan yang baik dan siapnya
sumber daya yang dibutuhkan oleh ibu hamil apabila terjadi masalah kehamilan
dan persalinan akan menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan sehingga
kualitas kesehatan ibu, bayi dan balita dapat meningkat menjadi lebih baik
(Dinkes Propinsi Jatim, 2007).
Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000
adalah komitmen internasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals / MDGs) pada tahun 2015 sebagai solusi dari
ketergantungan antar negara dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia.
Target Nasional yang terkait dengan sasaran MDGs adalah menurunkan Angka
Kematian Ibu sebesar ¾ dari Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 1990 (450
per 100.000 kelahiran hidup) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes,
2008).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Indonesia
telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, namun Angka Kematian Ibu di
Indonesia saat ini masih yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Dari data
Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB3 KIA) Propinsi Jawa Timur tahun
2007 AKI 72/100.000 KH ,tahun 2008 AKI 83/100.000 KH, sedangkan tahun
2009 AKI 90/100.000 KH (Dinkes Propinsi Jatim, 2009). Dari data Laporan
commit to user
151/100.000 KH, tahun 2008 AKI 97/100.000 KH, sedangkan pada tahun 2009
AKI 176/100.000 KH.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa di Kota Kediri sudah
ada peningkatan jumlah bidan termasuk bidan yang telah mengikuti pelatihan
APN di puskesmas, telah dilaksanakannya program P4K yang melibatkan suami,
keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat sekitar. Namun pada kenyataannya
dalam dua tahun terakhir, angka kematian ibu di Kota Kediri mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan angka kematian ibu ini hampir
merata di wilayah kerja puskesmas di Kota Kediri tetapi berbeda dengan
Puskesmas Ngletih mulai tahun 2007 sampai sekarang Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah 0 (nol) atau tidak ada kematian ibu karena kehamilan, persalinan
ataupun nifas. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang Faktor – Faktor
yang mempengaruhi keberhasilan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam menurunkan Angka kematin ibu (AKI) di
wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan P4K di Wilayah kerja Puskesmas Ngletih ?
2. Bagaimana keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih?
commit to user
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi keberhasilan penerapan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) di
Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas
Ngletih.
b. Untuk mendeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih.
c. Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di
wilayah kerja Puskesmas Ngletih.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan kajian dalam pengembangan program kesehatan ibu
dan bayi dari tinjauan kesehatan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Menambah khasanah pengetahuan peneliti tentang factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan program P4K dalam menurunkan
Angka kematian ibu (AKI) baik faktor yang mendukung maupun faktor
commit to user
3. Manfaat Aplikatif
Sebagai masukan Kepala Puskesmas dan fihak penentu kebijakan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program P4K di
Wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri dalam menurunkan Angka
kematian ibu (AKI) sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
a. Pengertian
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan
dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga
Berencana pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).
b. Tujuan
1) Tujuan umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi
yang sehat.
commit to user
2) Tujuan khusus
a) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah
ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi
yang akan digunakan serta pembiayaan.
b) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca
persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
c) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
d) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal, dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat
dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker,
dan KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.
c. Manfaat penerapan P4Kadalah :
1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.
2) Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
6) Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.
7) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
commit to user
d. Sasaran penerapan P4K adalah:
1) Penanggung jawab program KIA propinsi dan kabupaten/ kota.
2) Bidan koordinator.
3) Kepala Puskesmas.
4) Dokter.
5) Perawat.
6) Bidan.
7) Kader.
8) Forum Peduli KIA (Forum P4K/ Pokja Posyandu, dan lain sebagainya).
e. Kegiatan penerapan P4K meliputi :
1) Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker
Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan,
pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja
bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan
melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum
peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini dilakukan melalui
kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke rumah ibu hamil dalam
rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi; disamping itu untuk memfasilitasi
ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/obat
kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati
commit to user
oleh bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil
(sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil diberikan buku KIA untuk
dipahami isinya.
2) Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin)
Tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau
pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang
pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk
segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.
Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan
normal atau sesuai dengan kesepakatan.
Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela
dengan prinsip gotong-royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
tujuan membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan
kegawatdaruratan. Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan
dengan kesepakatan. Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan
kesepakatan.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan
pertemuan-pertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme
pengumpulan dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan
commit to user
3) Calon Donor Darah
Calon donor dar ah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh ibu,
suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia
menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan.
Syarat donor darah sukarela adalah:
a) Usia 17 sampai 60 tahun.
b) Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk
perempuan.
c) Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.
d) Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.
e) Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).
f) Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.
g) Tidak mempunyai luka/infeksi.
h) Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed
consent
Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI)
yang dapat dipakai untuk semua kebutuhan kegawatdaruratan. Warga akan
didaftar dan diperiksa golongan darahnya.
Ada 2 (dua) jenis donor darah yaitu :
a) Pendonor darah tetap, rutin tiap 3 bulan donor darah di PMI.
b) Bank darah desa, yaitu daftar relawan yang bersedia donor darah
sewaktu-waktu, utamanya untuk kegawatan ibu hamil dan melahirkan.
commit to user
yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3
jam.
4) Ambulan Desa /Transportasi
Ambulan desa / transportasi adalah alat transportasi dari masyarakat
sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan, terutama
yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk segera
ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa
bermacam-macam, tergantung jenis yang dimiliki oleh warga dan
mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat jadwal
kendaraan, pengemudi, BBM, dsb). Bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda
motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa yang
mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga.
f. Indikator Program P4K meliputi :
1) Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.
2) Persentase ibu hamil mendapat stiker.
3) Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
(semua ibu hamil mendapat kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan 5 T).
4) Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.
5) Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami
komplikasi tertangani.
commit to user
7) Persentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas.
8) Output P4K dengan Stiker.
Output yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.
2) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.
3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk KB
yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.
4) Bidan menolong persalinan sesuai standar.
5) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.
6) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan
lingkungan (sosial-budaya).
7) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan
Forum Peduli KIA/Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk KB
pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing.
8) Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.
9) Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Petugas Pustu, Forum Peduli
KIA atau Posyandu dan (bila ada) dukun bayi, pendamping persalinan.
g. Tahap kegiatannya meliputi :
1) Orientasi P4K dengan stiker
Orientasi ditujukan untuk pengelola program dan stakeholders terkait
di tingkat Propinsi, Kab/Kota, Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk
commit to user
sistem pencatatan & pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan dan
diperlukan agar P4K dengan stiker dapat terlaksana di lapangan.
2) Sosialisasi
Sosilisasi ditujukan kepada kepala desa/lurah, bidan, dukun, tokoh
agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan, PKK serta lintas sektor di
tingkat desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi
tentang tujuan; manfaat dan mekanisme pelaksanaan agar mendapat
dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanannya di
lapangan.
3) Operasionalisasi P4K dengan stiker ditingkat Desa / Kelurahan
4) Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan.
Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah, dan dihadiri bidan di
desa, kader, dukun, tokoh masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam membantu mempersiapkan
persalinan yang aman bagi ibu yang diwujudkan dengan mendata jumlah
ibu hamil yang ada di wilayah desa, serta membahas dan menyepakati calon
donor darah, transport dan pembiayaan (Jamkesmas, Jamkesda, Tabulin,
dasolin). Pertemuan ini juga dapat dipakai untuk mengembangkan forum
yang telah ada sebelumnya, seperti Pokja Posyandu, forum GSI yang
ditujukan untuk melaksanakan program P4K dengan stiker ini.
5) Mengaktifkan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Forum Peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum-forum yang
commit to user
Desa Siaga, Pokja Posyandu dan lain - lain. Apabila di daerah tersebut
belum terbentuk forum seperti itu bisa dilakukan pembentukan dengan
menggunakan metode berikut ini. Pemilihan anggota Forum Peduli KIA ini
sebaiknya didahului dengan kesepakatan kriteria bagi orang-orang yang
akan dipilih. Kriteria diserahkan sepenuhnya kepada unsur masyarakat yang
hadir. Umumnya kriteria yang muncul antara lain adalah punya waktu dan
punya kemauan. Pemilihan kemudian dilakukan dengan teknik partisipatif
dimana fasilitator pertemuan membagi unsur masyarakat yang hadir dalam
kelompok-kelompok dan kemudian masing-masing kelompok mengajukan
orang-orang yang dipercaya untuk dipilih sebagai anggota kelompok
masyarakat dan disepakati bersama. Umumnya orang-orang ini adalah kader
potensial di tingkat desa. Biasanya ketua Forum Peduli KIA adalah kepala
desa/lurah.
6) Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker
Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan kontak
dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker,
termasuk pemakaian Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan.
Ketrampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga
kesehatan yang melakukan kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam
pengisian stiker. Mereka harus mampu memberikan penjelasan/konseling
kepada keluarga tentang pentingnya perencanaan persalinan serta
bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan keluarga bila terjadi komplikasi
commit to user
bisa menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai alat bantu
karena di dalamnya berisi penjelasan tentang tanda bahaya persalinan dan
kehamilan; petunjuk perawatan masa kehamilan dan menyusui serta data
kesehatan ibu saat mulai hamil. Ditambah dengan menggunakan buku-buku
pedoman yang ada seperti “Ibu sehat Bayi Sehat”.
7) Pemasangan stiker di rumah ibu hamil
Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh Bidan, kemudian stiker
tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu
hamil diberikan Buku KIA untuk dipahami isinya. Stiker P4K ini memuat
informasi tentang nama ibu hamil, nama suami, golongan darah ibu hamil,
nama pendamping persalinan diarahkan agar suami yang mendampingi
(tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan,
rencana nama pendonor darah yang akan diminta bila ibu hamil mengalami
kegawatdaruratan dan rencana transportasi/ambulan desa yang akan dipakai
bila ibu hamil mengalami kegawatdaruratan, rencana pembiayaan
(Jamkesmas, Tabulin, Dasolin). Hal penting dalam pengembangan
mekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasama antara
Bidan-Dukun-Kader-Forum Peduli KIA agar semua pihak berperan aktif dalam melakukan
penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari ibu hamil yang ada
di wilayahnya, dan peran menempelkan stiker yang telah diisi bidan
tersebut di masing-masing rumah ibu hamil yang juga akan berguna sebagai
commit to user
setiap ibu hamil yang telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan sesuai
standar. Program pemasangan stiker ini menjadi media utama dalam P4K.
8) Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa
Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa dilakukan setiap bulan
secara teratur untuk up-dating, dan disampaikan pada setiap pertemuan
bulanan. Kemudian pemberian konseling kepada ibu hamil, dilanjutkan
dengan penempelan stiker di rumah ibu hamil dan pemberian Buku KIA
kepada ibu hamil tersebut.
9) Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa.
Dalam rangka pengelolaan donor darah ini, dikembangkan upaya
bukan hanya untuk mengganti darah pada ibu bersalin tetapi lebih
berorientasi untuk menggalang tersedianya calon pendonor darah untuk
mengisi persediaan darah di Unit Transfusi Darah atau Unit Transfusi Darah
RS. Untuk memastikan kegiatan donor darah dan ambulan desa berjalan
dengan maksimal maka perlu dilakukan upaya partisipatif bidan bekerja
sama dengan Forum Peduli KIA dan dukun, dipimpin Kepala Desa atau
Lurah mewujudkan komitmen bersama di masyarakat dalam penyediaan
donor darah, sarana transportasi. Komitmen masyarakat terhadap
pelaksanaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa dapat
diwujudkan dengan pembuatan Surat Pernyataan Kesediaan menjadi
Pendonor Darah atau Sarana Transportasi atau Ambulan Desa bagi warga
yang bersedia dan ikhlas sebagai calon pendonor darah atau pemakaian
commit to user
kegawatdaruratan. Surat Pernyataan Kesediaan tersebut dapat dituangkan
dalam satu lembar kertas yang memberikan informasi tentang nama, alamat
atau no HP atau no telp, umur, golongan darah atau jenis kendaraan.
Selajutnya surat pernyataan tersebut harus menjelaskan bahwa surat dibuat
secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Terakhir surat
pernyataaan harus ditandatangani oleh yang membuat pernyataan dan
diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah wilayah setempat. Setelah adanya
surat pernyataan kesediaan menjadi pendonor darah atau sarana transportasi
atau ambulan desa, maka langkah selanjutnya yang perlu dikembangkan
adalah membuat daftar tertulis tentang orang-orang yang bersedia menjadi
pendonor darah dan atau sarana transportasi atau ambulan desa. Daftar ini
bisa dibuat di atas kertas karton besar atau di papan tulis dan kemudian
disosialisasikan kepada masyarakat luas di desa atau kelurahan. Umumnya
di pedesaan sosialisasi dilakukan dengan penempelan daftar nama-nama
orang yang bersedia menjadi pendonor darah dan atau sarana transportasi
atau ambulan desa di papan pengumuman desa.
10) Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Tabulin atau Dasolin
Untuk mekanisme pelaksanaan komponen Tabulin atau Dasolin,
bidan bersama dengan forum peduli KIA dan dukun harus bekerja hati-hati.
Karena pelaksanaan komponen ini berkaitan erat dengan uang atau sumber
daya yang lain. Ini merupakan hal yang sensitif bagi sebagian besar
masyarakat, sehingga perlu upaya yang partisipatif dan komunikatif dalam
commit to user
perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-pertemuan bersama dengan
masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan Pembuatan dan
Penandatanganan Amanat Persalinan:
Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta
dengan suami dan atau keluarga atas komponen-komponen penyimpanan
dana, penggunaan dana, serta pengawasan dan pelaporan dana.
P4K dengan Stiker. Amanat persalinan juga melibatkan warga yang
sanggup menjadi pendonor darah, warga yang memiliki sarana transportasi
atau ambulan desa, proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir, rencana inisiasi menyusui dini, kesiapan bidan
untuk kunjungan nifas, termasuk upaya penggalian dan pengelolaan dana.
Dalam Amanat Persalinan akan tertulis lengkap informasi kesiapan dana,
transportasi, dan pendonor yang akan membantu ibu yang melahirkan jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam lembar itu juga ditulis bidan yang akan
menolong persalinan. Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh tanda
tangan ibu hamil, suami/keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan ini
akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat
dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan
penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya. Dokumen
Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker.
Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan,
commit to user
h. Rekapitulasi Laporan
1) Data yang telah didapat dari isian stiker dan data pendukung lainnya, bidan
di desa melakukan pencatatan di buku KIA untuk disimpan dan dipelajari
oleh ibu hamil sebagai alat pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan
nifas, bayi yang dilahirkan sampai dengan umur 5 tahun. Disamping itu juga
dicatat di kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan di fasilitas kesehatan.
Bidan di desa memberikan pelayanan sesuai standar dan pemantauan ibu
hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu di wilayah desa
(termasuk laporan dari dokter dan bidan praktek swasta di desa tersebut) ke
Puskesmas setiap bulan termasuk laporan kematian ibu, bayi lahir hidup dan
bayi lahir mati.
2) Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh bidan di
desa/kelurahan dan juga laporan dari Rumah Bersalin Swasta serta
melakukan Pemantauan Wilayah Setempat tentang KIA (PWS-KIA) dan
melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab atau Kota setiap bulan.
3) Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melakukan rekapitulasi dan analisa
laporan dari seluruh Puskesmas di wilayahnya dan laporan Yankes ibu dari
rumah sakit pemerintah dan swasta, serta melakukan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS-KIA), evaluasi dan melaporkan ke Dinas Kesehatan
Propinsi setiap bulan.
4) Dinas Kesehatan Propinsi melakukan rekapitulasi dan analisa dari seluruh
commit to user
melakukan pemantauan, fasilitasi dan evaluasi secara berkala serta
melaporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan.
5) Tingkat melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari Dinas Kesehatan
Propinsi dan melakukan pemantauan berkala, fasilitasi, evaluasi P4K
dengan stiker dalam rangka PP-AKI.
6) Forum Komunikasi
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing tingkat
wilayah dari Puskesmas, kabupaten atau Kota dan Provinsi mempunyai
wadah Forum Komunikasi yan meliputi lintas program dan lintas sektor
2. Pemeriksaan Kehamilan
a. Pengertian
Pengertian dari K1 Kehamilan telah berubah, dulu tepatnya diawal
tahun 1990an ketika dipelajari dalam program KIA, pengertian K1
Kehamilan adalah pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar
untuk pertama kalinya pada semester pertama kehamilan, tetapi sekarang,
pengertian dari K1 Kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hal ini membuktikan
bahwa penyelenggaraan program KIA dengan pengertian indikator K1 telah
salah dan tidak mendukung peningkatan mutu kehamilan dan persalinan
commit to user
Pemeriksaan kesehatan (termasuk gizi) pertama pada semester
pertama kehamilan sebagaimana diketahui dan diperdalam dalam
pendekatan epidemiologi dan ilmu gizi adalah sudah sangat jelas yaitu ibu
hamil sejak ditahu kehamilan atau kurang lebih usia kehamilan 6 minggu
sampai 12 minggu kehamilan (1-3 bulan kehamilan), sudah harus
memeriksakan kehamilannya, apabila sang ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya pada masa kehamilan ini (1-3 bulan kehamilan) itu artinya
sang ibu hamil tersebut telah mangkir/lalai (default) atau dulunya disebut
dengan istilah DO (Drop Out) pada semester pertama kehamilan, tetapi
istilah DO ini kurang tepat digunakan karena ada kecenderungan sang ibu
hamil tidak akan dilayani lagi untuk bulan-bulan kehamilan berikutnya,
sehingga istilah default (mangkir) lebih tepat digunakan.
Sementara itu pengertian pemeriksaan kesehatan pertama (K1) semasa
kehamilan dalam pengertian selama kehamilan (usia kehamilan 1-9
bulan/atau mendekati lahir) walaupun sesuai standar pemeriksaan
kehamilan, sangatlah sulit untuk dimengerti, karena standar pemeriksaan
kesehatan (termasuk gizi) pada semester pertama, kedua dan ketiga pada
prinsipnya berbeda, keadaan hamil pada semester pertama jelas berbeda
pada semester kedua dan juga ketiga, walaupun standar yang dipakai adalah
5T tetapi pada pemeriksaannya tetap berbeda, berat badan ibu hamil pada
semester pertama kehamilan jelas berbeda pada berat badan pada semester
commit to user
Standar 5 T adalah standar pemeriksaan /perawatan kehamilan (ANC =
Antenatal Care) yang dimaksud adalah:
1) Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan
2) Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah
3) Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus
4) Pemberian imunisasi TT
5) Pemberian tablet besi
Setiap kali pemeriksaan /perawatan kehamilan selalu berbeda setiap
semesternya. Istilah K1 atau Kunjungan pertama ibu hamil pada dasarnya
satu paket dengan istilah K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil. K4 itu
sendiri mempunyai pengertian dari beberapa sumber yaitu:
1) Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator lokal untuk memonitoring
kemajuan kabupaten dan kecamatan. Menyebutkan bahwa Kunjungan ibu
hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan
dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe
selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
2) Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan tahun 2009 Depkes RI 2009.
commit to user
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3) Sementara itu berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai penjabaran dari SPM Bidang
Kesehatan Depkes RI, Kunjungan ibu hamil K 4 adalah: ibu hamil yang
kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC
sesuai dengan standar 5 T dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali
selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal
1 kali dan trimester III minimal 2 kali.
Jadi Karena adanya istilah K4 berarti ada istilah K1, K2 dan K3 serta
tentunya K4. Dari pengertian K4 diatas, maka pengertian K1 sudah sangat
jelas yaitu Pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester pertama,
K2 dalam pengertian K(1+1=2) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai
standar pada trimester pertama dan kedua kehamilan, K3 adalah pemgertian
K(1+1+1=3) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester
pertama, kedua dan ketiga kehamilan. Dan K4 itu sendiri K3 tambah
pemeriksaan ketika mendekati persalinan. Penjelasan ini menunjukkan
pelayanan pemeriksaan ibu hamil dalam ilmu epidemiologi menggunakan
pendekatan prospektif atau biasa dikenal dengan istilah kohort atau dalam
program pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
commit to user
Buku register kohort ini maksudnya adalah buku pencatatan dan
pelaporan seorang bidan yang menyelenggarakan pelayanan ANC dan
merupakan suatu skill dan keterampilan yang harus dikuasai bukan saja
keahlian melakukan persalinan, ketika seorang ibu telah hamil maka ibu
hamil ini harus datang atau didatangi untuk dicatat dan dipantau serta
diperiksa selama masa kehamilannya selesai, penjelasannya adalah :
1) Jika sang ibu hamil datang-didatangi pada trimester pertama kehamilan
maka ia diperiksa dan dicatat pada kolom semester pertama dan selanjutnya
disarankan atau diupayakan datang-didatangi untuk diperiksa dan dicatat
pada trimester –trimester berikutnya. Inilah yang diharapkan sesuai dengan
standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.
2) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya dating − didatangi pada
trimester kedua kehamilan ( tidak datang − didatangi pada trimester
pertama) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester kedua buku
register kohort, dan selanjutnya tetap disarankan atau diupayakan datang,
didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada trimester – trimester berikutnya.
Inilah yang tidak diharapkan karena telah lalai atau mangkir tidak masuk
dalam standar cakupan pelayanan minimal K1 maupun K4
3) Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang-didatangi pada
trimester ke tiga kehamilan (tidak dating − didatangi pada trimester pertama
dan kedua) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester ketiga buku
datang-commit to user
didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada saat mendekati persalinan
sebagai pemeriksaan yang terakhir kalinya. Ini juga tidak masuk dalam
standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.
4) Dengan sistem registrasi kohor ini maka setiap saat atau setiap bulan dapat
di evaluasi sesuai dengan standar cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan
atau target K1 dan K4 yang diharapkan berkisar antara 80 − 95%,
sebaliknya standar cakupan ibu hamil yang ditoleransi mangkirnya (default
toleration) normalnya berkisar 5 − 20%, bila standar cakupan pelayanan dan
toleransi mangkir ini tidak terpenuhi, maka pada dasarnya pelaksanaan
program ANC (Antenatal Care) sangat jelek dan tidak terkendali.
Perubahan pengertian K1 rupanya berhubungan dengan pelaksanaan
sistem pencatatan dan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Kesehatan Ibu dan Anak, Bukan sistem pencatatan dan pelaporan kohort Ibu
dan Bayi. Sebagaimana pengertian K1 menyebutkan cakupan ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali
pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Disini keterangan disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu lebih
ditekankan pada sistem pencatatan dan pelaporan PWS. Dalam pengertian
ini K1 bukan merupakan paket dari Pelayanan dan pemeriksaan K4. K1
menunjukkan kegiatan ( diberi simbol “K”) pelayanan antenatal untuk
pertama kalinya (diberi simbol “1″) pada masa kehamilan, kalau yang
commit to user
ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA (atau KMS Bumil) dan dilakukan
pemeriksaan sesuai standar untuk pertama kalinya kemudian dicatat dalam
buku register PWS.( Depkes RI 2009 : Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ).
3. Prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN)
Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan
persalinan normal sebagai berikut (Dinkes Propinsi Jatim, 2003) :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai
3 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada
tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas bersih dengan
gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap
commit to user
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam lautan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
commit to user
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparetal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
23. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
24. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
25. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
26. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan.
b. Apakah bayi bergerak aktif.
27. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk lain yang kering. Membiarkan bayi di
commit to user
28. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
29. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
32. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
33. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
34. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
35. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
36. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
commit to user
37. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
38. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
39. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu, (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
40. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras).
41. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantung plastik yang
tersedia.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
commit to user
43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervagina.
44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 sebanyak 1 mg
intramuskuler dipaha kiri anterolateral.
46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
47. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervagina.
48. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan mesase uterus dan menilai
kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama kemudian 30 menit pada 1 jam kedua.
51. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
52. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
commit to user
54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih
dan kering.
55. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
58. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan melengkapi
partograf.
4. Profesi Bidan
a. Pengertian Profesi
Profesi (Abraham Flexman, 1995) adalah aktifitas yang bersifat
intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktek
pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan aktristik,
mendahulukan kepentingan orang lain.
Sedangkan menurut Mavis Kirkham (1996), profesi adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu atau seni
khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu agama
commit to user
Namun menurut Suessman, profesi berorientasi pada
pelayanan,memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari
kelompok pelaksana.
b. Karakteristik dan ciri-ciri Profesi
1) Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.
2) Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.
3) Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.
4) Pengedalian terhadap standar praktek.
5) Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang
diberikan.
6) Karir seumur hidup yang mandiri.
c. Pengertian Bidan
1) Menurut Ikatan Bidan Indonesia(IBI).
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dicacat, diberi ijin secara sah untuk
menjalankan praktik.
2) Kepmenkes No 900 / Menkes /SK/ VII/ 2002 BAB I Pasal 1
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
commit to user
3) Menurut WHO
Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui secara
yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan
kebidanan dan memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan.
4) International Confederation of Midwife
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan
yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk
melaksanakan praktek kebidanan di Negara itu.
d. Pengertian Kebidanan
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin
ilmu atau multi disiplin, yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi
ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya,
ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen, untuk dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil, bersalin, post partum,
dan bayi baru lahir. Pelayanan kebidanan tersebut meliputi pendeteksian
keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan
pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Kebidanan adalah seni dan praktek yang menkombinasikan
keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau
commit to user
yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan
atau orang yang berarti lainnya. (Lang, 1979).
e. Peraturan dan Perundangan yang Mendukung Keberadaan Profesi
Bidan.
1) Kepmenkes No. 49/1968 tentang Peraturan Penyelenggaraan Sekolah Bidan
2) No. 363/Menkes /Per / IX /1980, 27 September 1980 tentang Wewenang
Bidan.
3) No. 623/Menkes/Per/IX/1989, 25 September 1989 tentang perubahan atas
4) No. 363/Menkes/Per/IX/1980, 27 September 1980 tentang Wewenang
Bidan.
5) Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek.
f. Peran dan Fungsi Bidan
1) Peran Bidan
a) Pelaksanaan Asuhan dan Pelayanan Kebidanan.
Dalam tugasnya sebagai pelaksana,bidan dapat bekerja
mandiri,melakukan pelayanan kebidanan primer sesuai dengan
wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan,disamping itu
perannya dalam pelayanan kolaboratif sebagai mitra dalam pelayanan medis
terhadap Ibu,Bayi dan Anak bidan tetap berpegang pada falsafah yang
dianutnya dengan pendekatan pemecahan masalah dan prinsip-prinsip
commit to user
b) Pengelola
Sebagai pengelola bidan memimpin dan mengkoordinasikan
pelayanan kebidanan sesuai dengan wewenangnya didalam tim, Unit
pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik Bersalin, Praktek Bidan dan
Polindes.
c) Pendidik
Sesuai tugasnya bidan melakukan penyuluhan individu, keluarga dan
kelompok masyarakat. Disamping itu ia diharuskan pula membimbing siswa
bidan, dukun bayi, kader desa di dalam pelayanan kebidanan.
d) Peneliti
Bidan dengan dasar keilmuan yang dimiliki dapat melakukan
penelitian baik secara mandiri atau bersama atau sebagai anggota kelompok
peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga.
2) Fungsi Bidan
a) Pelaksana
(1) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan
masyarakat remaja pra perkawinan.
(2) Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu hamil normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan resiko tinggi.
(3) Menolong persalinan normal dan kasus patologis tertentu.
(4) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi resiko tinggi.
(5) Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas.
commit to user
(7) Melakukan pelayanan KB sesuai dengan wewenangnya.
(8) Memberikan bimbingan dan pelayanan kesehatan terhadap gangguan
sistim reproduksi termasuk wanita pada klimakterium internal dan
menopause sesuai wewenangnya.
b) Pengelola
(1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat sesuai kondisi kebutuhan masyarakat
setempat yang didukung oleh partisipasi masyaraka
(2) Menyusun rncana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan
unit kerjanya.
(3) Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh
bidan.
(4) Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sektor dalam
kaitannya dengan pelayanan kebidanan.
(5) Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan yang
dipimpin oleh bidan.
c) Pendidik
(1) Memberikan penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup
kesehatan keluarga berencana.
(2) Membimbing dan melatih dukun bayi dan kader kesehatan sesuai